Anda di halaman 1dari 8

SOAL :

Deskripsikan pernyataan dari :


1. Hukum salah satu tujuannya adalah keadilan
2. Hukum berlaku secara universal didalam suatu Negara
3. Keadilan sifatnya subyektif.
Pertanyaannya, berkaitan dengan pernyataan tersebut diatas bagaimana hukum mampu
menciptakan keadilan sementara keadilan sifatnya subyektif dan hukum keberlakuannya
universal ?

Hukum salah satu tujuannya adalah keadilan, Keadilan merupakan salah satu tujuan
hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan
hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Idealnya,
1

hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Putusan hakim misalnya, sedapat mungkin
merupakan resultant dari ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada yang berpendapat, bahwa di
antara ketiga tujuan hukum tersebut, keadilan merupakan tujuan hukum yang paling penting,
bahkan ada yang berpendapat, bahwa keadilan adalah tujuan hukum satu-satunya. Pengertian
keadilan adalah keseimbangan antara yang patut diperoleh pihak-pihak, baik berupa keuntungan
maupun berupa kerugian. Dalam bahasa praktisnya, keadilan dapat diartikan sebagai
memberikan hak yang setara dengan kapasitas seseorang atau pemberlakuan kepada tiap orang
secara proporsional, tetapi juga bisa berarti memberi sama banyak kepada setiap orang apa yang
menjadi jatahnya berdasarkan prinsip keseimbangan. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada artinya
sama sekali.
Dari sekian banyak para ahli hukum telah berpendapat tentang apa keadilan yang sesungguhnya
serta dari literatur-literatur yang ada dapat memberikan kita gambaran mengenai arti adil. Adil
atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain yang menyangkut hak
dan kewajiban. Yitu bagaimana pihak-pihak yang saling berhubungan mempertimbangkan
haknya yang kemudian dihadapkan dengan kewjibanya. Disitulah berfungsi keadilan.
untuk menerapkan rasa keadilan tadi, karena bisa perangkat hukum yang ada ternyata belum
memenuhi rasa keadilan.1

Hukum berlaku secara universal didalam suatu Negara, Maksudnya setiap orang
dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensinya dan hukum baerlaku dimana saja dan kapan saja. Supremasi
hukum. Maksudnya semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman teringgi. oleh
karena itu, baik penguasa maupun warga negara harus mengedepankan hukum dan bertindak
sesuai dengan aturan hukum yagn berada. Semua warga negara termasuk penguasa/pemerintah
mempunyai kedaulatan yang sama di hadapan publik tanpa terkecuali. Setiap orang yang lahir di
dunia sudah diikat dengan hukum, segala tindakannya harus sesuai dengan norma yang berlaku.
Karena hukum berlaku secara universal maka hukum berlaku bagi semua orang. Tidak
memandang etnis atau golongan hukum tersebut melekan dalam setiap tindakan seseorang,
1 http://rasjuddin.blogspot.com/2013/06/hubungan-3-tujuan-hukum-kepastian-hukum.html

bilamana orang tersebut melakukan hal diluar batas maka hukum yang berlaku secara universal
tersebut akan diterapkan kepada seseorang yang telah melanngar norma yang telah diatur dalam
undang-undang. Karena hukum berlaku dimana saja dan kapan saja. Saat orang emlakukan suatu
pelanngaran norma dan ada seseorang mengetahui tindakannya tersebut maka hukum akan
berlaku pada dirinya.
Keadilan sifatnya subjektif, maksud dari pernyataan itu menurut Hans Kelsen
mengemukakan keadilan sebagai pertimbangan nilai yang bersifat subjektif. Walaupun suatu
tatanan yang adil yang beranggapan bahwa suatu tatanan bukan kebahagian setiap perorangan,
melainkan kebahagian sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin individu dalam arti kelompok,
yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu, yang oleh penguasa atau pembuat hukum,
dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan yang patut dipenuhi, seperti kebutuhan sandang, pangan
dan papan. Tetapi kebutuhan-kebutuhan manusia yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini
apat dijawab dengan menggunakan pengetahuan rasional, ang merupakan sebuah pertimbangan
nilai, ditentukan oleh faktor-faktor emosional dn oleh sebab itu bersifat subjektif.
Keadilan menunjuk pada pertimbangan nilai yang sangat subjektif. Keadilan adalah
persoalan kita semua, dan dalam suatu masyarakat setiap anggota berkewajiban untuk
melaksanakan keadilan itu. Dalam hal ini orang tidak boleh bersifat netral apabila terjadi sesuatu
hal yang tidak adil. Keadilan ini dipahami sebagai hukum yang lebih tinggi atau terakhir yang
berkembang dari sifat alam semesta, dari tuhan dan akal manusia.
Sebagai warga Negara , setiap individu berhak mendapat keadilan untuk mendapatkan
hak dan kewajibanya, serta mendapatkan perlindungan dalam Negara, karena keadilan dimiliki
setiap orang yang bersifat subyektif.
Membicarakan keadilan tidak semuda yang kita bayangkan, karena keadilan bisa bersifat
subjektif dan bisa individualistis, artinya tidak bisa disama ratakan. Karena adil bagi si A belum
tentu adil oleh si B. Oleh karen itu untuk membahas rumusan keadilan yang lebih komprehensif,
mungkin lebih obyaktif kalau dilakukan atau dibantu dengan pendekatan disiplin ilmu lain
seperti filsafat, sosiologi dan lain-lain. Sedangkan kata-kata rasa keadilan merujuk kepada
berbagai pertimbangan psikologis dan sosiologis yang terjadi kepada pihak-pihak yang terlibat,
yaitu terdakwa, korban, dan pihak lainnya. Rasa keadilan inilah yang memberikan hak diskresi
kepada para penegak hukum untuk memutuskan agak keluar dari pasal-pasal yang ada dalam
3

