KOMPREHENSIF I
MAKALAH
oleh
Kelompok 1
MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas Komprehensif I
dengan dosen pengampu: Ns. Baskoro Setioputro, M.Kep.
oleh
Kelompok 1:
Fajar Kharisma
142310101060
Efi Pandansari
142310101061
142310101066
Diana Risqiyawati
142310101070
142310101073
Dinar Maulida H.
142310101077
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Bronchopneumoniadengan
tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1
Ns.Siswoyo,
S.Kep.,M.Kep.
selaku
dosen
pengampu
mata
kuliah
kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari
sempurna.Merupakan suatu penghargaan bagi penulis apabila ada saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Jember, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................
1
1
2
2.1 Pengertian..............................................................................
2.2 Epidemiologi..........................................................................
2.3 Etiologi...................................................................................
2.4 Tanda dan Gejala..................................................................
2.5 Patofisiologi...........................................................................
2.6 Komplikasi dan Prognosis....................................................
2.7 Penatalaksanaan...................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................
2.9 Pencegahan............................................................................
3
3
3
4
5
7
8
9
10
BAB 3. PATHWAY....................................................................................
12
13
4.1
4.2
4.3
4.4
Pengkajian.............................................................................
Diagnosa.................................................................................
Perencanaan..........................................................................
Pelaksanaan dan Evaluasi....................................................
13
17
18
33
BAB 5. PENUTUP......................................................................................
43
5.1 Kesimpulan.............................................................................
43
5.2 Saran.......................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
44
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkopneumonia
disebut
yaitu suatu
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
terkait
Bronchopneumonia.
1.3.3 Perawat dapat memberikan edukasipada klien sehingga klien dapat
memahami tentang Bronchopneumonia dan penatalaksanaannya.
penyebab
bronkopnemonia
antara
lain
Staphylococcus
aureus,
2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas
dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
1. Inhalasi langsung dari udara.
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
4. Penyebaran secara hematogen.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di nasofaring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang
terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari IgA. Sekresi
enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan
radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,
yaitu :
1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediatormediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
2.7 Penatalaksanaan
Bronkopneumonia akibat virus dapat sembuh secara spontan dalam 1-2
minggu. Pengobatan diberikan untuk meringankan gejala seperti obat untuk
meringankan batuk dan demam. Pada bronkopnemonia yang disebabkan oleh
bakteri dapat menggunakan antibiotic. Rawat jalan dapat dilakukan pada penderita
bronkopnemonia ringan ini. Rawat inap diperlukan ketika muncul gejala berat
seperti napas cepat, penurunan tekanan darah, penurunan kesadaran dan
kebutuhan dalam pemasangan alat bantu nafas. (Yolanda, 2015)
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan bronkopnemonia antara
lain: (Aziz, 2008: 111; Huda, 2015: 104)
a. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres
b. Latihan batuk efektif dan fisioterapi paru
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Bronkopneumonia sering mengalami kekurangan asupan makanan. Suhu
tubuh yang tinggi selama beberapa hari dandan masukan cairan yang
kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dapat dipasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan
NaCl 0,9%.
d. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering mengalami hiperpireksia maka pasien perlu cukup
istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong ditempat tidur.
e. Pemberian oksigenasi yang adekuat
f. Penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan, apabila ringan
tidak perlu diberikan antibiotic diberikan antibiotic, tetapi apabila penyakit
berat pasien dapat dirawat inap. Pemberian antibiotic harus berdasarkan
usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab, seperti pemberian
penisilin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan
kloksasilin, atau eritromisin dan kloramfenikol atau sejenisnya.
Menurut Wirdana pengobatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Antibiotik: amoxicillin, azitromycin, ceftrixaone, cefotaxime, doxycicline
dan clindamycin.
b. Bila dicurigai disebabkan oleh infeksi virus (terutama pada anak-anak
dibawah 2 tahun) maka dapat diberikan obat anti virus.
c. Bila sangat sesak, dapat dirawat di rumah sakit, dan diberikan oksigen
serta infuse.
d. Status gizi juga harus diperhatikan, pemberian vitamin, makanan seta
minuman yang cukup.
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012:
Bradley et. Al., 2011):
a. Penatalaksanaan Umum
1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit. Ini dilakukan sampai sesak
nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr.
2) Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3) Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak
diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interprestasi
reaksi antibiotic awal.
2) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi takikardi, atau penderita kelainan jantung.
