BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem penggemukan ternak domba di pedesaan pada umumnya masih
bersifat tradisional sehingga belum dapat memberikan pertambahan bobot
badan yang memuaskan. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan bisaanya
berupa hijauan, terutama rumput lapangan yang rendah kandungan zat
nutrisinya, karena berorientasi pada pakan lokal yang tersedia di lokasi.
Tanaman ubi kayu bisa dijadikan sebagai makanan ternak tetapi mempunyai
kelemahan, antara lain palatabilitas (derajat kesukaan pada makanan tertentu
yang terpilih dan dimakan) rendah dan adanya kandungan racun asam sianida
sehingga merupakan faktor pembatas dalam pemakainnya sebagai makanan
ternak, sehingga perlu perlakuan khusus.
Usaha untuk meningkatkan bobot badan ternak domba yang lebih baik
dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan, terutama
penambahan pakan sebagai bahan pakan pelengkap disamping hijauan, yang
merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia (hewan mamalia yang bisa
memamah/memakan dua kali atau juga dikenal sebagai hewan memamah
biak). Diantara kemungkinan pemberian pakan tambahan tersebut yang
berpeluang diterapkan pada petani peternak adalah bahan yang umumnya
mudah didapat di pedesaan dengan harga yang terjangkau yakni ubi kayu,
daun ubi kayu, onggok (limbah atau ampas dari Singkong), dedak padi,
ampas tahu.Pakan-pakan tersebut diatas diharapkan dapat meningkatkan laju
pertambahan bobot badan khususnya usaha pola pengemukan.
Semua bagian tanaman ubi kayu dapat digunakan sebagai pakan ternak,
antara laindaun ubi kayu kering mengandung protein kasar sebesar 32,30%,
batang kering 11,76%, dan umbi kering 2%. Penggabungan ketiga bagian
tanaman ubi kayu sebagai sumber bahan pakan lokal mampu mencukupi
kebutuhan protein untuk pertumbuhan mikrobia rumen, (Soeharsono,
2011).Mikroba rumen adalah mikroba di dalam rumen(sistem pencernaan)
rumen
menjadi
produk-produk
sederhana
yang
dapat
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
dengan
ikut
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 UBI KAYU
Ubi kayuyang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong, adalah
pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya
dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya
sebagai sayuran. Panjang fisik umbi atau akar pohon rata-rata bergaris tengah
2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong
tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Hampir semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan antara
lain sebagai vahan baku industri dan industria rumah tangga seperti tapioka,
makanan ringan, dan pakan ternak. Salah satu produk dari ubi kayu yang
paling terkenal adalah Gaplek (Dried cassava chips), yaitu singkong segar
yang dikupas, dipotong kecil-kecil, dicuci, dicacah dan dikeringkan atau
dijemur, untuk selanjutnya dapat diproses lagi menjadi produk turunan
dimana yang digunakan dalam perancangan ini adalah sebagai vahan tambah
pakan terbak domba. Ubi kayu mengandung banyak protein dan karbohidrat
yang sangat baik baik pertumbuhan dan pertambahan berat badan ternak
domba.
Tabel 1. Kandungan Gizi dari Berbagai Variasi Ubi Kayu
: 0,00329 kg/mm2
(Aninditya, 2004)
6.
Selubung atas
11. Pasak
2. Tadah
7.
Pisau Statis
3. Bantalan
8.
Pisau Dinamis
4. Poros
9.
Dudukan Pisau
14. Sabuk
5. Selubung Bawah
(120. f )
P
N= Besar putaran motor (rpm)
f= Frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub
Kekuatan poros
Suatuporos transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara keduanya. Selain itu ada juga poros yang
mendapat beban tarik dan tekan seperti yang terjadi pada poros balingbaling kapal atau turbin. Kelelahan timbul akibat tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila
Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi
jika terjadi lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian atau getaran dan suara. Karena itu, di
samping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan.
Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga
putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar bisaa besarnya.
Putartan ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor torak, motor listrik, dan lain-lain, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros
harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
Bahan poros
Poros untuk mesin bisaanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinish. Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja SC dari baja yang dioksidasi dengan ferisilikon dan dicor, kadar karbon
terjamin. Penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras
dan kekuatannya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban, umumnya dibuat dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula untuk poros-poros yang direncanakan akan terjadi
Sampai pada batas-batas tertentu dapat pula dulakukan perlindungan
10
Bentuk Poros
Menurut bentuk poros dapat digolongkan atas poros lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lainlain. Poros luwes untuk tranmisi daya kecil agar terdapat kebebasan
bagi perubahan arah, dan lain-lain. Contoh gambar poros (adalah)
gambar 2.3.
Gambar 2.2Poros
11
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.Kelebihan dari bantalan
luncur adalah menghemat tempat arah radial, lebih tahan terhadap
gaya-gaya kejutan (tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran
tinggi, pembuatan mudah dan daya tahan lama. Sedangkan
kekurangannya adalah sering mengalami kesulitan percobaan
setelah dipasang, pemasangan sulit, system pelumas, dan gesekan
yang terjadi besar.
(a)
(b)
(c)
(d)
1997:104)
Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola
(peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.Kelebihan dari bantalan
gelinding ini adalah gesekan sangat kecil dan suhu yang
ditimbulkan tidak terlalu tinggi, perlawanan gesekan permulaan
berputar dan setelah berputar hampir sama, sedikit memerlukan
pelumas tidak mengalami kesulitan mengenai percobaan jalan,
penggantian mudah, keausan poros tidak ada, menghemat tempat
arah aksial sehingga ukuran poros dapat diperpendek. Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan tempat agak besar arah radial,
daya tahan pendek, kurang tahan terhadap gaya tumbukan dan
putaran tinggi, serta pembuatannya sulit dan teliti.
12
Bantalan aksial
Arah beban bantalan aksial ini sejajar dengan sumbu poros.
13
Untuk memindahkan mesin yang satu dengan yang laim dalam satu
arah tertentu dengan menggunakan pasak penyetel.
menurut letaknya pada poros, antara lain; pasak pelana, pasak rata, pasak
benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi empat.
Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus.
Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur.
Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum
(Sularso dan Suga, 1997:24).
5. Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan
atau meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja
yang sama dengan sproket, perbedaannya terletak pada media yang
dikaitkan. Jika puli yang dikaitkan adalah sabuk, sedangkan sproket
media yang dikaitkan adalah rantai.
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan
paduan alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien
gesek yang lebih tinggi dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa.
14
Kedudukan puli penggerak dan puli yang digerakkan pada poros harus
senter (lurus) agar sabuk tidak mudah lepas dari kedudukan puli.
6. Sabuk
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang
sejajar. Belt atau sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros
yang mempunyai jarak renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin
ditransmisikan oleh roda gigi). Poros-poros tersebut harus dipisah pada
suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian
sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit
dan campuran getah.
Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a) Sabuk Rata (Flat Belt)
Sabuk jenis ini bisaanya dipasang pada pully silinder dan
meneruskan momen antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak
menimbulkan suara (tidak berisik), efisien pada putaran tinggi, dan
dapat mentransmisikan daya besar dengan jarak yang panjang.
b) Sabuk Penampang Trapesium (V-Belt)
Sabuk ini bisaanya dipasang dengan cara membelitkannya
dikeliling alur pully berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros.
Sabuk jenis ini bisaanya digunakan pada jarak pendek dan daya yang
dihasilkan besar pada tegangan yang relatif rendah serta tidak ada
sambungan pada sabuknya.
