Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM MESIN KONVERSI


PENGUJIAN BOILER

Disusun oleh
DITYA RAMANDA PUTRA
1105051012
EN 5a

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan : Pengujian Boiler

B.Tujuan Percobaan :
1. Agar mahasiswa dapat mengerti fungsi suatu boiler dan prinsip kerjanya.
2. Agar mahasiswa dapat mengoperasikan boiler.
3. Agar mahasiswa dapat mengenal bagian-bagian mekanikal, elektrikal, dan
instrumentasi dari boiler.
4. Agar mahasiswa dapat membuat urutan/prosedur pelaksanaan percobaan.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara membaca alat ukur boiler.
6. Agar mahasiswa dapat membuat daftar simbol setiap parameter dan satuan-satuannya.
7. Agar mahasiswa dapat mengukur kebutuhan bahan bakar boiler.
8. Agar mahasiswa dapat mengukur laju air pengisian dan menghitung kapasitas
produksi uap.
9. Agar mahasiswa dapat mengukur tekanan dan temperatur.
10. Agar mahasiswa dapat menghitung efisiensi boiler.

BAB II
DASAR TEORI

A. Defenisi dan Fungsi Boiler (Ketel Uap)


Boiler atau Ketel Uap atau Steam Generator adalah suatu alat konversi energi yang
dapat mengubah energi panas hasil pembakaran bahan bakar menjadi energi potensial uap.
Hal ini terjadi dikarenakan adanya perpindahan panas dari bahan bakar dan air yang terjadi
didalam tabung yang tertutup rapat.
Boiler atau keteluap merupakan suatu peralatan penghasil uap meliputi untuk
pemanasan/pembentukan uap dari fluida cair, pemanasan lanjut (superheating), dan
pemanasan ulang (reheating) terhadap uap tersebut sehingga disebut juga Steam Generator
Fluida kerja boiler secara umum adalah air (H2O) karena harganya yang murah. Air
dalam ketel memperoleh energi panas dari hasil pembakaran suatu bahan bakar dengan
oksigen (udara) melalui proses heat transfer.

2
Steam
out

feedwater
In
1

Qs
heat in

Gambar Steam Generator


Fungsi ketel uap (Boiler) adalah untuk mengkonversikan energi pembakaran bahan
bakar menjadi energi potensial uap.
Steam yang dihasilkan dari ketel ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti berikut
:
1. Untuk external combustion engine
Contoh : untuk mesin uap reciprocating dan turbin air
2. Untuk keperluan proses di dalam boiler
Contoh : untuk steam injeksi pada kolom fraksinasi
3. Untuk pemanas
Contoh : untuk pemanas produk minyak dalam penyimpanan.

B. Bagian Utama Ketel Uap


Bagian- bagian utama yang terdapat dari pada sebuah ketel antara lain :
1. Dapur / Ruang Bakar
Bagian ketel yang sangat penting untuk menimbulkan panas adalah dapur (furnance).
Disini terjadi proses perubahan energi kimia bahan bakar menjadi energi panas. Untuk proses
pembakaran ini membutuhkan udara dan bahan bakar yang pencampurannya langsung dalam
bahan bakar.
2. Drum Uap
Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan yang sangat tinggi, maka bagian yang tak
kalah pentingnya adalah bejana-bejana yang mempunyai kekuatan terhadap tekanan tinggi,
yang umumnya bagian ini disebut drum ketel.
Bagian-bagian ketel yang ada didalam ketel itu sendiri juga ikut menentukan
kelancaran operasi dan performansinya, seperti susunan pipa, superheater, header, kotak
lumpur, ekonomizer dan lain sebagainya. Peralatan pengaman dan penunjang selalu
diikutsertakan untuk dipasang pada sebuah ketel dengan maksud agar ketel dapat bekerja
dengan aman dan sesuai dengan opersi yang dikehendaki. Bahkan peralatan yang terpisah
dari ketel ini sendiri seperti peralatan pemurnian air umpan ketel juga sangat diperlukan dan
besar sekali pengaruhnya terhadap kerja ketel.
3. Feed Water Tank
Feed water tank berfungsi sebagai penampungan air yang berasal dari water, yang
selanjutnya disiapkan untuk air umpan ketel.
4. Pompa Air Pengisian Boiler
Pompa air pengisian boiler berfungsi memompakan air dari feed water tank ke
ekonomizer yang selanjutnya masuk ke ketel uap. Pompa ini digerakkan oleh uap yang
dihasilkan dari ketel uap.
5. Pipa pipa Api
Ini berfungsi sebagai tempat laluan gas asap dan dipasang di darat drum ketel. Pipapipa ini merupakan permukaan perpindahan panas yang utama, dimana perpindahan panas ini
menyebabkan pembentukan uap di dalam drum ketel.
6. Cerobong Asap
Cerobong asap berfungsi sebagai saluran untuk membuang gas asap, ini juga
berfungsi untuk menjaga polusi udara, karena gas mengambang di dekat permukaan tanah
tempat instalasi dan pemukiman.
7. Manometer
Manometer dapat digunakan untuk mengetahui besar tekanan uap yang berada di
dalam ketel.

Hal-Hal yang Harus Dimiliki Oleh Ketel yang Baik


Ketel yang baik harus memiliki beberapa faktor, yaitu :
1. Ketel harus dapat menghasilkan jumlah dan mutu uap secara maksimum pada
pemakaian bahan bakar yang minimum. Artinya ketel tersebut dapat bekerja dengan
efisiensi semaksimum mungkin.
2. Ketel harus dapat secara cepat menyesuaikan fluktuasi beban (naik turunnya beban).
3. Ketel harus dapat di start dalam waktu yang singkat tanpa menimbulkan kerusakan
pada bagian ketel tersebut, artinya sesuai dengan waktu telah ditetapkan dalam
instruksi manual dari ketel tersebut.
4. Ketel harus ringan, sehingga tidak menyulitkan pada saat pemasangannya.
5. Ketel harus seringan mungkin sehingga dapat ditempatkan didalam ruangan yang
kecil.
6. Sambungan-sambungannya harus sedikit mungkin dan dapat dijangkau pada saat
dilakukan inspeksi.
7. Lumpur dan deposit-deposit lain mudah dikeluarkan dari dalam ketel dan tidak
menggumpal pada plat-plat yang dipanasi.
8. Bahan refraktori harus dikurangi seminimum mungkin. Tetapi harus cukup untuk
menjamin perpindahan panas secara radiasi.
9. Pipa harus tidak terakumulasi lumpur atau endapan dan tidak mudah rusak karena
kena korosi.
10. Semua peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja harus dapat bekerja dengan baik
dan mudah di kontrol.
11. Kehilangan panas karena radiasi harus sekecil mungkin, oleh karenanya isolasi yang
digunakan harus mempunyai daya hantar panas yang rendah.

C. Dasar Pemilihan Ketel Uap


Prinsip pokok untuk merencanakan atau memesan ketel ada lima parameter yang
harus dipenuhi yaitu :
1. Efisiensinya tinggi yang di tunjukkan oleh transfer panas yang diperluakan dengan
rugi-rugi minimum. Hal ini meliputi permuakaan heat transfer, isolasi yang baik,
baffle efektif dan lain-lain.
2. Power, beban dan tekanan kerja yang dikehendaki.
3. Posisi geografis dari pada power house.
4. Bahan bakar dan air yang dapat disediakan.
5. Dapat menghasilkan uap yang bersih.

D. Pengoperasian Boiler (Ketel Uap)


1. Prinsip Kerja Boiler
Dalam boiler air diubah menjadi uap. Panas diserap air di dalam boiler dan uap yang
dihasilkan secara kontiniu. Air umpan boiler disedot ke boiler untuk menggantikan
kehilangan air didalam boiler yang berubah menjadi uap.

Boiler BlowdownPanas

Ketika uap meninggalkan air yang mendidih, padatan terlarut yang bersal dari umpan
boiler tertinggal di air boiler. Padatan-padatan yang tertinggal menjadi bertambah
kepekatannya, dan bahkan dapat mencapai kesuatu tingkat dimana pemekatan lebih lanjut
bisa menyebabkan terbentuknya kerak atau diposit didalam boiler.
2. Suplai Energi
Suplai energi terhadap boiler diperoleh dari bahan bakar. Rancangan bahan bakar
boiler jenis Fired Steam Boiler Type Fulton 30 E pada alat pengujian ini adalah solar.
Kandungan energi (E) bahan bakar (KJ/Kg) dapat diperoleh melalui percobaan Bomb
Calorimeter, atau bisa dihitung dengan rumus Dulog jika bahan diketahui (hasil analisis lab).
Dalam pengujian ini, kandungan energi solar dapat diperoleh dari buku referensi Heat
Enginering. Besarnya energi panas pembakaran adalah suplai panas terhadap boiler :
Qs m E

dimana :

= laju aliran massa bahan bakar (Kg/jam)

= kandungan energi bahan bakar (KJ/Kg)

3. Energi Evaporasi
Energi untuk perubahan air pengisian (feed water) menjadi uap (steam) dalam proses
evaporasi adalah besarnya kandungan entalpi uap kurang kandungan entalphi air pengisian
u
Q m

hu

ha

dimana :
u

= laju aliran massa uap (Kg/jam)

hu

= entalphi uap (KJ/Kg)

ha

= entalphi air (KJ/Kg)

Dimana ms adalah laju aliran massa uap dari boiler pada kondisi keadaan
tunak/steadi(steady-state) adalah juga sama dengan laju aliran massa air masuk ke boiler.

