Anda di halaman 1dari 20

Nama

: Bisma Patria Kusumah

NIM

: 20160240006

Jurusan

: Oseanografi (A)

Sejarah Pembentukan Bumi Berdasarkan Zaman


1. Prakambium
Merupakan periode awal dari pembentukan bumi periode sekitar 4.500
juta tahun yang lalu hingga evolusi hewan Makroskopik bercangkang keras.
Masa Arkeozoikum (4,5 2,5 milyar tahun lalu)
Masa Arkeozoikum (Arkean) artinya Masa Kehidupan Purba, yang terjadi
antara 4500 2500 juta tahun yang lalu. Arkeozoikum adalah suatu eon geologi
sebelum Proterozoikum yang berakhir 2500 juta tahun yang lalu. Bersama dengan
masa Proterozoikum, masa Arkeozoikum dikenal sebagai masa pra-kambrium.
Batas ini tidak ditentukan secara stratigrafi melainkan secara kronometri. Titik awal
masa ini tidak secara resmi diakui oleh International Commission on Stratigraphy, tapi
biasanya dianggap berlangsung sejak 3800 juta tahun yang lalu, di akhir eon Hadean.
Arkeozoikum (Arkean) terdiri dari empat era, berturut-turut dari yang paling awal:
Eoarkean, Paleoarkean, Mesoarkean, dan Neoarkean.
Zaman Arkeozoikum merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi
yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Jadi kerak bumi terbentuk setelah
pendinginan bagian tepi dari balon bumi (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng
tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup
masa itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton /
perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini
juga merupakan awal terbentuknya Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul
kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang).
Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan
umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.

Masa Proterozoikum (2,5 milyar 290 juta tahun lalu)

Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan


awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang
dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak
seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang buktibuktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Prakambrium adalah nama informal untuk eon-eon pada skala waktu geologi
yang terjadi sebelum eon Fanerozoikum saat ini.
Periodenya dimulai dari pembentukan Bumi sekitar 4500 juta tahun yang lalu hingga
evolusi hewan makroskopik bercangkang keras, yang menandai dimulainya Kambrium,
periode pertama dari era pertama (Paleozoikum) eon Fanerozoikum, sekitar 542 juta
tahun yang lalu. Umumnya Prakambrium dianggap terdiri dari eon Hadean, Arkean,
dan Proterozoikum
2. Paleozoikum
Pada zaman paleozoikum sudah mulai tampak tanda-tanda kehidupan, yaitu
adanya makhluk hidup bersel satu atau mikro- organisme. Pada zaman ini, terdapat
kehidupan sederhana terutama di laut, seperti golongan coelenterata (ubur-ubur),
artropoda (udang), trilobita atau moluska (siput), aXertebrata (hewan beruas), kerang,
ikan bertulang rawan, dan amfibi. Pada akhir zaman paleozoikum telah muncul jenis
reptil sederhana, y aitu k ura-kura. Tumbuh- tumbuhan yang muncul adalah jenis
paku- pakuan yang tumbuh di rawa-rawa dan mulai meluas sejak zaman karbon.
Berikut

adalah

ciri-ciri

kehidupan

zaman

paleozoikum:

Mulai ada tanda-tanda kehidupan berupa mikroorganisme, hewan kecil tanpa bertulang
belakang, jenis ikan, dan jenis ganggang atau rerumputan.
Keadaan bumi masih belum stabil. Iklim masih belum stabil dan berubah-ubah.
Curah hujan sangat besar.
Berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu.

Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)

Kambrium berasal dari kata Cambria nama latin untuk daerah Wales di
Inggeris sana, batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari.
Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh
kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang
sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga,
Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit).
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal
bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan
Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang
terpisah.
Zaman Ordovisium (500 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan
bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul
pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang
Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda
mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan
Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian
peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah
samudera yang berada di antaranya.
Zaman Silur (440 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat.
Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku).
Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan
berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang
sebagaipelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia,
Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)

Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan


tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam
lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi
berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan
muncul serangga untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua
Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).
Zaman Karbon (360 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air.
Serangga

raksasa

muncul

dan

ampibi

meningkat

dalam

jumlahnya.

Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di
rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu
membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan
lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis
menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan
sebagai batubara.
Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
Perm adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan
Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri
dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi
punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan,
Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air
dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai
terbentuk di bagian utara bumi.
MESOZOIKUM
Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :
1.)

M.K Tadjudin : Mesozoa / Mesozoikum adalah suatu masa yang dikaitkan

dengan umur bumi. Masa ini berlangsung antara 205 135 juta tahun yang lalu.
Secara harfiah mesozoikum berarti umur pertengahan. Masa ini disebut sebagai

zaman Gymnospermae karena banyak dijumpai tumbuhan gymnospermae yang


hidup pada masa ini.
2.)

Teuku Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 65 juta tahun yang

lalu. Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut sebagai
zaman Gemilang Reptilia. Mamalia, Aves, dan ikan mulai berkembang di masa ini,
terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)
3.)

Dermawan Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 70 juta tahun yang lalu.

Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut banyak
menggenangi daratan.
Berdasarkan pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum
berlangsung dari 65 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini terbagi
menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang terjadi pada masa
mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari darat, laut, maupun udara. Masing
masing zaman pada masa mesozoikum ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu
maupun peristiwa peristiwa geologis khusus.
A. Zaman Trias
Zaman Trias berlangsung sejak 245 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias
diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan jerman. Nama Trias
diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang didapat di cekungan Jerman,
yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan
yang relatif lengkap dan banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian
barat, Amerika bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian tersebut
adalah :
1.)
Yang

Trias Bawah :
dikenal

dengan

nama

setempat

sebagai Buntsandsteinmerupakan

seni

sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu pasir, batu lempung, konglomerat
dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna. Warna seri sedimen
tersebut dari merah cerah hingga lembayung.
2.)

Trias Tengah :

Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelkamerupakan seni sedimentasi


yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m.
3.)

Trias Atas :

Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seni sedimen yang
seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari dolomit dan gipsum
yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batu pasir yang
diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh tumbuhan yang menyerupai ekor kuda
yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.
Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan
baik untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan
Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta
Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda
dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk
Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan
yang pesat. Untuk jenis Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai
dikenalRutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam
lingkungan air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang
kemudian punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula
antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus,Cynognathus, Thrinacodon,
placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula
pada akhir Zaman Trias.
Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.)

Indonesia bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas,

volkanik, laut, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi


beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Malaya) dan pulau pulau kecil di
antara ketiga daerah tersebut.
2.)

Indonesia bagian

timur

dengan

macam

fasies

seperti

perkembangan

di Indonesia bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama
berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi timur dan
tenggara, pulau pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti,
Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan
Pulau Buton.

Di Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut di bagian
bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar antara lain breksi,
konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir, serpih yang mengandung
bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan batu gamping.
Dari Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau pulau Indonesia timur dapat ditarik
kesimpulan bahwa pulau pulau tersebut setidak tidaknya pada Zaman Trias Atas
termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu mengalami penurunan atau
dikatakan merupakan daerah pelamparan Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang
ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang
kea rah barat bersambung dengan Geosinklin danau.
B. Zaman Jura
Zaman Jura berlangsung sejak 208 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura
pertama kali dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli geologi
berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu dilakukan di Inggris,
walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan dari nama Pegunungan Yura yang
membentang dari Perancis sampai Swiss. Tempat inilah yang kemudian digunakan
sebagai daerah tipe untuk sistem Yura.
Endapan Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung fosil.
Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata, Porifera, Echinodermata
dan Mollusca.
Brontosaurus merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang
hidup dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik hingga
zaman

Jura.

Dari

kerangka

yang

telah

berhasil

direkontruksi

jenis Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.
Archaeopteryx meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung
ini memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu gamping
litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurusmerupakan reptile laut yang
memiliki panjang tubuh 10 feet.
Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di
Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Adakemungkinan bahwa
sebagian besar daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga
tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan

Jura

relatif

baik.

