NIM
: 20160240006
Jurusan
: Oseanografi (A)
adalah
ciri-ciri
kehidupan
zaman
paleozoikum:
Mulai ada tanda-tanda kehidupan berupa mikroorganisme, hewan kecil tanpa bertulang
belakang, jenis ikan, dan jenis ganggang atau rerumputan.
Keadaan bumi masih belum stabil. Iklim masih belum stabil dan berubah-ubah.
Curah hujan sangat besar.
Berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu.
Kambrium berasal dari kata Cambria nama latin untuk daerah Wales di
Inggeris sana, batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari.
Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh
kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang
sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga,
Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit).
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal
bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan
Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang
terpisah.
Zaman Ordovisium (500 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan
bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul
pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang
Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda
mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan
Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian
peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah
samudera yang berada di antaranya.
Zaman Silur (440 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat.
Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku).
Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan
berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang
sebagaipelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia,
Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
raksasa
muncul
dan
ampibi
meningkat
dalam
jumlahnya.
Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di
rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu
membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan
lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis
menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan
sebagai batubara.
Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
Perm adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan
Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri
dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi
punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan,
Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air
dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai
terbentuk di bagian utara bumi.
MESOZOIKUM
Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :
1.)
dengan umur bumi. Masa ini berlangsung antara 205 135 juta tahun yang lalu.
Secara harfiah mesozoikum berarti umur pertengahan. Masa ini disebut sebagai
Teuku Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 65 juta tahun yang
lalu. Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut sebagai
zaman Gemilang Reptilia. Mamalia, Aves, dan ikan mulai berkembang di masa ini,
terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)
3.)
Dermawan Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 70 juta tahun yang lalu.
Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut banyak
menggenangi daratan.
Berdasarkan pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum
berlangsung dari 65 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini terbagi
menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang terjadi pada masa
mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari darat, laut, maupun udara. Masing
masing zaman pada masa mesozoikum ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu
maupun peristiwa peristiwa geologis khusus.
A. Zaman Trias
Zaman Trias berlangsung sejak 245 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias
diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan jerman. Nama Trias
diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang didapat di cekungan Jerman,
yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan
yang relatif lengkap dan banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian
barat, Amerika bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian tersebut
adalah :
1.)
Yang
Trias Bawah :
dikenal
dengan
nama
setempat
sebagai Buntsandsteinmerupakan
seni
sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu pasir, batu lempung, konglomerat
dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna. Warna seri sedimen
tersebut dari merah cerah hingga lembayung.
2.)
Trias Tengah :
Trias Atas :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seni sedimen yang
seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari dolomit dan gipsum
yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batu pasir yang
diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh tumbuhan yang menyerupai ekor kuda
yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.
Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan
baik untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan
Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta
Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda
dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk
Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan
yang pesat. Untuk jenis Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai
dikenalRutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam
lingkungan air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang
kemudian punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula
antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus,Cynognathus, Thrinacodon,
placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula
pada akhir Zaman Trias.
Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.)
Indonesia bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas,
Indonesia bagian
timur
dengan
macam
fasies
seperti
perkembangan
di Indonesia bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama
berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi timur dan
tenggara, pulau pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti,
Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan
Pulau Buton.
Di Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut di bagian
bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar antara lain breksi,
konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir, serpih yang mengandung
bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan batu gamping.
Dari Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau pulau Indonesia timur dapat ditarik
kesimpulan bahwa pulau pulau tersebut setidak tidaknya pada Zaman Trias Atas
termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu mengalami penurunan atau
dikatakan merupakan daerah pelamparan Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang
ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang
kea rah barat bersambung dengan Geosinklin danau.
B. Zaman Jura
Zaman Jura berlangsung sejak 208 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura
pertama kali dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli geologi
berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu dilakukan di Inggris,
walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan dari nama Pegunungan Yura yang
membentang dari Perancis sampai Swiss. Tempat inilah yang kemudian digunakan
sebagai daerah tipe untuk sistem Yura.