4. Efisiensi Boiler
Efisiensi boiler atau ketel uap adalah perbandingan antara energi evaporasi
(penguapan) terhadap energi suplai bahan bakar, maka :

m h ha
Q
u u
Qs
m E

Besar efisiensi dari pengoperasian sebuah boiler modern dengan minyak atau gas
adalah kira-kira 80%. Harga ini agak lebih rendah pada sebuah ketel pembakaran berbahan
bakar padat.
5. Tekanan absolut uap
Tekanan absolut uap adalah tekanan pengukuran (gauge) ditambahkan tekanan
atmosfer.
Pabs Pgauge Patm

Dalam mengoperasikan boiler, setelah mendapatkan tekanan 2 bar. Maka, boiler di


jaga pada tekanan tersebut selang beberapa waktu baru boiler boleh diaktifkan sampai
tekanan yang telah diinginkan agar bopiler tidak cepat rusak.

BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Peralatan Percobaan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Oil fired boiler No. P7600


Additional boiler instrumentation No. P7602
Separating and throttling exalorimeter No. P7672
Suplai energi listrik
Suplai air utilitas laboratorium

B. Prosedur Percobaan
Adapun langkah yang harus dilakukan dalam praktikum operasi sistem energi boiler
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

On-kan MCB.
On-kan Cold Water Unit dan On-kan Steam Turbin.
Jalankan pompa dan Cek air di dalam boiler apakah sudah cukup.
Lihat posisi katup-katup minyak, katup air dan kemudian sesuaikan pada posisi
masing-masing.
Jalankan boiler sampai tekanan 2 bar dan jaga tekanan tersebut. Selang beberapa
waktu hidupkan kembali boiler sampai pada tekanan 5 bar guna mendapatkan uap
yang diinginkan, tunggu hingga kondisi operasi stabil.
Jalankan pompa condenser.
Catat semua jumlah keseluruhan bahan bakar dan jumlah Feed Water dalam waktu
yang sama selama boiler dioperasikan dengan beban tertentu.
Untuk memperoleh hasil perhitungan yang lebih tepat lakukan percobaan minimal
satu jam pada kondisi stabil.
Jangan meninggalkan boiler selama pengoperasian karena dapat mengakibatkan
kebakaran dan ledakan jika terjadi suatu kelalaian.

BAB IV

DATA PERCOBAAN

Dari percobaan yang dilakukan, maka dapatlah diambil suatu data sebagai berikut:

Data Percobaan Boiler


Percobaan Pemakaian Bahan Bakar dan Aliran Air Umpan Boiler

BAB V

ANALISA DATA

Data-data pendukung :
1. Lama percobaan
2. Jumlah bahan bakar yang dipakai
3. Jumlah air umpan yang masuk boiler
jam
4. Density
5. Kandungan energi
6. Air umpan density

: 1 jam
: 30,0284 Kg/jam
: 129.4368 129.1212 = 0,3156 m3/
: = 0,82 Kg/Liter
: E = 45.700 KJ/Kg
: = 1 Kg/Liter = 1000 Kg/m3

m h ha
Q
u u
Qs
m E

Dimana :
u

= laju aliran massa uap (Kg/jam)

hu

= entalphi uap keluar boiler (KJ/Kg)

ha

= entalphi air umpan boiler (KJ/Kg)

= laju aliran massa bahan bakar (Kg/jam)

= kandungan energi bahan bakar (KJ/Kg)

= Efisiensi boiler

Waktu pengujian = 1 jam


1. Jumlah air umpan
Vfw = 137,6550 137,9160( m3/jam )
= 0,261 m3/jam
Density air umpan = fw = 1000 kg/m
Maka laju aliran massa :
fw = Vfw x fw
= 0,261m3/ jam x 1000 kg/m3
= 261kg/jam

Maka :

u = a = 261kg/jam (steady-state)

2. Konsumsi bahan bakar


Vf = B x L x T
= 0,758 x 0,732 x 0,042
= 0,023304 cm3/jam
= 23,30ltr/jam
Density solar = 0,82 kg/ltr
Maka :
f = Vfxf
= 23,30ltr/jam x 0,82kg/ltr
= 19,106kg/jam
3. Kondisi uap yang dihasilkan boiler :
Tekanan :

6.0 bar ( gauge )


7.0 bar ( abs )

4. Kualitas uap yang dihasilkan boiler :


X = 92.1 % (diperoleh dari percobaan kualitas uap)

5. Temperatur air umpan :


Ta = 28 0C
6. Bahan bakar yang digunakan adalah solar (diesel) :
Kandungan energi LHV (E) = 45.700 kJ/kg
Density () solar = 0,82 kg/ltr
Energi penguapan :
Ialah energi panas untuk merubah air menjadi uap, dengan kata lain jumlah energi
yang diserap fluida H2O dari sumber panas pembakaran yang menjadikan air menjadi uap.
Q = u ( huap hair )
Dimana :

u = 315.6 kg/jam

hu = hf +
ha = hf pada 28 0C
Pada P = 7.0 barabs, maka dari tabel uap :
hf

= 697.00 KJ/Kg

hfg

= 2065.8KJ/Kg

hu h f x.h fg
697.00 0,921 x 2065.8

2599.60 ( huap )
Untuk Ta = 28 0C
Menggunakan interpolasi :
1. T = 30 C;
2. T = 25 C;

T( 28C ) T( 25C )
T(30C ) T( 25C )

hf= 125,74KJ/Kg
hf= 104,83KJ/Kg

h f ( 28C ) h f ( 25C )
h f (30C ) h f ( 25C )

28 25 h f ( 28C ) 104.83

30 25 125.74 104.83
h f ( 28 C ) 104,83

3
125,74 104,83 117.37 KJ Kg
5

h f ( 28 C ) ha 117 .37 KJ Kg ( hair )

Kebutuhan bahan bakar :


Vbb = 36,06Liter/Jam
vbb
m
36,06 0,82

29.5692 Kg

7. Effisiensi Boiler :

Liter

B =

Q
Qs

u ( hu - ha )
m
E
m
Energi Penguapan

B = Energi Bahan bakar 100%


=

u ( huap hair )
m
E
m

100%

315.6 kg / jam (2599.60 117 .37) kJ / kg


29.5692

kg

/ jsm 45700

783391.788
100%
1372297,88 kJ / kg

= 0,5797 100%

B = 57.97 %

BAB VII

kJ

/ kg

100%

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fungsi suatu boiler adalah untuk merubah air menjadi uap. Dan prinsip kerjanya
adalah memanaskan suatu fluida cair pada suatu tempat dengan menggunakan bahan
bakar.
2. Cara pengoperasian boiler ini terdapat pada prosedur percobaan.
3. Pada bagian mekanikal boiler adalah sistem pemipaannya, yaitu nyala api dan gas
panas yang dihasilkan pembakaran dilewatkan melalui pipa-pipa yang disekitar
dinding dalamnya di kelilingi oleh air dan lain-lain. Sedangkan pada bagian electrical
boiler yaitu energi yang dibutuhkan untuk pembakaran awal diambil dari sumber lain
atau dari PLN. Bagian instrumental boiler adalah alat ukur temperatur tekanan yang
digunakan untuk mengukur temperatur air masuk dan temperatur uap keluar dan
tekanan uap.
4. Satuan yang digunkan dalam tekanan adalah bar gauge dan dalam analisa datanya
menjadi bar absolute.
5. Kebutuhan bahan bakar yang digunakan dalam pengoperasian boiler adalah solar, dan
selama percobaan menghabiskan 30,0284 kg/liter selama satu jam.
6. Tekanan uap keluar boiler adalah 7 barg serta temperature air masuk 28 C.
7. Efisiensi boiler setelah dilakukan analisa data adalah 57,79 %

B. Saran
1. Sebaiknya perawatan boiler lebih diperhatikan lagi dan dilakukan secara berkala, bila
perlu disertifikasi kembali.
2. Sebaiknya instalasi pipa-pipa pada boiler diganti, sebab pada saat melakukan
percobaan atau pengambilan data selalu terjadi kebocoran pada instalasi perpipaan
boiler yang mengakibatkan gedung laboratorium digenangi air, sehingga kegiatan
praktikum menjadi terhambat..
3. Mahasiswa/i yang mengikuti praktikum sebaiknya lebih serius dalam mengikuti
kegiatan praktikum dan seharusnya lebih menaati peraturan selama berada di
laboratorium teknik energi.

LABORATORIUM SISTEM ENERGI

PENGUJIAN ISOLASI DAN KONDUKTIVITAS THERMAL


( LAGGING EFFICIENCY)

Disusun oleh
DITYA RAMANDA PUTRA
1105051012
EN 5a

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

A. Judul Percobaan : Pengujian Isolasi dan Konduktifitas Thermal (Lagging Efficiency)

B. Tujuan Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengenal suatu bahan isolasi dan menjadi fungsi atau aplikasinya.


Membuat urutan/susunan pelaksanaan percobaan.
Membuat daftar symbol dan satuan parameter-parameter dalam percobaan.
Mengamati proses pendinginan uap dari tabung tak terisolasi dan tabung lainnya yang
memiliki isolasi.
Mengukur tekanan dan temperature uap dan jumlah kondesat yang terjadi dalam
tabung selama percobaan.
Mengukur temperature rata-rata permukaan tabung dan permukaan luar bahan isolasi
selama percobaan.
Menghitung jumlah aliran panas dari masing-masing tabung dan membandingkan
antara tabung-tabung terisolasi terhadap tabung tak terisolasi.
Menghitung harga-harga koefisien konduktivitas termal (k) bahan isolasi yang
digunakan.
Membuat laporan pengujian terhadap isolasi.

BAB II

DASAR TEORI
A. Konduktivitas
Pada kasus yang paling umum, dalam praktek keteknikan perpindahan panas, maka
panas akan mengalir dari suatu medium melalui dinding padat yang berlaku sebagai penekan
terhadap medium lainnya.
Hal ini yang mempengaruhi perpindahan panas adalah perbedaan temperature atau
temperature gradien, ketebalan material (Hukum Fourier untuk kondisi). Kerugian panas akan
ditransfer dalam waktu periode yang sama. Hal ini juga dapat dikatakan dengan pengertian
bahwa:
o Transfer energi panas = perbedaan temperature
o Transfer energi panas = luas penampang
o Transfer energi panas = 1/ketebalan

Atau dapat dalam rumus :


Q=

1. Konduksi Pada Silinder


Melalui ketebalan suatu silinder maka aliran energi panas adalah secara radial.

2 . k . L . T2 T1 2 . k . L . T3 T2

ln 2
ln R 2
R1
R3

Kerugian energi panas dari fluida uap akan menyebabkan uap tersebut berkondensasi.
Banyaknya kondensat yang terkumpul digunakan untuk menentukan besarnya energi panas
yang bertransmisi. Kondensat tidak lagi perlu melakukan pendinginan. Laju aliran kondensat,
adalah :

MC
Dimana

VC
10 6 . VW . t

:
VC

: volume kondensat (ml atau cm3).

VW

: volume spesifik air pada temperatur uap (m3/kg).

: waktu untuk mengumpulkan kondensat (s).

MC

: jumlah kondensat yang terkumpul.

Maka kerugian entalpi atau panas uap adalah :


Q M C . q . h fg

Dimana

: kualitas uap atau fraksi kekeringan uap.

hfg

: panas laten uap pada temperatur uap (kJ/kg).

2. Persentase Kualitas Isolasi


Persentase kualitas bahan isolasi untuk energi panas karena kelambatan aliran
(lagging) adalah perbandingan antara selisih kerugian entalpi panas tabung tak terisolasi
(unlagged) dan kerugian entalpi panas tabung terisolasi dengan kerugian panas entalpi uap
tabung tak terisolai tersebut.
Q

Qunlagged Qlagged
Qunlagged

3. Koefisien Konduktivtas Thermal


Menentukan harga koefisien konduktivitas thermal (k) dapat dilakukan sebagai
berikut :
Energi panas yang ditransmisi secara thermal = kerugian entalpi uap.

2 . k . L . T1 T2
M C . q . h fg
R

Ln 2
R1

Maka :

M C . q . h fg . ln

R2

2 . L T1 T2

R1

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Peralatan percobaan
Alat utama :
1.
2.
3.
4.

Tabung pipa 1 = tampa isolasi (unflagging)


Tabung pipa 2 = fiberglass blanket
Tabung pipa 3 = asbestos tape
Tabung pipa 4 = chrome finish

Alat Bantu :
1. Katup
2. Stopwatch
3. Thermometer

B.Gambar Rangkaian Percobaan

Keterangan:
1.
2.
3.
4.

= pipa tanpa isolasi


= bahan fiberglass
= bahan asbestos
= bahan chrome

PREASUERE
TEMPRATUR
INDIKATOR

STEAM MAIN

1 2 4 7 6 3 5

BLOWDOWN LINE

BAB IV
LANGKAH PERCOBAAN

1. Jalankan boiler dan suplai uap ke unit peralatan.


2. Kualitas uap atau fraksi kekeringan uap dapat digunakan dari percobaan alat
separating dan throttling colorimeter [P7672].
3. Buka katup-katup isolasi masing-masing tabung pipa yang menghubungkannya
terhadap pipa utama (steam header) V1 dan pipa pembuang (blowdown)Vo.
4. Biarkan uap mengalir melalui unit peralatan hingga kondisi alat dengan temperature
yang stabil atau kondisi steadystate.
5. Kemudian tutup katup isolasi ke pembuangan (blowdown) Vo.
6. Apabila level kondesat dalam masing-masing tabung pipa melalui sightglass telah
tampak maka pengambilan data-data telah dapat dimulai.
7. Catat level kondensat dalam sightglass atau gauge pada waktu awal dan pada waktu
akhir pengujian.
8. Selama pengujian catat temperatur-temperatur untuk masing-masing tabung pipa
setiap 5 menit dan cukup dalam waktu 20 menit (5kali percobaan).
9. Pada akhir pengujian maka tutuplah katup suplai uap V1 sebelum pencatatan level
akhir kondensat.
10. Setelah pengujian selesai buka katup isolasi ke pembuangan. Biarkan kondensat
mengalir ke luar. Jika perlu buka kembali suplai V1 untuk membersihkan tabung.

BAB V
DATA PERCOBAAN
Dari percobaan yang kami lakukan, maka didapat data percobaan seperti berikut:
Pengujian Isolasi dan Konduktivitas Thermal ( Laging Efficiency)
Data- data tekanan uap temperatur dan tinggi kondensant
Waktu

Uap

Pipa I

Pipa II

Menit

T7

T1

L1

T2

T3

L2

T4

T5

L3

T6

L4

5,4

144

136

7,2

136

60

2,4

136

106

6,0

141

4,8

5,3

140

136

138

60

134

106

134

10

5,5

142

130

133

60

140

108

140

15

5,5

142

134

138

60

136

106

138

20

5,5

142

136

138

60

6,8

134

109

12,8

142

12

Rata-rata

5,18

142

134,4 9

136,6 60

4,4

136

107

6,8

139

7,2

16,7

Skala level kondensant = 17,9 = 18 mL per cm

Pipa III

Pipa IV

BAB VI
ANALISA DATA

Perhatikan gambar di bawah ini:

1. Lama Pengujian = 20 menit = 1200 detik


2. Tekanan Uap Masuk = 5,0 bar g
= 6,0bar abs
3. Temperatur suplai (T7) = 142,4oC (rata rata)
4. Skala tabung = 1cm : 18 ml
5. Kualitas Uap (x) = 0,92: 92 % uap dan 8 % cair jenuh
6. Untuk P = 6,0 bar abs, maka dari tabel uap diperoleh :

Tabung I : Tanpa isolasi (Unlagged)

Q1 = m kond . x. hfg
L1 = 16,7 7,2 = 9,5 cm
T1 = 142,4 0C (rata-rata)
V1 = 9,5cm . 18 ml/cm
= 171 ml
= 171 . 10-6 m3

Q =
1

0,1425

Jadi berat kondensat :

m kond 1 = 0,1425

= 0,12942 x 10-3

Sehingga :

Q1=

kg/m3

Tabung II : Isolasi Bahan Fiber Glass Blancket

Q2 = m kond . xhfg
L2 = 6,8 2,4 = 4,4 cm
T2 = 136,6 0C (rata-rata)
= 60
V2 = 4,4 cm . 18 ml/cm
= 79,2 ml

Q2=

= 0,066

Jadi berat kondensat :

m kond 2 = 0,066

= 0,05995 x 10-3 kg/det

Sehingga :

Q2 =

Tabung III : Isolasi Bahan Asbestos Tape

kg/m3

Q = m kond . xhfg
L3 = 12,8 6 = 6,8 cm
T4 = 136 0C ( rata-rata )
T5 = 107 0C
V3 = 6,8 cm . 18 ml/cm
= 122,4 ml
= 160,2 . 10-6 m3

Q
3

Jadi berat kondensat :


m kond 3 = 0,102 x 10-6 m3 x 908,26 kg/m3

= 0,09264 x 10-3

Sehingga :

Tabung IV : Isolasi Bahan Crom Finish

Q = m kond . xhfg
L4 = 12 4,8 = 8,2 cm

T6 = 1390C
V4 = 8,2 cm . 18 ml/cm
= 147,6 ml
= 147,6 10-6 m3

Q
4

= 0,

Jadi berat kondensat :


m kond 4 = 0,123 x 10-6 m3 x 908,26 kg/m3
= 0,1117 x 10-3 kg / det
Sehingga :

Q4 =

LAGGING EFFICIENCY :
1. Bahan Isolasi Fiberglass :
lagged

Q1 Q 2
100%
Q1

lagged

248,422 x10 3 143,858 x10 3


100% 42,09%
248,422 x10 3

2. Bahan Isolasi Asbestos :

lagged

Q1 Q3
100%
Q1

lagged

248,422 x10 3 177,82 x10 3


100% 28,42%
248,422 x10 3

3. Bahan Isolasi Chrome :


lagged =

lagged

Q1 Q 4
x 100%
Q1

248,422 x10 3 214,427 x10 3


100% 13,69%
248,422 x10 3

Menentukan Harga K (Konduktivitas Thermal)


kondensat . x . h fg
:Qm

Aliran panas dari uap

dT
dX

Aliran panas dari isolasi : Q k . A .

Untuk pipa bulat

2 . l . k T1 T2
ln R 2
R1

Bahan Fibre Glass,


Dik

Dit

: Jari-jari dalam (R2)

= 30,15 mm

Jari-jari isolasi (R3)

= 54,9 mm

Panjang tabung pipa (L)

= 818 mm = 0,818 m

: K fibre glass =?

Jawab :

Q fibre glass

2 . l . k T2 T3
R
ln 3
R2

K fibre glass

Q fiber glass . ln

R3

R2

2 . l . k T2 T3

K fibre glass

143,858 W . ln 54,9mm
30,15mm

2 . 0,818 m . 136,6 60 C

= 0,2191 W/mC

Bahan Asbestos
Dik

: Jari-jari dalam (R4) = 30,15 mm


Jari-jari isolasi (R5) = 34,24 mm
Panjang tabung pipa (L) = 818 m= 0,818 m

Dit

: K asbestos = ?

Jawab :

Qasbestos

2 . l . k T4 T5
R
ln 5
R4

Qasbestos . ln

R5

K asbestos

R4

2 . l . k T4 T5

K asbestos

177,82 W . ln 34,24
30,15

2 . 0,818 m . 136 107 C

K asbestos 0,1518W

mC

BAB VII
KETERANGAN TAMBAHAN
Untuk meramalkan konduktivitas termal zat cair dan zat padat ada teori-teori yang
dapat digunakan dalam beberapa situasi, tapi pada umumnya dalam hal zat cair dan zat padat
terdapat banyak masalah yang masih memerlukan panjelasan.
Mekanisme konduktivitas termal pada gas cukup sederhana. Energi kinetic molekul
ditentukan oleh suhunya. Jadi pada bagian bersuhu tinggi molekul-molekul mempunyai
kecepatan yang yang cukup tinggi dari pada yang berada pada bagian bersuhu rendah.

Molekul-molekul itu selalu berada dalam gerakan ambang atau acak, saling bertumbukan satu
sama lain, dimana terjadi pertukaran energi dan momentum. Perlu diingat bahwa molekulmolekul itu selalu berada pada gerakan nambang walapun tidak terdapat gradien suhu dalam
gas itu. Jadi suatu molekul bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah,
maka molekul itu mengangkat energi kinetic ke bagian system yang suhunya lebih rendah
dan disini menyerahkan energi pada waktu bertumbukan dengan molekul yang energinya
lebih rendah.
Perhatikan bahwa jika aliran kalor
dinyatakan dalam watt,satuan untuk
konduktivitras termal itu adalah W/moC. perhatikan juga bahwa disini terlihat laju kalor dan
nilai angka konduktivitas termal itu. Menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam
bahan tertentu. Bagaimana memperhatikan laju perpindahan energi itu dalam model molekul
yang di bahas.
Mekanisme konduktivitas energi termal dalam zat cair secara kualitatif tidak berbeda
dari gas, namun situasinya menjadi jauh lebih rumit karena molekul-molekulnya lebih
berdekatan satu dengan yang lain, sehingga medan gaya magnet/molekul (molecular force
field) lebih besar pengaruhnya pada pertukaran energi dalam proses tubrukan molekul.
Dalam sistem satuan Inggris aliran kalor dinyatakan dalam satuan termal Inggris
perjam (Btu/h),luas permukaan dalam kaki(feet) persegi,dansuhu dalam derajat Fahreinhet.
Dengan demikian, suatu konduktivitas termal adalah Btu/h ft2oF.
Energi termal dihantarkan dalam zat padat menurut salah satu dari dua modus berikut
yaitu melalui geteran kisi(lattice vibration) atau dengan angkuatan melalui electron bebas.
Dalam konduktor listrik, yang baik, dimana terdapat electron bebas yang bergerak didalam
kisi bahan,maka disamping dapat mengangkut muatan listrik dapat pula membawa energi
termal dari daerah bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah, sebagaimana halnya dalam
gas. Bahkan electron ini sering disebut gas electron (electron gas).
Namun pada umumnya perpindahan energi melalui gerakan ini tidaklah sebanyak
dengan cara angkutan lektron, karena itu penghantar listrik yang baik selalu merupakan
penghantar kalor yang baik pula, seperti halnya tembaga, aluminium dan perak.
Sebaliknya isolator yang baik merupakan isolator kalor pula konduktivitas termal dari
berbagai isolator juga diberikan dalam table dilampiran. Sebagai contoh, nilai untuk
woolkaca (glass wool) adalah 0,038 W/moC dan untuk kaca jendala 0,78 W/moC. pada suhu
tinggi perpindahan energi pada bahan isolator berlangsung melalui konduksi dan radiasi.

Satu masalah teknis yang cukup penting ialah masalah pengangkutan dan penimbunan
zat-zat kriogenik, seperti hydrogen cair untuk waktu yang cukup lama. Masalah tersebut ialah
telah menyebabakan dikembangkannya super isolasi untuk pemakaian pada suhu sangat
rendah (sampai kira-kira -250). Super isolator yang paling efektif terdiri dari lapisan-lapisan
rangkap yang terbuat dari bahan yang berdaya refleksi tinggi dengan isolator-isolator sebagai
pengantar. Dengan demikian konduktivitas termal sampai serendah 0,3 m N/moC.
Jadi konduktivitas termal gas tergantung pada suhu, penggolongan analisis yang
disederhanakan menunjukkan bahwa konduktivitas termal gas berubah menurut akar pangkat
dua dari suhu absolute.

Energi termal dihantarkan dalam zat padat maupun menurut salah satu dari modus
berikut : melalui getaran kisi (lattice vibration) atau dengan angkutan melalui electron bebas.
Dalam konduktor listrik yang baik, dimana electron bebas yang bergerak dalam struktur kisikisi,maka electron samping dapat mengangkut muatan listrik dapat pula membawa energi
termal.
Daftar simbol
Q = besar enrgi panas yang di transfer

(kW)

K = konduktivitas termal

(kW/moC)

A = luas penampang tabung

(m2)

l = tinggi level kondesat

(bar absolute )

P = tekanan rata-rata
X = nilai kualitas uap
f = density air

(kg/m3)

V = volume kondesat

(m3)

Hfg = panas ledant uap pada temperature

(kj/kg)

mk = jumlah kondesat yang terkumpul

(kg/detik)

Vf = volume spesifik air pada temperature

(m3/kg)

= efisiensi kelembapan

(%)

T2 = suhu pada permukaan metal fiberglass

(oC)

T3 = suhu permukaan luar fiberglass

(oC)

T4 = suhu pada permukaan metal asbestos

(oC)

T5 = suhu permukaan luar metal asbestos

(oC)

Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0C

Konduktivitas termal (k)


w/m.0C

Btu/h.ft.0F

Perak (murni)

410

237

Tembaga (murni)

385

223

Bahan
Logam

Aluminium (murni)

202

117

Nikel (murni)

93

54

Besi (murni)

73

42

Baja karbon, 1%C

43

25

Timbal (murni)

35

20.3

Baja krom nikel

16.3

9.4

Magnesit

41.6

24

Marmer

4.15

2.4

Batu Pasir

2.08-2.94

1.2-1.7

Kaca Jendela

1.83

1.06

Kayu Mapal/ek

0.78

0.45

Serbuk Gegaji

0.17

0.096

Wol Kaca

0.059

0.034

Zat cair

0.038

0.022

Air

8.21

4.74

Amonia

0.556

0.327

Minyaklumas,SAESO

0.540

0.312

Freon 12, ccl2 F2

0.147

0.085

Gas

0.073

0.042

Hidrogen

0.175

0.101

Helium

0.141

0.081

(18% Cr,8%Ni)
Kuarsa (sejajar sumbu)

Air-raksa

BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisa data hasil percobaan yang telah yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Jumlah energi panas (heat) yang dilepaskan oleh tabung adalah :

Q untuk:

Tabung 1, tanpa isolasi = 248,422x 10-3 kJ/s


Tabung 2, fiber glass

= 143,858 x 10-3

kJ

/s

Tabung 3, asbestos tape

= 177,82 x 10-3 kJ/s

Tabung 4, chrome

= 214,427 x 10-3 kJ/s

2. Efisiensi kelambatan atau Lagging Eficiency


Fibre Glass Blanket

= 42,09 %

Asbestos Tape

= 28,42 %

Chrome Finish

= 13,69 %

3. Isolasi yang paling baik adalah fibreglass blanket


4. Konduktivitas Thermal (k) tergantung dari jenis bahan. Dari percobaan diperoleh :
k fibreglass blanket

= 0,2191 W/mC

k Asbestos Tape

= 0,1518 W/mC

5.Nilai kalor yang ditransfer dan nilai kelembaban efisiensi tertinggi pada tabung
yang di isolasi dengan bahan fibre glass.

B. Saran
Untuk dapat melaksanakan percobaan dengan baik dan memperoleh hasil yang benar,
maka perlu diperhatikan hal hal berikut :
1. Memahami benar tentang pengujian isolasi dan konduktivitas thermal.
2. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk menghindari hal hal yang tidak
diinginkan.
3. Melakukan pengamatan pengukuran seteliti mungkin.
4. Memeriksa keadaan peralatan sebelum dan sesudah praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.P.1994. Perpindahan kalor cetakan keempat. Erlangga:Jakarta


Kinsky,Roger.1989. Heat Engineering, third edition.McGrow-Hill Book Company Sydney.
Reynold C.William,Perkiris C.Hendry.1994. Termodinamika. Erlangga: Bandung

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM SISTEM ENERGI
HUBUNGAN TEKANAN DAN TEMPERATUR

Disusun oleh
DITYA RAMANDA PUTRA
1105051012
EN 5a

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.Judul Percobaan : HUBUNGAN TEKANAN TEMPERATUR UAP.

B. Tujuan Percobaan
1. Mengamati gambar diagram (recorder indicator) hasil pengujian terhadap tekanan dan
temperatur uap dalam tabung percobaan melalui pengaturan buka/tutup katup pada
masuk/keluar tabung.
2. Membuktikan hubungan antara tekanan dan temperatur pada tabel-tabel uap serta
membandingkannya dengan hasil pengujian.
3. Membuat diagram grafik antara tekanan absolut (absis) dan temperatur uap (ordinat).
4. Membuat laporan pengujian.

BAB II
DASAR TEORI

Unit peralatan terdiri dari suatu tabung mild steel yang dihubungkan melalui katup
isolasi terhadap steam header dan blowdown.

Pada bagian atas silinder dihubungkan terhadap tekanan gauge dan termokopel sensor
temperatur indikator.Dan juga tabung dihubungkan dengan input tekanan dan temperatur
terhadap Chard Recorder.

Pada awalnya tidakada tanda tanda perubahan sebagaimana air dipanaskan. Jumlah
panas yang sama (dalam tekanan dapat terukur) diperlukan untuk menaikkan temperatur air
dengan kenaikan yang sama, dan menunjukkan bahwa kapasitas panas spesifik cairan sedikit
telah terpengaruh pada tekanan ini. Tetapi sebagaimana diharapkan,ternyata pada temperatur
1000C bahwa air tidak mendidih karena molekul molekul memerlukan energi yang lebih
besar menaikkan tekanan yang lebih tinggi sebelum air dapat berubah menjadi bentuk
gas.Kenyataannya air tidak akan mendidih hampir 1800C,sehingga memerlukan input panas
sensibel secara proposional.
Panas laten turun sedikit sebelum uap saturasi dicapai, tetapi total panasnya (laten
sensibel) berkurang/lebih rendah.
Pada uap superheat menunjukkan bahwa kenaikan temperatur sedikit untuk panas
input yang sama, dan menunjukkan kenaikan kecil kapasitas panas spesifik uapnya. Setiap
efeknya dapat dilihat dari grafik dimana sama sekali tidak mungkin garis 1 Mpa sama dengan
garis tekanan atmosfer pada diagram T-H.
Jika tekanan diturunkan dibawah atau,temperatur saturasinya juga turun dibawah
1000C, dan kenyataannya air dapat dibuat mendidih pada hampir temperatur bekunya jika
vacum tinggi tercapai. Melalui pengulangan eksperimen pada susunan urutan tekanan diatas
dan dibawah, atau suatu kelompok garis tekanan konstan.
Unit ini digunakan untuk menunjukkan hubungan tekanan dan temperatur uap, yang
diperoleh dari penunjukan gambar oleh suatu jarum pencatat dan disusun dalam suatu tabel
bersama sama dengan harga harga tabel uap dari buku referensi.

A. TEKANAN
Tekanan berupa gaya dan satuan luas yang diterapkan oleh satuan fluida pada
permukaan torak, permukaan suatu kapal selam, atau dasar suatu kolam barometer. Ini adalah
konsep mekanika dari tekanan.

Walaupun mudah untuk mengukur tekanan pada suatu dinding,yang selalu


dibicarakan adalah tekanan didalam fluida. Dengan cara ini dibayangkan terjadinya
pengecilan suatu kotak yang pejal, dan ukur tegangan pada bagian dindingnya.Dalam
berbagai cairan dan gas, andaikan yang mengatakan gaya persatuan luas adalah bebas dari
orientasi kotak kecil tersebut adalah sahih artinya, tegangan tidak bergantung kepada arah.
Tetapi apabila fluida bergerak cepat sekali dengan cara yang tidak seragam, berbagai
gaya viskos juga menjadi penting peranannya, dan bagi kasus sedemikian, suatu defenisi
tekanan yang lebih sederhana tersebut.
Gagasan penting lainnya mengenai temperatur adalah bahwa sifat ini merupakan
penunjuk bagi arah perpindahan energi sebagai panas. Energi cenderung untuk perpindahan
sebagai panas dari berbagai daerah dari temperatur tinggi ke berbagai daerah yang
temperaturnya rendah. Berbagai gerakan molekul cenderung untuk lebih gairah pada
temperatur tinggi, dan energi cenderung bergerak dari berbagai molekul yang lebih lamban
yang membentuk suatu daerah yang temperatur lebih rendah.
Jika dua buah sistem berada dalam keseimbangan termal, keduanya harus mempunyai
temperatur yang sama. Jika setiap sistem tersebut berada dalam keseimbangan dengan sisem
ketiga, maka keduanya mempunyai temperatur yang sama, jadi sembaragan dua atau ketiga
berada dalam keseimbangan termal, gagasan ini kadang kadang disebut hukum
termodinamika kenol.

Dalam termodinamika penting untuk membedakan secara tajam dan antara konsep
panas, temperatur, dan energi dalam, karena itu akan dibahas disini. Energi dalam adalah
energi yang dimiliki oleh berbagai molekul yang tersembunyi dari pandangan makroskopik
langsung, disebabkan oleh watak tingkat keadaan mikroskopik yang tidak terorganisasi itu.
Energi sedemikian dapat dimasuki zat melalui perpindahan energi sebagai panas atau bentuk
lain. Panas adalah perpindahan energi yang tidak dapat diperhitungkan sewaktu-waktu, secara
makroskopik menghitung perpindahan energi sebagai kerja; panas adalah kerja mikroskopik
yang tersembunyi dari pandangan makroskopik langsung, disebabkan oleh karena
ketidakteraturan hakiki proses perpindahan energi ini. Tempertur adalah sifat dari zat;apabila
temperatur suatu benda lebih tinggi dari benda yang kedua, perpindahan energi sebagai panas
langsung dari benda yang pertama ke yang kedua. Energi dalam suatu zat bergantung secara
parsial dari temperaturnya. Jadi secara umum,temperatur bukanlah takaran yang tuntas bagi
energi dalam. Seperti nanti akan terlihat ,temperatur dapat didefenisikan hanya untuk suatu
benda dalam keseimbangan; suatu benda tetap mempunyai energi tanpa perduli ada atau
tidaknya keseimbangan. Suatu benda tidak dapat mempunyai panas; benda dapat menerima
energi sebagai panas, dan sekali energi itu masuk kebenda tadi mempunyai energi dalam, dari
tingkat keadaan benda itu tidak dapat ditentukan apakah energi masuk sebagai kerja atau
sebagai panas. Energi dalam dan temperatur adalah sifat zat; pans bukan sifat. Energi dalam
dan temperatur adalah sifat, yang mempunyai perbedaan hakiki. Temperatur sebagian kecil
suatu benda sama dengan temperatur seluruh benda, sedangkan energi dalam sebagian kecil
suatu benda hanya merupakan sebagian kecil dari energi suatu benda.
B . TEMPERATUR
Temperatur adalah sifat dari zat; apabila temperatur suatu benda lebih tinggi dari
benda lainnya, perpindahan energi berlangsung dari benda pertama ke benda kedua. Energi
dalam suatu zat selama parsial dari temperaturnya. Jadi, secara umum temperatur bukanlah

skala yang tuntas bagi energi dalam. Temperatur dapat didefenisikan hanya untuk benda
dalam keseimbangan, benda tetap mempunyai energi tanpa perduli ada atau tida
keseimbangan suatu benda tidak dapat mempunyai panas, benda dapat mempunyai panas
benda dan menerima energi sebagai panas.
C. SKALA
Untuk membuat konsep temperatur itu dioperasionalkan, diperlukan suatu skala.
Garis garis yang berjarak sama satu dengan yang lainnya pada termometer tabung gelas
yang berisi air raksa merupakan salah satu skala sedemikian, meliputi kisaran yang terbatas.
Apabila yang digunakan adalah termometer tabung gelas berisi alkohol, kedua skala yang
dihasilkan dapat dibuat korespondensi pada dua titik tersebut. Apabila temperatur itu benar
suatu konsep yang fundamental, sangatlah aneh kalau skalanya sangat bergantung kepada
jenis termometer.

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Peralatan Percobaan
-

Cussons P7600 Oil Fired Boiler


Cussons P7671 Chart Recorder Model

B. Prosedur Percobaan
-

Buka katup pipa blowdown hingga tidak ada uap maupun air tertinggal di dalamnya.
Dengan perlahan-lahan buka katup isolasi terhadap header atau katup supply uap
(V1).
Biarkan uap mengalir melalui silinder guna pemanasan sistem dan membersihkan
kondesat dari dalam tabung.
Tutup katup isolasi blowdown (V1) dan biarkan tabung terisi dengan uap hingga
tekanan mencapai maximum. Biarkan beberapa saat sampai kondisi stabil.
Tutup katup isolasi supply uap (V3).
Buka katup blowdown secara perlahan sehingga tekanan menurun dan catat hargaharga tekanan dan temperatur setiap penurunan, dan tabulasikan ke dalam suatu tabel.
Apabila tekanan gauge mencapai nol, buka katup supply uap secara perlahanlahan hingga tekanan uap naik.
Pada setiap kenaikan tekanan, catat harga-harga tekanan dan temperatur ke dalam data
diatas.
Apabila pengambilan data telah selesai tutup katup isolasi dan buka penuh katup
blowdown untuk membuang kondensat.

C. Data hasil Percobaan

Hubungan Tekanan dan Temperatur Uap


Data data hubungan tekanan dan temperature

Tekanan (bar)
Turun
Gaug Absolu
e
te

5,5
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,25

Temperatur

Naik
Gaug Absolu
e
te

0,25
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5

Tabel
Uap

Turun

Absolute
143
140
137
133
130
126
125
117
112
105
40
88

Tabel
Uap

Naik
85
90
102
110
117
122
125
120
134
136
140
143

D. Gambar Rangkaian Percobaan

5
8

67
Keterangan :
1. Steam header
2. Katup masuk

3. Pengukur tekanan
4. Chart recorder
5. Pengukur temperatur
6. Katup blowdown
7. Blowdown line
8. Steam chamber (silinder)

BAB IV
ANALISA DATA

1. Rata-rata =

143 85
= 1140C
2

Dari tabel uap dengan T = 1140C diperoleh:


117 110
Px 143,27

115 110 169,06 143,27

Px 143,27
25,73

5
5

Px = 163,092 Kpa = 0,163092 MPa

2. Rata-rata =

140 90
= 1150C
2

P = 169,06 kPa = 0,016906 Mpa

3. Rata-rata =

137 102
= 119,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 1200C diperoleh:

P = 195,583 kPa = 0, 195583 Mpa

4. Rata-rata =

133 110
= 121,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 121,50C diperoleh:

P = 208,601 kPa = 0, 208601 Mpa

5. Rata-rata =

130 117
= 123,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 123,50C diperoleh:

P = 222,09 kPa = 0,022209 MPa

6. Rata-rata =

126 122
= 1240C
2

Dari tabel uap dengan T = 1240C diperoleh:

P = 225,386 kPa = 0, 225386 MPa

7. Rata-rata =

125 125
= 1250C
2

Dari tabel uap dengan T = 1250C diperoleh:


P = 232,1 kPa = 0,002321 Mpa

8. Rata-rata =

117 120
= 118,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 118,50C diperoleh:

P = 189,689 kPa = 0, 189689 Mpa

9. Rata-rata =

112 134
= 1230C
2

Dari tabel uap dengan T = 1230C diperoleh:

P = 218,672 Kpa = 0, 218672 MPa

10. Rata-rata =

105 136
= 120,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 120,50C diperoleh:

P = 201,887 Kpa = 0, 201887 Mpa

11. Rata-rata =

110 140
= 1250C
2

Dari tabel uap dengan T = 1250C diperoleh:


P = 232,1 Kpa = 0,002321 Mpa

12. Rata-rata =

88 143
= 115,50C
2

Dari tabel uap dengan T = 115,50C diperoleh:

P = 172,007 Kpa = 0,172007 Mpa

BAB V

PENJELASAN TAMBAHAN

A. Tekanan
Tekanan berupa gaya persatuan luas yang diterapkan suatu benda pada permukaan suatu
tarak,dll.
Tekanan dapat diukur dengan berbagai alat. Semua peralaten sedemikian pada
dasarnya mengukur perbedaan diantara dua tekanan hannya jika salah satu dari tekanan itu
vacum barulah alat itu mengukur tekanan yang sebenarnya. Sebagai contoh dapat digunakan
manometer.
Analisis tekanan disebut Hidrostatika yang digunakan untuk menentukan berbagai
hubungan diantara perbedaan tekanan dan ketinggian manometer.
Kebanyakan alat ukur tekanan yang diukur dengan atmosphere berbeda tekanan ini disebut
tekanan gauge (pressure gauge)yang dinotasikan dengan pag (pascal gauge). Tekanan
sebenarnya atau mutlak kadang-kadang dinyatakan oleh Psi (lbf/in2 mutlak). Dalam literature
Pa,N/m2,dan besarnya (tapi tidak selalu) menyatakan tekanan mutlak.
Suatu tekanan lain yang sering digunakan adalah bar,didefenisikan sebagai 105 N/m2.
ini kira-kira sama dengan tekanan atmosfer rata-rata.
1 atm = 1,01325 x 105 N/m3 =14,696 lbf/in2

B. Temperatur
Apabila dua buah massa disentuhkan dan perpindahan energi panas berlangsung
diantara keduanya, dikatakan bahwa temperature keadaan massa berbeda. Temperature
merupakan penunjuk sebagai arah perpindahan energi panas. Energi dalam hal ini
dipandang mengalir dari massa yang lebih panas ke yang lebih dingin atau energi
cendrung untuk berpindah sebagai panas dari berbagai daerah bertemperatur tinggi ke daerah
bertemperatur rendah.
Jika dua buah system berada dalam keseimbangan termal keduanya haruslah
mempunyai temperature yang sama, dan tidak ada energi panas yang berpindah ketika
keduanya disentuhkan.
Gagasan ini menunjukkan bahwa temperature pada dasarnya dipandang sebagai suatu
penunjuk arah bagi perpindahan energi sebagai panas. Perbedaan temperature mencerminkan
ketidakseimbangan, dalam hal ini dinyatakan bahwa temperature dapat dirumuskan melalui
kesetimbangan termal.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan membuat grafik tabel uap sebagai acuan, grafik pada tekanan naik
cendrung berekspansi sejajar dengan grafik table uap. Akan tetapi karena adanya
temperature yang diserap oleh lingkungan maka temperature pada tekanan naik
lebih kecil dibandingkan temperature pada table uap.
2. Grafik pada tekanan turun cendrung berekpansi terbalik dengan grafik table uap
dan grafik tekanan uap naik, akan tetapi karena temperature yang diserap oleh
lingkungan, disebabkan waktu yang dibutuhkan silinder lebih banyak untuk
adanya heat transfer dengan lingkungan maka temperature lebih kecil dari pada
temperature (ada tekanan naik dan ada temperature pada tekanan pada table
uap).
B. Saran
1. Sebaiknya pada alat praktikum dilakukan perawatan yang teratur sehingga alat
praktikum dapat digunakan secara maksimal
2. Diharapkan kepada para praktikan agar lebih serius lagi dalam melakukan
percobaan, sehingga dapat diperoleh hasilnya.

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM SISTEM ENERGI
STEAM FLOW

Disusun oleh:
DITYA RAMANDA PUTRA
1105051012
EN 5A

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Topik : Pengujian Laju Aliran Uap (Steam Flow) (Orifice plat)

B. Tujuan Percobaan
1. Mengerti fungsi suatu orifice pelat dan prinsip kerjanya sebagai alat ukur laju aliran
uap.
2. Mengerti dan memahami persamaan umum Bernouli sebagai dasar pengukuran aliran.
3. Mengerti fungsi manometer air raksa pipaU untuk pembacaan perbedaan tekanan dan
sebelum dan sesudah orifice.
4. Membuat daftar simbol dan satuan untuk parameter-2 percobaan (SI).
5. Membuat urutan/susunan pelaksanaan percobaan.
6. Mencatat perbedaan tekanan pada pipa U untuk siap pembukaan katup utama boiler
dan menghitung laju aliran.
7. Menggambarkan grafik hubungan antara flow terhadap pengukuran perbedaan
tekanan.
8. Membuat suatu laporan percobaan secara lengkap.

BAB II
TEORI DASAR

A. Deskripsi

Orifice adalah suatu peralatan pengecilan dalam pipa saluran fluida yang menahan
aliran fluida sehingga menghasilkan perbedaan tekanan sebelum dan sesudah orifice.
Dibawah ini dilukiskan suatu unit orifice yang digunakan sebagai peralatan
pengukuran laju aliran uap.

B. Rumusan Teori
Persamaan dasar untuk menentukan laju aliran suatu fluida atau uap melalui orifice
dengan analisa persamaan Bernouli sebagai berikut:

karena sistem adalah horizontal, maka: Z1=Z2

dari persamaan dasar laju aliran massa:


Q=
Dimana:

Q = laju aliran massa [Kg/det]


V = kecepatan aliran [m/det]

A= Luas penampang saluran [ ]


= density fluida [kg/
Dengan menggunakan satuan meterik, persamaan laju aliran fluida secara merata
(homogen) melalui Orifice karena perbedaan tekanan adalah:
Karena density adalah density uap basah (weat steam) yaitu :

Maka :

Dimana
P dalam mmHg, maka:

dimana:
C

= koefisien ekspansi pipa orifice


= 0,5988 untuk d=0,65=16,51mm
= 0,6004untuk d=0,80=20,32 mm

= koefisien karena perbedaan diameter


=

= Faktor ekspansibilitas uap


= 0,9921 untuk d = 0,65=16,51 mm
= 0,9920 untuk d = 0,80=20,32 mm

= d/D = 0,315

= diameter orifice

= 16,55 mm

= diameter pipa uap

= 52,29 mm

sat

= density uap saturasi

= fraksi kekeringan uap basah

= perbedaan tekanan pengukuran (mmHg)

laju aliran uap actual atau yang sebenarnya, pada uap basah dan superheat adalah:

(Qm)act = Qm.Kq

untuk uap basah

(Qm)act = Qm.Kss

untuk uap superheat

Dimana:

Kq

= faktor koreksi kekeringan uap

Kss

= faktor koreksi uap superheat

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Peralatan Percobaan
MEREK

NOMOR

NAMA

Cussons

P7600

-Oil Fired Boiler


-Orifice

Flow

Measurement System
B. Prosedur Percobaan
a. Jalankan boiler ( P 7600 ) dan lihat prosedur pengoperasian boiler
b. Periksa mercuri ( air raksa ) pada manometer tabung U ( jika perlu isi untuk setting skala
nol atau lakukan kalibrasi )

Buka katup manifold


Buka katup proses masing-masing sisi manifold block
Sesuaikan skala manometer sehingga posisi nol untuk level air raksa
Tutup katup manifold

c. Dengan adanya aliran uap maka level mercuri dapat diukur kembali dengan skala.
Pembacaan ini menunjukkan perbedaan tekanan sebelum dan sesudah orifice atau antara
kedua titik sensing
d. Catat data-data dengan variasi tekanan berdasarkan pengaturan pembukaan katup utama
dari boiler
Catatan : untuk memeriksa penujukan skala yang benar-benar persisi buka lagi katup
manifold balans.

