Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA

PEGAWAI TATA USAHA SMK NEGERI DI KOTA PAYAKUMBUH

Oleh
Vevi Gusrini Vionita
2008/00458

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Maret 2013

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA


PEGAWAI TATA USAHA SMK NEGERI DI KOTA PAYAKUMBUH
Vevi Gusrini Vionita
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : vevigusrinivionita21@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan motivasi
kerja tehadap kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif asosiatif. Sampel penelitian ini adalah 40 orang pegawai
Tata Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh. Metode pengambilan sampel yang digunakan
yaitu total sampling. Data primer penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan angket
yang disebarkan kepada sampel/responden penelitian. Data sekunder diperoleh dari
dokumentasi dan studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan dan penelitian yang ada
kaitannya dengan bahan penelitian. Data yang telah terkumpul tersebut lalu dianalisis secara
statistik dengan analisis korelasi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat
pendidikan terhadap kinerja (2) Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap
kinerja. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan dan motivasi kerja secara
bersama-sama terhadap kinerja.
Kata kunci : tingkat pendidikan, motivasi kerja, kinerja.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of educational level and motivation
employee performance on the Administration SMK In Payakumbuh. This study used a
descriptive approach associative. The sample of this study were 40 employees in the
Administrative SMK Payakumbuh. The sampling method used is total sampling. Primary data
were collected through interviews and questionnaires were distributed to a sample /
respondents of the study. Secondary data were obtained from the documentation and study of
literature, legislation and research that are related to materials research. Data that have been
collected are then analyzed statistically by multiple correlation analysis using SPSS version
16.0. The results showed that (1) There is significant education level on the performance. (2)
There is a significant effect motivation on the performance by working. (3) There is a
significant effect level of education and motivation to work together on the performance.

Key word : education, motivation, performance.

PENDAHULUAN
Sumber daya manusia mempunyai
peran
penting
dalam
menentukan
keberhasilan suatu organisasi. Semua
potensi sumber daya manusia sangat
berpengaruh terhadap upaya organisasi
dalam mencapai tujuannya. Untuk
menciptakan kinerja yang diharapkan,
dibutuhkan adanya motivasi kerja yang
optimal dan kemampuan kerja yang baik.
Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Stoner dalam Soekidjo (2009:125) kinerja
seorang tenaga kerja atau pegawai
dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan
dan faktor persepsi.
Kemampuan
didapatkan
dari
pendidikan yang gunanya untuk mencapai
suatu keberhasilan yang diharapkan.
Kinerja merupakan hasil dari kemampuan
karyawan yang ditimbulkan dari motivasi
dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Veithzal
(2009:548) menyatakan kinerja merupakan
suatu
fungsi
dari
motivasi
dan
kemampuan. Kinerja merupakan hasil
kerja dari pegawai yang ditimbulkan dari
motivasi dan tingkat pendidikan yang
memadai dalam upaya perusahaan (kantor)
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam
meningkatkan
kinerja
pegawai dan untuk memotivasi pegawai
dalam bekerja adalah melalui pendidikan.
Tingkat pendidikan yang ditempuh dan
dimiliki oleh seseorang pada dasarnya
merupakan usaha yang dilakukan dapat
memperoleh kinerja yang baik. Menurut
Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai
nilai-nilai
kebudayaan
dan
masyarakat. Lebih lanjut Hasbullah
(2009:1) menyatakan bahwa Pendidikan
adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat

hidup atau penghidupan yang lebih tinggi


dalam arti mental.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha yang sengaja
dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung yang dijalankan seseorang untuk
mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.
Rendahnya kinerja pegawai Tata
Usaha SMK N di Kota Payakumbuh
dilihat dari tingkat pendidikan pegawai
Tata Usaha SMK N di Kota Payakumbuh.
Tingkat
pendidikan
pegawai
yang
terbanyak adalah tamatan SMA/SMK yaitu
sebanyak 65% (26 orang), sementara
tamatan D4/S1 hanya sekitar 12.5% (5
orang) dan bahkan masih ada pegawai
yang tamatan SMP yaitu 10% (4 orang).
Jadi tingkat pendidikan pegawai Tata
Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh
masih
didominasi
oleh
tamatan
SMA/SMK.
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, ditemukan indikasi tingkat
pendidikan pegawai yang mengungkapkan
kurangnya kemampuan pegawai dalam
penguasaan
penggunaan
teknologi
komputer, seperti pegawai tidak bisa
memindahkan data dari komputer ke
flashdisk.
Agar
kinerja
pegawai
meningkat, perlu diperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kinerja
pegawai, yang salah satunya adalah
motivasi kerja.
Motivasi
kerja
merupakan
keinginan yang terdapat dalam diri
seseorang
untuk
melakukan
suatu
pekerjaan tertentu guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan oleh organisasi atau
perusahaan, karena menurut Malayu
(2010:141) motivasi berasal dari bahasa
latin Moreve yang berarti dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau
berperilaku. Pengertian motivasi tidak
terlepas dari kata kebutuhan atau needs
atau want. Kebutuhan adalah suatu