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringin dapat diberikan amoksilin 10-25
mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penicillin tinggi dosis dapat
dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M. Nettina, 2001: 684). Gambaran darah
menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3. Jumlah leukosit tidak
meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma. Nilai Hb biasanya
tetap normal dan sedikit menurun.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari bantuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C. Long, 1996: 435). Kultur
dahak dapat positif pada 20-50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
3) Pemeriksaan analisis gas darah
Analisis gas darah untuk mengevaluasi status oksigenisasi dan status asam
basa (Sandra m. nettina, 2001: 684). Pemeriksaan ini menunjukan hipoksemia
dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis meyabolik.
10
secara
dini
penyakit
yang
dapat
menimbulkan
bronkopneumonia
Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
Minum banyak air putih dan berhenti minum-minuman beralkohol
Hindari iritan atau allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap
Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan-makananyang mengandung
nutrisi seimbang, berolah raga dan istirahat yang cukup serta mengurangi
stress.
f. Melakukan vaksinasi seperti: vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H.
Influenza, vaksinasi varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah, vaksinasi influenza yang diberikan pada anak sebelum
anak sakit.
12
BAB 3. PATHWAYS
Nyeri akut
l
Kontaminasi peralatan RS
Penderita yang mengalami
supresi system pertahanan tubuh
Resiko tinggi penyebaran
infeksi
Edema antar kapiler dan alveoli
Iritan PMN eritrosit pecah
Edema paru
Pergeseran dinding paru
Penurunan capliance paru
Peningkatan peristaltik
usus malabsorbsi
Proses peradangan
Metebolisme me
Akumulasi sektret
di bronkus
Hipertermi
Mucus bronkus me
Bau mulut tidak
sedap
Anoreksia
Kekurangan
volume cairan
Intake kurang
Ketidak seimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Diare
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Peningkatan suhu
Eksplorasi
meningkat
Septikimia
Peningkatan metabolisme
Suplai O me
Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia
Hiperventilasi
Metabolik anaerob me
Dispneu
Retraksi dada
Gangguan
pertukaran gas
Sesak nafas
Fatique
Intoleransi aktifitas
Gangguan ADL
13
demam tinggi.
Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronkopneumonia mempunyai riwayat penyakit yang
dapat memicu terjadinya bronkopneumonia seperti riwayat merokok,
terpaan polusi kimia dalam jangka panjang misalnya seperti debu atau
asap.
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya terdapat anggota keluarga yang mempunyai penyakit saluran
14
1. Kepala :
a. bentuk kepala
b. warna rambut
c. distribusi rambut
d. ada lesi atau tidak
e. hygiene
f. ada hematoma atau tidak
2. Mata :
a. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
b. kaji reflek cahaya
c. konjungtiva anemis atau tidak
d. pergerakan bola mata
3. Telinga :
a. simetris atau tidak
b. kebersihan
c. tes pendengaran
4. Hidung :
a. ada polip atau tidak
b. nyeri tekan
c. kebersihan
d. pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman
5. Mulut``:
a. warna bibir (sianosis atau tidak)
b. mukosa bibir lembab atau tidak
c. mukosa bibir kering (suhu tubuh meningkat)
d. reflek menghisap
e. reflek menelan
6. Dada
:
Paru-paru
a. Inspeksi
Pernafasan cepat, biasanya penderita menggunakan otot bantu
pernafasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter
AP, warna kulit pucat, bibir sianosis dan dasar kuku
b. Auskultasi
Suara paru ronchi, bunyi nafas krekels atau mengi.
c. Palpasi
Terdapatnya nyeri tekan.
d. Perkusi
Didapatkan suara sonor
Jantung
a. Inspeksi
terdapat pembesaran dada sebelah kiri atau tidak
b. Auskultasi
ada atau tidaknya suara tambahan di jantung nomal (S1: lub dan
S2: dub)
c. Palpasi
15
16
4.3 Perencanaan
17
adanya
nafas.
mengi,
bunyi efektif
Misalnya: dengan
krekels
dapat
adanya
dimanifestasikan
bunyi
nafas
dan adventisius.
ronki.
Berikan
posisi
yang
Posisi
semi
fowler
akan
mempermudah
pasien
untuk
bernafas.
fowler.
Dorong atau
Observasi karakteristik
batik, bantu tindakan
untuk
memoerbaiki
keefektifan
upaya
batuk.