Endapannya

berkembang

sebagai

batu

gamping

dengan

fosil Arnioceras.
Dengan memperhatikan tempat tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat
diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura sehingga
mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian oleh palung
Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.
C. Zaman Kapur
Zaman kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur
dicirikan oleh suatu daur pengendapan susut laut genang laut susut laut. Selama
zaman kapur berkembang bermacam macam kehidupan. Beberapa diantaranya
merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping terdapat pengembangan kehidupan
yang baru. Diantara jenis jens yang mencirikan untuk jaman Kapur antara lain
anggota dari Pilum Protozoa khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata,
Pilum Mollusca, dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari
golongan vertebrata maupun jenis flora.
Tyrannosaurus Rex merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada
jaman kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45
feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurusmerupakan golongan mamalia yang hidup di laut
dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil
terbang

yang

memiliki

bentang

sayap

23

sampai

25

feet.

Fosil

dari Elasmosaurus danPterodon ditemukan di daerah Niobrara, Kansas, Amerika pada


batu gamping.
Di Indonesia terdapat endapan-endapan yang jelas termasuk zaan kapur hanya
terdapat di berbagai tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat system kapur
dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai
pada sistem kapur yang ada di Indonesiabagian timur. Di Sumatera, di Bukit Garba,
dimana di bagian bawah terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer. Bagian atasnya
terdiri dari batu rijang yang mengandung fosil Radiolaria.
Di jawa endapan yang berumur kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa batu
gamping yang mengandung fosil Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih.
Endapan tersebut dijumpai di Lok Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa
Tengah. Batu guling dengan fosil Orbitolina telah dijumpai dalam konglomerat Eose di

Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan
batuan metamorf dan mungkin selaan-selaan di dalamnya.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian
mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan
Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura,
sekarang .Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan
Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi
daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang
bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan
luas wilayahnya di zaman Jura.
Teori kepunahan dinosaurus
1. Teori Pemanasan Global
Dinosaurus sudah punah secara bertahap jauh sebelum hantaman batu
raksasa pada planet ini sekitar 65 juta tahun lalu. Penyebabnya adalah pemanasan
global dan kenaikan permukaan air laut.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa sepanjang sejarah bumi terdapat banyak
zaman es. Yang terakhir terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Zaman es yang sangat
parah bisa mengubah suhu menjadi beku. Dinosaurus tidak akan mampu hidup dalam
kondisi seperti ini, dan menyebabkan kepunahan.
Beberapa ilmuwan berpikir bahwa teori asteroid dan vulkanik berkontribusi terhadap
perubahan iklim secara bertahap dan dan perubahan permukaan air laut. Terlepas dari
apa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus, naiknya permukaan air laut menandai
akhir dari masa dominasi Tyrannosaurus rex yang mematikan dan membuka pintu bagi
mamalia untuk cepat mengalami diversifikasi dan berkembang.
Naiknya permukaan laut telah membatasi gerak dinosaurus, sehingga perlahan-lahan
mereka mengalami keterbatasan makanan, dan akhirnya menuju kepunahan.
2. Teori Hantaman Meteor
Teori kedua menyebutkan, meteor yang jatuh di Semenanjung Yucatan, di
kawasan tenggara Meksiko itulah yang memicu kepunahan massal. Meteor ini