potensi dalam diri manusia yang perlu


ditanggapi atau direspon.
Motivasi kerja yang tinggi dapat
meningkatkan kinerja pegawai, sesuai
yang diungkapkan oleh Gibson dan Stoner
dalam Sudarwan (2004:15) motivasi kerja
merupakan
alasan-alasan,
dorongandorongan yang ada dalam diri manusia
yang menyebabkan ia melakukan sesuatu
atau berbuat sesuatu. Oleh sebab itu, dalam
rangka upaya meningkatkan kinerja
organisasi maka intervensi terhadap
motivasi sangat penting dan dianjurkan.
Rendahnya motivasi kerja pegawai
untuk bekerja terlihat dari tingkat absensi
pegawai mengalami pasang surut atau
fluktuatif. Tingkat absensi pegawai yang
berfluktuasi mengindikasikan kurangnya
motivasi kerja pegawai untuk datang
bekerja. Adanya beberapa pegawai yang
tidak datang bekerja berdampak pada
penurunan kinerja. Tingkat absensi
ketidakhadiran pegawai lebih didominasi
oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini
dapat terlihat pada data absensi pegawai
tersebut. Sedangkan untuk pegawai
honorer lebih rajin datang bekerja karena
tingkat ketidakhadirannya lebih sedikit
dibandingkan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai
honorer lebih termotivasi unuk datang
bekerja dibandingkan Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Berdasarkan observasi awal yang
telah dilakukan, ditemukan beberapa
indikasi yang mengungkapkan gejalagejala rendahnya motivasi kerja pegawai,
hal ini terlihat pada kurangnya disiplin
kerja dimana masih terdapat budaya kerja
santai dalam waktu kerja produktif. Kerja
santai hendaknya tidak berada dalam jam
kerja tetapi diluar jam kerja normal seperti
jam istirahat. Namun masih banyak
pegawai yang santai dalam bekerja serta
mengobrol dengan pegawai lain dalam
waktu kerja produktif.

Selain itu diindikasikan juga


sebagai penyebab rendahnya motivasi
kerja pegawai terlihat dari gaya
kepemimpinan
pimpinannya
seperti
kurangnya kerjasama antara pimpinan
dengan pegawai baik berupa komunikasi
dengan
pimpinan
dan
kurangnya
pengawasan dari pimpinan terhadap kerja
pegawai.
Fenomena
lain
yang
mengindikasikan motivasi kerja pegawai
masih rendah, terlihat dari kurangnya
tanggung jawab dan ketekunan pegawai
dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti
banyak tugas-tugas yang terbengkalai dan
tidak selesai dengan tepat waktu.
Hal inilah yang perlu diperhatikan
oleh organisasi untuk meningkatkan
kinerja pegawainya, agar mendapatkan
hasil kerja yang optimal sesuai yang
diinginkan. Untuk meningkatkan kinerja
pegawai perlu diperhatikan tingkat
pendidikan pegawainya dan sesuai dengan
bidang atau jenis pekerjaan yang
diampunya. Selain tingkat pendidikan,
juga perlu diperhatikan mengenai motivasi
kerja pegawai. Jika motivasi kerja pegawai
tinggi maka akan berdampak baik kepada
kinerjanya dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan
baik.
Melihat kenyataan yang dihadapi
tersebut, diduga ada pengaruh antara
tingkat pendidikan dan motivasi kerja
terhadap kinerja pegawai. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian tentang Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Tata Usaha SMK Negeri
Di Kota Payakumbuh.
TEORI
1. Kinerja
Kinerja sering juga disebut dengan
Performance yang berarti prestasi kerja.
Menurut Wibowo (2007:2) Kinerja
mempunyai makna yang lebih luas, bukan
hanya yang menyatakan sebagai hasil
2

kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja


berlangsung. Amstong dan Baron dalam
Wibowo (2007:2) menyatakan Kinerja
merupakan
hasil
pekerjaan
yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
yang strategis organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi
ekonomi.
Veithzal (2009:548) menyatakan
bahwa Kinerja merupakan perilaku nyata
yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan (kantor). Sedangkan Anwar
(2009:67) mengatakan Hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Faktor-faktor
kinerja.