Berikan
sesuai
jantung.
air
hangat
toleransi
Hidrasi
sekret
menurunkan
dan
pengeluaran.
kekentalan
mempermudah
18
dan/atau
kronisnya
proses
penyakit.
warna
kulit,
kepala
tempat
Pengiriman
oksigen
dapat
diperbaiki
Awasi
tingkat
kesadaran/status
mental.
serebral
yang
berhubungan
19
dapat
Awasi suhu tubuh. Berikan
menunjukkan
tinggi
kebutuhan
hipoksemia
efek
oksigen
sangat
metabolik
dan
meningkatkan
dan
kebutuhan
mengganggu
oksigenasi
seluler.
sesuai indikasi
Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya hipoksia.
3. Diagnosa 3: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya
suplai O dalam tubuh.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi gangguan
perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria hasil:
Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang
diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidaka ada tanda peningkatan tekanan intrakranial
yang
Rasional
dalam
menstimuli
hanya rangsang.
tajam
dan
tumpul.
Laserasi
Instruksikan
untuk
jika
keluarga menyebabkan
dibiarkan
luka
akan
dikubitus.
Aktifitas
gerakan
pada
yang
menyebabkan
bnyak
kelelahan
dapat
dan
20
kepala,
leher
dan keletihan.
punggung.
Monitor
BAB.
4. Diagnosa 4:Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
inflamasi dan penurunan complience paru.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensipola nafas
efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
normal dan paru jelas atau bersih.
Kriteria hasil:
RR:16-20 x/menit
Bunyi nafas vesikuler
Takikardi (-)
Distres pernapasan (-)
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman Kecepatan biasanya meningkat, dispnea,
pernafasan
dan
ekspansi dan
dada.
terjadi
kedalaman
peningkatan
bervariasi,
kerja
nafas,
ekspansi
dada
terbatas.
Auskultasi bunyi nafas dan
catat adanya bunyi nafas
adventisius.
21
efektif.
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
Kolaborasi
pemberian
oksigen tambahan.
Berikan
kerja nafas.
Memberikan kelembaban pada membran
humidifikasi
tambahan.
Memudahkan
upaya
pernafasan
dan
fisioterapi
dada,
postural drainage.
Rasional
muntah menurunkan
turgor
kulit, Indikator
kelembaman
langsung
membran mukosa
Catat
laporan
atau muntah
mual Adanya
gejalan
ini
informasi
22
cairan
dan
kebutuhan
penggantian
Hitung
keseimbngan
(balance) cairan
Berikan
cairan
memonitor
adanya
Intervensi
Rasional
perubahan Untuk menunjukkan adanya
suhu
takikardi,
dan hipotensi.
Indikator
langsung
turgor
kulit,
kelembaman
membran
(bibir, lidah)
mukosa
Adanya
gejalan
ini
23
informasi
dan
kebutuhan
penggantian
Pantau
masukan
status
kesehatan
Observasi
dehidrasi
24
istirahat
penurunan
Beri
pendidikan
kesehatan ke pasien dan Meningkatkan pengetahuan
dari
pasien
keluarganya mengenai pemahaman
pengertian, penanganan, keluarganya
dan
terapi
yang
diberikan
tentang
penyakitnya
8. Diagnosa 8: Resiko tinggi penyebaran
dan
da
dengan
Rasional
pasien
potensial menyadari/menerima
perlunya
penyebaran
infeksi
ke
bicara,
tertawa.
Orang-orang yang beresiko terkena
Identifikasi orang-orang
yang beresiko terkena
infeksi.
mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.
Keibiasaan yang diperlukan untuk
25
Anjurkan
menutup
mulut
membuang
tempat
dan
dahak
di
penampungan
Mengurangi
resiko
penyebaran
infeksi.
tidak
menghentikan
terapi Membantu
obat.
proses
keluarga
penyebaran
mengurangi
memahami
infeksi
resiko
dan
penyebaran
infeksi.
penyebaran
infeksi.
9. Diagnosa 9: Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
dan batuk menetap.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi pasien dapat
mengontrol nyeri.
Kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri ( menggunakan teknik nonfarmakologi
Intervensi
Lakukan
pengkajian Pengkajian
nyeri
secara dapat
komprehensif
lokasi,
durasi,
termasuk menditail
Rasional
secara komprehensif
mengidentifiksi
dan
utuh
secara
mengenai
26
kualitas,
dan
faktor
presipitasi.
Kontrol lingkungan yang
dapat
nyeri
mempengaruhi
seperti
ruangan,
suhu
Gangguan
rangsangan
lingkungan
dapat
dan
meningkatkan
kebisingan.
