Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis ekstra paru merupakan TB yang terjadi pada organ selain
paru, misalnya: pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium) kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, alat kelamin, kulit, sendi, tulang, dll. Pasien TB ekstra
paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB
ekstra paru pada organ yang menunjukkan gambaran TB yang terberat. Namun,
pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,
diklasifikasikan sebagai pasien TB paru (Sharma & Mohan, 2004; PDPI, 2011;
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014; Lee,
2015).
2.2 Faktor Risiko
2.3 Patogenesis
TB umumnya terjadi pada paru (TB Paru). Namun, penyebaran melalui
aliran darah atau getah bening dapat menyebabkan terjadinya TB diluar organ
paru (TB ekstra paru). Apabila penyebaran secara masif melalui aliran darah, hal
tersebut dapat menyebabkan semua organ tubuh dapat terkena (TB milier).
(Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari TB tergantung dari beberapa faktor, diantaranya
adalah usia, status imun, penyakit penyerta, status imunisasi BCG, tingkat
virulensi organisme serta interaksi antara host mikroorganisme. Berdasarkan
tingkat keparahan dari penyakitnya, TB ekstra paru di klasifikasikan menjadi TB
ekstra paru ringan (Limfadenitis TB, pleuritis eksudativa unilateral, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal) dan TB ekstra paru berat
(meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin). Gejala umum
yang dapat dijumpai diantaranya adalah demam (37 80% penderita
mengalaminya), kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, kelemahan,
berkeringat dimalam hari, dan malaise. Sedangkan untuk manifestasi
haematologik yang paling umum dijumpai adalah peningkatan sel
polimorfonuklear serta adanya anemia. Hiponatremia juga dapat terjadi pada
pasien TB. Hal tersebut disebabkan adanya produksi hormon antidiuretik dari
jaringan paru yang terkena. Tuberkulosis (TB) juga berkaitan erat dengan
beberapa penyakit, diantaranya infeksi HIV, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus
dan neoplasma. Manifestasi klinis dari TB Ekstra Paru biasanya menampakkan
gejala sistemik dan diikuti oleh gejala lokal dari organ yang terkena (Wani, 2003;
Engin, Acunas & Tunaci, 2000; PDPI, 2011).
2.5.1 Limfadenitis TB
Pada kelenjar getah bening (KGB) yang terkena umumnya dijumpai
pembengkakan (Skrofula) serta hal tersebut dapat terjadi pada satu atau lebih
KGB. Kelenjar getah bening yang sering terlibat adalah KGB servikal posterior
atau anterior serta KGB supraklavikula. Kulit diatas KBG yang terkena akan
mengalami peradangan serta menampakkan kerutan. Pecahnya KGB yang terlibat
tersebut dapat menyebabkan pembentukan saluran sinus yang sulit untuk
disembuhkan, sedangkan adenopati intra toraks dapat menyebabkan kompresi
pada bronkus, menyebabkan atelektasis, pneumonia serta bronkiektasis (sering

dijumpai pada anak - anak). Pembesaran pada KGB terbagi menjadi lima stadium.
Stadium I (Wani, 2003; Sharma & Mohan, 2004)

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Penegakan diagnosis TB Ekstra Paru merupakan tantangan bagi para
klinisi. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis serta harus diupayakan berdasarkan penemuan
Mycobacterium tuberculosis pada sediaan yang diperiksa.
Berbagai metode diagnostik telah dikembangkan untuk membantu
diagnosis dari TB ekstra paru, diantaranya adalah biopsi, pewarnaan bakteri dan
kultur, pemeriksaan cairan tubuh, Nucleic acid amplification test (NAAT) dan tes
imunologi (PDPI, 2011; Lee, 2015)
2.4.1

Biopsi
Diagnosis TB ekstra paru sebagian besar tergantung dari bukti histologis,

karena pemeriksaan biopsi, terutama biopsi eksisi memiliki tingkat sensitivitas


yang lebih tinggi dibandingkan dengan biopsi jarum halus (BJH). Nilai akurasi
diagnostik juga akan lebih meningkat jika dikombinasikan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya (Lee, 2015).
2.4.2 Pewarnaan Mycobacterial dan Kultur
Penemuan M. tuberculosis pada kultur spesimen pasien merupakan
pemeriksaan baku emas untuk kasus TB. Namun, penegakan diagnosis pasti untuk
kasus TB ekstra paru masih merupakan tantangan tersindiri bagi banyak klinisi,
karena masih sulitnya memperoleh spesimen pasien, terutama jika yang terkena
adalah bagian yang sulit dijangkau, sehingga sensitivitas dan spesifisitas
pemeriksaan dapat mengalami penurunan (Lee, 2015).

2.4.3

Pemeriksaan Cairan Tubuh

2.4.4
2.4.5
2.4.6

Nucleic acid amplification test (NAAT)


Tes Imunologi

2.6 Terapi dan Prognosis

Anda mungkin juga menyukai