Endapan Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung fosil.
Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata, Porifera, Echinodermata
dan Mollusca.
Brontosaurus merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang
hidup dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik hingga
zaman
Jura.
Dari
kerangka
yang
telah
berhasil
direkontruksi
jenis Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.
Archaeopteryx meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung
ini memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu gamping
litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurusmerupakan reptile laut yang
memiliki panjang tubuh 10 feet.
Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di
Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Adakemungkinan bahwa
sebagian besar daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga
tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan
Jura
relatif
baik.
Endapannya
berkembang
sebagai
batu
gamping
dengan
fosil Arnioceras.
Dengan memperhatikan tempat tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat
diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura sehingga
mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian oleh palung
Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.
C. Zaman Kapur
Zaman kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur
dicirikan oleh suatu daur pengendapan susut laut genang laut susut laut. Selama
zaman kapur berkembang bermacam macam kehidupan. Beberapa diantaranya
merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping terdapat pengembangan kehidupan
yang baru. Diantara jenis jens yang mencirikan untuk jaman Kapur antara lain
anggota dari Pilum Protozoa khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata,
Pilum Mollusca, dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari
golongan vertebrata maupun jenis flora.
Tyrannosaurus Rex merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada
jaman kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45
feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurusmerupakan golongan mamalia yang hidup di laut
dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil
terbang
yang
memiliki
bentang
sayap
23
sampai
25
feet.
Fosil
Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan
batuan metamorf dan mungkin selaan-selaan di dalamnya.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian
mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan
Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura,
sekarang .Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan
Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi
daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang
bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan
luas wilayahnya di zaman Jura.
Teori kepunahan dinosaurus
1. Teori Pemanasan Global
Dinosaurus sudah punah secara bertahap jauh sebelum hantaman batu
raksasa pada planet ini sekitar 65 juta tahun lalu. Penyebabnya adalah pemanasan
global dan kenaikan permukaan air laut.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa sepanjang sejarah bumi terdapat banyak
zaman es. Yang terakhir terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Zaman es yang sangat
parah bisa mengubah suhu menjadi beku. Dinosaurus tidak akan mampu hidup dalam
kondisi seperti ini, dan menyebabkan kepunahan.
Beberapa ilmuwan berpikir bahwa teori asteroid dan vulkanik berkontribusi terhadap
perubahan iklim secara bertahap dan dan perubahan permukaan air laut. Terlepas dari
apa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus, naiknya permukaan air laut menandai
akhir dari masa dominasi Tyrannosaurus rex yang mematikan dan membuka pintu bagi
mamalia untuk cepat mengalami diversifikasi dan berkembang.
Naiknya permukaan laut telah membatasi gerak dinosaurus, sehingga perlahan-lahan
mereka mengalami keterbatasan makanan, dan akhirnya menuju kepunahan.
2. Teori Hantaman Meteor
Teori kedua menyebutkan, meteor yang jatuh di Semenanjung Yucatan, di
kawasan tenggara Meksiko itulah yang memicu kepunahan massal. Meteor ini
Analisa ilmiah sekarang membuat kita memahami, bahwa di masa yang telah
lama lampau di mana bumi baru saja terbentuk, di udara sama sekali tidak ada
oksigen, kandungan dioksida malah sangat tinggi. Seiring munculnya autotrof,
fotosintesis mulai mengauskan dioksida dan proses pembuatan oksigen, dengan
demikian mengubah lingkungan udara di bumi. Di saat yang sama, di satu sisi dioksida
melalui penetapan organisme melalui sedimen lapisan batu bara dan minyak bumi, dan
di sisi lainnya juga melalui ada tidaknya peluang bersedimen dengan menggunakan
berbagai macam formula karbonat. Dan sedimen tersebut berlangsung terus-menerus.