Meningkatkan relaksasi.
Ajarkan
tekhnik
nonfarmakologi
(distraksi,
guide
imagery).
Intervensi
Rasional
Identifikasi faktor yang Mengetahui faktor yang
menimbulkan
dapat
muntah.
merencanakan
intervensi
sesuai
pengobatan
efek
mual
yang
27
palpasi
distensi abdomen.
infeksi
terjadi
berat,
distensi
sebagai
akibat
makan
kecil
dan
porsi
sering
termasuk
makanan
kering
makanan
yang
atau
menarik
untuk
pasien.
Adanya
kondisi
kronis
dapat
terhadap
infeksi,
atau
28
intervensi.
Berikan
lingkungan Meminimalkan
stress
dan
pentingnya
baring
diperlukan
untuk
dan
perlunya keseimbamgan
aktivitas dan istirahat.
Bantu
aktivitas
perawatan
diri
Meminimalkan
kelemahan
dan
membantu
menyeimbangkan
yang
diperlukan.
Kaji
Intervensi
Rasional
kebutuhan Mengetahui tingkat kebutuhan klien
pemenuhan
ADL klien.
dalam
menentukan
rencana
untuk
Kebutuhan
terpenuhi.
aktifitas
ADL
klien
29
kemampuan
perawatan
diri
secara
bertahap.
Kaji
Identifikasi
skala
ketergantungan pasien.
dibutuhkan.
intervensi
yang
33
Hari/ 4.7
N 4.8
J 4.9
Implementasi 4.10
Hari/ 4.11
Tanggal
o. Dx.
am
Tanggal
Jam
Kep.
4.14 Senin/
4.15 1
4.16 0 1. Melakukan
4.17 Senin/
4.18
auskultasi bunyi
227
2214.0
nafas, mencatat
02.
02adanya bunyi
2016
0
2016
nafas. Misalnya:
mengi, krekels dan
0
ronki.
2. Memberikan posisi
0
yang nyaman buat
pasien, misalnya
7
posisi semi fowler.
.
3. Mendorong atau
3
bantu latihan
nafas abdomen
0
atau bibir.
4. Mengobservasi
karakteristik
batuk, bantu
tindakan untuk
4.12
Evaluasi
4.13
Paraf
4.19 S:
4.20 pasien
saya
4.29
mengatakan
masih
merasa
sesak
4.21 O:
4.22 Pasien
belum
bisa
mendemonstrasikan
cara batuk efektif
4.23 Ditemukan ronchi
4.24 Pasien
menggunakan
masih
otot
bantu pernafasan
4.25 A:
4.26 Masalah belum teratasi
4.27 P:
34
5.
4.30 Senin/
4.31 2
4.32 0 1.
22-
02-
2016
0 2.
0
0 3.
7
.
3
0
4.
5.
memperbaiki
keefektifan upaya
batuk.
Memberikan air
hangat sesuai
toleransi jantung.
Mengkaji frekuensi,
kedalaman, dan
penggunaan otot bantu
pernafasan
Menobservasi warna
kulit, membran mukosa
dan kuku. Mencatat
adanya sianosis
Meninggikan kepala
tempat tidur, membantu
pasien untuk memilih
posisi yang mudah
untuk bernapas.
Mengawasi tingkat
kesadaran/status
mental. Selidiki adanya
perubahan.
Mengawasi tanda vital
dan irama jantung.
4.33 Senin/
22-
4.34
4.35 S:
14.0
4.36 Pasien
02-
saya
2016
sesak
4.45
mengatakan
masih
merasa
4.37 O:
4.38 Kulit sianosis
4.39 RR 30x/menit
4.40 Nadi 100x/menit
4.41 A:
4.42 Masalah belum teratasi
4.43 P:
4.44 Lanjutkan intervensi
35
4.48 1
4
.
0
4.46 Senin/
2202-
0
4.47 3
2016
4
.
3
0
4.62 Senin/
4.63 4
4.64 1
4.49 Senin/
22022016
4.66 Senin/
4.51
S:
4.52
Pasien mengatakan
dada saya terasa nyeri
4.53
O:
4.54
Ditemukan edema
perifer dan ascites
4.55
Terdapat ortostatik
4.50 hipertensi
4.56
Skala nyeri 7 (0-10)
19.0 4.57
A:
4.58
Masalah belum teratasi
4.59
P:
4.60
Lanjutkan intervensi
4.61
4.67
4.81
4.68 S:
36
4
.
