Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu
tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat
lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia
menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Demikian juga batasan
lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian
bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka
yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan
bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat
perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam
penduduk lanjut usia.
1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian lansia
2. Menjelaskan tentang gangguan yang dapat terjadi pada lansia
3. Mengenali genjala dan tanda penyakit pada lansia
4. Mampu menegakan diagnosis penyakit pada lansia
5. Menjelaskan tentang program pelayanan kesehatan pada lansia
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman .tenteram dan sejahtera.
Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
Tewrwujutnya kualitas pelayanan

BAB II
2

PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Seseorang disebut usia lanjut jika telah berumur 60 tahun keatas (aspek
kesehatan) 49-59 tahun disebut prasenile Secara biologis mengalami proses penuaan,
penurunan daya tahan fisik, rentan terhadap berbagai penyakit. Masalah kesehatan
reproduksi pada usia lanjut yaitu menopause dan andropause yang berkaitan dengan
penurunan fungsi hormon yang berakibat pada gangguan kesehatan.
B. KLASIFIKASI
1. Perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada masa usia lanjut
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai
dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia
lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri agar mereka tampak siap dan sesuai
dengan masa usia lanjut tersebut secara baik ataupun tidak baik. Akan tetapi hasil yang
diperoleh dari penyesuaian tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri
yang tidak baik daripada yang baik, terutama adalah terjadinya kemunduran fisik dan
mental yang berlangsung secara perlahan dan bertahap.
2. Perubahan Fisik Pada Masa Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan
bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Beberapa perubahan gangguan fisik yang timbul adalah sebagai berikut:
a. Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering
dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk seperti kantung dan lingkaran
hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
b. Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek dan
mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut.
c. Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai
dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan.
d. Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga kadangkadang memakai gigi palsu.
e. Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan
kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita presbiop atau
3

kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya akomodasi karena menurunnya elastisitas


mata.
f. Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak
sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
g. Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-paru, residu
volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan
elastisitas dari paru.
Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnya usia
sering pula disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-obat yang
diminum akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis. Beberapa
gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti:
a. Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami penurunan ukuran, berat,
dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
b. Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas dari pembuluh
darah jantung dan menurunnya kardiak out put.
c. Penyakit kronis misal diabetes melitus (DM), penyakit cardiovaskuler, hipertensi,
gagal ginjal, kanker, dan masalah yang berhubungan dengan persendian dan syaraf.
d. Beberapa operasi seperti prostatectomy, histrectomy, dan mastectomy.
e. Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy meliputi gagal
ereksi mencapai 12 % sampai timbulnya masalah tidak tercapainya ejakulasi sebesar
24 %, kanker prostate dan operasi prostad (hilangnya libido, gagal ereksi, volume
ejakulasi).
f. Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter mengalami penurunan
efisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami penurunan menyebabkan gangguan
pengeluaran toksin dan air dari tubuh.

3. Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut.


Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah
timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering diakibatkan oleh
perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah tidak menarik bagi pasangan.
Perubahan akibat depresi dan dimensia bahkan sering mengganggu prilaku seksual
termasuk gangguan khayal yang dikaitkan dengan kecemburuan phatologis. Secara
umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah:
4

Kecemasan (anxietas)
Depresi
Rasa bersalah (guilty feeling)
Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan
seksual
Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh

besar terhadap sisi kewanitaannya seperti:


Penurunan sekresi estrogen setelah menopause
Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
Cerviks yang menyusut ukurannya
Dinding vagina atropi ukurannya memendek
Berkurangnya pelumas vagina
Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks
Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan,
penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional, dimana beberapa
komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah menurun, lansia
akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses
informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer. Disamping itu ada beberapa
gangguan mental yang paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah depresi,
dimensia dan menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara signifikan
pada depresi dan dimensia.
4. Menapause
Menurut Manuaba (2005) menopause dibagi dalam beberapa tahapan yaitu
sebagai berikut:
a. Pre-Menopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi
perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5
tahun pada usia 48-55 tahun.
b. Fase menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol,
berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60 tahun.
c. Fase pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 6065 tahun. Wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis
dan fisik, keluhan makin berkurang.
5. Perimenapause
5

