Anda di halaman 1dari 7

A.

Pendahuluan
Penyelesaian masalah gizi sudah dilaksanakan dalam berbagai cara dan pendekatan,
namun masalah gizi tidak kunjung usai di tengah-tengah masyarakat. Demikian juga program
yang berhubungan dengan masalah ketahanan pangan yang dituduh sebagai penyebab
kelaparan, sudah berhasil dalam mewujudkan ketersediaan pangan. Proyek lain berhubungan
dengan peningkatan ekonomi dan pemberdaan keluarga juga sudah tidak kurang menyasar
pada keluarga miskin. Belum lagi banyak kebijakan yang diarahkan ke desa, keluarga rawan
dan penduduk rentan. Semua bertujuan untuk kesejahteraan dan peningkatan kualitas
manusia.
Serumit apapun masalah gizi, ia terjadi pada sebuah masyarakat. Sementara
walaupun sebuah masyarakat mempunyai kompleksitas, maka masalah gizi ada pada sebuah
keluarga. Apapun masalah keluarga, maka masalah gizi sebenarnya ada pada individu,
sebagai anggauta keluarga.
Salah satu kegiatan Praktek Kerja Lapangan mahasiswa Diploma IV Gizi Poltekkes
Pontianak adalah menyelesaikan masalah gizi dengan pendekatan individu, kelompok dan
kelembagaan. Sebelum menjalankan kegiatanya, terlebih dahulu dilakukan survai pada
masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui masalah gizi pada golongan rawan. Kegiatan
praktek Kerja Lapangan tersebut tercakup dalam matakuliah Manajemen Intervensi Gizi.
Manajemen Intervensi Gizi (MIG) adalah rangkaian kegiatan intervensi gizi yang
dimulai dari pengumpulan data, analisis dan perencanaan kegiatan untuk mengatasi masalah
gizi. Kegiatan dilihat dari sisi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan manajemen dalam upaya pelayanan gizi
masyarakat berupa intervensi gizi maupun kegiatan upaya perbaikan gizi melalui institusi
yang merupakan program berkelanjutan maupun program baru yang bersifat interventif dan
inovatif dalam skala mikro dan melaksanakan evaluasi intervensi program gizi dalam skala
mikro.

C. Kegiatan
Kegiatan intervensi gizi ditargetkan langsung untuk peningkatan status gizi di
masyarakat pada individu maupun pada kelompok rawan. Jenis kegiatan disesuaikan dengan
temuan dan kajian masalah gizi yang sudah disepakati dengan warga, aparat desa dan instansi
yang ada di desa tersebut.
Kegiatan dalam intervensi gizi dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan wajib dan
tambahan. Kegiatan wajib adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh semua kelompok.
Sementara kegiatan tambahan adalah kegiatan yang merupakan inovasi dan kreasi mahasiswa
sesuai dengan potensi wilayah dan keadaan masyarakat.
1. Kegiatan Wajib
a. Membuat perencanaan berupa POA
POA merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian tugas diantara para
pelaku atau penanggung jawab suatu program. Lebih lanjut, POA merupakan penghubung
antara tataran konsep atau cetak biru dengan kumpulan kegiatan dalam jangka waktu yang
sudah ditentukan. Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan motivasi
tinggi dari para pelaksana. Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki
keterampilan yang mumpuni. Namun tanpa komitmen, integritas, loyalitas si pelaksana pada
pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang diharapkan.
Langkah Pembuatan POA
a).
b).
c).
d).
e).
f).
g).

Tujuan yang objektif.


Tahapan atau langkah-langkah kegiatannya jelas dan lengkap.
Kegiatan dirancang dengan tepat.
Waktu memulai dan berakhir ditentukan untuk masing-masing kegiatan.
Identifikasi siapa yang bertanggung jawab untuk masing-masing kegiatan.
Identifikasi sumber-sumber kunci (orang lain) untuk mencapai masing-masing kegiatan.
Tentukan tempat, bila perlu untuk masing-masing kegiatan sehingga tujuan tercapai.

Contoh POA
No

Tujuan

Jenis
Kegiatan

Tahapan

Waktu

Penanggun
g Jawab

Biaya

Waktu

1
2
3
b. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa
MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) merupakan tindak lanjut dari hasil
pengumpulan data dan rencana kegiatan yang sudah disusun dalam POA yang bertujuan
untuk menentukan prioritas masalah, pemecahan masalah dan kesepakatan tindak lanjut
dengan memanfaatkan potensi yang ada.
MMD bukan penyuluhan, tetapi bisa digunakan untuk mendapatkan materi
penyuluhan apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Bisa juga materi teknologi tepat
guna atau hal hal yang dianggap perlu oleh masyarakat melalui MMD.
MMD juga bukan untuk menyelesaikan masalah, tetapi bukan juga tempat untuk
menemukan masalah. Yang harus dilakukan adalah menyamakan presepsi atas permasalahan
yang sudah ditemukan dari data yang sudah dianalisis. Peserta MMD yang harus dilibatkan
adalah: Kepala Desa, Kepala Dusun, Kader PKK, Kader Posyandu, tokoh agama, tokoh
masyarakat, guru dan tokoh pemuda. Peserta sebanyak-banyaknya 15 orang. Keberhasilan
MMD sangat ditentukan oleh keseriusan dalam persiapan. Termasuk dalam hal ini adalah
memastikan bahwa orang penting di desa tersebut bisa hadir dan memberikan kontribusi
terhadap jalanya acara.
Acara MMD:
a).
b).
c).
d).
e).

Pembukaan
Sambutan dari Dosen Pembimbing
Sambutan dari Kepala Puskesmas atau yang mewakili
Sambutan Kepala Desa
Presentasi mahasiswa (terdiri dari data hasil PPG / masalah yang ditemukan dan rencana

yang sudah disusun)


f). Diskusi
g). Tanggapan dari Kades aau Dosen
h). Kesimpulan atau kesepakatan

c. Melaksanakan penyuluhan gizi pada kelompok rawan


Keberhasilan kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan masa (orang banyak)
adalah soal waktu. Pelaksanaan penyuluhan jika memungkinkan tidak menganggu waktu
peserta. Jika memungkinkan mengambil waktu pas ada kumpulan masyarakat, misalnya
waktu arisan, pengajian dan lain-lain.
Topik penyuluhan bisa dipersiapkan sebelumnya, sesuai dengan atau berasal dari
usulan masyarakat pada saat MMD. Penyuluhan bisa digantikan dengan konseling jika
pesertanya kurang dari 6. Konseling yang dirasa efektif pada daerah pedesaan adalah jika
konselor yang datang ke rumah pasien. Dalam hal ini konselor akan banyak mendapatkan
informasi mengenai keadaan keluarga dan lingkungan tanpa harus bertanya.

d. Melaksanakan penyegaran atau pelatihan kader


Kader Posyandu merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai kepedulian dan
empati terhadap keadaan lingkungan sosial dan permasalahan penduduk, khususnya pada
masalah kesehatan. Pengetahuan dan ketrampilan kader sangat diperlukan kerena mereka
seringkali menjadi tempat bertanya dan mengadu ketika tidak terjangkaunya pada layanan
dan tenaga kesehatan akibat berbagai hal.
Pada kegiatan Posyandu, kader adalah sosok yang sangat berperan terhadap semua
acaranya, baik persiapan, pelaksanaan maupun laporan. Keaktifan kader seringkali
berbanding lurus dengan keaktifan masyarakat dalam penimbangan di Posyandu. Fenomena
ini menjadi menarik karena salah satu penyebab terjadinya kasus gizi buruk pada
masyarakat adalah kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti
Posyandu. Hal ini kemudian berakibat pemantauan gizi pada

anak dan ibu hamil tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Penimbangan berat badan anak yang


sebagai kegiatan pokok

Posyandu hanya menjadi kegiatan

kurang berfungsinya Posyandu karena kemampuan


rendah.

seharusnya

sampingan. Penyebab

Kader di Posyandu yang masih

e. Mengelola kegiatan usaha perbaikan gizi lintas program dan lintas sektoral
Masalah gizi harus diselesaikan dengan melibatkan banyak sektor dan program.
Makin banyak instansi yang terlibat maka penanganan masalah gizi menjadi lebih
komperhensip. Pertanian, peternakan dan perikanan sangat besar perananya dalam
menyediakan kebutuhan pangan. Perusahaan yang berdekatan dengan desa senantiasa
mempunyai dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa usulkan untuk digunakan
dalam kegiatan program gizi.

f.