15
Keterangan :
A. Sabuk V standart
B. Sabuk V unggul
C. Sabuk V penampang pendek
Gambar
D. Sabuk V2.7Macam-macam
tugas ringan (Tipe L) sabuk
E. Sabuk V sempit
F. Sabuk V sudut lebar
16
dicampur
dengan
bahan
pakan
lainnya
sampai
17
BAB III
PERANCANGAN PRODUK
6.
Selubung atas
11. Pasak
2. Tadah
7.
Pisau Statis
3. Bantalan
8.
Pisau Dinamis
4. Poros
9.
Dudukan Pisau
14. Sabuk
5. Selubung Bawah
b. Spesifikasi Produk
Perancangan mesin ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai
data yang berhubungan dengan mesin ini.Dari hasil pengumpulan data
maka perencanaan dari mesin ini ditentukan data-data sebagai berikut:
: 1450 rpm
18
18
: 3 buah
: 1 buah
: 5 mm/potongan
19
2) Motor Listrik
3) Sabuk
4) Puli
5) Poros
6) Pasak
7) Bantalan
8) Selubung
9) Tadah
10) Kerangka Mesin
20
21
2
55 kg / mm
8
= 6,875 kg/mm2
Dimana:
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan pisau dalam perancangannya
mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2
: 0,37 0,43 %
: 0,15 0,35 %
: 0,6 0,9 %
: 0,03 %
: 0,035 %
: 7,85.10-6 kg/mm3
: 55 kg/mm2
(www.efunda.com)
: 140 mm
: 96 mm
22
: 20 mm
: 5 mm
: =
b
Sf
(Sularso & Suga, 1997:8)
55 kg / mm2
8
= 6,875 kg/mm2
Dimana :
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan pisau dalam perancangannya
mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2
Sf
Sehingga:
23
0,00329
kg/mm2 = 0,000329 kg/mm2
10
. .F
= 0,6198 kg x 3
= 1,8594 kg
Dalam melakukan penggilingan, akan terjadi momen torsi pada pisau
yakni:
...T = F . L
(Khurmi, 2005: 10)
= 1,8594kg x 90 mm
= 167,346 kg.mm
Dimana :
F = gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi singkong kering dalam
setiap 1 putaran mesin
L = jarak dari ujung pisau sampai titik pusat poros
2) Daya pemotong
Besarnya daya penggerak dapat dicari dengan rumus :
Pd =
T
( 1000
) .( 260n )
1997:7)
Dimana :
102
kW
24
Pd = Daya pemotong
T
Sehingga :
Pd =
( 167,3461000kg . mm ) .( 2.3,1460.1450 )
102
kW
( 0,1674 ) . ( 151,767 )
kW
102
= 0,249 kW
(1 kW =
1,34 HP)
= 0,33 HP (Motor yang digunakan 0,5 HP)
c. Perancangan Dudukan Pisau
Dudukan pisau direncanakan berbentuk tabung dengan ukuran sebagai
berikut :
Diameter dudukan pisau : 90 mm
Panjang dudukan pisau : 140 mm
Tebal ruang pisau
: 5 mm
Bahan plat yang direncanakan S 20 C dengan komposisi unsur penyusun
sebagai berikut:
Karbon (C)
Mangan (Mg)
Posfor (P)
Sulphur(S)
Massa jenis
Kekuatan tarik (b)
: 0,18 0,23 %
: 0,30 0,60 %
: 0,04 %
: 0,05 %
: 7,865.10-6 kg/mm3
: 40,26 kg/mm2
(www.efunda.com)
25
b
Sf
(Sularso & Suga, 1997:8)
2
40,26 kg / mm
8
= 5,03 kg/mm2
Dimana:
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan dudukan pisau dalam
perancangannya mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di tabel 2
F= x A
(Khurmi, 2005: 94)
Dimana :
F = Gaya pada dudukan pisau
= gaya geser dudukan pisau = 5,03 kg/mm2................................... hal. 26
A = Luas permukaan dudukan pisau,
Dihitung dari A = 2r2 x 140
Dimana: r = jari-jari dudukan pisau = D = 45 mm..................