yang

mempengaruhi

Menurut Daves (dalam Anwar,


2009:67) faktor yang mempengaruhi
pencapaian kinerja adalah: (1) faktor
kemampuan (ability) dan (2) faktor
motivasi (motivation). Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan dibawah ini:
1. Faktor Kemampuan (ability)
Secara
psikologis,
kemampuan (ability) pegawai terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge +
skill), artinya pegawai yang memiliki
IQ diatas rata-rata (IQ 110-120)
dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan. Oleh karena
itu, pegawai harus ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right man in the
right place, the right man on the right
job).
2. Faktor Motivasi (motivation)
Motivasi terbentuk dari
sikap (attitude) seorang pegawai
dalam
menghadapi
situasi

(situation)
kerja. Motivasi
merupakan
kondisi
yang
menggerakkan diri pegawai yang
terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). Sikap
mental merupakan kondisi yang
mendorong diri sendiri untuk
berusaha mencapai prestasi kerja
secara maksimal.
Sikap
mental
seorang
pegawai harus sikap mental yang
siap secara psikis (siap secara
mental, fisik, tujuan dan situasi),
artinya seorang pegawai harus siap
mental, mampu secara fisik,
memahami tujuan utama dan target
kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan dan menciptakan
situasi kerja.
Aspek Kinerja
Menurut
Anwar
(2009:75)
mengemukakan bahwa aspek kinerja
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas kerja yang terdiri
dari ketetapan, ketelitian,
keterampilan
dan
kebersihan.
2. Kuantitas
yang
diperhatikan adalah output
rutin dan output pekerjaan
ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan
yang diperhatikan apabila
mengikuti
instruksi,
inisiatif, hati-hati dan
kerajinan.
4. Sikap yang diperhatikan
adalah
terhadap
perusahaan, pegawai dan
lingkungan organisasi.
2. Tingkat Pendidikan
Dalam
meningkatkan
kinerja
pegawai dan untuk memotivasi pegawai
dalam bekerja adalah melalui pendidikan.
Tingkat pendidikan yang ditempuh dan
dimiliki oleh seseorang pada dasarnya
merupakan usaha yang dilakukan dapat
memperoleh kinerja yang baik.
3

Pengertian pendidikan menurut


Hasbullah (2009:1) menyatakan bahwa
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai
nilai-nilai
kebudayaan
dan
masyarakat. Lebih lanjut Hasbullah
(2009:1) menyatakan bahwa Pendidikan
adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.
Menurut Undang-undang No. 20
tahun 2003 (dalam Hasbullah, 2009:4)
menyatakan bahwa pendidikan adalah
Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk
memilki
kekuatan
spiritual,
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan utuk
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengaruh
Tingkat
Terhadap Kinerja.

Pendidikan

Pendidikan yang dilalui oleh


pegawai sangat berpengaruh dalam
menentukan kepribadiannya. Dengan bekal
pendidikan yang dimiliki oleh pegawai
akan mampu menghadapi persoalanpersoalan yang dihadapi yang berkaitan
dengan profesinya. Pegawai yang memiliki
pendidikan yang baik dapat dijadikan
sebagai pengembangan dimasa akan
datang karena tanpa pendidikan sulit bagi
seseorang untuk berkembang dan secara
tidak
langsung
akan
mempersulit
berkembangnya organisasi.
Tingkat pendidikan yang tinggi
dari seorang pegawai akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mencapai kinerja
secara optimal, sesuai yang diungkapkan
oleh Soekidjo (2003:28) juga menyatakan
bahwa Pendidikan didalam organisasi
adalah suatu proses pengembangan
kemampuan kearah yang diinginkan oleh
organisasi yang bersangkutan. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, diharapkan