0
0
22-
02-
2016
4
.
3
0
4.82 Selasa
/ 23-
4.83 5
4.84 0
7
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.
2. Mengauskultasi bunyi
nafas dan catat adanya
bunyi nafas
adventisius.
3. Meninggikan kepala
dan bentu mengubah
posisi.
4. Mengobservasi pola
batuk dan karakter
sekret.
5. Membantu pasien
untuk nafas dalam dan
latihan batuk efektif.
6. Melakukan kolaborasi
pemberian oksigen
tambahan.
7. Memberikan
humidifikasi tambahan.
8. Membantu fisioterapi
dada, postural drainage.
4.65
1. Mengidentifikasi
faktor yang
menimbulkan
4.69 Pasien
saya
mengatakan
masih
merasa
sesak
4.70 O:
4.71 Ditemukan ronchi
4.72 RR 30 x/menit
4.73 Takikardi (+)
2202-
19
4.74 Pasien
menggunakan
2016
4.86 Selasa
/ 23-
4.87
4.88 S:
14.2
4.89 Pasien
4.99
mengatakan
37
2.
.
3.
0
0
-
02-
4.
2016
7
.
5.
2
0 6.
4.100 Selasa
/ 23022016
4.101 6
mual atau
muntah.
Mengkaji turgor
kulit, kelembaman
membran mukosa.
Mencatat laporan
mual atau
muntah.
Memantau
masukan dan
keluaran, catat
warna dan
karakter urine.
Menghitung
balance cairan.
Memberikan
cairan tambahan
IV sesuai
keperluan.
4.85
4.102 0 1. Mengkaji
perubahan tanda
7
vital.
. 2. Mengkaji turgor
0
saya
tidak
mernah
merasa mual
4.90 O:
4.91 Tidak ada tandatanda dehidrasi
4.92 Membran
mukosa
lembab
02-
2016
4.103 Selasa
/ 23022016
4.104
4.105 S:
14.2
4.106 Pasien
4.114
mengatakan
38
3.
0 4.
7
.
2
5
4.115 Selasa
4.116 7
4.117 1 1.
/ 23-
02-
2016
5.
2.
0 3.
0
- 4.
1
4
5.
6.
kulit, kelembaman
membran mukosa.
Mencatat laporan
mual atau
muntah.
Memantau
masukan dan
keluaran, catat
warna dan
karakter urine.
Memberikan obat
sesuai indikasi;
antipirotik,
antiametik
Mengobservasi
keadaan umum pasien.
Mengobservasi tandatanda vital pasien.
Menganjurkan pasien
memakai pakaian yang
tipis.
Menganjurkan pasien
banyak minum.
Menganjurkan pasien
banyak istirahat.
Memberi kompres
4.108 Terjadi
peningkatan
menunjukkan
tanda
atau
gejala dehidrasi
4.110 A:
4.111 Masalah teratasi
4.112 P:
4.113 Hentikan intervensi
4.118 Selasa
/ 23022016
4.119
4.120 S:
18.0
4.121 Pasien
4.131
mengatakan
tubuh
dalam
rentang normal.
4.124 Nadi dan RR dalam
rentang normal.
39
. 7.
2
0
4.132 Rabu/
4.133 8
4.134 0 1.
24-
02-
2016
0
0
- 2.
0
7
.
1
0
3.
hangat di beberapa
bagian tubuh, seperti
ketiak, lipatan paha,
leher bagian belakang.
Memberi pendidikan
kesehatan ke pasien
dan keluarganya
mengenai pengertian,
penanganan, dan terapi
yang diberikan tentang
penyakitnya
Mengkaji
patologi
penyakit dan potensial
penyebaran
infeksi
melalui droplet udara
selama batuk, bersin,
meludah,
bicara,
tertawa
Mengidentifikasi orangorang yang beresiko
terkena infeksi
Menganjurkan pasien
menutup mulut dan
membuang dahak di
tempat penampungan
4.1364.137
S:
4.138
pasien mengatakan
07.1
saya selalu membuang ludah
ke wadah yang disediakan
4.139
O:
4.140
Hasil lab anggota
keluarga menunjukkan hasil
negatif terhadap
bronchopneumonia
4.141
Keluarga menggunakan
masker saat berada di dekat
pasien
4.142
Keluarga dapat
menjelaskan alasan memakai
4.147
40
4.148 Rabu/
24022016
4.149 9
masker
4.143
A:
4.144
Masalah teratasi
4.145
P:
4.146
Hentikan intervensi
4.151 Rabu/
24022016
4.1524.153
S:
4.154
Pasien mengatakan
07.4
nyerinya sedikit berkurang dan
dapat menahan nyeri tersebut
4.155
O:
4.156 Skala nyeri 5 (0-10)
4.157 TTV dalam batas
normal
4.158 Tidak mengalami
gangguan tidur
4.159
4.160
A:
Masalah teratasi
4.163
41
4.164 Rabu/
24022016
4.165 1
0
nonfarmakologi
4. Memberikan analgetik
sesuai indikasi
4.166 1 1. Mengidentifikasi faktor
yang
menimbulkan
4
mual/ muntah
. 2. Memberikan
wadah
tertutup untuk sputum
0
dan buang sesering
0
mungkin,
bantu
kebersihan mulut
3.
