Anda di halaman 1dari 5

Awas, Ranjau Asuransi Prudential (Catatan untuk Ahmad Dhani)

27 September 2013 06:21:38 Diperbarui: 06 November 2015 17:11:35 Dibaca : 127,792


Komentar : 69 Nilai : 0
Menyimak berita ditolaknya klaim asuransi Dul AQJ oleh Asuransi Prudential, maka saya
sebagai orang yang cukup tahu tentang Prudential terpanggil untuk urun rembug. Biukan rahasia,
kalau Prudential itu manis sekali waktu menawarkan asuransi tetapi pahit dan sangat sulit untuk
diklaim. Demikian juga dengan iming-iming hasil Unit Link (asuransi yang dibagi dua : asuransi
dan investasi) yang beda banget dengan kenyataan. Silakan tanya di Tahun 2013 ini, siapa yang
hasil unit linknya dapat mencapai jumlah rupiah sesuai iming-iming agen? Namun para agen
tetap semangat mencari korban upss maksudnya mencari nasabah, mengingat komisi 30% dari
premi yang dibayar nasabah. Silakan hitung, kalau dapat 10 nasabah @ Rp 1 juta, berarti komisi
si agen Rp 3 juta perbulan. Tidak heran kalau agen Prudential, konon sudah 1000 orang
berpenghasilan lebih dari Rp 300 juta perbulan. Ditambah iming-iming untuk jalan-jalan ke luar
negeri 6 bulan sekali. soooodap kan? Kembali ke peristiwa si Dul AQJ. Memang ada klausul di
dokumen polis yang menyatakan Prudential tidak akan membayar klaim jika peristiwa tersebut
melanggar hukum, dalam hal ini si Dul menyupir tanpa memiliki SIM. Memang itu point kuat
untuk jadi senjata Prudential mengemplang pembayaran klaim. Namun terlepas bahwa klausul
Prudential itu sudah disepakati oleh Ahmad Dhani sebagai pembayar polis, maka hati nurani kita
bicara. Apakah si Doel dengan sengaja melakukan kecelakaan, apakah ia sengaja membunuh ke7 korban, apakah ia sendiri tidak menderita secara fisik dan mental? Lagipula apakah hak
Prudential menghakimi bahwa si Dul tidak berhak menerima uang klaim, padahal perkara itu
sama sekali belum diperiksa apalagi diputus pengadilan. Bagaimana tidak jengkel, saat kita
membutuhkan dana yang sebenarnya berasal dari duit kita sendiri, eh malah ditolak.
Bagaimanapun kita mau membayar premi asuransi karena kita berharap dapat memanfaatkannya
suatu hari nanti, entah klaim asuransi jiwa (kematian), klaim kecelakaan, atau klaim kesehatan.
Ranjau Prudential lainnya adalah saat kematian. Jika ada kisah yang tidak jelas tentang kematian,
misalnya isu sedikit saja kalau ia meninggal karena narkoba atau bunuh diri, maka dengan
enteng Prudential menolak membayar klaim kematian. Bayangkan betapa kecewa keluarga,
karena sudah bertahun-tahun bayar premi, dan saat kemalangan tentu berharap mendapat
penghiburan, eh giliran mau klaim eh ditolak dengan alasan macam-macam. Sementara ranjau

Prudential untuk kesehatan sudah terlalu panjang daftarnya. Silakan googling saja, betapa
ratusan bahkan ribuan orang kecewa karena klaim rumah sakit ditolak Prudential dengan alasan
yang kesannya dicari-cari. Sekali lagi, Prudential itu BISNIS asuransi. Prudential BUKAN
TEMAN di kala susah. Karena itu, saya dan keluarga memutuskan tidak mau berurusan dengan
Prudential lagi.