hal.26
Sehingga:
A = 2.3,14.45.140 = 39564 mm2
Maka :
F = 5,03 kg/mm2x 39564 mm2
= 199006,92 kg
Dikarenakan gaya maksimal pada dudukan pisau (199006,92 kg) lebih
besar dari gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi kayu kering
(1,8594 kg), perencanaan bahan pada dudukan pisau dapat dipakai
26
Diameter nominal
()
L0
K0
27
sabuk-V
70-100
101-125
126 atau lebih
125 - 160
161 - 200
201 atau lebih
200 - 250
251 - 315
316 atau lebih
355 - 450
451 atau lebih
500 - 630
631 atau lebih
A
B
C
D
E
L0
11,95
12,12
12,30
15,86
16,07
16,29
21,18
21,45
21,72
30,77
31,14
36,95
37,45
9,2
4,5
8,0
15,0
10,0
12,5
5,5
9,5
19,0
12,5
16,9
7,0
2,0
25,5
17,0
24,6
9,5
15,5
37,0
24,0
28,7
12,7
19,3
44,5
29
34
36
38
34
36
38
34
36
38
36
38
36
38
Dimana:
dp = diameter puli penggerak (70mm)
.............................................. hal. 29
28
v=
v=
5,31 m/det
2 L3,14 ( D p+ d p ) + 2 L3,14 ( D p + d p ) 8 ( D pd p )
8
(Sularso & Suga, 1997:170)
Dimana:
L = Panjang keliling sabuk (965
mm) ................................................. hal. 31
Dp = Diameter puli poros (90
mm) ...................................................... hal. 29
dp = Diameter puli motor (70
mm) ..................................................... hal. 29
sehingga :
2 . 9653,14 ( 90+70 ) + 2. 9653,14 ( 90+70 ) 8 ( 9070 )
8
2
C=
29
C=
1930502,4+ 2038041,763200
8
C=
1427,6+ 2034841,76
8
C=
1427,6+ 1426,48
8
C = 356,75 mm
Dengan demikian maka sabuk yang digunakan adalah tipe A dengan
panjang 965 mm atau 39 inc dan jarak antara kedua sumbu poros 356,75 mm.
30
4) Sudut kontak ()
Sudut kontak sabuk :
= 180 -
57 ( D p d p )
C
Dimana:
C = Jarak antara dua sumbu (356,75
mm) ........................................... hal. 30
Dp = Diameter puli poros (90
mm) ...................................................... hal. 29
dp = Diameter puli motor (70
mm) ..................................................... hal. 29
sehingga :
= 180 -
= 176,80
57 ( 90 mm70 mm)
365,75mm
31
102. N
v
(Dobrovolsky, 1978:252)
Dimana:
N = Daya motor (0,249
kW) ............................................................... hal. 25
V = Kecepatan putar sabuk (5,31
m/det) ............................................. hal. 29
sehingga :
Pratd =
102. 0,249 kW
5,31 m/det
Pratd = 4,78 kg
4.2 Beban Tarik Sabuk Terhadap Poros (R)
R = 1,5.Pradt Sin
(Dobrovolsky, 1978:252)
Dimana:
Pradt= Gaya keliling (4,78
kg).............................................................. hal. 32
(176,800).................................................... hal. 32
sehingga :
32
R = 1,5.4,78 kg.Sin
176,80
2
R = 7,17 kg.0,99
R = 7,1 kg
