Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOFTSKILL ETIKA BISNIS

Kelompok 3 kelas 4ea33


NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN, PRODUKSI,
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN FINANSIAL

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Dewi Murtikasari
Lenah Nurjanah
Marlina Fitri Annisa
Muh. Januar Arifin

(12213294)
(14213952)
(15213303)
(15213682)

FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2016/2017

1.
a.

Pasar dan Perlindungan Konsumen


Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli

barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya.
Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke
pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Stanton,
mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas.
Pasar memiliki sekurang-kurangnya tiga fungsi utama, yaitu fungsi distribusi, fungsi
pembentukan harga, dan fungsi promosi. Sebagai fungsi distribusi, pasar berperan sebagai
penyalur barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui transaksi jual beli. Sebagai fungsi
pembentukan harga, di pasar penjual yang melakukan permintaan atas barang yang dibutuhkan.
Sebagai fungsi promosi, pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dari
produsen kepada calon konsumennya. Berikut ini masing-masing penjelasan terhadap jenis-jenis
pasar tersebut:
1. Jenis-jenis pasar menurut fisiknya
- Pasar konkret (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara pembeli dan penjual
melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia
di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional.
-

Pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan
pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang.

Contohnya telemarket dan pasar modal.


2. Jenis-jenis pasar menurut waktunya
- Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian
-

barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari.


Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali.
Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi

pemukimannya masih berjauhan.


Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali.
Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali

(agen/grosir).
Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali,
misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta).

3. Jenis-jenis pasar menurut barang yang diperjualbelikan


- Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang
-

konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.


Pasar sumber daya produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja, tenaga ahli, mesin-mesin, dan tanah.


4. Jenis-jenis pasar menurut luas kegiatannya
- Pasar setempat adalah pasar yang penjual dan pembelinya hanya penduduk
-

setempat.
Pasar daerah atau pasar lokal adalah pasar di setiap daerah yang
memperjualbelikan barang-barang yang diperlukan penduduk derah tersebut.

Contohnya Pasar Gede di Solo.


Pasar Nasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang mencakup

satu negara contohnya pasar senen.


Pasar Internasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barangbarang keperluan masyarakat internasional. Contohnya pasar kopi di Santos
(Brasil).

b.

Perlindungan Konsumen
Pengertian perlindungan konsumen :
1. Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 :
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.
2. GBHN 1993 melalui Tap MPR Nomor II/MPR/1993, Bab IV, huruf F butir 4a:
pembangunan perdagangan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa
dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan
pendapatan produsen, melindungi kepentingan konsumen
Jadi, perlindungan konsumen ini adalah suatu upaya (dalam lapangan hukum) yang

diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses pemilihan
serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk
menggunakan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu, hingga akibat yang
terjadi setelah barang dan jasa tersebut dipergunakan oleh konsumen. Yang disebut terdahulu,
yaitu upaya perlindungan pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses pemilihan
serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa disebut upaya preventif; sedangkan upaya
selanjutnya disebut dengan upaya kuratif.
Konsumen dilindungi dari setiap tindakan atau perbuatan dari produsen barang dan atau
jasa, importer, distributor penjual dan setiap pihak yang berada dalam jalur perdagangan barang

dan jasa ini, yang pada umumnya disebut dengan nama pelaku usaha. Ada dua jenis perlindungan
yang diberikan kepada konsumen, yaitu perlindungan priventlf dan perlindungan kuratif.
Perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat
konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau
jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa
tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli, atau menggunakan atau memanfaatkan
barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut.Perlindungan kuratif
adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau
pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
konsumen belum tentu dan tidak perlu serta tidak boleh dipersamakan dengan pembeli barang
dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang
atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah
pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian
Perangkat Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih
barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya; dan sebagainya.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan
perlindungan adalah:
- Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
-

Pasal 27 , dan Pasal 33.


Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia No. 3821


Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian

Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen


Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas

Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

Sedangkan Pasal 3 UU No. 8/ 1999, tentang Tujuan Perlindungan Konsumen :


1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakai barang dan/ atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan , kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
Konsumen dan Pelaku Usaha
Yang disebut dengan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan . Di dalam kepustakaan ekonomi dikenal
istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat
akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu
produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam
Undang-undang int adalah konsumen akhir.

Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang konsumen adalah pengguna akhir dan
suatu barang dan atau jasa, dengan tidak perlu memperhatikan apakah konsumen ini adalah
pembeli barang dan atau jasa yang dipergunakan olehnya tersebut. Jika konsumen ini adalah
pembeli barang dan atau jasa, maka dapat dipastikan bahwa konsumen adalah orang yang
terakhir kali melakukan pembelian barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya
mempergunakannya untuk keperluannya pribadi maupun keluarganya.
Selanjutnya yang dinamakan dengan Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
2.

Etika Iklan
Diatur dalam Etika Pariwara Indonesia Indonesia (EPI). EPI menyusun pedoman tata

krama periklanannya melalui dua tatanan :

1. Tata Krama (Code of Conducts)


Metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, yang bukan tentang
unsur efektivitas, estetika, dan seleranya. Adapun ketentuan yang dibahas meliputi:
- Tata krama isi iklan
- Tata krama raga iklan
- Tata krama pemeran iklan
- Tata krama wahana iklan
2. Tata Cara (Code of Practices)
Hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan dalam memanfaatkan ruang
dan waktu iklan yang adil bagi semua pihak yang saling berhubungan. Ada 3 asas
umum yang EPI jadikan dasar, yaitu :
1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab.
2. Bersaing secara sehat.
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara,
dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Tata Krama Periklanan yang diatur oleh EPI
Diatur berdasarkan isi iklan dan ragam iklan :
1. Isi Iklan

1.1. Hak Cipta


Penggunaan, penyebaran, penggandaan, penyiaran atau pemanfaatan lain materi atau
bagian dari materi periklanan yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari
pemilik atau pemegang merek yang sah.
1.2. Bahasa
- Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya,
dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan
-

penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti paling, nomor
satu, top, atau kata-kata berawalan ter, dan atau yang bermakna sama, tanpa
secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan

pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.


Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Penggunaan kata 100%, murni, asli untuk menyatakan sesuatu
kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang
otentik.
b. Penggunaan kata halal dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produkproduk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia,
atau lembaga yang berwenang.
c. Pada prinsipnya kata halal tidak untuk diiklankan. Penggunaan kata halal
dalam iklan pangan hanya dapat ditampilkan berupa label pangan yang
mencantumkan logo halal untuk produkproduk yang sudah memperoleh
sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia atau lembaga yang berwenang.
d. Kata-kata presiden, raja, ratu dan sejenisnya tidak boleh digunakan

dalam kaitan atau konotasi yang negatif.


1.3 Tanda Asteris (*)
- Tanda asteris pada iklan di media cetak tidak boleh digunakan untuk
menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak
tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk yang diiklankan,
-

ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk.


Tanda asteris pada iklan di media cetak hanya boleh digunakan untuk memberi

penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
1.4 Penggunaan Kata Satu-satunya

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata satu-satunya atau yang bermakna sama, tanpa
secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan
hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
1.5 Pemakaian Kata Gratis
Kata gratis atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan,
bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan
kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
1.6 Pencantum Harga
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan
jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.
1.7 Garansi
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasardasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
1.8 Janji Pengembalian Uang (warranty)
Jika suatu iklan menjanjikan pengembalian uang ganti rugi atas pembelian suatu produk
yang ternyata mengecewakan konsumen, maka:
- Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap,
antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu
berlakunya pengembalian uang.
- Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.
1.9 Rasa Takut dan Takhayul
Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan
kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif
1.10Kekerasan
Iklan tidak boleh langsung maupun tidak langsung menampilkan adegan kekerasan
yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
1.11Keselamatan
Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan,
utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.
1.12Perlindungan Hak-hak Pribadi
Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu
memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat
massal, atau sekadar sebagailatar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang
bersangkutan.
1.13Hiperbolisasi

Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik perhatian atau


humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak
menimbulkan salah persepsi dari khalayak yang disasarnya.
1.14Waktu Tenggang (elapse time)
Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka
waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.
1.15Penampilan Pangan
Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak
pantas lain terhadap makanan atau minuman.
1.16Penampilan Uang
- Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan normanorma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan
yang berlebihan.
- Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang
untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah.
- Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format frontal dan skala
1:1, berwarna ataupun hitam-putih.
- Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda specimen yang
dapat terlihat jelas.
1.17 Kesaksian Konsumen (testimony).
- Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili
lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
- Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benarbenar dialami, tanpa
maksud untuk melebih-lebihkannya.
- Untuk produk-produk yang hanya dapat memberi manfaat atau bukti kepada
konsumennya dengan penggunaan yang teratur dan atau dalam jangka waktu tertentu,
maka pengalaman sebagaimana dimaksud dalam butir 1.17.2 di atas juga harus
telah memenuhi syarat-syarat keteraturan dan jangka waktu tersebut.
- Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda
tangani oleh konsumen tersebut.
- Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika, harus
dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada
hari dan jam kantor biasa.
1.18 Anjuran (endorsement)
- Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi yang
dimiliki oleh penganjur.

- Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan mewakili
lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
1.19 Perbandingan
- Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
- Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan
waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut
harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara
riset tersebut.Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan khalayak.
1.20 Perbandingan Harga
Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk, dan
harus disertai dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.
1.21 Merendahkan
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
1.22 Peniruan
- Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa
sehingga

dapat

merendahkan

produk

pesaing,

ataupun

menyesatkan

atau

membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur
cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi
termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi
huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas
lain, dan properti.
- Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh
sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
1.23 Istilah Ilmiah dan Statistik
Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistic untuk menyesatkan
khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.
1.24 Ketiadaan Produk
Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk yang
diiklankan tersebut.
1.25 Ketaktersediaan Hadiah
Iklan tidak boleh menyatakan selama persediaan masih ada atau kata-kata lain yang
bermakna sama.
1.26 Pornografi dan Pornoaksi
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan
untuk tujuan atau alasan apa pun.

1.27

Halayak Anak-anak
- Iklan yang ditujukan kepada khalayak anak-anak tidak boleh menampilkan hal-hal
yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka.
- Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak
anak-anak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak
pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata Bimbingan
Orangtua atau simbol yang bermakna sama.

3.

Privasi Konsumen
F-Secure analis Sean Sullivan telah meneliti konsumen dan bisnis sikap terhadap privasi

selama beberapa bulan. Dia mengatakan sementara orang-orang dia diwawancarai mengatakan
mereka menghargai ruang mereka sendiri, mereka tidak selalu peduli tentang privasi sebagai isu
yang lebih luas. Anggota masyarakat tidak peduli tentang privasi tapi mereka peduli tentang
mereka privasi, katanya, menyoroti kebingungan sekitar bagaimana perasaan individu tentang
masalah ini.
Tapi itu tampak seolah-olah orang Inggris semakin peduli tentang privasi: a survei
TRUSTe awal tahun ini menunjukkan bahwa satu dari tiga lebih peduli tentang privasi online
daripada mereka tahun lalu.
Ini tidak sulit untuk menebak apa di balik pergeseran; privasi telah mulai mendapatkan
perhatian lebih, dibantu oleh perdebatan profil tinggi sekitar Edward Snowden , nilai enkripsi
dan meningkatkan pengawasan pemerintah secara online . Subjek adalah seksi satu sekarang,
dalam berita, dan orang-orang seperti saya yang lebih dalam permintaan sebagai hasilnya, kata
University of East Anglia dosen hukum Paul Bernal. Kursus privasi saya menjalankan di
universitas saya memiliki lebih dari dua kali lipat asupan selama dua tahun terakhir, seperti yang
umum kelas hukum internet kami, yang mencakup banyak privasi.
Sebuah bisnis yang peduli tentang bottom line-nya, jadi jika privasi membantu itu, akan
mempertimbangkan privasi prioritas.
4.