regulasi yang menjadi landasan hukum. Ini memang ada bahayanya, karena kewenangan ini bisa
disalahgunakan oleh yang punya kewenangan, tetapi di sisi lain kewenangan ini perlu diberikan

Hukum dapat mampu menciptakan keadilan sementara keadilan bersifat subyektif dan
hukum keberlakuannya bersifat universal yaitu dengan hukum dapat menciptakan keadilan,
maka suatu individu yang menginginkan suatu keadilan atas dirinya dapat tercapai maka orang
4

tersebut telah mendapatkan keadilan yang diinginkannya, karena keadilan adalah hak setiap
orang maka setiap orang berhak mendapatkan keadilan itu tanpa terkecuali, seperti Manusia
senantiasa membutuhkan hukum, dalam setiap ruang dan waktu. Kebutuhan manusia terhadap
hukum sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri (ubi societes ibi ius) karena hukum
selalu memberikan perlindungan kepada manusia demi terwujudnya keamanan dan ketertiban
dalam masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan tujuan hukum.
Dalam literatur ilmu hukum dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum. yaitu teori etis,
teori utilistis dan teori campuran. Menurut teori etis bahwa hukum semata-mata bertujuan untuk
keadilan. Isi hukum ditentukan oleh kesadaran etis masyarakat mengenai apa yang adil dan apa
yang tidak adil. Dengan kata lain, menurut teori etis hukum bertujuan mewujudkan keadilan.
Hakekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya
dengan suatu norma yang menurut pandangan subyektif (subyektif untuk kepentingan
kelompokya, golongan dan sebagainya) melebihi norma-norma lain. Dalam hal ini ada dua pihak
yang terlibat. yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan misalnya
orang tua dan anaknya, majikan dan buruh, hakim dan pencari keadilan, pemerintah dan
warganya.
Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang hanya dilihat dari pihak yang menerima
perlakuan saja; para yustisiabel (pada umumnya pihak yang dikalahkan dalam perkara perdata)
menilai putusan hakim tidak adil, buruh yang mendapat pemutusan hubungan kerja (PHK)
merasa diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Jadi, penilaian tentang keadilan ini pada
umumnya hanya ditinjau dari satu pihak saja (pihak yang menerima perlakuan).
Apakah pihak yang melakukan tindakan atau kebijaksanaan tidak dapat menuntut tindakan atau
kebijaksanaannya dinilai adil? Kalau kebijaksanaan pemerintah telah dipertimbangkan masakmasak bahwa hal itu demi kepentingan umum (publik), tetapi ada warganegara yang tidak
sepenuhnya terpenuhi kebutuhannya, apakah kebijaksanaan pemerintah tersebut dapat dinilai
tidak adil? Kalau buruh ternyata telah melakukan tindakan yang merugikan perusahaan dan
kemudian majikan memutuskan hubungan kerja terhadap buruh yang bersangkutan, apakah
tindakan majikan itu tidak adil? Keadilan kiranya tidak harus dilihat dari satu pihak saja akan
tetapi harus dilihat dari dua pihak