e. Perancangan Puli
Untuk bahan puli dipilih besi cor kelabu (FC 20). Hal ini didasarkan
karena koefisien geseknya lebih tinggi dari pada baja tempa dan juga dapat
menahan getaran. Massa jenis() dari besi cor ini adalah 7,2.10-6kg/mm3
(Khurmy, 1982:10)
1) Puli 1 (Puli Poros Motor)
Dari tabel V-Belt (tabel 3), untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran
puli sebagai berikut : e = 15 mm ; f = 10 mm
1.1 Tebal Puli (B1)
B = (n-1) .e + 2.f
B = (1-1) .15 + 2.10
= 20 mm
1.2 Volume Puli (V1)
V=
.(d p)2 . B
4
V=
.(70)2 .20
4
V = 76930 mm
33
W = 0,55 kg
45
2
.( D p) . B
4
V=
2
.(90) .20
4
3
V = 127170 mm
34
65
f. Perancangan Poros
1) Pemilihan Bahan Poros
Dalam poros untuk mesin penggiling ini dipilih bahan S 25 C dengan
komposisi dan sifat mekanis sebagai berikut:
Karbon (C)
= 0,22 0,28 %
Mangan (Mg)
= 0,30 0,60 %
Fosfor (P)
= 0,04 %
Sulfur (S)
= 0,05 %
Massa Jenis
= 7,858.10-6 kg/mm3
Kekuatan tarik ()
= 44,88 kg/mm2
(www.efunda.com)
2) Putaran Poros Penggiling (n2)
n2 =
dp
Dp
. n1
Dimana:
n1 = Putaran poros motor (1450
rpm).................................................. hal. 27
35
n2 =
70 mm
90 mm
. 1450rpm
n2 = 1127,78 rpm
T = 9,74.105.
Pd
n2
Dimana:
Pd = Daya yang direncanakan (0,249 kW)..
.hal. 25
n1 = Putaran poros penggiling (1127,78
rpm)..................................... hal. 36
sehingga :
T = 9,74.105.
0,1937 kW
1127,78 rpm
= 167,288 kg.mm
4) Gaya-gaya yang Bekerja Pada Poros Mesin
36
FAV
Fcv
80 mm
95 mm
95 mm
37
1
2
4 ..D2 ).140] 3(5.5.140)
1
= [( 4 .3,14.902 -
1
2
4 .3,14.80 ).140] 10500
= (1334,5).140 10500
= 176330 mm3
Berat Total
Keterangan:
38
: 7,865.10-6
kg/mm3.....hal. 26
Massa jenis bahan pisau (S 40 C)
: 7,85.10-6
kg/mm3.......hal.21
sehingga :
FCV = Berat Total = 1,64 kg
4.3 Gaya reaksi arah vertikal ( Fbv dan Fdv)
MD= 0
FAV .270+ FBV .190 FCV . 95 = 0
FBV =
F AV . 270+ F CV . 95
190
FBV =
8,02.270+1,64 . 95
190
FBV = 12,22 kg
MA = 0
-FBV .80 + FCV . 175 FDV .270 = 0
FDV=
F CV . 175F BV . 80
270
FDV=
1,64. 17512,22. 80
270
FDV = -2,56 kg
39
MAV
= 0 kg.mm
MBV
= 8,02 Kg . 80 mm
= 641,6 kg.mm
MCV
= 2,56. 95
= 243,2 kg.mm
MDV
= 0 kg.mm
+ M AH2
AV
02 +02
= 0 kg.mm
MBgab =
=
2
BV
+ M BH 2
641,62 +02
= 641,6 kg.mm
MCgab =
=
2
CV
+ M CH 2
243,22+0 2
= 243,2 kg.mm
MDgab =
=
2
DV
+ M DH 2
02 +02
= 0 kg.mm
FAV
FCV
FDV
40
4 cm
4,75 cm
FBV
4,75 cm
C
FCV= 0,82 cm
FBV= 6,11 cm
FDV= 1,28 cm
DIAGRAM GAYA
FAV= 4,01 cm
DIAGRAM MOMEN
MB = 3,21 cm
MC = 1,21 cm
Skala jarak
= 1 cm : 20 mm
Skala gaya
= 1 cm :2 kg
B
Sf 1 . Sf
dimana,
B
35
Sf 1 = faktor keamanan (untuk baja = 8).............................................hal.