menyebabkan kebakaran raksasa, melontarkan serpihan debu ke langit dan memblokir


sinar matahari selama ratusan juta tahun.
Akibat hantaman meteor berukuran lebar sekitar 15 kilometer itu, muncul lubang
selebar sekitar 200 kilometer. Pasir, debu dan material lain yang terlontar ke angkasa
kemudian jatuh tersebar di permukaan bumi dan menghasilkan lapisan yang disebut
dengan K-T boundary (lapisan yang menandai batas era Cretaceous dan the Tertiary).
Sepotong tanduk dinosaurus bisa menjawab perdebatan seputar apakah dinosaurus
darat masih ada saat asteroid itu menabrak Bumi, 65 juta tahun lalu. Tanduk berukuran
45 sentimeter, kemungkinan milik seekor triceratops itu ditemukan di kawasan Hell
Creek, Montana, Amerika Serikat.
Penemunya adalah Tyler Lyson, ketua tim peneliti dari Yale University. Ia
menyebutkan, spesimen yang ditemukan itu berada hanya 13 sentimeter di bawah
lapisan material yang disebabkan oleh tumbukan meteor. Ini membuatnya menjadi fosil
dinosaurus termuda yang pernah ditemukan, ucap Lyson, seperti dikutip dari ABC, 13
Juli 2011.
Lyson menyebutkan, karena tanduk itu ditemukan di batu lumpur, kemungkinan jarak
antara usia fosil itu dengan tumbukan asteroid bisa berselisih hanya 1 tahun saja. Fosil
ini menunjukkan bahwa dinosaurus non avian atau dinosaurus darat setidaknya masih
hidup saat meteor menabrak Bumi, kata Lyson.
Lyson menyadari bahwa penelitiannya tidak sepenuhnya membantah proses
pemunahan bertahap. Akan tetapi ia yakin bahwa temuannya membantah salah satu
teori yang menyebutkan bahwa dinosaurus lebih dulu punah sebelum hujaman
asteroid.
Seperti diketahui, teori seputar punahnya dinosaurus akibat diperkenalkan 30 tahun
lalu. Sejak itu, muncul perdebatan seputar apakah dinosaurus darat punah sebelum
tabrakan terjadi. Temuan terbaru ini sendiri dipublikasikan di jurnal Biology Letters dari
Royal Society.
3. Teori Perubahan Komposisi Udara

Analisa ilmiah sekarang membuat kita memahami, bahwa di masa yang telah
lama lampau di mana bumi baru saja terbentuk, di udara sama sekali tidak ada
oksigen, kandungan dioksida malah sangat tinggi. Seiring munculnya autotrof,
fotosintesis mulai mengauskan dioksida dan proses pembuatan oksigen, dengan
demikian mengubah lingkungan udara di bumi. Di saat yang sama, di satu sisi dioksida
melalui penetapan organisme melalui sedimen lapisan batu bara dan minyak bumi, dan
di sisi lainnya juga melalui ada tidaknya peluang bersedimen dengan menggunakan
berbagai macam formula karbonat. Dan sedimen tersebut berlangsung terus-menerus.
Bukti menunjukkan, kekentalan dioksida masa Mesozoikum kehidupan dinosaurus
sangat tinggi, sedangkan kekentalan dioksida Neozoikum selanjutnya malah agak
rendah. Perubahan komposisi udara tersebut, apakah ada hubungannya dengan
punahnya dinosaurus?
Sebagaimana diketahui setiap jenis organisme baru dapat hidup secara normal dalam
lingkungan yang sesuai, perubahan lingkungan acap kali dapat mengakibatkan
kesuburan dan kemunduran sebuah spesies. Saat lingkungan bermanfaat terhadap
spesies tersebut, ia akan berkembang biak dengan subur; lingkungan sebaliknya,
dapat merosot atau bahkan menjadi punah. Faktor lingkungan termasuk suhu, air dan
faktor lainnya, bahkan termasuk komposisi udara. Namun, apakah perubahan pada
komposisi udara dapat mempengaruhi kehidupan organisme? Jawabannya pasti.
Misalnya, manusia berada di bawah lingkungan yang dioksidanya tinggi berisiko
terhadap keselamatan jiwanya, bahkan ada sejumlah binatang yang lebih sensitif
terhadap perubahan kekentalan dioksida dibanding manusia.
Masa Neozoikum kehidupan dinosaurus, kandungan dioksida di udara lebih tinggi,
menunjukkan bahwa dinosaurus sangat cocok pada lingkungan udara yang kekentalan
dioksidanya tinggi. Mungkin, hanya dalam lingkungan udara seperti itu, mereka baru
dapat hidup dengan baik. Waktu itu, meskipun binatang menyusui telah muncul,
namun mereka akhirnya tidak mengalami perkembangan besar, mungkin ini justru
karena komposisi udara dan lingkungan lainnya sangat tidak menguntungkan terhadap
mereka, karenanya mereka terus berada pada posisi yang lemah di masa Neozoikum,
dan berkembang lamban.
Seiring dengan pergeseran waktu, setelah tiba di akhir zaman kapur, lingkungan udara
mengalami perubahan besar, kandungan dioksida menurun, sedangkan kandungan