Multimedia Etika Bisnis


Pengertian multimedia ialah penyampaian suatu berita yang meyajikan dan

menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video sama dengan apa yang biasa kita sebut
dengan media cetak, media elektronik, dan media online.yang menggunakan alat bantu (tool) dan
koneksi (link) sehingga pengguna bisa mengetahui apa yang ditampilkan dalam multimedia

tersebut ( biasanya multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan ). Multimedia


dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia
digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di
dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan
sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.
Elemen-elemen dari multimedia biasanya digabung menjadi satu menggunakan
Authoring Tools. Perangkat ini memiliki kemampuan untuk mengedit teks dan gambar, juga
dilengkapi dengan kemampuan berinteraksi dengan Video Disc Player (VCD), Video Tape Player
dan alat-alat lain yang berhubungan dengan project. Suara atau video yang telah diedit akan
dimasukkan ke dalam Authoring System untuk dimainkan kembali. Jumlah bagian yang
dimainkan ulang dan dipresentasikan disebut Human Interface. Sedangkan perangkat keras dan
perangkat lunak yang menentukan apa yang akan terjadi dalam suatu project disebut Multimedia
Platform atau Environment.
Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Bisnis multimedia
berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is the using of media variety
to fulfill communications goals. Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph, audio, video,
and animation. Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun TV, koran,
majalah, buku, radio, internet provider, event organizer, advertising agency, dll. Multimedia
memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya dapat terlihat dari
iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan menjadi satu kebiasaan
populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai pembentuk sirat
konsumerisme. Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:
-

Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance, kebijakan

keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaran serta kode etik.


Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis dalam

lingkungannya, pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagi pekerja.


Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yang memiliki
andil dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners, para eksekutif,
pelanggan, supplier dan pesaing.

Etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya
multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh stakeholder,

termasuk di dalamnya production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet
provider, event organizer, advertising agency, dll.
5.

Etika Produksi
Definisi etika secara sederhana adalah studi mengenai hak dan kewajiban manusia,

peraturan moral yang dibuat dalam pengambilan keputusan dan sifat alami hubungan antar
manusia dan alam. Maka etika produksi yang diperhitungkan adalah:Nilai (aturan main yang
dibuat pengusaha dan menjadi patokan berbisnis).
1

Hak dan kewajiban (Menerima dan menggaji karyawan, membayar pajak dan

sebagainya).
Peraturan moral (Peraturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi

pengusaha ketika mengalami dilema atau permasalahan, baik internal atau eksternal).
Hubungan manusia (memprioritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar

perusahaan, menghargai hak cipta, dll).


Hubungan dengan alam (ikut mengelola lingkungan hidup dan mengelola limbah sisa
hasil produksi)

6.

Pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM)


Dalam pengertian sehari-hari, Sumber Daya Manusia (SDM) lebih dimengerti sebagai

bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang
kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi. Dalam
pemanfaatan SDM, permasalahan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sebagai
berikut :
1

Kualitas SDM yang sebagian besar masih rendah atau kurang siap memasuki

2
3

dunia kerja atau dunia usaha.


Terbatasnya jumlah lapangan kerja.
Jumlah angka pengangguran yang cukup tinggi.

Dalam pemanfaatan sumber daya tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan :
Program pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan
lapangan yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya,
serta memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.

Keberhasilan upaya tersebut di atas, pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan basis dan
ketahanan perekonomian rakyat yang kuat dalam menghadapi persaingan global baik di dalam
maupun di luar negeri dan pada gilirannya dapat mempercepat terwujudnya kemandirian bangsa.
7.

Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan

perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari. Perusahaan dengan


etika kerja yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai, yakni : kejujuran, keterbukaan,
loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada keputusan, dedikasi kepada stakeholder, kerja sama
yang baik, disiplin, dan bertanggung jawab.
8.
a.

Hak-hak Kerja
Hak Atas Pekerjaan, yaitu hak atas pekerjaan merupakan hak azasi manusia, karena kerja
melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dan karena itu tidak bisa
dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh manusia. Hak atas kerja juga merupakan salah
satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas

b.

hidup yang layak.