Bukti menunjukkan, kekentalan dioksida masa Mesozoikum kehidupan dinosaurus
sangat tinggi, sedangkan kekentalan dioksida Neozoikum selanjutnya malah agak
rendah. Perubahan komposisi udara tersebut, apakah ada hubungannya dengan
punahnya dinosaurus?
Sebagaimana diketahui setiap jenis organisme baru dapat hidup secara normal dalam
lingkungan yang sesuai, perubahan lingkungan acap kali dapat mengakibatkan
kesuburan dan kemunduran sebuah spesies. Saat lingkungan bermanfaat terhadap
spesies tersebut, ia akan berkembang biak dengan subur; lingkungan sebaliknya,
dapat merosot atau bahkan menjadi punah. Faktor lingkungan termasuk suhu, air dan
faktor lainnya, bahkan termasuk komposisi udara. Namun, apakah perubahan pada
komposisi udara dapat mempengaruhi kehidupan organisme? Jawabannya pasti.
Misalnya, manusia berada di bawah lingkungan yang dioksidanya tinggi berisiko
terhadap keselamatan jiwanya, bahkan ada sejumlah binatang yang lebih sensitif
terhadap perubahan kekentalan dioksida dibanding manusia.
Masa Neozoikum kehidupan dinosaurus, kandungan dioksida di udara lebih tinggi,
menunjukkan bahwa dinosaurus sangat cocok pada lingkungan udara yang kekentalan
dioksidanya tinggi. Mungkin, hanya dalam lingkungan udara seperti itu, mereka baru
dapat hidup dengan baik. Waktu itu, meskipun binatang menyusui telah muncul,
namun mereka akhirnya tidak mengalami perkembangan besar, mungkin ini justru
karena komposisi udara dan lingkungan lainnya sangat tidak menguntungkan terhadap
mereka, karenanya mereka terus berada pada posisi yang lemah di masa Neozoikum,
dan berkembang lamban.
Seiring dengan pergeseran waktu, setelah tiba di akhir zaman kapur, lingkungan udara
mengalami perubahan besar, kandungan dioksida menurun, sedangkan kandungan
aktivitas vulkanik di wilayah yang kini meliputi India, adalah sebab musabab
kepunahan hewan raksasa itu. Yang memungkinkan manusia berevolusi dan menjadi
penguasa dunia.
Para ahli berpendapat, lava yang mengalir selama puluhan ribu tahun dari Deccan
Traps, sebuah daerah vulkanik dekat Mumbai, telah memuntahkan sulfur dan karbon
dioksida beracun ke atmosfer, menyebabkan kepunahan massal lewat pemanasan
global dan pengasaman lautan.
Penemun tersebut, yang dipresentasikan Rabu 5 Desember lalu dalam pertemuan
American Geophysical Union. Makin memperuncing perdebatan, apakah asteroid atau
gunung api yang bertanggungjawab memusnahkan secara massal dinosaurus atau
kepunahan K-T (Kapur- Tersier).
"Data kami adalah sebuah panggilan untuk penilaian ulang, apa yang sebenarnya
menyebabkan kepunahan massal K-T," kata Gerta Keller, geolog dari Princeton
University, yang terlibat dalam penelitian ini, seperti dimuat situs sains, LiveScience.
Selama beberapa tahun, Keller telah menyatakan bahwa aktivitas gunung berapi lah
yang membunuh dinosaurus. Sebaliknya, para pendukung hipotesis Alvarez meyakini,
meteorit raksasa menghantam Chicxulub, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu,
menyemburkan gas dan debu ke atmosfer, menutupi sinar matahari, membuat suhu
bumi turun drastis. Debu juga membuat pada dinosaurus mati sesak nafas, meracuni
lautan. Meteorit juga mungkin memicu aktivitas vulkanik, gempa bumi, dan tsunami.
"Penelitian terakhir mendemonstrasikan bahwa Deccan Traps terjadi sebelum
kepunahan massal, dan mungkin punya kontribusi, seluruhnya atau bahkan total
terhadap kepunahan tersebut," kata Eric Front, geolog dari University of Lisbon,
Portugal, yang tak terlibat dalam penelitian.