oksigen bertambah, lingkungan yang tidak menguntungkan terhadap dinosaurus ini


mungkin tercermin pada dua hal. Pertama, terjadi ketidaknyamanan pada tubuh
dinosaurus, di bawah lingkungan yang baru, sangat mudah menjadi sakit, bahkan
penyakit akan seperti wabah menyebar. Kedua, lingkungan udara yang baru lebih
sesuai untuk kehidupan binatang menyusui, binatang menyusui menjadi lebih maju,
penyaing adaptasi yang lebih kuat. Di bawah efek kedua faktor tersebut, dinosaurus
akhirnya musnah. Sedangkan binatang melata lainnya merupakan minoritas spesies
yang dapat menyesuaikan diri.
Teori perubahan komposisi udara yang menyebabkan punahnya dinosaurus tersebut
memiliki dua titik awal. Pertama, komposisi udara masa Mesozoikum tidak sama
dengan sekarang. Ilmu pengetahuan sekarang telah dapat membuktikan hal ini. Dan
kedua, setiap jenis makhluk hidup memerlukan lingkungan udara yang sesuai, barulah
dia dapat hidup. Ilmu pengetahuan sekarang juga tidak sulit untuk mengadakan
pembuktian terhadap hal demikian.
Atmosfer pada zaman purbakala hampir tidak ada oksigen, sedangkan kandungan
dioksida sangat tinggi. Belakangan, karena munculnya makhluk hidup, di bawah efek
fotosintesis kandungan dioksida di atmosfer perlahan-lahan berkurang, dan kandungan
oksigen perlahan-lahan bertambah, proses ini mungkin dapat menjelaskan sejumlah
besar gejala dalam sejarah perkembangan makhluk hidup. Sebab binatang tidak dapat
secara langsung menggunakan makhluk anorganik melakukan fotosintesis, sumbernya
lebih terbelakang daripada sumber tumbuhan, harus mendapatkan kandungan oksigen
di udara yang mencapai derajat setara.
4. Teori Vulkanik
Teori lain yang menjelaskan bagaimana dinosaurus punah adalah akibat
aktivitas gunung berapi. Para ahli memperkirakan, bahwa peningkatan aktivitas
vulkanik dalam skala besar menyemburkan abu tebal ke udara, sehingga menghambat
sinar matahari dan menyebabkan kematian bagi hewan, termasuk dinosaurus.
Kedua hipotesis tersebut diatas tampaknya paling populer di kalangan ilmuwan.
Namun, masih ada hipotesis lain tentang penyebab kepunahan dinosaurus.

aktivitas vulkanik di wilayah yang kini meliputi India, adalah sebab musabab
kepunahan hewan raksasa itu. Yang memungkinkan manusia berevolusi dan menjadi
penguasa dunia.
Para ahli berpendapat, lava yang mengalir selama puluhan ribu tahun dari Deccan
Traps, sebuah daerah vulkanik dekat Mumbai, telah memuntahkan sulfur dan karbon
dioksida beracun ke atmosfer, menyebabkan kepunahan massal lewat pemanasan
global dan pengasaman lautan.
Penemun tersebut, yang dipresentasikan Rabu 5 Desember lalu dalam pertemuan
American Geophysical Union. Makin memperuncing perdebatan, apakah asteroid atau
gunung api yang bertanggungjawab memusnahkan secara massal dinosaurus atau
kepunahan K-T (Kapur- Tersier).
"Data kami adalah sebuah panggilan untuk penilaian ulang, apa yang sebenarnya
menyebabkan kepunahan massal K-T," kata Gerta Keller, geolog dari Princeton
University, yang terlibat dalam penelitian ini, seperti dimuat situs sains, LiveScience.
Selama beberapa tahun, Keller telah menyatakan bahwa aktivitas gunung berapi lah
yang membunuh dinosaurus. Sebaliknya, para pendukung hipotesis Alvarez meyakini,
meteorit raksasa menghantam Chicxulub, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu,
menyemburkan gas dan debu ke atmosfer, menutupi sinar matahari, membuat suhu
bumi turun drastis. Debu juga membuat pada dinosaurus mati sesak nafas, meracuni
lautan. Meteorit juga mungkin memicu aktivitas vulkanik, gempa bumi, dan tsunami.
"Penelitian terakhir mendemonstrasikan bahwa Deccan Traps terjadi sebelum
kepunahan massal, dan mungkin punya kontribusi, seluruhnya atau bahkan total
terhadap kepunahan tersebut," kata Eric Front, geolog dari University of Lisbon,
Portugal, yang tak terlibat dalam penelitian.
5. Cakram "Dark Matter" (Materi Gelap)
Fisikawan di Amerika Serikat mengungkap teori bahwa kepunahan dinosaurus
sekira 65 juta tahun lalu karena adanya cakram "dark matter" (materi gelap).
Dilansir Ibtimes, Senin (10/3/2014), Lisa Randall dan Matthew Reece dari Harvard
University, Massachusetts, galaksi Bima Sakti berbagi dengan 100-400 miliar bintang

