Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem penggemukan ternak domba di pedesaan pada umumnya masih
bersifat tradisional sehingga belum dapat memberikan pertambahan bobot
badan yang memuaskan. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan bisaanya
berupa hijauan, terutama rumput lapangan yang rendah kandungan zat
nutrisinya, karena berorientasi pada pakan lokal yang tersedia di lokasi.
Tanaman ubi kayu bisa dijadikan sebagai makanan ternak tetapi mempunyai
kelemahan, antara lain palatabilitas (derajat kesukaan pada makanan tertentu
yang terpilih dan dimakan) rendah dan adanya kandungan racun asam sianida
sehingga merupakan faktor pembatas dalam pemakainnya sebagai makanan
ternak, sehingga perlu perlakuan khusus.
Usaha untuk meningkatkan bobot badan ternak domba yang lebih baik
dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan, terutama
penambahan pakan sebagai bahan pakan pelengkap disamping hijauan, yang
merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia (hewan mamalia yang bisa
memamah/memakan dua kali atau juga dikenal sebagai hewan memamah
biak). Diantara kemungkinan pemberian pakan tambahan tersebut yang
berpeluang diterapkan pada petani peternak adalah bahan yang umumnya
mudah didapat di pedesaan dengan harga yang terjangkau yakni ubi kayu,
daun ubi kayu, onggok (limbah atau ampas dari Singkong), dedak padi,
ampas tahu.Pakan-pakan tersebut diatas diharapkan dapat meningkatkan laju
pertambahan bobot badan khususnya usaha pola pengemukan.
Semua bagian tanaman ubi kayu dapat digunakan sebagai pakan ternak,
antara laindaun ubi kayu kering mengandung protein kasar sebesar 32,30%,
batang kering 11,76%, dan umbi kering 2%. Penggabungan ketiga bagian
tanaman ubi kayu sebagai sumber bahan pakan lokal mampu mencukupi
kebutuhan protein untuk pertumbuhan mikrobia rumen, (Soeharsono,
2011).Mikroba rumen adalah mikroba di dalam rumen(sistem pencernaan)

hewan mamalia yang berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke


dalam

rumen

menjadi

produk-produk

sederhana

yang

dapat

dimanfaatkan.Peningkatan penambahan olahan tanaman ubi kayu sebesar


80% dan tongkol jagung 20% pada ransum domba ternak menyebabkan
peningkatan total konsumsi bahan kering pakan. Hasil penelitian lainnya juga
memperlihatkan bahwa peningkatan konsumsi pakan olahan ubi kayu dengan
ubi kayu mampu meningkatkan energi intake sehingga menyebabkan
peningkatan bobot badan harian domba secara kuadratik. Penambahan pakan
1
olahan tersebut sampai level 4,5% W0,75 dapat meningkatkan bobot badan
harian sebesar 47,45% dan menurunkan konversi pakan sebesar 35,47%
(Soeharsono, 2011).
Melihat potensi dari ubi kayu diatas maka perlu suatu proses dimana
sumber pakan yang dihasilkan dari ubi kayu dapat diolah secara maksimal
sehingga lebih bermanfaat bagi peternakan domba. Dengan pengetahuan dan
keterampilan penulis, maka penulis berusaha merancang mesin yang dapat
mengolah umbi ubi kayu kering menjadi pakan ternak yang siap pakai.
Sebagai perwujudan dari penerapan pemikiran tersebut maka penulis memilih
judul Rancang Bangun Mesin Penggiling Umbi Ubi Kayu Kering Sebagai
Bahan Tambah Pakan Ternak. Dengan adanya alat ini diharapkan hasil
perkebunan yang berupa ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai komoditi
suplemen pakan ternak domba yang dapat mengatasi permasalahan pakan
domba dan dapat mepercepat proses penggemukan domba.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana membuat rancangan awal mesin (Draft Design Machine)?
b. Bagaimana membuat rancangan teknik (Engineering Design)?
c. Bagaimana membuat rancangan manufaktur (Manufacture Design)
komponen dan unit produk rakitan?

1.3 TUJUAN RANCANG-BANGUN


Adapun tujuan perancangan mesin ini adalah untuk menghasilkan
mesin penggiling ubi kayu sebagai solusi untuk memproses ubi kayu yang
umumnya hanya dijadikan tepungdan kurang maksimal pemanfaatanya
menjadi pakan ternak domba yang kaya akan protein sehingga memacu
peningkatan bobot domba. Untuk menghasilkan mesin penggiling ubi kayu
initerlebih dahulu ditentukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rancangan awal mesin (Draft Design Machine)?
b. Membuat rancangan teknik (Engineering Design)?
c. Membuat rancangan manufaktur (Manufacture Design) komponen dan
unit produk rakitan?

