Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
Dewi Murtikasari
Lenah Nurjanah
Marlina Fitri Annisa
Muh. Januar Arifin
(12213294)
(14213952)
(15213303)
(15213682)
1.
a.
barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya.
Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke
pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Stanton,
mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas.
Pasar memiliki sekurang-kurangnya tiga fungsi utama, yaitu fungsi distribusi, fungsi
pembentukan harga, dan fungsi promosi. Sebagai fungsi distribusi, pasar berperan sebagai
penyalur barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui transaksi jual beli. Sebagai fungsi
pembentukan harga, di pasar penjual yang melakukan permintaan atas barang yang dibutuhkan.
Sebagai fungsi promosi, pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dari
produsen kepada calon konsumennya. Berikut ini masing-masing penjelasan terhadap jenis-jenis
pasar tersebut:
1. Jenis-jenis pasar menurut fisiknya
- Pasar konkret (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara pembeli dan penjual
melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia
di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional.
-
Pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan
pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang.
(agen/grosir).
Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali,
misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta).
setempat.
Pasar daerah atau pasar lokal adalah pasar di setiap daerah yang
memperjualbelikan barang-barang yang diperlukan penduduk derah tersebut.
b.
Perlindungan Konsumen
Pengertian perlindungan konsumen :
1. Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 :
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.
2. GBHN 1993 melalui Tap MPR Nomor II/MPR/1993, Bab IV, huruf F butir 4a:
pembangunan perdagangan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa
dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan
pendapatan produsen, melindungi kepentingan konsumen
Jadi, perlindungan konsumen ini adalah suatu upaya (dalam lapangan hukum) yang
diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses pemilihan
serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk
menggunakan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu, hingga akibat yang
terjadi setelah barang dan jasa tersebut dipergunakan oleh konsumen. Yang disebut terdahulu,
yaitu upaya perlindungan pada saat konsumen tersebut mulai melakukan proses pemilihan
serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa disebut upaya preventif; sedangkan upaya
selanjutnya disebut dengan upaya kuratif.
Konsumen dilindungi dari setiap tindakan atau perbuatan dari produsen barang dan atau
jasa, importer, distributor penjual dan setiap pihak yang berada dalam jalur perdagangan barang
dan jasa ini, yang pada umumnya disebut dengan nama pelaku usaha. Ada dua jenis perlindungan
yang diberikan kepada konsumen, yaitu perlindungan priventlf dan perlindungan kuratif.
Perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat
konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau
jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa
tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli, atau menggunakan atau memanfaatkan
barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut.Perlindungan kuratif
adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau
pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa
konsumen belum tentu dan tidak perlu serta tidak boleh dipersamakan dengan pembeli barang
dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang
atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah
pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian
Perangkat Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih
barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya; dan sebagainya.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan
perlindungan adalah:
- Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),
-
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang konsumen adalah pengguna akhir dan
suatu barang dan atau jasa, dengan tidak perlu memperhatikan apakah konsumen ini adalah
pembeli barang dan atau jasa yang dipergunakan olehnya tersebut. Jika konsumen ini adalah
pembeli barang dan atau jasa, maka dapat dipastikan bahwa konsumen adalah orang yang
terakhir kali melakukan pembelian barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya
mempergunakannya untuk keperluannya pribadi maupun keluarganya.
Selanjutnya yang dinamakan dengan Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
2.
Etika Iklan
Diatur dalam Etika Pariwara Indonesia Indonesia (EPI). EPI menyusun pedoman tata
penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti paling, nomor
satu, top, atau kata-kata berawalan ter, dan atau yang bermakna sama, tanpa
secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan
penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.
1.4 Penggunaan Kata Satu-satunya
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata satu-satunya atau yang bermakna sama, tanpa
secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan
hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
1.5 Pemakaian Kata Gratis
Kata gratis atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan,
bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan
kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
1.6 Pencantum Harga
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan
jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.
1.7 Garansi
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasardasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
1.8 Janji Pengembalian Uang (warranty)
Jika suatu iklan menjanjikan pengembalian uang ganti rugi atas pembelian suatu produk
yang ternyata mengecewakan konsumen, maka:
- Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap,
antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu
berlakunya pengembalian uang.
- Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.
1.9 Rasa Takut dan Takhayul
Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan
kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif
1.10Kekerasan
Iklan tidak boleh langsung maupun tidak langsung menampilkan adegan kekerasan
yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.
1.11Keselamatan
Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan,
utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.
1.12Perlindungan Hak-hak Pribadi
Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu
memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat
massal, atau sekadar sebagailatar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang
bersangkutan.
1.13Hiperbolisasi
- Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan mewakili
lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
1.19 Perbandingan
- Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
- Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan
waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut
harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara
riset tersebut.Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan khalayak.
1.20 Perbandingan Harga
Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk, dan
harus disertai dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.
1.21 Merendahkan
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
1.22 Peniruan
- Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa
sehingga
dapat
merendahkan
produk
pesaing,
ataupun
menyesatkan
atau
membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur
cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi
termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi
huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas
lain, dan properti.
- Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh
sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
1.23 Istilah Ilmiah dan Statistik
Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistic untuk menyesatkan
khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.