Sebelum mencapai usia menopause, seorang wanita akan mengalami beberapa


perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang tidak teratur.
Premenopause adalah rentang waktu dimana tubuh mulai bertransisi memasuki masa
menopause. Lamanya biasanya 2 sampai 8 tahun ditambah satu tahun di akhir periode
menuju menopause. Premenopause adalah hal yang alami terjadi pada wanita dan
merupakan tanda akan berakhirnya masa reproduksi. Tingkat produksi hormon estrogen
dan progesteron berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasipun bisa
tiba-tiba memanjang atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi diusia
40-an, tapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di
pertengahan 30-an. Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan
dengan penurunan hormon estradiol dan produksi hormon androgen. Apabila seorang
wanita masih mengalami periode menstruasi pada masa perimenopause, meskipun tidak
teratur, dia dapat tetap hamil.
6. Perubahan fisiologik aktivitas seksual
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini:
Fase tanggapan seksual
Fase desire

Pada wanita lansia


Terutama dipengaruhi

Pada pria lansia


oleh Interval untuk meningkaatkan hasrat

penyakit baik dirinya sendiri melakukan kontak seksual meningkat


atau

pasangan,

hubungan

antar

masalah hasrat

sangat

dipengaruhi

oleh

keduanya, penyakit, kecemasan akan kemampuan

harapan kultural dan hal-hal seks dan masalah hubungan antara


tentang harga diri. Desire pada pasangan.
lansia

wanita

menurun

Mulai

usia

55

tahun

mungkin testosteron menurun bertahap yang

dengan

makin akan mempengaruhi libido.

lanjutny usia, tetapi hal ini bisa


Fase arousal

bervariasi.
Pembesaran
berkurang,
dikulit

payudara Membutuhkan waktu lebih lama untuk


semburat

menurun,

panas ereksi kurang begitu kuat, testosteron

elastisitas menurun; produksi sperma menurun

dinding vagina menurun, ritasi bertahap mulai usia 40 tahun, elevasi


uretra dan kandung kemih testis ke perinium lebih lambat dan
meningkat,
menegang

otot-otot
pada

fase

yang sedikit,

penguasaan

atas

ini biasany membaik.


6

ejakulasi

Fase orgasmik

menurun.
Tanggapan orgasmik mungkin Kemampuan

(fase muskular)

kurang intens disertai sedikit membaik, kekuatan kontraksi otot

mengontrol

ejakulasi

kontraksi; kemampuan untuk dirasakan berkurang, jumlah kontraksi


mendapatkan orgasme multipel menurun volume ejakulat menurun.
berkurang
Fase pasca orgasmik

dengan

lanjutnya usia.
Mungkin terdapat

makin
periode Periode refrakter memanjang secara

refrakter,dimana pembangkitan fisiologis, dimana ereksi dan orgasme


gairah

secara

segera

lebih berikutnya lebih sukar terjadi.

sukar.
7. Hubungan seksual masa pre-menapause
Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan kepuasan
fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk seksual yang berupa ciuman,
pelukan, dan percumbuan 17 berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan hubungan
fisik dalam bercumbuan, dimana hal ini merupakan rencana alamiah untuk meningkatkan
gairah seksual bagi persiapan hubungan seksual yaitu: berpegangan tangan, saling
memeluk (tangan di luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan
di dalam baju yang lain). Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini
bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu
dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau
diri sendiri.
Perubahan fisiologis akibat pre menopause kadang-kadang mengganggu aktivitas
dan gairah seksual pada sejumlah wanita. Perubahan dapat terjadi pada lubrikasi, dinding
vagina gairah seksual, dorongan seksual dan orgasme yang mengakibatkan kegiatan
seksual menjadi kurang mengenakkan dan kurang menyenangkan.
Menurut Pangkahila (2006) beberapa masalah yang dialami wanita menopause
ketika berhubungan seksual, yakni:
Kekeringan vagina dan nyeri saat hubungan seksual.
Masalah yang paling sering terjadi adalah vagina yang kering, meskipun
sebenarnya hanya 20% wanita yang merasakannya. Dinding vagina menjadi tipis dan
kurang lentur. Terdapat rasa pedih, panas dan kadang nyeri atau berdarah saat
7