1.4 KEGUNAAN PRODUK PERANCANGAN MESIN PRODUKSI


Bagi Penulis :
a. Media menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses
perkuliahan.
b. Menguji tingkat kemampuan analisis terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi masyarakat.
c. Media untuk pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
Bagi Masyarakat :
a. Meningkatkan pendapatan dengan memaksimalkan teknologi tepat guna
dalam proses produksi.
b. Meningkatkan

tingkat

kesejahteraan

masyarakat

dengan

ikut

mengurangi kendala yang dalam usaha peternakan.


Bagi Perkembangan IPTEK:
a. Bahan referensi untuk dapat dimanfaatkan lebih lanjut bagi peneliti
selanjutnya.

b. Bukti bahwa perkembangan IPTEK mampu berjalan seiring dengan


kebutuhan atau tuntutan globalisasi.

1.5 METODE YANG DIGUNAKAN


Untuk mendapatkan data yang akurat dan memenuhi persyaratan dalam
menentukan dimensi-dimensi dan komponen mesin, maka dalam perancangan
ini menggunakan metode perancangan sebagai berikut :
c. Obeservasi
Dengan metode observasi ini penulis mendapatkan data-data yang
dibutuhkan untuk menunjang perancangan mesin penggiling ubi kayu yang
dirancang.
d. Interview
Dengan cara interview atau wawancara ini penulis mengajukan
beberapa pertanyaan kepada karyawan di industri kecil dan beberapa
bengkel bersama dengan observasi.
e. Studi Pustaka
Studi pustaka atau studi literatur sangat penting untuk mengolah data
dan mengaplikasikan rumus-rumus yang behubungan dengan perancangan
mesin penggiling yang dirancang serta sebagai landasan teori untuk
pengerjaan dan penulisan.Dengan metode studi pustaka ini penulis
memperoleh data-data dari membaca, meneliti dan memahami literatur
yang ada yang berhubungan dengan perancangan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 UBI KAYU
Ubi kayuyang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong, adalah
pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya
dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya
sebagai sayuran. Panjang fisik umbi atau akar pohon rata-rata bergaris tengah
2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong
tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala
kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Hampir semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan antara
lain sebagai vahan baku industri dan industria rumah tangga seperti tapioka,
makanan ringan, dan pakan ternak. Salah satu produk dari ubi kayu yang
paling terkenal adalah Gaplek (Dried cassava chips), yaitu singkong segar
yang dikupas, dipotong kecil-kecil, dicuci, dicacah dan dikeringkan atau
dijemur, untuk selanjutnya dapat diproses lagi menjadi produk turunan
dimana yang digunakan dalam perancangan ini adalah sebagai vahan tambah
pakan terbak domba. Ubi kayu mengandung banyak protein dan karbohidrat
yang sangat baik baik pertumbuhan dan pertambahan berat badan ternak
domba.
Tabel 1. Kandungan Gizi dari Berbagai Variasi Ubi Kayu

Pemanfaatan ubi kayu sebagai pakan ternak perlu dibatasi karena


adanya asam sianida yang bersifat racun jika dikonsumsi dalam jumlah
tertentu dalam keadaan segar. Untuk dijadikan pakan, ubi kayu dicacah
terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai
kandungan bahan kering 80-90% (bisaa disebut dengan gaplek). Dengan
pengeringan mampu menurunkan kadar asam sianida hingga 90% sehingga
aman untuk pakan serta meningkatkan waktu simpan untuk persediaan di
musim kemarau. Dalam keadaan kering, umbi kayu bersifat lebih keras tapi
getas. Data yang dapat diambil dari umbi kayu kering/gaplek tersebut antara
lain:
Massa jenis vahan ()

: 215,6 kg/m3 = 0,0002156 gr/mm3

Kekuatan tarik (j)

: 0,00329 kg/mm2
(Aninditya, 2004)

2.2 MESIN PEGGILING


Secara umum mesin penggiling adalah sebuah mesin yang berfungsi
untuk merubah ukuran benda menjadi lebih kecil dari ukuran semula dengan
cara memotong-motong benda menggunakan pisau giling. Prinsip kerja mesin
penggiling ubi kayu ini yaitu pada saat motor listrik sudah dalam keadaan
berputar atau ON, maka motor listrik (12) akan menggerakkan puli (13) pada
motor dan juga akan menggerakkan poros mesin melalui sabuk (14).
Berputarnya poros mesin (4) maka akan mengerakkan dudukan pisau (9) dan
pisau (8) yang melekat pada selubung.
Ketika bahan ubi kayu dimasukkan ke dalam ruang penggilingan, ubi
kayu kering akan langsung digilas dan dipotong oleh pisau dinamis (8) dan
pisau statis (7). Proses pemotongan ini akan terus dilakukan sampai ukuran
ubi kayu sesuai dengan yang diinginkan. Ubi kayu yang telah dipotongpotong akan keluar melalui lubang keluar yang ada di selubung bawah (5).
Pada lubang keluar ini terdapat saringan jadi hanya ubi kayu yang ukurannya
sudah sesuai yang akan bisa keluar dari ruang pemotongan.