Jika dikatakan bahwa hukum itu bertujuan mewujudkan keadilan itu berarti bahwa hukum itu
identik dengan keadilan. Namun sebenarnya hukum tidaklah identik dengan keadilan. Peraturan
hukum tidaklah selalu mewujudkan keadilan, misalnya, peraturan hukum lalu lintas.
Mengendarai kendaraan di sebelah kiri jalan di Indonesia tidak berarti adil, sedangkan
mengendarai kendaraan sebelah kanan jalan tidak berarti tidak adil. Itu tidak lain agar lalu lintas
berjalan teratur, lancar, sehingga tidak terjadi tabrakan dan dengan demikian kepentingan
manusia terlindungi.
Telah menjadi pembawaan hukum bahwa hukum itu menciptakan peraturan-peraturan yang
mengikat setiap orang dan karenanya bersifat umum. Ini berarti hukum itu bersifat
menyamaratakan; setiap orang dianggap sama. Suatu tata hukum tanpa peraturan umum yang
mengikat setiap orang tidak mungkin ada. Tanpa adanya peraturan-peraturan umum berarti tidak
ada kepastian hukum. Kalau hukum menghendaki penyamarataan, tidak demikian dengan
keadilan.

Untuk

memenuhi

keadilan

peristiwanya

harus

dilihat

secara

kasuistis.

Sedangkan menurut teori utilistis, hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Tujuan hukum menurut teori ini adalah
manfaat dalam menghasilkan kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak.
Tokohnya adalah Jeremy Bentham.2
Adapun teori campuran dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa tujuan pokok
dan pertama dari hukum, adalah ketertiban. Di samping ketertiban, tujuan hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
Sedangkan menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup
antar pribadi yang meliputi ketertiban antar pribadi dan ketenangan intern pribadi. 3
Dengan demikian kehidupan manusia tanpa hukum merupakan kehidupan yang tidak bernilai.
Suatu kehidupan dianggap bermakna apabila ditunjang oleh hukum dan hukum tersebut berlaku

2 Sudikno Mertokusumo, op.cit., h. 71-72..


3 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Seokanto, Perihak Kaedah Hukum (Bandung:
Alumni, 1978), h. 67.
6

secara universal dan abadi. Menurut Friedmann, sejarah tentang hukum alam adalah merupakan
apa yang dinamakan absolute justie (keadilan abadi).4
Untuk mencapai keadilan abadi yang menjadi tujuan hukum, maka hukum hendaknya
berperan dalam mengatur berbagai kepentingan baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya)
dalam masyarakat. Misalnya, dalam persoalan politik, tujuan utama politik hukum adalah
menjamin keadilan dalam masyarakat. Melalui hukum, pemerintah harus mengimbangi
kepentingan umum dengan kepentingan-kepentingan lainnya. Dengan kata lain. tugas utama
pemerintah suatu negara ialah mewujudkan keadilan sosial. Keadilan sosial dapat terwujud
dalam masyarakat jika hak-hak manusia dihormati, serta pelimpahan wewenang sesuai keahlian
serta pemerataan ekonomi, pendidikan dan bidang-bidang lainnya.
Secara umum tujuan hukum, adalah untuk mewujudkan keadilan, memberikan kemanfaatan
dan mewujudkan kepastian hukum. Namun kadang-kadang tujuan hukum yang begitu ideal
disalahgunakan sehingga hukum dijadikan sebagai kendaraan politik untuk melegitimasi dan
melanggengkan kekuasaan, hukum dijadikan alat untuk menindas kelompok lemah serta
berbagai pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Kini hukum seakan jauh dari tujuannya untuk
mewujudkan keadilan dalam masyarakat.
Upaya mengembalikan hukum pada tujuannya menurut Lawrence Meir Friedmann, ada tiga
komponen yang harus diperbaiki, yaitu:
1. Substansi (substance) hukum atau materi hukum artinya setiap produk hukum hendaknya
dapat memberikan perlindungan dan menjamin hak-hak masyarakat terutama kelompok
marjinal.
2. Struktur (structure) hukum, atau aparat penegak hukum artinya para penegak hukum
(hakim, jaksa dan polisi) hendaknya bersikap arif dalam menegakkan hukum, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

4 Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsajal Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990), h.
27-28.
7

3. Kultur hukum (legal culture), atau budaya hukum artinya setiap produk hukum agar
selalu mempertimbangkan hokum dan budaya yang hidup dan terpelihara di dalam
masyarakat.5
Jika ketiga komponen tersebut diatas dapat diperbaiki, maka perlindungan
masyarakat sebagai tujuan hukum dapat terwujud dalam realitas kehidupan
sehari-hari.

5 Ahmad Ali, Teori Hukum, Materi Kuliah (tertanggal 16 Mei 2001).


8

Anda mungkin juga menyukai