22
41
44,88
2
8. 2,15 kg/mm
a = 2,61 kg/mm2
5) Diameter Poros (ds)
5,1
( ) ( K . M ) +( K . T )
ds
1
3
Dimana
= Tegangan geser yang diijinkan (2,61 kg/mm2)........................ hal. 41
sehingga,
ds
5,1
2,61
( )
(1,95 ) 1018,9 3
12,57 mm
Diameter poros akan menggunakan bantalan gelinding, sehingga dipilih
poros dengan diameter 16 mm dan poros diameter 15 mm pada bantalan.
42
Dimana
5,1
d s3
) ( K
max
. M ) +( Kt . T )
43
ds
41
Km = faktor koreksi (1,5) .................................. (Sularso & Suga, 1997:17)
Kt = faktor koreksi (2) ...................................... (Sularso & Suga, 1997:8)
M = momen lentur gabungan maksimum (641,6 kg.mm) .............
hal.39
T
sehingga,
max
5,1
153
) ( K
. M )2 + ( K t . T ) 2
2
2
3
= ( 1,51.10 ) ( 962,40 ) + ( 334,58 )
3
= ( 1,51.10 ) 1018,9
= 1,54 kg/mm2
Menurut Sularso (1997: 18), salah satu syarat poros layak digunakan
adalah
max
<
geser maksimum (1,54 kg/mm2) < tegangan geser yang dijinkan (2,61
kg/mm2).
ka
bahan pasak
yang
44
ka
Sf k 1 . Sf k 2
40,26
6 . 2,25
= 2,98 kg/mm2
2) Ukuran Pasak
Menurut Sularso (1997: 10) dimensi pasak untuk diameter poros
12-17 mm adalah sebagai berikut:
Ukuran nominal pasak (b x h)
= 5 x 5 mm
= 3 mm
= 2,3 mm
= 1,4.ds = 21 mm
45
T
( d s /2 )
F=
167,288
( 15/ 2 )
F = 22,31
Keterangan:
ds
hal.15
T
F
b .l
22,31
5.21
)
(Sularso & Suga, 1997:25)
= 0,21 kg/mm2
Keterangan:
b
hal.43
l
(Memenuhi Syarat)
46
(Memenuhi Syarat)
2,98 0,21
(Memenuhi Syarat)
h. Perancangan Bantalan
Menurut Sularso (1997:143) untuk poros dengan diameter 15 mm dipilih
bantalan gelinding nomor 6002, dengan ukuran sebagai berikut :
= 15 mm
= 32 mm
Lebar (B)
= 9 mm
Jari-jari (r)
= 0,5 mm
= 440 kg
dimana :
X = faktor beban radial (0,56)....... (Sularso & Suga, 1997:135)
V = faktor beban putaran cincin dalam (1)
47
fn =
33,3
n
( )
(
1
3
33,3
1127,78
1
3
fn = 0,31
Keterangan:
n = Putaran poros penggiling (1127,78 rpm)..........................
hal.35
1.3 Faktor Umur Bantalan (fh)
c
fh = fn. Pr
440
fh = 0,31. 6,84
fh = 19,94
Keterangan:
c = Kapasitas nominal dinamis spesifik (440 kg) .................... hal.44
Pr = Beban ekivalen dinamis (6,84 kg) .................................... hal.45
1.4 Umur Nominal Bantalan (Lh)
48
Lh = 500.fh3
Lh = 500.19,943
Lh = 3964107,89 jam
1.5 Pengecekan Bantalan
Untuk bantalan yang bekerja tidak terus menerus Lh = 5000
sampai 15000 jam (Sularso, 1997: 137). Dalam perencanaan ini
umur bantalan direncanakan 15000 jam (1 tahun), maka:
Lh
632455,41 jam
15000 jam
15000 jam
(memenuhi syarat)
49
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN MESIN
Perawatan mesin penggiling umbi singkong kering bertujuan untuk
menjaga agar mesin tetap awet dan tetap bekerja secara optimal. Di samping
itu juga agar komponen-komponen mesin lebih awet. Adapun perawatan yang
perlu dilakukan untuk penggiling umbi singkong kering ini meliputi
perawatan harian, perawatan mingguan, perawatan bantalan, perawatan sabuk
dan puli, perbaikan mesin dan pelumasan.
a. Perawatan Harian
Perawatan harian merupakan perawatan yang dilakukan secara rutin
setiap hari pada mesin di dalam pengoperasiannya. Adapun perawatan ini
meliputi:
b. Perawatan Mingguan
Perawatan mingguan adalah perawatan yang dilakukan secara
berkala yaitu dalam satu minggu sekali. Adapun perawatan ini meliputi :
produksi.
Pemeriksaan terhadap sumbu poros yang bertujuan untuk mengetahui
kekencangan dari sabuk terhadap puli. Apabila sabuk terlalu kendor
maka putarannya tidak maksimal dan bisa terjadi slip ataupun sabuk
50
c. Perawatan Bantalan
Untuk mengetahui kondisi bantalan dalam keadaan baik atau tidak
dilakukan dengan cara membuka tutup bantalan (rumah bantalan) dan
memeriksa kondisi bantalan tersebut atau dengan cara memegang poros
pada saat mesin tidak sedang beroperasi, apakah poros dalam keadaan
goyah atau tidak. Apabila dalam keadaan goyah berarti bantalan sudah aus
atau rusak dan harus segera diganti. Hal penting dalam perawatan bantalan
adalah pemberian minyak pelumas pada bantalan.
Pemberian pelumas pada bantalan bertujuan untuk mengurangi
gesekan, keausan dan panas yang tinggi pada bantalan yang bergerak.
Bantalan hendaknya tidak dilumasi secara berlebihan karena dapat
menyebabkan pecah dan rusaknya penutup bantalan.
d. Perawatan Sabuk dan Puli
Karena kondisi pengoperasian sabuk dan puli adalah operasi kering,
perlu dihindari adanya air atau pelumas yang menempel pada sabuk dan
puli. Bila hal ini terjadi maka akan mengganggu jalannya pengoperasian
mesin, yaitu akan terjadi slip antara sabuk dan puli. Jika hal ini dibiarkan
terus menerus maka akan menimbulkan kerusakan pada sabuk dan puli.
Ketentuan umum untuk perawatan dan penggunaan sabuk antara lain:
Tegangan sabuk perlu dijaga agar tetap kencang. Sabuk yang kendor
dapat mengakibatakan slip, bergetar, dan keausan yang berlebihan.
Apabila tidak ada alat yang tepat untuk menguji tegangan sabuk,
sabuk dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga terpasang rapi pada
51
Apabila mesin tidak beroperasi dalam jangka waktu yang lama, akan
lebih baik jika sabuk dilepas dan disimpan di tempat yang sejuk serta
atau mengganti.
Sabuk terbebas dari debu, vaselin, dan minyak.
e. Perbaikan Mesin
Perbaikan pada mesin penggiling umbi singkong kering ini berupa
penggantian komponen-komponen mesin yang sudah tidak dapat berfungsi
dengan baik atau rusak. Dengan demikian mesin dapat selalu bekerja
dengan baik. Selain itu juga pengecatan pada rangka mesin dan bagianbagian mesin lain yang memungkinkan untuk dicat. Hal ini bertujuan
untuk menahan bagian-bagian tersebut agar tidak mudah mengalami
korosi.
f. Pelumasan
Bagian yang bergerak pada suatu mesin apabila tidak diberi pelumas,
maka akan terjadi gesekan langsung antara logam dengan logam yang
dapat menaikkan temperatur, sehingga kedua logam yang bergesekan
tersebut menjadi panas dan akhirnya menyebabkan keausan. Selain itu
akibat dari kerjanya akan menimbulkan kotoran dan kadang menimbulkan
suara yang berisik. Oleh karena itu, komponen mesin yang bergerak perlu
diberi pelumas. Fungsi dari pelumas antara lain :
52
53
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Mesin penggiling umbi singkong kering adalah sebuah mesin dengan
bentuk modifikasi sederhana yang terdiri dari elemen-elemen yang berputar
yang berfungsi untuk merajang umbi singkong kering. Prinsip kerja dari
mesin penggiling umbi singkong kering ini adalah umbi singkong kering
masuk melalui corong masuk mesin dan masuk ke ruang penggilingan. Di
ruangan ini umbi singkong kering akan dipotong oleh pisau yang ada diruang
penggilingan ini. Umbi singkong kering yang sudah memenuhi syarat akan
keluar melalui lubang penyaringan pada lubang keluar. Dengan demikian
hanya potongan umbi singkong yang kecil dan sesuai dengan lubang saringan
saja yang keluar.
Selanjutnya dari uraian hasil perhitungan perencanaan, diperoleh
ukuran-ukuran bagian mesin sebagai berikut:
a. Data awal
Putaran motor
Jumlah pisau dinamis
Jumlah pisau statis
Besar hasil potongan
b. Pisau statis
Bahan pisau
Panjang pisau
Lebar mata pisau
Tebal mata pisau
c. Pisau Dinamis
Bahan pisau
Panjang pisau
Lebar mata pisau
Tebal mata pisau
d. Daya motor
Daya motor penggerak
Putaran motor
e. Sabuk
Bahan sabuk
Kecepatan putar sabuk
: 1450 rpm
: 3 buah
: 1 buah
: 5 mm/potongan
: S 40 C
: 140 mm
: 20 mm
: 5 mm
: S 40 C
: 140 mm
: 20 mm
: 5 mm
: 0,5 HP
: 1450 rpm
: sabuk-V tipe A
: 5,31 m/s
54
: 90 mm
: 65 mm
Lebar puli
: 20 mm
Volume puli
: 127170 mm3
: 0,92 kg
: 70 mm
: 45 mm
Lebar puli
: 20 mm
Volume puli
: 76930 mm3
: 0,55 kg
g. Poros
Bahan poros
Kecepatan putar poros
Momen puntir
Tegangan geser yang diijinkan
Diameter poros
Tegangan geser yang terjadi
h. Pasak
Bahan pasak
Ukuran nominal pasak (b x h)
: S25C
: 1127,78 rpm
: 167,288 kg.mm
: 2,61 kg/mm2
: 15 & 16 mm
: 1.54 kg/mm2
: S20C
: 5 x 5 mm
55
gs/445381500/S40C_carbon_steel_mild_steel_plate.html)
Puli Motor (AK28)
= Rp. 30.400,(http://www.jdv-belts.com/COMPLETE%20PULLEY%20CATALOG
%202.18.09.pdf)
Puli Penggiling (AK39)
= Rp. 34.200,(http://www.jdv-belts.com/COMPLETE%20PULLEY%20CATALOG
%202.18.09.pdf)
Bantalan Gelinding
: 9386x2
(http://www.alibaba.com/product-
gs/245281637/All_Kinds_of_Deep_Groove_Ball.html)
Motor Listrik
: 0,5 HP
=Rp.790.426,(http://www.inverterdrive.com/group/Motors-AC/ac-Motor-37kw-
= Rp. 18.772,-
5HP-4Pole-4-pole-Foot-Mounting-TEC/default.aspx)
V-Belt
: 39 inc
= Rp. 81.607,-
56
(http://www.daycoproducts.com/daycoweb.nsf/DaycoIndustrial
%20Belts.pdf)
Total biaya = Rp 1.009.330
5.2 SARAN
Dari perencanaan mesin penggiling umbi singkong kering ini, saran
yang dapat penulis sampaikan adalah:
1.
2.
harus
57
DAFTAR RUJUKAN
58
Lampiran 1
.D p .n1
60.1000
59