OLEH :
AGUSTINUS TRI DARMA KUSUMA
1321105020
tentang perbuatan melawan hukum (law of torts) yang tersebar di dalam peraturan-peraturan
tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.
Jika ditinjau dari sistem peraturannya, common law didominasi oleh hukum tidak tertulis
atau hukum kebiasaan melalui putusan hakim dan di dalam common law tidak terdaat pemisahan
yang tegas dan jelas antara hukum publik dan privat. Sedangkan civil law didominasi oleh
hukum tertulis dan di dalam civil law terdapat pemisahan secara tegas dan jelas antara hukum
publik dengan hukum privat.
Dilihat dari sistem peradilannya, common law menggunakan juri yang memeriksa fakta
kasusnya menetapkan kesalahan dan hakim hanya menerapkan hukum dan menjatuhkan putusan.
Di dalam common law, hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya dalam perkara yang
sejenis melalui asas The Binding of Precedent. Asas The Binding force of Precedent adalah asas
dimana hakim terikat kepada keputusan-keputusan yang lebih dahulu dari hakim-hakim yang
sederajat atau oleh hakim yang lebih tinggi. Asas ini dianut oleh Negara anglo saxon seperti
Inggris, Amerika Serikat. Terdapat empat hal yang mendasari asas ini, yaitu :
Bahwa penerapan pada peraturan-peraturan yang sama pada kasus-kasus yang sama
menghasilkan perlakuan yang sama bagi siapa saja yang datang ke Pengadilan.
Bahwa mengikuti preceden secara konsisten dapat menyumbangkan pendapat untuk
Sistem peradilan common law berpandangan bahwa bahwa didalam pemeriksaan peradilan
selalu ada dua pihak yang saling bertentangan baik perkara perdata atau pidana.
Sistem peradilan ada civil law tidak menggunakan juri sehingga tanggung jawab hakim
adalah memeriksa kasus, menentukan kesalahan, serta menerapkan hukumnya sekaligus
menjatuhkan putusan. Dalam siste peradilan civil law hakim tidak terikat dan tidak wajib
mengikuti putusan hakim sebelumnya (Asas Bebas). Asas bebas merupakan kebalikan dari asas
The Binding Force of Percedent dimana hakim tidak terikat kepada keputusan-keputusan hakim
sebelumnya pada tingkat sejajar atau kepada hakim yang lebih tinggi. Asas ini dianut di beberapa
negara seperti Belanda dan Perancis.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan
hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berdasarkan pada
hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum
agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu,
di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan
budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara.
Sumber :
http://www.gresnews.com/berita/tips/4292810-perbandingan-civil-law-dan-common-law/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_di_Indonesia