Sumber : http://www.kompasiana.com/kitikirana/awas-ranjau-asuransi-prudential-catatan-untukahmad-dhani_55283fc4f17e61c42a8b45df

Menurut analisa saya mengenai kasus tersebut adalah :


Perjanjian asuransi melahirkan berbagai program yang secara pengaturan belum ada
aturan yang pasti dijadikan landasan pelaksanaan berbagai program asuransi tersebut. Asuransi
tumbuh karena semakin banyak berbagai risiko yang dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan.
Risiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan kerugian. Karena itu kebutuhan akan
jasa asuransi makin dirasakan baik perorangan maupun dunia usaha.
Asuransi merupakan sarana financial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik atas
risiko yang mendasar seperti risiko kematian ataupun risiko atas harta benda. Kepastian hukum
dalam perjanjian asuransi merupakan hal yang sangat penting. Pengaturan asuransi sebagai
perjanjian harus mempuyai kejelasan, sehingga persoalan terkait asuransi bisa diselesaikan.
Seperti kasus yang terjadi pada Dul anak Ahmad Dhani, karena Dul menabrak mobil dan
menewaskan beberapa orang dalam kecelakaan beruntun dan klaim asuransi yang diajukan
Ahmad dhani ke Prudential tidak cair karena yang dilakukan Dul anak ahmda dhani tersebut
melanggar hukum, maka masalah tersebut merupakan permasalahan seputar praktik perjanjian
asuransi, seringkali Masyarakat sebagai Tertanggung dalam perjanjian tersebut yang dirugikan.
Mengapa persoalan ini muncul, apakah pengaturannya atau penerapan dari aturan yang ada yang
bermasalah. Dalam praktik asuransi mayarakat yang mengikatkan diri dalam perjanjian asuransi
terbuai dengan janji dan keuntungan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, karena tidak
adanya jaminan hukum seringkali praktIk-praktik perasuransian sulit dipertanggungjawabkan.
Banyak sektor jasa asuransi mengalami persoalan dengan nasabah. Sering terjadi keluhan dari

Tertanggung asuransi tentang sulitnya pengajuan klaim asuransi bahkan sampai penolakan klaim
dari perusahaan asuransi padahal Tertanggung sudah membayar premi asuransi.
Penerapan asasasas asuransi tidak sepenuhnya diterapkan secara tegas. Ketidakseimbangan antara term dan condition pada klausul perjanjian asuransi yang cenderung
memberatkan kepada nasabah, sehingga harapan untuk penguatan posisi tawar nasabah dan
pemberian dorongan tanggungjawab kepada pihak asuransi yang tidak atau sangat kurang.
Meskipun terkadang karena ketidaktahuan nasabah sendiri mengenai tata cara pengajuan klaim.
Kedudukan tertanggung dalam perjanjian asuransi belum jelas pengaturannya apalagi di dalam
undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, di peraturan pelaksanaannya
pun di dalam PP No 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian belum diatur
secara terperinci tentang kedudukan dan fungsi tertanggung sebagai pemegang polis. Banyak
perusahaan asuransi mengalami bangkrut atau pailit tidak dapat mempertanggungjawabkan dana
yang di investasikan oleh pemegang polis atau tertanggung, hal ini terjadi sebagai akibat ketidakjelasan pengaturan tentang perlindungan hak pemegang polis dalam perjanjian asuransi sehingga banyak terjadi penipuan dan penggelapan dana pemegang polis oleh perusahaan asuransi.
Sampai saat ini belum ada aturan khusus yang bersifat lex specialis yang mengatur keterkaitan
asuransi dan perlindungan dana investasi pemegang polis, karena pengaturan asuransi dalam
perundang-undangan hanya bersifat umum (lex generalis). Sedangkan perjanjian hanya didasarkan pada kontrak perjanjian baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi. Hal ini merupakan
kelemahan dalam sistem perlindungan hukum terhadap masyarakat khususnya pemegang polis
dalam asuransi apalagi kalau perusahaan asuransi bangkrut atau pailit.
Pada saat ini telah berkembang berbagai jenis asuransi di masyarakat, dalam manajemen
risiko, asuransi merupakan lembaga pengalihan risiko. Pasal 1 angka 1 UU No 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang mejadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk : (a), Memberikan penggantian kepada tertanggung
atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa tidak pasti, atau; (b), Memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya

tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Pada undang-undang perasuransian di atas sebagai hukum positif dikatakan bahwa asuransi merupakan lembaga pengalihan risiko, tetapi dalam praktiknya saat ini suransi telah
mengarah tidak hanya sebagai lembaga pengalihan risiko tetapi juga merupakan lembaga investasi. Berdasarkan perkembangan praktik asuransi saat ini maka asuransi sudah mengalami
perubahan generasi dari asuransi generasi pertama ke asuransi jenis kedua.
Paradigma baru: Revolusi Ilmiah Asuransi = Investasi
Menurut Thomas S Kuhn Paradigma merupakan cara pandang, nilai-nilai, metodemetode, prinsip dasar, atau memecahkan suatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat
ilmiah pada suatu tertentu. Apabila suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar
atau mengalami krisis, kepercayaan terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara
pandang yang demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah menjadi tanda telah terjadi
pergeseran paradigma.
Investasi merupakan sejumlah pengorbanan ekonomi yang dilakukan sekarang untuk
memperoleh imbal hasil di masa mendatang. Pada dasarnya asuransi bukan investasi karena
fungsi asuransi adalah proteksi, bedanya asuransi sebagai pengorbanan yang dilakukan sekarang
untuk menghindari risiko yang tak terduga di masa mendatang. Jadi jika investasi itu mengharapka Dengan perkembangan usaha perasuransian dan perkembangan kebutuhan masyarakat
baik dari Pihak pelaku usaha asuransi maupun pihak Tertanggung atau masyarakat yang
mengikatkan diri pada perjanjian asuransi maka muncullah fungsi baru dari lembaga
perasuransian sebagai lembaga investasi. Setelah melewati krisis dan anomali ilmiah, maka
timbullah suatu paradigma baru dalam usaha bisnis asuransi tersebut. Paradigma yang dihasilkan
dari adanya revolusi ilmiah pengetahuan setelah melewati waktu yang panjang. Pernyataan di
atas adalah salah satu fakta telah terjadi pergeseran paradigma asuransi dengan berbagai program
investasi, ini bertolak belakang dengan konsep asuransi menurut ahli dan perundang-undangan
asuransi bahwa asuransi merupakan lembaga pengalihan risiko.
Dengan perkembangan usaha perasuransian dan perkembangan kebutuhan masyarakat
baik dari Pihak pelaku usaha asuransi maupun pihak Tertanggung atau masyarakat yang
mengikatkan diri pada perjanjian asuransi maka muncullah fungsi baru dari lembaga
perasuransian sebagai lembaga investasi. Setelah melewati krisis dan anomali ilmiah, maka

timbullah suatu paradigma baru dalam usaha bisnis asuransi tersebut. Paradigma yang dihasilkan
dari adanya revolusi ilmiah pengetahuan setelah melewati waktu yang panjang.
Asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi sebagai lembaga pengalihan risiko
saja mulai ditinggalkan dan menambah ketidaktertarikan masyarakat terhadap lembaga
perasuransian sehingga perusahaan asuransi sebagai Pelaku bisnis asurasi mencari strategi
dengan menggeser fungsi asuransi sebagai investasi. Fungsi asuransi sebagai lembaga investasi
ternyata menarik minat masyarakat untuk mengikatkan dirinya pada perjanjian asuransi ini. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap kepastian hukum dalam praktik dan norma perjanjian asuransi di
Indonesia, karena pergeseran paradigma lembaga asuransi yang terjadi pada masyarakat harus
diiringi dengan hukum positif yang bisa menjadi payung hukum terhadap paradigma asuransi
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai