Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP TEKNIK PENGOLHAN LIMBAH

SOLIDIFIKASI

DISUSUN OLEH:

KELAS

: 2 KIMIA B

DOSEN PENGAJAR

: Ir. Hj. SITI CHOIDIJAH ,M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG


(SUMATERA SELATAN)
TAHUN AJARAN 2015/2016

SOLIDIFIKASI
I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasi

limbah berbahaya agar kontaminan dalam zat terlarut dapat larut atau terekstrak kembali
keair dan tidak menyebar ke lingkungan.
II.

III.

Alat dan Bahan


II.1.
Alat yang Digunakan
a. Pengaduk
b. Wadah Polyetilen
c. Gelas Kimia 100 ml, 1000 ml, 2000 ml
d. Gelas Ukur 100 ml, 500 ml
e. Alat Uji Tekan
f. PH Meter
II.2.
Bahan yang Digunakan
a. Lumpur dari limbah padat
b. semen
c. Fly ash
Dasar Teori
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedemikian rupa sehingga

mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses
selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan sementara sampai penyimpanan lestari.
Bahan yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
Penambahan fly ash dapat meningkatkan kekuatan ikatan pada limbah,
workability buffering capacity, dan heavy leachability. Penambahan fly ash secara efektif
mengimobilisasi tiga jenis logam berat Pb, Cr3+, dan Cr6+.
Pada penelitian yang dilakukan oleh merinkovic etc all (2003), solidifikasi dapat
dilakukan dengan menggunakan fly ash-f60 gubshumlime-water dan fly ash-calcined
FGD gypsum dapat digunakan sebagai proses solidifikasi. Sistem ini meningkatkan
kekuatan kompresi (0,34 MPa). Karbonisasi dengan menggunakan fly ash dan kapur juga
efektif dalam solidifikasi limbah organik dan limbah inorganik. Penelitian yang
dilakukan oleh Arce etc all membuktikan bahwa karbonisasi menggunakan fly ash
menghasilkan stabilitasi Ba yang efektif, sedangkan untuk Cl -, SO42-, dan F- karbonisasi
dengan fly ash menghasilkan dan mensolidifikasi setengah dari kandungannya pada
limbah, dan untuk DOC (dissolved organic carbon) memerlukan waktu retensi yang
lama untuk mengoptimalkan solidifikasi.
Seperti yang telah diketahui, solidifikasi merupakan proses pemadatan limbah
berbahaya. Salah satu contoh limbah berbahaya adalah limabh B3. Limbah B3
merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
2

beracun karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, serta dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Cotoh produk yang mengandung limbah B3 adalah pengharum
ruangan, pemutih dan deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembersih kaca, oven
dll.
Sifat-sifat limbah B3 :
a. Mudah meledak (Explosive)
Pada suhu dan tekanan standar (250C dan 760MMhg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Limbah

ini

berbahaya

selama

penanganannya,

baik

pada

saat

pengangkutannya maupun saat pembuangannya. Contohnya;limbah pabrik


yang menghasilkan bahan eksplosif.
b. Pengoksidasian (oxidizing)
Suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api
ketika bereaksi dengandengan bahan kimia lainnya.terutama bahan-bahan
yangsifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.
misalnya: kaporit.
c. Mudah menyala (extremely Flammable)
Limbah ini berbahaya apabila terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas
dari kendaraan, rokok atau sumber api lain karena dapat menimbukan
kebakaran yang tidak terkendalikan baik di dalam kendaraan pengangkut
maupun dilokasi penanaman limbah (landfill). Contohnya: pelarut seperti
benzene, toluene atau aseton.
d. Beracun (moderately Toxic)
Dapat menyababkan keracunan atau cakit yang cukup serius apabila masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Contohnya: pestisida.
e. Berbahaya (Harmful)
f. Korosif/ Karat
Limbah yang dapat dalam kondisi asam atau basa dapat menyebabkan nekrosis
(terbakar) pada kulit atau dapat mengkaratkan (mengkorosikan) baja.
g. Bersifat Iritasi (irritant)
h. Berbahaya Bagi Lingkungan (dangerous to the environment)
Bahan yang dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau
organisme aquatic lainnya atau bahaya lain seperti merusak lapisan ozon,
persistent dari lingkungan.
i. Karsinogenik, Teratogenik, Mutagenik

Karsinogenik yaitu penyabab sel kanker, teratogenik yaitu sifat bahan yang
dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio, mutagenik yaitu
sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetik.