5. Cakram "Dark Matter" (Materi Gelap)
Fisikawan di Amerika Serikat mengungkap teori bahwa kepunahan dinosaurus
sekira 65 juta tahun lalu karena adanya cakram "dark matter" (materi gelap).
Dilansir Ibtimes, Senin (10/3/2014), Lisa Randall dan Matthew Reece dari Harvard
University, Massachusetts, galaksi Bima Sakti berbagi dengan 100-400 miliar bintang
lainnya, yang berisi sebuah "disc" atau cakram fenomena aneh yang dikenal sebagai
materi gelap.
Para fisikawan percaya bahwa cakram materi gelap ini terjepit antara bagian sisi atas
dan bawah galaksi. Saat matahari berputar di sekitar tepi luar galaksi, setiap 35 juta
tahun sekali matahari bisa melewati cakram materi gelap ini dan memicu peningkatan
hujan asteroid.
Hanya sedikit diketahui mengenai materi gelap. Ilmuwan yang menggunakan teleskop
luar angkasa Fermi Gamma-ray menerima sinyal yang menyerupai materi gelap dari
galaksi pusat. Peneliti kemudian memeriksa kawah meteor dengan diameter lebih dari
20 kilometer.
Randall dan Reece memeriksa kawah meteor ini yang pernah jatuh ke Bumi sekira 350
tahun lalu. Siklus hantaman asteroid terbesar ini diyakini terjadi setiap 35 juta tahun
sekali saat matahari melewati cakram materi gelap.
Asteroid raksasa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus telah menjadi alasan logis
yang paling populer. Teori baru yang menyebabkan kepunahan dinosaurus ini
menimbulkan kontroversi.
Coryn Bailer-Jones dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg mengatakan,
materi gelap yang bertanggung jawab atas peningkatan frekuensi meteorit ini
merupakan sebuah kemungkinan. Teka-teki yang belum jelas terungkap ialah, apakah
matahari benar-benar melewati cakram materi gelap sejak kepunahan dinosaurus 65
juta tahun lalu.
Apakah kemungkinan matahari bisa melewati cakram materi gelap ini? Badan
Antariksa Eropa dengan Gaia Mission akan mengonfirmasi kebenaran cakram materi
gelap ini. Bila Badan Antariksa Eropa tidak menemukan materi gelap, maka teori baru
ini akan mati.
"Ini adalah mencoba untuk mengubah ide agak gila ini ke dalam ilmu pengetahuan,
dengan mengatakan kami akan membuat prediksi berdasarkan (sains itu). Kami tidak
bilang bahwa kami berpikir ini 100 persen akan menjadi kenyataan," kata Randall.
4. Kenozoikum/neozoikum
dan
rumput.
Pada zaman Tersier Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan
saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global
Zaman tersier di bagi menjadi 5 masa yaitu :
a. Palosen
Paleosen, "awal fajar masa kini", adalah kala yang berlangsung antara
65,5 0,3 hingga 55,8 0,2 juta tahun yang lalu. Paleosen merupakan kala
pertama dari periode Paleogen di era modern Kenozoikum. Seperti halnyaskala
waktu geologi lainnya, stratum yang menunjukkan awal dan akhir kala ini
terdefinisi dengan jelas, tapi waktu pasti akhirnya tidak terlalu jelas.
Paleosen
dimulai
langsung
setelah kepunahan
massal pada
akhir
periode Kapur yang dikenal dengan namabatas K-T (Kapur - Tersier), yang
menandai punahnya dinosaurus. Kepunahan ini menyebabkan timbulnya
kekosongan niche ekologi
di
bumi
dan
karenanya
namanya
diberikan.
"Paleosen" berasal dari bahasa Yunaniyaitu merujuk kepada fauna "(lebih) tua"
(, palaios) dan "baru" (, kainos) yang muncul pada kala ini,
sebelum munculnya mamalia modern pada kala Eosen.
b. Eosen
Eosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung
55,8 0,2 hingga 33,9 0,1 juta tahun yang lalu yang merupakan kala kedua
pada periode Paleogen di era Kenozoikum. Kala ini berlangsung mulai akhir
kala Paleosen hingga
awal Oligosen.
Awal
Eosen
ditandai
dengan
atau
Bay.
besar)
Seperti
halnya
yang
ditemukan
periode
geologi
lain, stratum yang menentukan awal dan akhir kala ini terdefinisi dengan jelas,
walaupun waktu tepatnya kurang dapat dipastikan.
Nama "Eosen" berasal dari bahasa Yunani eos (fajar) and ceno (baru) dan
merujuk pada "kebangkitan" mamalia modern ("baru") yang muncul pada kala
ini.
c. Oligisen
Di kawasan Asia selama pertengahan dari periode Oligosen, lapisan
daratan India bertumbukan dengan Eurasia menandakan dimulainya proses
tumbukan Himalaya. Peristiwa itu telah memberikan dampak yang serius
pada beberapa wilayah di Asia Tengah dan juga wilayah Timur. Selandia Baru
pada periode Oligosen tenggelam 2/3 Selandia Baru modern yang ada saat
ini tertutupi lautan. Antartika membentuk lapisan es dengan volume besar
sehingga menyebabkan terjadinya iklim dingin dan bumi memiliki lebih
banyak opsi musim. Gelombang iklim dingin ini menyebabkan kepunahan
pada beberapa jenis mamalia yang telah terbiasa pada keadaan tropis. Di
lautan, beberapa penghuninya kemudian beradaptasi menjadi organisme
yang dapat bertahan dengan temperatur rendah. Sebagian dari mereka
bersama-sama menuju wilayah ekuator yang memiliki suhu hangat agar
dapat bertahan. Gejala dari turunnya suhu ini juga telah bertanggung jawab
atas berkurangnya plankton. Hal ini berdampak cukup serius karena plankton
dalam ekosistem laut adalah rantai makanan yang paling bawah. Pada
pertengahan periode Oligosen, terjadi regresi kehidupan biota laut secara
global karena terus bertambahnya jumlah es di Antartika, kemunduran jumlah
spesies laut, yang di dahului oleh plankton dan spesies invertebrata akhirnya
membawa
dampak
serius.
Diperkirakan
mamalia
laut
seperti
jenis
berlangsung antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal
dari bahasa Yunani (pleistos, "paling") dan (kainos, "baru").
Pleistosen mengikuti Pliosen dan diikuti oleh Holosen dan merupakan kala
ketiga pada periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan akhir
Zaman Paleolitikum yang dikenal dalam arkeologi. Pleistosen dibagi menjadi
Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir, dan beberapa tahap
fauna.
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian
diikuti
oleh
Kala
Holosen
yang
berlangsung
sampai
sekarang.
Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman
glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu
pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara
4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat.
Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus)
muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru
muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat
mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.
a. Kala plistosen
Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal dari bahasa
Yunani (pleistos, "paling") dan (kainos, "baru"). Pleistosen
mengikuti Pliosen dan
diikuti
merupakan
kala
ketiga
dikenal
dalam arkeologi.
Awal, Pleistosen
Tengah,
Pleistosen
dan Pleistosen
Akhir,
dibagi
dan
dibawah satuan waktu geologi ini terdapat kala pliosen, dan diatasnya
kala holosen. Pada kala plestosen bumi mengalami beberapa zaman es. Kala
ini
menyaksikan
kepunahan berbagai
kelahiran homo
jenis
yang
sapiens yang
mendahuluinya,
pertama
dan
seperti pithecanthropus
erectus. Di pulau Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, kala ini
dicirikan dengan kegiatan gunung berapi yang berlangsung hingga sekarang.
Dari masa ini juga dikenal sebagai megaloceros (rusa besar),coelodonta
antiquitatis (badak
berbulu
spelaeus (beruang
yang
wol), mammuthus
hidup
dalam
waktu
kucing
berlangsung
mulai