lainnya, yang berisi sebuah "disc" atau cakram fenomena aneh yang dikenal sebagai
materi gelap.
Para fisikawan percaya bahwa cakram materi gelap ini terjepit antara bagian sisi atas
dan bawah galaksi. Saat matahari berputar di sekitar tepi luar galaksi, setiap 35 juta
tahun sekali matahari bisa melewati cakram materi gelap ini dan memicu peningkatan
hujan asteroid.
Hanya sedikit diketahui mengenai materi gelap. Ilmuwan yang menggunakan teleskop
luar angkasa Fermi Gamma-ray menerima sinyal yang menyerupai materi gelap dari
galaksi pusat. Peneliti kemudian memeriksa kawah meteor dengan diameter lebih dari
20 kilometer.
Randall dan Reece memeriksa kawah meteor ini yang pernah jatuh ke Bumi sekira 350
tahun lalu. Siklus hantaman asteroid terbesar ini diyakini terjadi setiap 35 juta tahun
sekali saat matahari melewati cakram materi gelap.
Asteroid raksasa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus telah menjadi alasan logis
yang paling populer. Teori baru yang menyebabkan kepunahan dinosaurus ini
menimbulkan kontroversi.
Coryn Bailer-Jones dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg mengatakan,
materi gelap yang bertanggung jawab atas peningkatan frekuensi meteorit ini
merupakan sebuah kemungkinan. Teka-teki yang belum jelas terungkap ialah, apakah
matahari benar-benar melewati cakram materi gelap sejak kepunahan dinosaurus 65
juta tahun lalu.
Apakah kemungkinan matahari bisa melewati cakram materi gelap ini? Badan
Antariksa Eropa dengan Gaia Mission akan mengonfirmasi kebenaran cakram materi
gelap ini. Bila Badan Antariksa Eropa tidak menemukan materi gelap, maka teori baru
ini akan mati.
"Ini adalah mencoba untuk mengubah ide agak gila ini ke dalam ilmu pengetahuan,
dengan mengatakan kami akan membuat prediksi berdasarkan (sains itu). Kami tidak
bilang bahwa kami berpikir ini 100 persen akan menjadi kenyataan," kata Randall.
4. Kenozoikum/neozoikum

Zaman kenozoikum/neozoikum berlangsung sekitar 60 Juta tahun yang lalu.


Zaman ini ditandai dengan keadaan fisik maupun iklim di bumi yang sudah membaik,
zaman ini terdiri atas zaman Tersier dan Kuarter serta merupakan tingkat kehidupan
baru.
Zaman Tersier (65 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta,
sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan
fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus
berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan
merambat

dan

rumput.

Pada zaman Tersier Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan
saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global
Zaman tersier di bagi menjadi 5 masa yaitu :
a. Palosen
Paleosen, "awal fajar masa kini", adalah kala yang berlangsung antara
65,5 0,3 hingga 55,8 0,2 juta tahun yang lalu. Paleosen merupakan kala
pertama dari periode Paleogen di era modern Kenozoikum. Seperti halnyaskala
waktu geologi lainnya, stratum yang menunjukkan awal dan akhir kala ini
terdefinisi dengan jelas, tapi waktu pasti akhirnya tidak terlalu jelas.
Paleosen

dimulai

langsung

setelah kepunahan

massal pada

akhir

periode Kapur yang dikenal dengan namabatas K-T (Kapur - Tersier), yang
menandai punahnya dinosaurus. Kepunahan ini menyebabkan timbulnya
kekosongan niche ekologi

di

bumi

dan

karenanya

namanya

diberikan.