melakukan sanggama. Lubrikasi dengan bahan dasar air dapat mengatasi 18


kekeringan vagina yang terjadi. Jangan gunakan lubrikan dengan bahan dasar
petroleum (vaselin). Vitamin E atau krim pelembab juga dapat digunakan sebagai
lubrikan. Bila lubrikan atau pelembab masih kurang menolong maka dapat diberikan
krim estrogen vagina untuk mengatasi masalah kekeringan vagina.
Stimulasi dan orgasme.
Beberapa orang wanita mengalami orgasme yang lebih jarang dan kurang kuat
saat menopause. Pada mereka diperlukan waktu yang lama untuk meningkatkan
gairah seksual. Hampir pada semua wanita, hubungan seksual yang teratur atau
masturbasi dapat membantu meningkatkan respon dan kenikmatan seksual. Aktivitas
tersebut dapat mempertahankan fungsi atau peranan rahim, vagina serta kandung
kemih serta meningkatkan lubrikasi vagina. Kegel Exercise, latihan ini meningkatkan
kontraksi otot panggul sekitar vagina yang memembantu penguatan otot-otot vagina.
Hasrat seksual
Hilangnya gairah seksual secara temporer atau jangka panjang terjadi pada
sejumlah wanita selama dan sesudah menopause. Penyebab dari keadaan ini antara
lain:

Lelah
Akibat dari insomnia menimbulkan perasaan capai atau lelah yang
berkepanjangan. Pekerjaan sebagai ibu yang mengurus anak dan suami membuat
ibu mempunyai beban ganda, sehingga membuat dirinya mencapai titik kelelahan
yang berat.
Stress
Depresi menstrual yang dahulu pernah muncul pada masa adolens yang
kemudian mengilang dengan sendirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu)
bisa timbul kembali pada usia klimakterium . Pada saat ini sekalipun wanita
tersebut sudah tidak haid lagi, namun rasa-rasa depresif itu selalu saja timbul
dengan interval waktu yang tetap. Perasaan-perasaan depresif itu tiba bersamaan
dengan datangnya siklusmenstruasi setiap bulannya. Tampaknya depresi tadi
bentuk kekecewaan hati dari ibu, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi
kurang lengkap dan kurang sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi
reproduksi dan haid.
8

Penyakit
Pola makan pada pre menopause tidak seperti saat usia 35-40 tahun,
akan terjadi kelebihan lemak yang tersimpan pada bokong, payudara dan perut.
Disamping itu kelebihan makan didalam keadaan tubuh kekurangan hormon dan
kemampuan metabolisme dapat menimbulkan penyakit kencing manis, hipertensi,
kolesterol tinggi. Penyakit jantung koroner yang diikuti gagal jantung.
Masalah hubungan pribadi
Komunikasi

dengan

pasangan

sangat

dianjurkan

agar

terjadi

keharmonisan dalam keluarga. Seorang wanita perlu mendiskusikan erubahan yang


sedang dialami dengan pasangan. Dengan komunikasi diharapkan mendapatkan
solusi yang tepat dari pasangan sehingga pasangan dapat menyesuaikan diri selama
berhubungan intim.
Masalah psikologis
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan
penyakit pikun atau Alzhaimer. Gangguan emosi berupa rasa takut menjadi tua dan
tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah
marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui
sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak dan ditinggalkan sendiri.
Efek samping terapi medikamentosa
Masa klimakterium merupakan masa yang rawan bagi wanita. Karena
sering timbul berbagai penyakit sehingga mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
mempengaruhi sistem metabolisme tubuh.
Perubahan hormon
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya sehingga
mempengaruhi metabolisme tubuh yang juga cenderung menurun. Oleh karena itu
diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya menjurus kearah
vegetarian.
8. Bentuk-bentuk umum kesulitan seksual
9