1.24 Ketiadaan Produk
Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk yang
diiklankan tersebut.
1.25 Ketaktersediaan Hadiah
Iklan tidak boleh menyatakan selama persediaan masih ada atau kata-kata lain yang
bermakna sama.
1.26 Pornografi dan Pornoaksi
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan
untuk tujuan atau alasan apa pun.
1.27
Halayak Anak-anak
- Iklan yang ditujukan kepada khalayak anak-anak tidak boleh menampilkan hal-hal
yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan
kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka.
- Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak
anak-anak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak
pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata Bimbingan
Orangtua atau simbol yang bermakna sama.
3.
Privasi Konsumen
F-Secure analis Sean Sullivan telah meneliti konsumen dan bisnis sikap terhadap privasi
selama beberapa bulan. Dia mengatakan sementara orang-orang dia diwawancarai mengatakan
mereka menghargai ruang mereka sendiri, mereka tidak selalu peduli tentang privasi sebagai isu
yang lebih luas. Anggota masyarakat tidak peduli tentang privasi tapi mereka peduli tentang
mereka privasi, katanya, menyoroti kebingungan sekitar bagaimana perasaan individu tentang
masalah ini.
Tapi itu tampak seolah-olah orang Inggris semakin peduli tentang privasi: a survei
TRUSTe awal tahun ini menunjukkan bahwa satu dari tiga lebih peduli tentang privasi online
daripada mereka tahun lalu.
Ini tidak sulit untuk menebak apa di balik pergeseran; privasi telah mulai mendapatkan
perhatian lebih, dibantu oleh perdebatan profil tinggi sekitar Edward Snowden , nilai enkripsi
dan meningkatkan pengawasan pemerintah secara online . Subjek adalah seksi satu sekarang,
dalam berita, dan orang-orang seperti saya yang lebih dalam permintaan sebagai hasilnya, kata
University of East Anglia dosen hukum Paul Bernal. Kursus privasi saya menjalankan di
universitas saya memiliki lebih dari dua kali lipat asupan selama dua tahun terakhir, seperti yang
umum kelas hukum internet kami, yang mencakup banyak privasi.
Sebuah bisnis yang peduli tentang bottom line-nya, jadi jika privasi membantu itu, akan
mempertimbangkan privasi prioritas.
4.
menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video sama dengan apa yang biasa kita sebut
dengan media cetak, media elektronik, dan media online.yang menggunakan alat bantu (tool) dan
koneksi (link) sehingga pengguna bisa mengetahui apa yang ditampilkan dalam multimedia
Etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya
multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh stakeholder,
termasuk di dalamnya production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet
provider, event organizer, advertising agency, dll.
5.
Etika Produksi
Definisi etika secara sederhana adalah studi mengenai hak dan kewajiban manusia,
peraturan moral yang dibuat dalam pengambilan keputusan dan sifat alami hubungan antar
manusia dan alam. Maka etika produksi yang diperhitungkan adalah:Nilai (aturan main yang
dibuat pengusaha dan menjadi patokan berbisnis).
1
Hak dan kewajiban (Menerima dan menggaji karyawan, membayar pajak dan
sebagainya).
Peraturan moral (Peraturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi
pengusaha ketika mengalami dilema atau permasalahan, baik internal atau eksternal).
Hubungan manusia (memprioritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar
6.
bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang
kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi. Dalam
pemanfaatan SDM, permasalahan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sebagai
berikut :
1
Kualitas SDM yang sebagian besar masih rendah atau kurang siap memasuki
2
3
Dalam pemanfaatan sumber daya tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan :
Program pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan
lapangan yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya,
serta memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.
Keberhasilan upaya tersebut di atas, pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan basis dan
ketahanan perekonomian rakyat yang kuat dalam menghadapi persaingan global baik di dalam
maupun di luar negeri dan pada gilirannya dapat mempercepat terwujudnya kemandirian bangsa.
7.
Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan
Hak-hak Kerja
Hak Atas Pekerjaan, yaitu hak atas pekerjaan merupakan hak azasi manusia, karena kerja
melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dan karena itu tidak bisa
dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh manusia. Hak atas kerja juga merupakan salah
satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas
b.
c.
d.
e.
diberi kesempatan untuk membela diri. Ini berarti baik secara legal maupun moral
perusahaan tidak diperkenankan untuk menindak seorang karyawan secara sepihak tanpa
f.
g.
h.
9.
terhadap penyandang dana. Hubungan baik dijalin dengan memberikan margin dan saling
memberikan manfaat positif. Adanya balas jasa perusahaan terhadap investor berbentuk rate of
return. Hubungan pertanggungjawaban sebagai petunjuk konsistensi dan dan konsekuensi yang
logis. Hubungan pertanggung jawaban dilakukan secara layak dan wajar. Prinsip ini menuntut
agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis,
prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.
10.
perusahaan mau memberikan informasi tentang rencana penggunaan dana sehingga penyandang
dana dapat mempertimbangkan peluang return dan resiko. Rencana penggunaan dana harus
benar-benar transparan, komunikatif dan mudah dipahami. Semua harus diatur atau ditentukan
dalam perjanjian kerja sama penyandang dana dengan alokator dana.