"Paleosen" berasal dari bahasa Yunaniyaitu merujuk kepada fauna "(lebih) tua"
(, palaios) dan "baru" (, kainos) yang muncul pada kala ini,
sebelum munculnya mamalia modern pada kala Eosen.
b. Eosen

Eosen adalah suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung
55,8 0,2 hingga 33,9 0,1 juta tahun yang lalu yang merupakan kala kedua
pada periode Paleogen di era Kenozoikum. Kala ini berlangsung mulai akhir
kala Paleosen hingga

awal Oligosen.

Awal

Eosen

ditandai

dengan

kemunculan mamalia modern pertama. Akhir Eosen adalah suatu kepunahan


massal yang disebut Grande Coupure, yang mungkin berhubungan dengan
satu

atau

lebih bolide (meteor

di Siberia dan Chesapeake

Bay.

besar)

Seperti

halnya

yang

ditemukan

periode

geologi

lain, stratum yang menentukan awal dan akhir kala ini terdefinisi dengan jelas,
walaupun waktu tepatnya kurang dapat dipastikan.
Nama "Eosen" berasal dari bahasa Yunani eos (fajar) and ceno (baru) dan
merujuk pada "kebangkitan" mamalia modern ("baru") yang muncul pada kala
ini.
c. Oligisen
Di kawasan Asia selama pertengahan dari periode Oligosen, lapisan
daratan India bertumbukan dengan Eurasia menandakan dimulainya proses
tumbukan Himalaya. Peristiwa itu telah memberikan dampak yang serius
pada beberapa wilayah di Asia Tengah dan juga wilayah Timur. Selandia Baru
pada periode Oligosen tenggelam 2/3 Selandia Baru modern yang ada saat
ini tertutupi lautan. Antartika membentuk lapisan es dengan volume besar
sehingga menyebabkan terjadinya iklim dingin dan bumi memiliki lebih
banyak opsi musim. Gelombang iklim dingin ini menyebabkan kepunahan
pada beberapa jenis mamalia yang telah terbiasa pada keadaan tropis. Di
lautan, beberapa penghuninya kemudian beradaptasi menjadi organisme
yang dapat bertahan dengan temperatur rendah. Sebagian dari mereka
bersama-sama menuju wilayah ekuator yang memiliki suhu hangat agar
dapat bertahan. Gejala dari turunnya suhu ini juga telah bertanggung jawab
atas berkurangnya plankton. Hal ini berdampak cukup serius karena plankton
dalam ekosistem laut adalah rantai makanan yang paling bawah. Pada
pertengahan periode Oligosen, terjadi regresi kehidupan biota laut secara
global karena terus bertambahnya jumlah es di Antartika, kemunduran jumlah
spesies laut, yang di dahului oleh plankton dan spesies invertebrata akhirnya
membawa

dampak

serius.