Menerapkan teknologi di bidang pangan dan gizi

Teknologi pangan dan gizi perlu diperkenalkan pada masyarakat, terutama


masyarakat pedesaan. Tujuanya adalah mengoptimalkan bahan pangan setempat sehingga
bisa diolah dengan lebih variatif, atau untuk meningkatkan daya terima. Teknologi pangan
dan gizi difokuskan untuk sasaran produk khusus golongan misalnya balita, ibu hamil, lansia.
Penting dalam memiih teknologi adalah ketersediaan bahan, alat dan prosedur.
Jangan sampai tidak ada bahan atau alat. Atau prosesnya terlalu rumit sehingga teknologi
yang ditawarkan tidak bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

g. Menyajikan Laporan (lisan dan tertulis) hasil pelaksanaan program intervensi


gizi yang telah dilaksanakan
Inti dari kegiatan ini adalah membuat laporan dan mempresentasikanya di Prodi.
Laporan dibuat dengan singkat tetapi menggambarkan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Penting dalam setiap laporan kegiatan adalah masalah yang terjadi pada saat kegiatan
dilaksanakan. Termasuk cara mengatasi masalah yang terjadi. Beberapa kegiatan memerlukan
output, yaitu hasil dari kegiatan apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Maka
evaluasi terhadap kegiatan perlu dilakukan.
Sistematika laporan kegiatan:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang

berasal

dari

hasil

kegiatan

pengumpulan

data

yang

menggambarkan masalah gizi di desa. Termasuk didalamnya adalah potensi yang

ada di desa.
B. Tujuan
Tujuan berisi tentang jenis hasl yang diinginkan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Misalnya: Meningkatkan ketrampilan kader dalam kegiatan
Posyandu melalui pelatihan kader.
BAB II ANALISA SITUASI
A. Masalah Gizi
Digambarkan setiap kelompok rawan hasil pengumpulan data
B. Sumber Daya
Sumber daya adalah gambaran dari potensi wilayah dan potensi penduduk
C. Dukungan Mahasiswa
BAB III KEGIATAN
A. Kegiatan 1
Laporan setiap kegiatan berisi nama kegiatan, tujuan kegiatan, tahapan kegiatan,
waktu kegiatan, biaya, waktu dan hasil dari kegiatan.
B. Kegiatan 2
C. Kegiatan 3, dan seterusnya
BAB IV EVAUASI
Evaluasi berisi penilaian keberhasilan dari setiap kegiatan. Evaluasi bisa dilihat dari
evaluasi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
2. Kegiatan Tambahan
Selain kegiatan yanng wajib, peserta PKL harus mencari kegiatan tambahan. Satu
kelompok minimal 3 kegiatan tambahan.
D. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan melihat kekompakan kelompok dalam mengatasi
masalah dan mengerjakan tugas, wawancara kepada kepala desa atau masyarakat yang bisa
mewakili keterlibatannya dengan mahasiswa. Penilain juga dilakukan pada kualitas laporan
yang disusun setiap kelompok.

E. Penutup
Kegiatan PKL Manajemen Intervensi Gizi merupakan kegiatan PKL yang multi
displiner, sehingga mahasiswa harus menggunakan segala kemampuan yang ada untuk
mengatasi masalah gizi di desa. Kepada dosen pembimbing diharapkan bisa melakukan
bimbingan yang lebih bersifat aplikatif untuk kegiatan PKL.

Anda mungkin juga menyukai