sumber daya manusianya semakin tinggi.
Tanpa bekal pendidikan mustahil orang
akan mudah mempelajari hal-hal yang
bersifat baru didalam cara atau suatu
sistem kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan sangat diperlukan oleh
seorang pegawai, karena akan dapat
membawa pengaruh yang baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap organisasi
tempat dia bekerja. Tingkat pendidikan
juga akan berpengaruh kuat terhadap
kinerja para pegawai untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan yang telah
ditetapkan dengan baik, karena dengan
pendidikan yang memadai pengetahuan
dan keterampilan pegawai tersebut akan
lebih
luas
dan
mampu
untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
3. Motivasi Kerja
Menurut
Malayu
(2010:141)
motivasi berasal dari bahasa latin
Moreve yang berarti dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau
berperilaku. Pengertian motivasi tidak
terlepas dari kata kebutuhan atau needs
atau want. Kebutuhan adalah suatu
potensi dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspon.
Menurut Stanford dalam Anwar
(2009:93) motivasi adalah Suatu kondisi
yang menggerakkan manusia kearah suatu
tujuan tertentu. Motivasi juga dikatakan
sebagai energi untuk membangkitkan
dorongan dalam diri. Sedangkan Terry
(dalam Soekidjo, 2009:114) menyatakan
motivasi adalah Keinginan yang terdapat
pada diri seseeorang individu yang
mendorongnya
untuk
melakukan
perbuatan-perbuatan (perilaku).
Motivasi
menurut
Veithzal
(2009:837) adalah Serangkaian sikap dan
nilai-nilai yang mempengaruhi individu
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai
dengan tujuan individu. Motivasi meliputi
perasaan unik, pikiran dan pengalaman
masa lalu yang merupakan bagian dari
4

hubungan
internal
dan
eksternal
perusahaan (kantor).
Anwar
(2009:93)
juga
mendefinisikan motivasi yaitu: Kondisi
yang menggerakkan pegawai agar mampu
mencapai tujuan yang telah di tentukan.
Suatu motivasi individu dapat timbul dari
dalam diri individu (motivasi instrinsik)
dan dapat timbul dari luar diri individu
(motivasi
ekstrinsik),
keduanya
mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dan prestasi kerja (kinerja).
Faktor-faktor yang
motivasi kerja.

mempengaruhi

Menurut Faustino (2003:180)


motivasi seorang pekerja untuk bekerja
biasanya merupakan hal yang rumit,
karena motivasi melibatkan (1) faktorfaktor individual dan (2) faktor-faktor
organisasional. Faktor-faktor individual
terdiri dari : kebutuhan-kebutuhan (needs),
tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes) dan
kemampuan-kemampuan
(abilities).
Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari
organisasional meliputi : pembayaran atau
gaji (pay), keamanan pekerjaan (job
security), sesama pekerja (co-workers),
pengawasan (supervision), pujian (praise)
dan pekerjaan itu sendiri (job it self).
Teori Motivasi
Kreitner dan Angelo (dalam
Wibowo, 2010:391) menyatakan ada lima
teori motivasi, diantaranya adalah: (1)
Teori Kebutuhan, (2) Teori Kepuasan, (3)
Teori Keadilan dan (4) Teori Harapan.
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja.
Seorang pegawai atau karyawan
harus memilki motivasi kerja karena akan
berpengaruh pada kinerjanya sendiri.
Seperti yang diungkapkan Muchdarsyah
(2008:137) karyawan didalam proses
produksi
adalah
sebagai
manusia
(individu) sudah tentu memilki identifikasi
tersendiri antara lain sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.

Tabiat/watak
Sikap laku/penampilan
Kebutuhan
Keinginan
Cita-cita/kepentingan-kepentingan
lainnya
6. Kebiasaan-kebiasaan
yang
dibentuk oleh keadaan aslinya
7. Keadaan
lingkungan
dan
pengalaman karyawan itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan, karena
setiap karyawan atau pegawai memilki
identifikasi yang berlainan sebagai akibat
dari
latar
belakang
pendidikan,
pengalaman dan lingkungan masyarakat
yang beraneka ragam, maka ini akan
terbawa juga dalam hubungan kerjanya
sehingga akan mempengaruhi sikap dan
tingkah laku karyawan tersebut dalam
melaksanakan pekerjaannya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
dapat
digolongkan pada penelitian deskriptif dan
asosiatif. Penelitian deskriptif merupakan
salah satu bentuk penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan peristiwa atau
kejadian variabel-variabel penelitian.
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK
Negeri Di Kota Payakumbuh. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan juni 2012.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai tata usaha di SMK
Negeri Kota Payakumbuh, dimana jumlah
sekolah SMK Negeri di Kota Payakumbuh
berjumlah 3 sekolah dan jumlah
pegawainya adalah 40 orang. Sampel pada
penelitian ini adalah seluruh pegawai Tata
Usaha SMK Negeri di Kota Payakumbuh.
5