Menjadwalkan
1
pengobatan pernafasan
4
sedikitnya
1
jam
.
sebelum makan
bunyi
2 4. Megauskultasi
usus, observasi/ palpasi
0
distensi abdomen
5. Memberikan
makan
porsi kecil dan sering
termasuk
makanan
kering atau makanan
yang menarik untuk
pasien
6. Mengevaluasi
status
4.167 Rabu/
24022016
sebagian
4.161
P:
4.162
Lanjutkan intervensi
4.1684.169
S:
4.170
Klien mengatakan
17.0
sekarang saya tidak pernah
merasa mual lagi
4.171
O:
4.172
BB pasien stabil
4.173
Nutrisi adekuat
4.174
A:
4.175
Masalah teratasi
4.176
P:
4.177
Hentikan intervensi
4.178
42
7.
4.180 1
1
4.181 0 1.
7
. 2.
0
0
4.179 Kami
3.
s/ 25-
022016
0
7
. 4.
1
4.192 Kami
4.193 1
5
4.194 0 1. Mengkaji
kebutuhan
4.183
4.184 S:
4.191
07.1
4.185 pasien
mengatakan
4.182 Kami
4.187 Pasien
s/ 25-
memerlukan
02-
masih
bantuan
2016
masalah
belum
teratasi
4.190 P: lanjutkan intervensi
4.195 Kami
4.196
4.197 S:
4.204
43
s/ 25022016
4.205
4.206
4.207
4.208
4.209
4.210
pemenuhan
aktifitas
ADL klien
.
2. Menganjurkan
dan
memotivasi keluarga
2
untuk membantu klien
dalam pemenuhan ADL
0
3. Melatih
mobilisasi
secara bertahap sesuai
0
dengan
pulihanya
kekuatan
dan
7
tingkatkan kemampuan
.
perawatan diri secara
3
bertahap
skala
5 4. Mengkaji
ketergantungan pasien
07
4.198 pasien
mengatakan
4.200 Pasien
memerlukan
masih
bantuan
masalah
belum
teratasi
4.203 P: lanjutkan intervensi
43
4.211
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4.212
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paruparu meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi
nanah
dan
cairan
sehingga
kemampuan
menyerap
oksigen
menjadi
Sebenarnya
bronchopneumonia
bukanlah
penyakit
tunggal.
kebutuhan
sehari-hari
anaknya
yang
menderita
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
44
4.223
4.224
4.225
4.226 http://rizqiyah.web.unej.ac.id/2015/05/03/asuhan-keperawatanbronkopneumonia/
4.227
https://www.academia.edu/8861361/ASKEP_BRONKOPNEUMONIA_tin
a (diakses pada 27 Februari 2016)
4.228
https://www.academia.edu/10041071/LAPORAN_PENDAHULUAN_AS
UHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN_BRONCHOPNEU
MONIA_DI_RUANG_PENYAKIT_DALAM_C3
(diakses
pada
27
Februari 2016)
4.229
https://www.academia.edu/10241135/BAB_II_KONSEP_DASAR(diakses
pada 27 Februari 2016)
4.230
https://www.academia.edu/7543331/BAB_III_RENCANA_ASUHAN_KE
PERAWATAN (diakses pada 27 Februari 2016)
4.231
https://www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_
Keperawatan_pada_Pasien_dengan_Masalah_Hipertermi (diakses pada 29
Februari 2016)
4.232
Madyo
Wratsongko,
Trianggoro.
2006.
250
Resep
4.234
45
4.235
4.236
Wiradarma, Karin.
.Penanganan
Bronkopnemonia
pada
Yolanda,
Natharina.
2015.