Diperkirakan

mamalia

laut

seperti

jenis

archaeocete (paus purba) kemudian punah dan pada perkembangannya


nanti akan tergantikan oleh saudara mereka yang lebih modern. Iklim yang
lebih dingin dan juga lebih kering ternyata berdampak positif pada evolusi
jenis tumbuhan belukar. Mereka bahkan telah menyebar selama beberapa
juta tahun dan menjadi tumpuan makanan bagi hewan, memberikan
perlindungan bagi hewan kecil, dan telah menstabilkan tanah hingga
mengurangi erosi. Jenis rerumputan dan belukar tersebut memiliki serat yang
tinggi dan rendah protein akan tetapi harus dikonsumsi dalam jumlah besar
agar bisa mendapatkan nutrisi yang cukup.
d. Miosen
Pada periode Miosen ini suhu Bumi belum begitu hangat dan hampir
mempunyai kemiripan dengan periode Oligosen dan periode Pliosen. Periode
Miosenbahkanmembuat Antartika dan Amerika Selatan bersatu. Tasmania
dan Antartika telah menyediakan jalur masuk arus air dingin (circumpolar).
Fenomena circumpolar secara signifikan telah mengurangi percampuran air
tropis yang hangat dengan air dingin kutub, kemudian menyebabkan
terbentuknya lapisan es abadi di kutub Antartika.
e. Pliosen
Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
5,332 hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Kala ini merupakan kala kedua pada
periode Neogen di era Kenozoikum. Pliosen berlangsung setelah Miosen dan
diikuti oleh kala Pleistosen. Namanya diberikan oleh Sir Charles Lyell dan
berasal dari kata bahasa Yunani (pleion, "lebih") dan (kainos,
"baru") dan kurang lebih berarti "kelanjutan dari sekarang", merujuk pada fauna
laut moluska yang relatif modern yang hidup pada zaman ini. Seperti periode
geologi lain yang lebih tua, stratum geologi yang menentukan awal dan akhir
teridentifikasi, tapi waktu pasti awal dan akhir kala ini agak tak pasti. Batas
yang menentukan kemunculan Pliosen tidak ditentukan oleh suatu peristiwa
tertentu melainkan hanya berupa batas semu antara Miosen yang lebih hangat
dan Pliosen yang relatif lebih sejuk. Batas akhir awalnya ditentukan pada awal
glasiasi Pleistosen, tapi belakangan dianggap terlalu lama. Banyak geologis
berpendapat bahwa pembagian yang lebih luas antara Paleogen dan Neogen
lebih berguna. Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang

berlangsung antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal
dari bahasa Yunani (pleistos, "paling") dan (kainos, "baru").
Pleistosen mengikuti Pliosen dan diikuti oleh Holosen dan merupakan kala
ketiga pada periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan akhir
Zaman Paleolitikum yang dikenal dalam arkeologi. Pleistosen dibagi menjadi
Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir, dan beberapa tahap
fauna.
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian
diikuti

oleh

Kala

Holosen

yang

berlangsung

sampai

sekarang.

Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman
glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu
pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara
4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat.
Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus)
muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru
muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat
mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.

a. Kala plistosen
Pleistosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Namanya berasal dari bahasa
Yunani (pleistos, "paling") dan (kainos, "baru"). Pleistosen
mengikuti Pliosen dan

diikuti

oleh Holosen dan

merupakan

kala

ketiga

pada periode Neogen. Akhir Pleistosen berhubungan dengan akhir Zaman


Paleolitikum yang
menjadi Pleistosen

dikenal

dalam arkeologi.

Awal, Pleistosen

Tengah,

Pleistosen

dan Pleistosen

Akhir,

dibagi
dan

beberapa tahap fauna. Plestosen awalnya dikenal dengan diluvium, yakni


formasi sekarang (holosen atau aluvium); bermula dari 1.750.000 tahun lalu
dan berakhir sampai 10000 tahun lalu. kala pertama dalam zaman kuarter,

dibawah satuan waktu geologi ini terdapat kala pliosen, dan diatasnya
kala holosen. Pada kala plestosen bumi mengalami beberapa zaman es. Kala
ini

menyaksikan

kepunahan berbagai

kelahiran homo
jenis

yang

sapiens yang

mendahuluinya,

pertama

dan

seperti pithecanthropus

erectus. Di pulau Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, kala ini
dicirikan dengan kegiatan gunung berapi yang berlangsung hingga sekarang.
Dari masa ini juga dikenal sebagai megaloceros (rusa besar),coelodonta
antiquitatis (badak

berbulu

spelaeus (beruang

yang

wol), mammuthus

hidup

dalam

Holosen adalah kala dalam skala

waktu

primigenius (mamut), ursus

gua), smilodon (semacam

kucing

besar), rusa kutub,bison, dll.


b. Kala holosen
geologli yang

berlangsung

mulai

sekitagr 10.000 tahun radiokgllarbon, atau kurang lebih 11.430 130


tahun kalender yang lalu (antara 956y0 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala
keempat dan terakhir dari periode Neogen. Namanya berasal dari bahasa
Yunani ("holos") yang rarti keseluruhan dan ("kai-ne") yang berarti
baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut juga sebagai "Kala Alluvium".pada
kala holosen sebagian besar es di kutub sudah mulai lenyap sehingga
permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah paparan sunda dan
paparan sahul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian
muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap dan muncullah
manusia cerdas (Homo Sapiens) seperti manusia sekarang

Anda mungkin juga menyukai