Hak atas upah yang adil yaitu hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima
dan dituntut seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Setiap
orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak memperoleh upah yang adil

c.

yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya.


Hak untuk berserikat dan berkumpul yaitu untuk bisa memperjuangkan kepentingannya,
khususnya hak atas upah yang adil, pekerja harus diakui dan dijamin haknya untuk
berserikat dan berkumpul. Yang bertujuan untuk bersatu memperjuangkan hak dan

d.

kepentingan semua anggota mereka.


Hak atas perlindungan kesehatan dan keamanan yaitu selain hak-hak diatas dalam bisnis
modern sekarang ini semakin dianggap penting bahwa para pekerja dijamin keamanan,
keselamatan dan kesehatannya. Karena itu pada tempatnya pekerja diasuransikan melalui
asuransi kecelakaan dan kesehatan. Ini terutama dituntut pada perusahaan yang bergerak

e.

dalam bidang kegiatan yang penuh resiko.


Hak untuk diproses hukum secara sah yaitu hak ini terutama berlaku ketika seorang
pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan
pelanggaran atau kesalahan tertentu. pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya, dan kalau ternyata ia tidak bersalah ia wajib

diberi kesempatan untuk membela diri. Ini berarti baik secara legal maupun moral
perusahaan tidak diperkenankan untuk menindak seorang karyawan secara sepihak tanpa
f.

mencek atau mendengarkan pekerja itu sendiri.


Hak untuk diperlakukan secara sama yaitu pada prinsipnya semua pekerja harus
diperlakukan secara sama, secara fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam
perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya,
baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau
pendidikan lebih lanjut. Perbedan dalam hal gaji dan peluang harus dipertimbangkan
secara rasional. Diskriminasi yang didasrkan pada jenis kelamin, etnis, agama dan

g.

semacamnya adalah perlakuan yang tidak adil.


Hak atas rahasia pribadi yaitu karyawan punya hak untuk dirahasiakan data pribadinya,
bahkan perusahan harus menerima bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh diketahui
oleh perusahaan dan ingin tetap dirahasiakan oleh karyawan. Hak atas rahasia pribadi
tidak mutlak, dalam kasus tertentu data yang dianggap paling rahasia harus diketahui oleh
perusahaan atau karyawan lainnya, misalnya orang yang menderita penyakit tertentu.
Ditakutkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh akan merugikan banyak
orang atau mungkin mencelakakan orang lain. Umumnya yang dianggap sebagai rahasia
pribadi dan karena itu tidak perlu diketahui dan dicampuri oleh perusahaan adalah
persoalan yang menyangkut keyakinan religius, afiliasi dan haluan politik, urusan

h.

keluarga serta urusan sosial lainnya.


Hak atas kebebasan suara hati yaitu pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan
tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik, atau mungkin baik menurut perusahaan
jadi pekerja harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal
yang baik.

9.

Hubungan Saling Mengutungkan


Manajemen finansial terkait dengan tanggung jawab atas performance perusahaan

terhadap penyandang dana. Hubungan baik dijalin dengan memberikan margin dan saling
memberikan manfaat positif. Adanya balas jasa perusahaan terhadap investor berbentuk rate of
return. Hubungan pertanggungjawaban sebagai petunjuk konsistensi dan dan konsekuensi yang
logis. Hubungan pertanggung jawaban dilakukan secara layak dan wajar. Prinsip ini menuntut
agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis,
prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.

10.

Persepakatan Penggunaan Data


Dana yang diperoleh sebuah bisnis perlu dialokasikan dengan tepat. Pengelola

perusahaan mau memberikan informasi tentang rencana penggunaan dana sehingga penyandang
dana dapat mempertimbangkan peluang return dan resiko. Rencana penggunaan dana harus
benar-benar transparan, komunikatif dan mudah dipahami. Semua harus diatur atau ditentukan
dalam perjanjian kerja sama penyandang dana dengan alokator dana.

Anda mungkin juga menyukai