Teknologi pengolahan limbah B3 ada 3, yaitu :


A. Chemical Conditioning
Salah satu teknik pengolahan limbah B3 dari industry ialah chemical
conditioning. Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Concentration Thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Tahapan ini pada
dasarnya merupakan tahapan awal de-watering selanjutnya.
2. Treatment, Stabilization, and Conditioning
Tahap kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organic dan
menghancurkan pathogen, proses stabilisasi dapat dilakukan melalui
proses pengkondisian secara fisika dan biologi. Secara kimia
berlangsung dengan pembentukan ikatan bahan kimia dengan partikel
koloid. Secara fisika dengan jalan memisahkan bahan kimia dan koloid,
dan secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan
bantuan enzim dan reaksi oksidasi.
3. Dewatering ang Drying
Dewatering ang Drying bertujuan

untuk

menghilangkan

atau

mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.


Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan
filtrasi.
4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3.
B. Solidification/ Stabilization
Seperti yang telah dibahas sebelumnya solidifikasi adalah proses
pemadatan nsuatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Proses
solidifikasi/ stabilisasi. Berdasarkan mekanismenya terbagi menjadi 6 yaitu :
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam
limbah berbahaya dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur Kristal pada
tingkat microskopik.
3. Precipitation
4

4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorbs.
5. Adsorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar

dengan

menyerapkannya kedalam bahan padat.


6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa ion yang tingkat toksitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali.
C. Incenerator
Teknologi pembakaran (Incenerator) adalah alternative yang menarik
dalam teknologi pengolahan limbah. Incenerasi mengurangi volume dan
massa limbah hingga 90% (volume) dan 79% (berat). Proses insenerasi
menghasilkan energy dalam bentuk panas. Namun, insenerasi memiliki
beberapa kelebihan dimana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
IV.

Prosedur Kerja
a. Tahap awal dilakukan pencampuran antara semen dan air.
b. Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) dimulai daro 20% - 40%
dari berat komponen semen. Diambil pencampuran yang paling baik.
c. Kemudian ditimbang semen sebanyak . Gram dan lumpur . Gram dan
dimasukkan kedalam suatu wadah 2 liter dan diaduk.
d. Setelah pencampuran semen dan limbah harus ditambahkan kedalam
campuran tersebut air . Ml dengan PH . Lalu diaduk sehingga merata.
e. Kemudian hasil pengadukan tersebut dimasukkan kedalam tabung polietilen
yang tersedia. Lalu digetarkan lebih kurang 1 menit. Setelah itu tabung ditutup
dan diperam selama 1 menit.
f. Setelah penambahan selesai dilakukan pengujian terhadap kekuatan tekan, uji
permeabilitas dan uji tindih.

V.

Data Pengamatan
No

1
2
3
4
5

Sampel

10 ml
15 ml
20 ml
25 ml
30 ml

Volume

Volume

KMNO4 (ml)

KMNO4 (ml)

awal
3,2 ml
2 ml
1,7 ml
1,2 ml
1,0 ml

akhir
0,1 ml
0,1 ml
0,1 ml
0,1 ml
0,1 ml

ppm awal

ppm akhir

2430,52
1012,72
645,609
364,579
253,18

75,954
50,636
37,977
30,381
25,318

Hasil pengamatan
Berikut merupakan 5 buah sampel
solidifikasi yang memiliki kadar Fe2+
yang

berbeda-beda

dengan

penambahan 10 mL, 15 mL, 20 mL,


25 mL dan 30 mL FeSO4 0,5 M
didalam

masing-masing

campuran

slurry dan semen.


Setelah dan sebelum semen dan
campurannya menjadi mengeras atau
solid,

perlu

dilakukan

analisa

konsentrasi ion logam berbahaya,


yaitu dalam hal ini penentuan jumlah
ppm

Fe2+

dengan

menggunakan

KMnO4 sebagai titran.


Dan yang terakhir yaitu uji kekerasan,
pada uji kekerasan ini seluruh sampel
yang telah mengeras diberikan tekanan
(pukulan)
kekuatan

dengan
yang

kurang

sama,

lebih

didapatkan

tingkat ketahanan sampel 1,3 dan 5


lebih baik dari pada sampel 2 dan 4.

VI.

Perhitungan
Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N dalam 250 ml
gr = N x V x BE
250 ml
158,04
= 0,1 N x 1000 x
gr/ek
5

= 0,7902 gram
Massa besi Sulfat yang diambil 0,5 M dalam 100 ml
gr = M x V x BM
= 0,5 N x 278,02 gr/mol x 0,1 L
= 13,901 gram
6

Menentukan ppm sebelum Fe2SO4 dengan volume berbeda


a. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4
= 3,2 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 24,3052 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
10 ml

1000

ml
x 24,3052mg
liter
10 ml

= 2430,52 ppm

b. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 2 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 15,1908 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
15 ml

1000

ml
x 15,1908 mg
liter
15 ml

= 1012,72 ppm

c. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 1,7 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 12,91218 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
=
20 ml

1000

ml
x 12,91218 mg
liter
20 ml

= 645,609 ppm

d. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 1,2 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 9,11448 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
25 ml

1000

ml
x 9,11448 mg
liter
25 ml

=364,5792 ppm

e. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


7

ppm

1000

= 1,0 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 7,5954 mg


ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
=
30 ml

ml
x 7,5954 mg
liter
30 ml

= 253,18 ppm

Menentukan ppm sesudah Fe2SO4 dengan volume berbeda


a. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4
= 0,1 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 0,75954 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
10 ml

1000

ml
x 0,75954 mg
liter
10 ml

ml
x 0,75954 mg
liter
15 ml

ml
x 0,75954 mg
liter
20 ml

= 37,977 ppm

d. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 0,1 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 0,75954 mg

= 50,636 ppm

c. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 0,1 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 0,75954 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
20 ml

1000

= 75,954 ppm

b. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 1,00,1 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 0,75954 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
15 ml

1000

1000
ppm

1000

ml
x 0,75954 mg
liter
25 ml

ml
x mg Fe 2 SO 4
liter
25 ml

= 30,3816 ppm

e. Mg.Fe2SO4 = V KMnO4 x N KMnO4 x BE Fe2SO4


= 0,1 ml x 0,1 N X 75,954 gr/ek = 0,75954 mg
ml
1000
x mg Fe 2 SO 4
liter
ppm
=
30 ml

1000

VII.

ml
x 0,75954 mg
liter
30 ml

= 25,318 ppm

Analisa Data
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan solidifikasi yang memiliki tujuan

untuk mencegah penyebaran limbah-limbah yang berbahaya dengan mengubahnya dalam


bentuk padat sehingga akan lebih mudah ditangani.

Bahan yang digunakan dalam

solidifikasi ini adalah semen, karena material semen dianggap memiliki komposisi yang
konsisten struktur fisik yang kuat.
Solidifikasi disini merupakan teknik yang secara luas diterapkan untuk remediasi
limbah yang mengandung konstituen yang berbahaya. Pengolahan ini mencakup
peningkatan kekuatan kompresi, penurunan permeabilitas dan enkapsulasi konstituen
berbahaya. Solidifikasi digunakan untuk mengubah limbah landfill, atau reuse yaitu
bentuk padat yang memiliki intensitas tinggi.
Penambahan aditif (semen) untuk memadatkan limbah yang mengandung
pencemarakan menyebabkan berkurangnya kadar atau konsentrasi zat berbahaya, tidak
hanya itu saja didalam proses pemadatan ini terjadi 6 mekanisme pengurangan tingkat
bahaya suatu limbah yaitu macroencapsulation, microencapsulation, precipitation,
adsobsi, absorbs dan detoxification. Sampel disiapkan dalam konsentrasi yang berbedabeda yaitu dengan menambahkan pada campuran semen dan lumpur sebanyak 10 mL, 15
mL, 20 mL, 25 mL dan 30 mL FeSO 4 0,1 N, lumpur yang ditimbang sebanyak 20 gram
9

sedangkan semen sebanyak 50 gram, pencampuran ditambahkan sedikit air untuk


menyatukan bahan-bahan pengeras. Setelah situnggu selama 3 hari maka campuran akan
mengeras dan barulah dapat dianalisa kadar besi akhir dengan metode titrasi, dengan
bantuan titran KMnO4 dan campuran zat analit yaitu H 2SO4. Zat yang mengeras
selanjutnya diberi aquadest untuk melihat adakah zat besi yang dapat melarut di aquadest
, lalu ditirasi sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Adapun kadar
konsentrasi yang didapat sebelumproses solidifikasi adalah sebesar 2430,52 ppm ,
1012,72 ppm , 645,609 ppm , 364,5792 ppm dan 253,18 ppm. Setelah proses solidifikasi
didapat konsentrasi pada campuran adalah 75,954 ppm, 50,636 ppm, 37,977 ppm,
30,3816 ppm dan 25,318 ppm. Ini membuktikan bahwa proses solidifikasi dapat
digunakan dan efektif untuk penanganan limbah cairdengan jalan mengurangi
konsentrasi yang dimiliki oleh limbah tersebut.
Lalu pada uji kekerasanpun didapati untuk campuran 1, 3 dan 5 lebih baik
dibandingkan campuran 2 dan 4. Dimana pada saat proses penghancuran pada campuran
2 dan 4 dialkukan hanya dengan satu kali pukulan (hancur) sedangkan 1, 3 dan 5 butuh
banyak pukulan untuk menghancurkannya.
VIII.

Kesimpulan
Dalam percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah pencemaran limbah berbahaya yang
berada dalam bentuk cair dengan menambahkan sejumlah aditif untuk
mengubahnya menjadi bentuk padat.
2. Pada percobaan ini dihasilkan kondisi pH awal dengan nilai 4 dan kondisi pH
akhir dengan nilai 7.
3. Konsentrasi zat berbahaya pada sampel sebelum dan sesudah solidifikasi :
a. Sebelum solidifikasi yaitu 2430,52 ppm, 1012,72 ppm, 645,609 ppm,
364,579 ppm dan 253,18 ppm.
b. Setelah solidifikasi yaitu 75,954 ppm, 50,636 ppm, 37,977 ppm, 30,381
ppm dan 25,318 ppm.
4. Semakin rendah tingkat konsentrasi suatu senyawa setelah dilakukannya

IX.

solidifikasi maka akan semakin baik proses solidifikasi yang dilakukan.


Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 ?
Jawab : Limbah B3 merupakan suatu limbah yang digolongkan sebagai limbah
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang sifat dan konsentrasinya
tinggi meskipun tidak langsung dpat masuk dan mencemari lingkungan hidup
atau membahayakan kesehatan.
10

2. Apa tujuan dari solidifikasi ?


Jawab : Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair ke
lingkungan dengan membentuk padatan sehingga lebih mudah ditangani.
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
Jawab : selain semen bahan yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi
adalah fly ash, kaca, dan termoplastik.
4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen ?
Jawab :
Adapaun keuntungan solidifikasi dengan semen adalah sebagai berikut :
a. Mengandung komposisi yang konstituen.
b. Reaksi setting, pengerasan dan fiksasi berjalan lebih baik dibandingkan
bahan lainnya.
c. Murah.
5. Pada kondisi berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan?
Jawab :
Pada kondisi PH 7 (netral) karena jika proses pemadatan yang dilakukan oleh
semen berada pada PH yang asam maka hasil akan mengalami keretakan
sehingga solidifikasi dinyatakan gagal, akan terjadi perembesan limbah air.
6. Bagaimana uji kekuatan tekan solidifikasi?
Jawab :
Tentunya, apabila ketahanan suatu (solidifikasi) kuat dan tahan dengan
tekanan, akan sangat berguna, karena akan mengurangi terjadinya keretakan
bagi material yang memadat sehingga limbah yang diproses tidak akan
mengalami kegagalan proses.

DAFTAR PUSTAKA
11

Karakteristik hasil sementasi limbah radioaktif dengan menggunakan abu terbang,

KA.
Ridwan, 1997, Tesis Program Sarjana, Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi

Bandung.
http://Noviaekaputri.wordpress.com/2013/07/05/
http://limbahB3_limbahB3.blogspot.com/2010/05

GAMBAR ALAT

1. Gelas Kimia

5. Kaca Arloji

12

2. Spatula

6. Pengaduk

3. Pipet Ukur

7. Bola Karet

4.

8. Neraca Analitik

Pipet Tetes

13

Anda mungkin juga menyukai