C. Data Hasil Percobaan


Tekanan 7 bar 7 bar + 1 bar = 8 bar abs

Orifice plate

data pengukuran perbedaan tekanan pada orifice untuk pipa uap :


No.

P (mmHg)

1
2
3
4
5

75
100
125
150
200

BAB IV
ANALISA DATA

Tekanan 7 Bar
7 bar + 1 bar = 8 bar

Dari table uap diperoleh :


Vg = 0,2404
Maka :

q = 0,9078
untuk mencari aliran uap yaitu :

A. Aliran Uap
Dari data percobaan :
1. Dari data percobaan :
untuk AP = 75 mmHg, maka
-

Untuk diameter 16,51 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,034526kg/s
= 124,295 kg/jam

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0, 05923kg/s
= 213,228 kg/jam

2. Untuk AP = 100 mmHg, maka


-

Untuk diameter 16,51 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,0398 kg/s
= 143,524 kg/jam
-

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0, 06856 kg/s
= 246,847 kg/jam

3.untuk AP = 125 mmHg, maka


-

Untuk diameter 16,51 mm

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x

=0,0444 kg/s
= 160,047 kg/jam
-

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,0797kg/s
= 287,206 kg/jam

4. untuk AP = 150 mmHg, maka


-

Untuk diameter 16,51 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,04882 kg/s= 175,780 kg/jam
-

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0, 08397 kg/s
= 302,325 kg/jam
5. untuk AP = 200 mmHg, maka
-

Untuk diameter 16,51 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,05638kg/s
= 202,973 kg/jam
-

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0, 09697kg/s
= 349,095 kg/jam

5. untuk AP = 250 mmHg, maka


-

Untuk diameter 16,51 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0,06303 kg/s
= 226,931 kg/jam
-

Untuk diameter 20,32 mm :

= 12,83 x 0,5988 x 1,0050 x 0,9921 x


= 0, 10848 kg/s
= 390,3 kg/jam
B. Aliran Uap Basah
(Qm) act = Qm x Kq
1. Untuk AP = 75 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,034526 x 1,05

= 0,059199 kg/s
= 130,508 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,05923 x 1,05
= 0,06219 kg/s
= 223,889 kg/jam
2. Untuk AP = 100 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,03986 x 1,05
= 0,04185 kg/s
= 150,67 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,06858 x 1,05
= 0,07198 kg/s
= 259,177 kg/jam
3.Untuk AP = 125 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,0444 x 1,05
= 0,04662 kg/s
= 167,832 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,0797 x 1,05
= 0,0836 kg/s
= 301,266 kg/jam

4. Untuk AP = 150 pada diameter 16,51 mm :


(Qm) act = 0,04882 x 1,05
= 0,051261 kg/s
= 184,54 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,08397 x 1,05
= 0,08817 kg/s
= 317,407 kg/jam
5. Untuk AP = 200 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,05638 x 1,05
= 0,059199 kg/s
= 213,1164 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,09697 x 1,05
= 0,1018 kg/s
= 366,55 kg/jam
5. Untuk AP = 250 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,06303 x 1,05
= 0,06618 kg/s
= 238,25 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,10848 x 1,05
= 0,114 kg/s
= 410,4 kg/jam
C. Aliran Uap untuk Superheat
(Qm) act = Qm x Kss
1. Untuk AP = 75 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,034526 x 0,968
= 0,03342 kg/s
= 120,316 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,05923 x 0,968
= 0,05733 kg/s
= 206,405 kg/jam
2. Untuk AP = 100 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,03986 x 0,968
= 0,03858 kg/s
= 138,904 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,06858 x 0,968
= 0,06638 kg/s
= 238,987 kg/jam
3.Untuk AP = 125 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,0444 x 0,968
= 0,0429 kg/s
= 154,725 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,0797 x 0,968
= 0,0771kg/s
= 277,738 kg/jam
4. Untuk AP = 150 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,04882 x 0,968
= 0,04725 kg/s
= 170,127 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,08397 x 0,968

= 0,08129 kg/s
= 292,653 kg/jam
4. Untuk AP = 200 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,05638 x 0,968
= 0,0545 kg/s
= 196,473 kg/jam

Pada dimeter 20,32 mm :


(Qm)act = 0,09697 x 0,968
= 0,09386 kg/s
= 337,92 kg/jam
5. Untuk AP = 250 pada diameter 16,51 mm :
(Qm) act = 0,06303 x 0,968
= 0,061 kg/s
= 219,646 kg/jam
Pada dimeter 20,32 mm :
(Qm)act = 0,10848 x 0,968
= 0,105 kg/s
= 378,031 kg/jam
D. Table Hasil Analisa Data
Qm (kg/jam)
No

Ap
(mmHg)

Uap basah

Uap superheat

(Qm)act (kg/jam)
D
D

(Qm)act (kg/jam)
D
D

16,51

20,32

16,51

20,32

16,51

20,32

mm

mm

mm

mm

mm

mm

75

124,295

213,228

130,508

223,889 120,316

206,405

100

143,524

246,847

150,670

259,157 138,904

238,978

125

160,047

287,206

167,832

301,266 154,725

277,738

150

175,780

302,325

184,54

317,407 170,127

292,653

200

202,973

349,095 213,1164

366,55

337,92

196,473

250
Rata-rata

226,931

390,300

238,25

410,4

219,646

378,031

170,138

292,628

178,625 307,353 164,677


BAB V

283,305

PENJELASAN TAMBAHAN

Alat untuk mengukur tekanan fluida pada ketinggian tertentu adalah manometer.
Seperti contoh mengukur tekanan fuilda yang mengalir pada pipa. Tekanan P dapat diukur
dengan mengukur tinggi H.
Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energy untuk mengukur
perbedaan tekanan didua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua adalah manometer
kolom cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan adalah pipa U yang diisi air cairan
setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air raksa ) dimana pengukuran dilakukan pada
satu sisi pipa, sementara tekanan (yang mungkin terjadi karena atmosfir) diterapkan pada
tabung yang lainnya. Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapkan.
Ada tiga tipe utama :
1. Manometer satu sisi kolom yang mempunyai tempat cairan besar dari tabung U dan
mempunyai skala disisi kolom sempit. Kolom ini dapat menjelaskan perpindahan cairan lebih
jelas. Kolom cairan manometer dapat digunakan untuk mengukur perbedaan yang kecil
diantara tekanan yang tinggi.
2. Jenis membrane fleksibel : jenis ini menggunakan defleksi ( tolakan ) membran fleksibel
yang menutup volum dengan tekanan tertentu. Besarnya defleksi dari membrane sesuai
dengan tekanan spesifik.
3. Jenis pipa koil : Sepertiga bagian dari manometer ini menggunakan pipa koil yang akan
mengembang dengan kenaikan tekanan. Hal ini disebabkan perputaran dari sisi lengan yang
disambung ke pipa.
Dimana Manometer digunakan : Selama pelaksanaan audit energi, manometer
digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan diantara dua titik disaluran pembuangan gas
atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan untuk menghitung kecepatan aliran
disaluran dengan menggunakan persamaan Bernoulli ( perbedaan tekanan =V^2/2g ).
Manometer harus sesuai untuk aliran cairan. Kecepatan aliran cairan diberikan oleh
perbedaan tekanan = f LV2/2gD dimana f adalah factor gesekan dari bahan pipa, L adalah
jarak antara dua titik berlawanan dimana perbedaan tekanan diambil, D adalah diameter pipa
dan g adalah konstanta gravitasi.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Laju aliran uap massa rata-rata pada diameter orifice 16,51 mm adalah 161,32 kg/jam
2. Laju aliran massa uap rata-rata pada diameter orifice 20,32 mm adalah 279,97 kg/jam
3. Laju aliran uap actual rata-rata pada uap basah yang sebenarnya pada diameter pipa 16,51
mm adalah 169,33 kg/jam
4. Laju aliran uap actual pada uap basah atau yang sebenarnya pada diameter pipa 20,32 mm
adalah 293,65 kg/jam
5. Laju aliran uap actual pada uap superheat yang sebenarnya pada diameter 16,51 mm adalah
156,109 kg/jam
6. Laju aliran uap actual pada uap superheat yang sebenarnya pada diameter 20,32 mm adalah
270,73 kg/jam
7. Laju aliran uap yang lebih besar nilai nya adalah pada diameter orifice 20,32 mm
B. Saran
1. Perawatan orifice dilakukan secara berkala agar pada saat pengambilan data dapat lebih
akurat dan effisiensi boiler yang diperoleh lebih besar.
2. Sebaiknya instalasi perpipaan pada bolier diganti, karena pada saat melaksanakan
praktikum selalu terjadi kebocoran pada instalasi perpipaan boiler yang dapat mengakibatkan
kenyamanan dan konsentrasi dalam pengambilan data terganggu.
3. Diharapkan praktikan lebih teliti dalam pengambilan data percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Instruction Manual (Cussons)


Yunus A. Chengel, Thermodynamics An Engihering Approach, 2003.
Gordon J, Fundamentals of Classic Thermodynamics, 1994.

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM SISTEM ENERGI
PENGUJIAN EJEKTOR/INJEKTOR

Disusun oleh:
DITYA RAMANDA PUTRA
1105051012
EN 5A

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan : PENGUJIAN BOILER


B. Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengerti fungsi suatu boiler dan prinsip kerjanya.
2. Agar mahasiswa dapat mengoperasikan boiler.
3. Agar mahasiswa dapat mengenal

bagian-bagian mekanikal, elektrikal, dan

instrumentasi dari boiler.


4. Agar mahasiswa dapat membuat urutan/prosedur pelaksanaan percobaan.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara membaca alat ukur boiler.
6. Agar mahasiswa dapat membuat daftar simbol setiap parameter dan satuan-satuannya.
7. Agar mahasiswa dapat mengukur kebutuhan bahan bakar boiler.
8. Agar mahasiswa dapat mengukur laju air pengisian dan menghitung kapasitas produksi
uap.
9. Agar mahasiswa dapat mengukur tekanan dan temperatur.
10. Agar mahasiswa dapat menghitung efisiensi boiler.

BAB II
DASAR TEORI

Unit ejektor mempunyai dua fungsi. Ejektor dapat sebagai alat pemanas air atau sebagai
alat untuk memompa air.
Jika ejektor berfungsi sebagai pompa air,maka uap yang melewati nozel konvergen
menyebabkan perubahan energi,yaitu dari energi tekanan menjadi energi kecepatan.Naiknya
kecepatan uap disertai penurunan tekanan menyebabkan air dalam tangki rendah terangkat
melalui suatu pipa inlet untuk air. Selanjutnya aliran air dalam nozel menyebabkan uap
berkondensasi sehingga terjadi penurunan tekanan pada ujung pipa inlet untuk air dan
keadaan ini dapat menaikkan laju aliran air.
A. Rumusan Teori
Besarnya energi kandungan uap selama melewati ejektor digunakan untuk menaikkan air
dari tangki isap ( suction tank ) ke tangki keluaran ( delivery tank ).

Energi Kandungan Uap

= Entalphi uap + Entalphi air kelur


= Ms [q hfg + Cp ( ts t2 ) ]

Energi yang diberikan terhadap air :


= Mw Cp ( t2 t1 )
Kerja yang dilakukan untuk mengangkat air :
= Gaya x Jarak
= Gaya gravitasional dari massa air yang terangkat x head
terangkat rata rata
B. Efisiensi
Efisiensi perpindahan energi atau efisiensi ejektor sebagai pemanas adalah sebagai berikut
:
Efisiensi=
Mw Cp ( t2 t1 )
=

---------------------------------

Ms [ q hfg + Cp ( ts t 2 ) ]

Efisiensi dari perpindahan energi atau efisiensi ejektor sebagai pompa air adalah sebagai
berikut :
Efisiensi=
Mw g H
=

--------------------------------Ms [ q hfg + Cp ( ts t 2 ) ]

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Alat alat
MEREK

NOMOR

Cusson

NAMA

P7000

Oil Fired Boiler

P7674

Ejektor Rig (Unit)

1. Alat utama
a. Ejektor / Injektor
2. Alat bantu
a. Katup
b. Tangki isap
c. Tangki keluar
d. Stopwatch
B. Gambar Rangkaian Percobaan
P2

Ps
1

T2

Vs
P1

T1
V1

V2

8
7

V5

S1

S2

4
3

5
10

V3

V4

Keterangan :
1.

Pipa uap masuk

2.

Pembagi Kondensat

3.

Saluran pipa keluar kondensor

4.

Bak penampung kondensat S1

5.

Bak penampung kondensat S2

6.

Pipa pengukur ke bak S2

7. Pipa pengukur kondensat S1


8. Manometer pipa ( air )
9. Barometer injector steam inlet
10. Pipa pengontrol ketinggian air

BAB IV
LANGKAH PERCOBAAN

Adapun langkah / prosedur percobaan ini yaitu :


1. Jalankan boiler untuk menyediakan suplai uap ke bangku unit ejektor.
2. Fraksi kekeringan uap dapat diperoleh dengan percobaan separating dan throttling
calorimeter / P 7672 .
3. Tutup katup V3 terhadap tangki S1 dan buka katup buang ( drain ) V4 dari tangki V4.
4. Buka katup V5 dan isi tangki S1 dengan air dari sumber air.
5. Buka katup V2 pada pipa keluaran dari ejektor ke tangki S2 dan tutup katup V1 pada
pipa isap dari tangki S1.
6. Buka katup Vs dan aturlah jumlah suplai uap ke ejektor hingga air dipanaskan
sepanjang ejektor ( dari tangki isap S1 ) dan disalurkan ke tangki keluaran S2.
7. Biarkan kondisi peraltan mencapai stabil dan kemudian jaga level air dalam tangki S 1
agar tetap konstan melalui pembukaan dan pengaturan katup suplai air V5.
8. Mengukur dan mencatat :
a. Air masuk

: laju aliran,tekanan dan temperatur.

b. Air keluaran : level awal tangki S2,tekanan dan temperatur.


9. Jalankan pengujian hingga S2 hampir penuh,kemudian lakukan pengukuran dan
pencatatan : semua pembacaan tekanan dan temperatur dan juga level akhir yang
dicapai dalam tangki S2 STOP untuk STOPWATCH.
10. Pengaturan katup V1 dan V2 menyebabkan variasi kevakuman dan back pressure
dapat tercapai.Oleh karena itu melalui pengaturan perbedaan kondisi kondisi operasi
maka perbedaan hasil test dapat diperoleh dan juga efisiensi di luar range dari kondisi
kondisi kerja dapat diperoleh.
11. Melalui pembukaan katup V3 dan menutup katup V4 dan V5 maka air dapat
disirkulasikan antara tangki S1 dan S2 yang akan menyebabkan temperatur air naik,
oleh karena itu pengujian dengan temperatur yang berbeda dapat dilakukan.

BAB V
DATA PERCOBAAN
DATA DATA PEMBACAAN
KETERANGAN
Lama waktu pengujian
Tekanan suplai uap

HARGA - HARGA
178 detik
2 bar ( gauge )

Temperatur uap

135 C

Level awal air dalam tangki isap S1

40 cm

Level akhir air dalam tangki isap S1

20 cm

Level awal air dalam tangki tekan S2

8 cm

Level akhir air dalam tangki tekan S2

28,5 cm

Temperatur air masuk ejektor ( T1 )

22 C

Temperatur air keluar ejektor ( T2 )

37 C

Tarikan isap ( suction lift ) ( Hs )

Data tambahan :
Kapasitas tangki S1 dan S2 = 958 ml ( cc ) : 1 cm
X = q = 0,89
Cp

= 4,18 kj / kg C

= 2 bar gauge = 3 bar abs

Tsat

= 133,52 C ( dari tabel uap )

hfg

= 2163,5 kj / kg

Hd

= 3 bar abs x 10 m

-0.1 mmH2O

BAB VI
ANALISA DATA

Laju aliran massa uap perdetik (Ms)


Ms = 958 { ( 28,5 8 ) (40 20 ) }
= 958 ( 20,5 20 )
= 958 x 0,6 ml
= 479 ml
Ms = 479 ml x 1 kg
= 0,4790 liter = 0,4790 kg

Laju aliran massa air umpan /waktu (Mw)


Mw = 958 ml/cm ( 40-20 ) cm
= 958 x 20 ml
= 19160 ml
= 19,16 liter = 19,16 kg

Efisiensi ejektor sebagai heater

x 100%

x 100%

= 0,9858 x 100 %

= 98,58 %

Efisiensi ejektor sebagai pompa


Maka:
H = Hd Hs

dimana : Hd = 3 barg

= 30 ( - 1 )

= 3x10 mH2O = 30 mH2O

Hs = -0,1 bar = - 1 mH2O

= 31 mH2O

x 100%
=

= 0,0052092 x 100 %
= 0,52092 %

BAB VII
PENJELASAN TAMBAHAN

Fungsi Injektor / Ejektor


o Sebagai Heater (memanaskan fluida)
o Sebagai pompa (menaikkan tekanan fluida)

Efisiensi ejektor sebagai pompa:


o Mean Head = Press head + Suction head = 30 mH2O
o P = 2 barg = 3 bar abs = 30 mH2O

Daftar simbol :

Ms
Mw
Cp
X
t1
t2
ts
g
hfg
H
Hd
Hs
P

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

laju aliran massa uap


laju aliran massa air
kapasitas panas spesifik air
nilai kualitas uap
temperatur air masuk
temperatur air keluar
temperatur saturasi uap
percepatan gravitasi
entalphi uap pada tekanan uap
head terangkat rata rata
tekanan suplai uap
tekanan suction lift
tekanan uap

( kg )
( kg )
( kj / kgC )
( C )
( C )
( C )
( 9,81 m / det2 )
( kj / kg )
( mH2O )
( mH2O )
( mH2O )
( bar abs )

BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Efisiensi ejektor sebagai heater jauh lebih besar dari pada efisiensi ejektor sebagai
pompa.
2. Efisiensi ejektor sebagai heater sebesar 98,58 % , sedangkan efisiensi ejektor sebagai
pompa sebesar 0,52092 %.
3. Ejektor lebih efektif sebagai heater.

B. Saran
Agar dapat melaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang benar, perlu
diperhatikan hal hal berikut :
1. Memahami benar tentang pengujian ejector / injector.
2. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk menghindari kerusakan alat dan
penyimpangan data hasil percobaan.
3. Melakukan pemanfaatan pengukuran seteliti mungkin.
4. Memeriksa keadaan peralatan sebelum dan setelah praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Cusson . Instruction Manual (P 7674)


Kinsky,Roger. 1998. Heat Engineering . Erlangga. Bandung
Holman.J.P.1994.Thermodynamics.Erlangga. Bandung

Anda mungkin juga menyukai