Teknik
pengambilan
sampel
penelitian ini yaitu Total Sampling.

pada

Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah
dengan cara melakukan :
1. Angket
Adalah pengumpulan data
dengan cara memberikan atau
menyebarkan daftar pernyataan yang
diajukan secara tertulis kepada sampel
penelitian tentang masalah yang
diteliti.
2. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data data
yang
berhubungan
dengan
permasalahan penelitian yaitu data
tentang adalah seluruh pegawai tata
usaha di SMK Negeri Kota
Payakumbuh.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah sarana untuk
memperoleh data, maka instrumen
yang digunakan untuk penelitian
adalah penyusunan angket yang
diajukan kepada pegawai tata usaha di
SMK Negeri Kota Payakumbuh.
Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen pada penelitian
ini menggunakan 2 (dua) uji coba yaitu :
uji validitas dan uji reliabilitas. Pada uji
coba validitas yang dilakukan perhitungan
dengan bantuan program SPSS (statistical
product and servise solution) versi 16,0
dapat diketahui suatu pernyataan dikatakan
valid atau tidak. Untuk mengetahui dapat
dilihat Corrected item total Correlation
yang dihasilkan. Selanjutnya dari 37
pernyataan yang diuji cobakan untuk
motivasi kerja pegawai dan 20 pernyataan
untuk kinerja, di dapat r tabel sebesar
0,361 (dengan responden sebanyak 30
orang pegawai). Dari hasil pengolahan
data di dapat 5 pernyataan yang tidak valid
dari variabel motivasi kerja 2 pernyataan

yang tidak valid dari variabel kinerja, dan


karena hasil yang di dapat dibawah dari r
tabel yaitu sebesar 0,361 dan setelah
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
pernyataan yang tidak valid tersebut
dibuangdari daftar pernyataan yang
selanjutnya daftar pernyataan tersebut di
gunakan untuk penelitian.
Sedangkan uji reliabilitas adalah
derajat
ketetapan,
ketelitian
dan
keakuratan.
Menurut
Suharsimi
(2002:154) reliabilitas adalah sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik.
Suharsimi (2000:226) mengemukakan skor
untuk angket atau skala biasanya bukan 1
dan 0 tetapi bertingkat dari 0 atau 1 sampai
3, 5 atau berapa saja menurut kemauan dan
pertimbangan peneliti. Berdasarkan hasil
perhitungan yang di dapat, untuk variabel
motivasi kerja di peroleh Croanbachs
Alpha nya yaitu sebesar 0,905 dan untuk
variabel kinerja di peroleh Croanbachs
Alpha nya yaitu sebesar 0,889. Berarti
masing-masing
variabel
mempunyai
kehandalan dan konsisten bila dilakukan
pengukuran terhadap aspek yang sama
pada alat ukur yang sama.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan
dengan tujuan untuk menggambarkan
kecendrungan penyebaran masingmasing variabel. Analisis secara
deskriptif mencakup pencarian mean
dan standar deviasi dari masing-masing
variabel.
2. Uji Prasyarat Analisis
Dalam uji prasyarat analisis
menggunakan 3 (tiga) uji prasyarat,
yaitu : uji normalitas, uji homogenitas
dan uji multikolinearitas. Uji normalitas
bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
dilakukan dengan uji Kolmogorov6