Wanita lebih sering melihat kesulitan mereka dalam aspek-aspek kualitas


pengalaman seksual dan relevansinya dengan hubungan. Mereka cenderung lebih
nyaman penjelasan psikologis serta bentuk pertolongan psikologis. Menurut Glasier
(2005) bentuk kesulitan tersebut antara lain:
a. Hilangnya kenikmatan
Hal ini mungkin merupakan keluhan seksual tersering pada wanita. Seorang wanita
mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal

merasakan kenikmatan dan

kesenangan yang biasanya dia rasakan. Apabila tidak terjadi rangsangan maka
pelumasan normal vagina dan pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
b. Hilangnya minat seksual
Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami peningkatan minat terhadap seks
dan lebih mudah terangsang pada tahap tahap siklus menstruasi tertentu, walaupun
waktunya berbeda setiap wanita. 24 Tetapi mereka merasa murung sebelum menstruasi
biasanya kehilangan minat seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa fase pasca
menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka.

c. Keengganan seksual
Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktivitas seksual sudah menyebabkan
ketakutan atau ansietas yang besar sehingga terbentuk suatu pola menghindari kontak
seksual. Pada kasus-kasus seperti ini, penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari
pengalaman traumatik sebelumnya, tetapi kadang- kadang pangkal masalahnya tetap
tidak jelas.
d. Disfungsi orgasme
Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapai orgasme, baik dengan
kehadiran pasangannya atau pada semua situasi. Walaupun obat tertentu dapat
menghambat orgasme pada wanita, namun sebagian besar kasus faktor psikologis
tampaknya menjadi penyebab.
e. Vaginismus
Vaginismus biasanya adalah kesulitan primer yang dialami wanita saat mereka memulai
kehidupan seksual, dan sering menyebabkan hubungan seksual yang tidak sempurna.
Kelainan ini jarang timbul kemudian setelah wanita menjalani fase hubungan seksual
normal, tetutama apabila ia sudah pernah melahirkan. Apabila memang demikian, perlu
10

mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal yang dapat menyebabkan spasme
otot.
9. Diagnosa
Perimenopause umumnya berlangsung secara bertahap, meski tidak ada alat
atau tes yang bisa mendeteksi perimenopause. Dokter hanya akan memberi beberapa
pertanyaan, sebelum menyimpulkan apa yang tengah Anda alami. Tes yang mungkin
dilakukan, salah satunya pemeriksaan kadar hormon. Dengan memonitor siklus
menstruasi dan mengamati gejala perubahan tubuh selama beberapa waktu, Anda akan
dapat memahami dan berkonsultasi dengan dokter. Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And
mengatakan Salah satu faktor yang berpengaruh pada proses penuaan ialah gaya hidup.
Orang yang menerapkan gaya hidup sehat cenderung mengalami keadaan fungsi tubuh
yang lebih baik dibandingkan orang yang gaya hidupnya tidak sehat, termasuk juga
fungsi seksual.
Dengan demikian, usia lanjut atau lebih muda tidak selalu menentukan bagi
fungsi seksual. Artinya, mungkin saja orang yang berusia lebih muda fungsi organnya
lebih buruk dibandingkan yang berusia lebih tua, bila gaya hidupnya tidak sehat. Kalau
fungsi seksual Anda yang berusia lanjut ternyata baik, itu patut disyukuri. Pada masa
kini, dengan berkembangnya iptek di bidang kedokteran, usia tidak selalu mencerminkan
fungsi organ tubuh, termasuk fungsi seksual.
C. PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIA
1. Sifat Pelayanan
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baik yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung sifat prefentif, kuratif dan
rehabilitatif.
a. Prefentif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang diarahkan untuk pencegahan
timbulnya masalah baru dan meluasnya permasalahan lanjut usia, maka dilakukan
melalui upaya pemberdayaan keluarga, kesatuan kelompokkelompok didalam
masyarakat dan lembaga atau organisasi yang peduli terhadap peningkatan
kesejahteraan lanjut usia, seperti keluarga terdekat, kelompok pengajian, kelompok
arisan.
b. Kuratif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang diarahkan untuk
penyembuhan atas gangguan-gangguan yang dialami lanjut usia, baik secara fisik,
psikis maupun sosial.
11

c. Rehabilitatif atau pemulian kembali, Proses pemulihan kembali fungsi-fungsi sosial


setelah individu mengalami berbagai gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya.
2. Prinsip Pelayanan
Prinsip kesejahteraan sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO.
46/1991 tentang principles for Older Person (Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang
pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi
kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.
Melaksanakan, mewujutkan hak asasi lanjut usia.
Memperoleh hak, menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan

masyarakat.
f. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan
kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat
memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta
perlindungan sosial dan hukum.
h. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan
prasarana dalam kehidupan keluarga, serta perlindungan sosial dan hukum.
i. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana
pendidikan, budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia dimasyarakat.
j. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat dan
kemampuan.
k. Memberdayakan

lembaga

kesejahteraan

sosial

dalam

masyarakat

untuk

berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya.


l. Khusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.
3. Proses Pelayanan
Dalam panti dan diluar panti:
a. Persiapan
Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia penerima

pelayanan, keluarga dan masyarakat.


Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut usia dan
keluarganya/yang mewakili).

12

b.

c.
d.
e.

Kontak (kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara klien

dengan pihak panti/pekerja sosial/orsos).


Pengungkapan masalah lanjut usia.
Rencana tindak/intervensi.
Pelaksanaan Pelayanan
Pelayanan sosial
Pelayanan fisik
Pelayanan psikososial
Pelayanan ketrampilan
Pelayanan keagamaan/ spiritual
Pelayanan pendampingan
Pelayanan bantuan hokum.
Monitoring dan Evaluasi
Terminasi
Bimbingan lanjut

4. Lansia Menurut UUD Nomor 13 Tahun 1998.


Dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Lanjut Usia
adalah seorang yang telah mencapai usia 50 tahun ke atas.
a. Pemberian perlindungan sosial, adalah upaya Pemerintah atau masyarakat untuk
memeberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensi agar dapat
mewujutkan taraf hidup yang wajar.
b. Pemberian bantuan sosial, adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak
tepat agar lanjut usia potensi dapat meningkatkan taraf kesejahteraan .
c. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan
pelayanan yang bersifat terus menerus agar lanjut usia dapat mewujutkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar.
d. Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental
spiritual, sosial. Pengetahuan, dan ketrampilan agar para lanjut usia siap
didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
5. Pelayanan kesehatan bagi lansia
Penyuluhan dan penyebaran informasi bagi kesehatan lanjut usia.
a. Upaya penyembuhan yang di perluas pada pelayanan Geriatrik dan
Gerontologik.
b. Pengembangan Lembaga perawatan bagi lanjut usia yang menderita penyakit
kronis/terminal.

13

Sedangkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu. diberikan
keringanan biaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara biologi penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan-perubahan yang umum
terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan perubahan fisik dan
psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia lanjut mereka akan
melakukan penyesuaian diri agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa
usia

lanjut

tersebut

secara

baik

ataupun

tidak

baik.

Perubahan-

perubahan tersebut meliputi Perubahan pada sistem pernafasan,perubahan pada


telinga,

perubahan

pada

mata,

perubahan

pada

gigi, perubahan

pada

persendian, perubahan otot, perubahan pada kulit. Perubahan fisiologis akibat


pre menopause kadang-kadang mengganggu aktivitas dan gairah seksual pada
sejumlah wanita. Perubahan dapat terjadi pada lubrikasi, dinding vagina gairah
seksual, dorongan seksual dan orgasme yang mengakibatkan kegiatan seksual
menjadi kurang mengenakkan dan kurang menyenangkan. Masalah yang dialami
wanita menopause ketika berhubungan seksual yakni kekeringan vagina dan
nyeri saat hubungan seksual, stimulasi dan orgasme, hasrat seksual, rasa tidak
enak akibat perubahan fisik yang terjadi selama menopause, dan peningkatan
keintiman.
B. Saran
Permasalahan pada masa lansia atau yang menjelang masa menopause
sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga sendiri, tetapi juga di
lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. pengetahuan tentang
permasalahan seksual pada wanita yang menjelang perimenopause baik pria
maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang
14

optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini
agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak, dan harmonis sebagai manusia
dan warga negara seutuhnya. Jadi sebagai perempuan, kita harus senantiasa
menjaga kesehatan reproduksi kita sejak dini. Sebagai bidan, kita juga harus
memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi kepada kaum wanita, khususnya
remaja pada masa pubertas.

15

Anda mungkin juga menyukai