Smirnov. Pada uji homogenitas untuk


menentukan apakah keempat ketiga
kelompok data mempunyai varian yang
homegen,
maka
dilakukan
uji
Homogenitas yang dilakukan dengan
uji Kolmogrov-Smirnov.
Sedangkan
untuk
uji
multikolinearitas menyatakan bahwa
variambel bebas (independen) harus
terbebas dari gejala multikolinearitas
(gejala korelasi antar variabel bebas).
Untuk
menguji
tidak
adanya
multikolinearitas dapat dilihat melalui
Variance Inflation Faktor (VIF) < 10
dan tolerance > 0.1.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam analisis regresi linear berganda
perhitungannya menggunakan 2 (dua)
uji, yaitu : uji analisis regresi linear
berganda dan uji analisis determinasi.
Analisis regresi linear berganda adalah
hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel
independen (X1,
X2,.Xn) dengan variabel dependen
(Y). Dalam penelitian ini yang akan
dilihat adalah pengaruh tingkat
pendidikan (X1) dan motivasi kerja
(X2) terhadap kinerja (Y). Sedangkan
uji dterminasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
= Variabel dependen ( kinerja)
a = Konstanta (nilai Y apabila X1
dan X2 = 0)
b = Koefisien regresi
X1 = Tingkat Pendidikan
X2 = Motivasi Kerja
4. Uji Hipotesis
Didalam pengujian hipotesis penelitian
ini menggunakan 2 (dua) uji hipotesis,
yaitu uji F dan uji t. Uji F dilakukan

untuk membuktikan dengan tingkat


keberartian tertentu. Seluruh hasil
pengolahan data dengan menggunakan
SPSS versi 16.00. Sedangkan Uji t
bertujuan untuk melihat pengaruh
variabel terikat secara partial terhadap
variabel terikat.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

Pembahasan
hasil
penelitian
dilakukan berdasarkan hasil analisis
deskriptif dan analisis induktif serta
analisis hasil penelitian tentang pengaruh
tingkat pendidikan (X1), dan motivasi kerja
(X2) terhadap kinerja (Y) pegawai Tata
Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh.
Berdasarkan hasil perhitungan
tingkat capaian responden (TCR) terlihat
secara umum kinerja pegawai Tata Usaha
SMK N Di Kota Payakumbuh tergolong
baik. Hal ini terlihat dari rerata yang
diperoleh dari semua indikator sebesar
4,02 dengan tingkat capaian responden
80,5%. Kinerja yang baik ini terlihat dari
sikap pegawai dalam bekerja dengan skor
rata-rata 4,11 dan TCR 82,5%. Hal ini
bermakna bahwa kinerja pegawai Tata
Usaha SMK N Di Kota Payakumbuh dapat
dikatakan baik. Untuk variabel motivasi
kerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di
Kota Payakumbuh tingkat capaian
responden (TCR) nya sebesar 78,45%, hal
ini bermakna bahwa Motivasi kerja
pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di Kota
Payakumbuh dikategorikan baik.
Berdasarkan
pengolahan
data
didapat bahwa tingkat pendidikan dan
motivasi kerja mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap kinerja pegawai Tata
Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
nilai koefisien determinasi (Adjusted R
Square) sebesar 0,554. Hal ini berarti
kontribusi tingkat pendidikan dan motivasi

kerja terhadap kinerja adalah sebesar


55,4%.
Sedangkan dari perhitungan uji F
diperoleh Fhitung22.959dan Ftabel sebesar
3,252. Dengan demikian Fhitung Ftabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang
berarti antara tingkat pendidikan dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
Tata Usaha SMK Negeri Di Kota
Payakumbuh.
Dimana
semakin
tinggitingkat pendidikan dan motivasi
kerjapegawai maka kinerja yang akan
diperoleh juga akan meningkat dan
sebaliknya.
Terdapatnya pengaruh tingkat
pendidikan dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri
Di Kota Payakumbuh ini akan dapat
meningkat hasil kerja pegawai agar
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
organisasi atau kantor. Dengan kata lain
bahwa variabel tingkat pendidikan dan
motivasi kerja dapat dijadikan faktor yang
baik dan nyata ikut menentukan atau
memberikan
sumbangan
terhadap
peningkatan kinerja pegawai.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan menurut
Stoner (dalam Soekidjo, 2009:125) kinerja
seorang tenaga kerja atau pegawai
dipengaruhi oleh : motivasi, kemampuan
(pendidikan) dan faktor persepsi. Menurut
Maier dalam Soekidjo (2009:124) kinerja
adalah Kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan dalam suatu pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Lebih lanjut
Gilbert dalam Soekidjo (2009:124)
menyatakan Kinerja adalah apa yang
dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai
dengan tugas dan fungsinya serta hasil
kerja yang dapat ditampilkan atau
penampilan kerja seorang karyawan
(pegawai).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
adanya
pengaruh
tingkat
pendidikan terhadap kinerja pegawai Tata

Usaha SMK Negeri Di Kota Payakumbuh.


Berdasarkan
perhitungan
diperoleh
thitung3,634 dan ttabel sebesar 1,687) dengan
sig. 0,001 dimana thitung ttabel (3,634
1,687) maka mengakibatkan hipotesis
diterima.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terbukti bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh secara signifikan dengan
kinerja pegawai Tata Usaha SMK Negeri
Di Kota Payakumbuh, artinya semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin
tinggi pula kinerja pegawainya.
Meningkatnya
kinerja
pegawai
disebabkan
oleh
tingginya
tingkat
pendidikan. Hal ini sesuai yang di
ungkapkan Dewey dalam Abu (2007:69)
juga mengatakan bahwa pendidikan adalah
Proses
pembentukan
kecakapankecakapan fondamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama
manusia. Dengan demikian, perbedaan
pendidikan akan memberikan perbedaan
pula dalam hal wawasan, pengetahuan dan
pemahaman tentang sesuatu. Semakin
tinggi pendidikan yang dicapai oleh
pegawai, maka semakin mengerti dan
paham akan bidang tugasnya sehingga
pegawai akan lebih termotivasi untuk
bekerja lebih baik. Dari pengolahan
analisis data diperoleh koefisien variasi
data sebesar 3,16 %. Artinya besarnya
tingkat
keragaman
latar
belakang
pendidikan pegawai Tata Usaha SMK N
Di Kota Payakumbuh tergolong rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ini, penelitian yang relevan
juga dilakukan oleh Rini Suharti (2010)
yang
berjudul
Pengaruh
Tingkat
Pendidikan, Pengalaman Kerja dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT Sucofindo Cabang Padang. Hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut
terdapat pengaruh yang signifikan antara
tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan
kompensasi terhadap kinerja karyawan

Analisis mengenai motivasi kerja


pegawai, menunjukkan bahwa nilai thitung
untuk variabel X2 (motivasi kerja) besar
dari nilai ttabel (2,791 > 1,687) dengan sig.
0,008.Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan
bahwa
motivasi
kerja
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja, artinya semakin tinggi motivasi
kerja pegawai maka akan semakin tinggi
pula hasil kerja atau kinerja pegawai
tersebut.
Berdasarkan analisis data dan
pengujian hipotesis yang telah dilakukan,
hasil penelitian ini menunjukan adanya
pengaruh yang berarti antara motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai Tata Usaha
SMK Negeri Di Kota Payakumbuh.
Berdasarkan perhitungan thitung diperoleh
2,791 dan ttabel sebesar 1,687 dengan sig.
0,008 dimana thitung ttabel (2,791 1,687)
akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima.
Dari penelitian yang dilakukan
terbukti bahwa motivasi kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja pegawai
Tata Usaha SMK Negeri Di Kota
Payakumbuh. Hasil ini sesuai dengan
pendapatAnwar (2009:94) motivasi kerja
didefinisikan sebagai
Kondisi yang
berpengaruh
membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan
kerja. Tanpa motivasi yang tinggi sulit
bagi
organisasi/perusahaan
dalam
mencapai tujuannya dan motivasi juga
merupakan kunci dari kesuksesan bagi
seseorang dalam melakukan perkerjaanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ini, penelitian yang relevan
juga dilakukan oleh Engla Oktavera (2008)
yang berjudul Pengaruh Motivasi dan
Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
pada Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Solok. Hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut
terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi, disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan

Kinerja yang tinggi dapat diperoleh


dengan motivasi kerja yang tinggi pula.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh motivasi
kerja tinggi terhadap kinerja pegawai,
sehingga dengan motivasi kerja yang
tinggi dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Berarti jika motivasi kerja
dimanfaatkan dengan baik maka akan
dapat meningkatkan kinerja pegawai. Dan
sebaliknya jika motivasi kerja kurang
dimanfaatkan dengan baik maka kinerja
akan menurun.
Berdasarkan analisis diatas dan
hasil penelitian terlihat jelas bahwa
terdapat pengaruh tingkat pendidikan
terhadap kinerja pegawai. Terdapat
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja.
Berarti terdapat pengaruh pengaruh yang
signifikan tingkat pendidikan dan motivasi
kerja secara bersama-sama terhadap
kinerja.
KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian masih
terdapat
berbagai
kelemahan
dan
kekurangan, walaupun penulis telah
berupaya semaksimal mungkin dengan
berbagai usaha untuk membuat hasil
penelitian ini bisa menjadi sempurna.
Penulis menyadari bahwa keterbatasan
penelitian ini antara lain :
1. Penelitian ini hanya membahas tingkat
pendidikan da motivasi kerja terhadap
kinerja. Sedangkan masih banyak faktor
lain yang dapat mempengaruhi kinerja.
2. Keterbatasan penelitian ini terdapat
pada indikator pengembangan karir.
Dimana
peneliti
menggunakan
pernyataannya msih terbatas pada
keinginan pegawai untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan agar meningkatkan
keterampilan dan pengetahuannya,
belum mengarahkan kepada pernyataan
apakah pegawai pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan
dalam
upaya
mengembangkan karirnya.
3. Pengumpulan angket dalam penelitian
ini masih ada kelemahan-kelemahan
9

seperti jawaban yang kurang cermat,


respondenyang menjawab asal-asalan
dan tidak jujur, responden kurang serius
dalam membaca pernyataan, serta
pernyataan yang kurang lengkap
sehingga kurang dipahami oleh
responden.
4. Penulis berharap kepada peneliti
selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan kinerja
dan populasi penelitian dapat diperluas.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah penulis lakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat
pendidikan
berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai
Tata Usaha SMK Negeri Di Kota
Payakumbuh.
2. Motivasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai Tata Usaha
SMK Negeri Di Kota Payakumbuh.
3. Tingkat pendidikan dan motivasi kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai Tata Usaha SMK Negeri Di
Kota Payakumbuh.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah penulis lakukan, ada beberapa saran
yang hendaknya dipertimbangkan, yaitu:
Hendaknya pimpinan Tata Usaha
SMK Negeri Di Kota Payakumbuh
memberikan
pelatihan-pelatihan
dan
memberikan kesempatan pada pegawai
untuk melanjutkan pendidikannya agar
tingkat ketelitian, kemampuan dan
keterampilan pegawai meningkat dalam
proses administrasi sehingga kinerja
pegawai tercapai sesuai tujuan organisasi.
Disarankan kepada pegawai agar
dapat lebih meningkatkan motivasi kerja
dan mengurangi aktivitas diluar pekerjaan
selama jam kerja. Meningkatkan kinerja

dalam melaksanakan pekerjaan yang


diberikan dengan baik dan tepat waktu.
Sehubungan dengan itu diharapkan
kepada pimpinan juga lebih mengawasi
pegawai dalam bekerja sehingga dengan
pengawasan yang lebih ditingkatkan
pekerjaan pegawai menjadi terkontrol
dengan baik.
Penelitian ini masih terbatas pada
ruang lingkup yang kecil, diharapkan
kepada peneliti berikutnya untuk meneliti
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. (2007).
Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Anwar Prabu Mangkunegara. (2009).
Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Engla Oktavera. (2008). Pengaruh
Motivasi dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Karyawan
pada Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Solok. FE UNP:
Skripsi.
Faustino Gomes Cardoso. (2003).
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Andi
Ofset.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers.

Malayu Hasibuan. 2010. Manajemen


Sumber Daya Manusia Edisi
Revisi. Jakarta: Sinar Grafika
Ofset.
Muchdarsyah Sinungan. (2008).
Produktivitas Apa dan
10

Bagaimana. Jakarta: Bumi


Aksara.
Rini Suharti. 2010. Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pengalaman Kerja
dan Kompensasi terhadap
Kinerja Karyawan PT Sucofindo
Cabang Padang.FE UNP:
Skripsi.
Soekidjo Notoatmojo. 2009.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: RienekaCipta.
Sudarwan

Danim.
(2004).
MotivasiKepemimpinandanEfe
ktivitasKelompok. Jakarta: PT
AsdiMahasatya.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan
dan Praktek. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Veithzal Rivai dan Ella
JauvaniSagala.2009
ManajemenSumberDayaManusi
auntuk Perusahaan. Jakarta:
Rajawali Press.
Wibowo. 2007. Manajemen Kerja Edisi 1.
Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada.
. 2010. Manajemen Kerja Edisi
3. Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada.

11

Anda mungkin juga menyukai