Gambar 2.1 Draft design mesin penggiling umbi ubi kayu


Keterangan:
1. Kerangka Mesin

6.

Selubung atas

11. Pasak

2. Tadah

7.

Pisau Statis

12. Motor Listrik

3. Bantalan

8.

Pisau Dinamis

13. Puli Motor

4. Poros

9.

Dudukan Pisau

14. Sabuk

5. Selubung Bawah

10. Puli Poros

a. Komponen Utama Mesin Penggiling


1. Motor Listrik
Motor penggerak digunakan untuk menggerakkan poros tabung
dalam. Putaran motor ditransmisikan ke puli dengan menggunakan sabuk
(belt), adapun jenis motor yang digunakan pada pada mesin penggiling
umbi ubi kayuini adalah motor listrik dengan pertimbangan sebagai
berikut:
Getaran yang ditimbulkan halus
Pengoperasiannya mudah
Perawatannya mudah
Ringan
Hemat

Dalam perancangan ini digunakan motor listrik dengan kecepatan


putaran motor sesuai yang beredar dan umum dipasaran, yakni 1450 rpm.
Dalam menghitung putaran motor listrik sendiri dapat menggunakan
rumus:
N=
dimana:

(120. f )
P
N= Besar putaran motor (rpm)
f= Frekuensi (Hz)
P = Jumlah kutub

Dikarenakan suatu motor listrik minimal memakai 2 kutup, maka


putaran maksimum motor listrik induksi pada frekunsi 50 hz adalah 3000
rpm, ini tidak dapat ditambah lagi. Ketika di buat 4 kutup menjadi 1500
rpm, 6 kutup 1000 rpm, 8 kutup 750 rpm dan seterusnya. Kenyataanya di
pasaran yang beredar adalah motor listrik dengan putaran 1450 rpm, hal
ini dikarenakan beberapa faktor seperti kerugian mekanis yang ada
didalam motor.
2. Poros
Poros Merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap
mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama dengan
putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros
(Sularso dan Suga, 1997:1).
Untuk merencakan poros, hal-hal penting yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :

Kekuatan poros
Suatuporos transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara keduanya. Selain itu ada juga poros yang
mendapat beban tarik dan tekan seperti yang terjadi pada poros balingbaling kapal atau turbin. Kelelahan timbul akibat tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila

poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Dalam perancangan


sebuah poros, kekuatan poros terhadap beban-beban seperti tersebut di
atas harus diperhatikan.

Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi
jika terjadi lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian atau getaran dan suara. Karena itu, di
samping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan.

Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga
putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar bisaa besarnya.
Putartan ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor torak, motor listrik, dan lain-lain, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros
harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.

Bahan poros
Poros untuk mesin bisaanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinish. Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja SC dari baja yang dioksidasi dengan ferisilikon dan dicor, kadar karbon
terjamin. Penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras
dan kekuatannya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban, umumnya dibuat dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.

Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula untuk poros-poros yang direncanakan akan terjadi
Sampai pada batas-batas tertentu dapat pula dulakukan perlindungan

10

terhadap poros.kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering berhenti


lama.

Bentuk Poros
Menurut bentuk poros dapat digolongkan atas poros lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lainlain. Poros luwes untuk tranmisi daya kecil agar terdapat kebebasan
bagi perubahan arah, dan lain-lain. Contoh gambar poros (adalah)
gambar 2.3.

Gambar 2.2Poros

Dalam perancangan mesin penggiling ubi kayu ini menggunakan


poros transmisi karena poros semacam ini mencapai beban puntir murni
dan lentur. Poros semacam ini mencapai beban puntir murni dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk atau sprocket, rantai, dan lain-lain.
3. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus dan aman. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya
(Sularso dan Suga, 1997:103). Selain itu bantalan juga mempunyai peran
sebagai pembatas gerak dari poros agar poros selalu berada pada posisi
yang benar.
Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Sularso dan Suga, 1997:103) :

(1.)Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros


Bantalan Luncur

11

Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.Kelebihan dari bantalan
luncur adalah menghemat tempat arah radial, lebih tahan terhadap
gaya-gaya kejutan (tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran
tinggi, pembuatan mudah dan daya tahan lama. Sedangkan
kekurangannya adalah sering mengalami kesulitan percobaan
setelah dipasang, pemasangan sulit, system pelumas, dan gesekan
yang terjadi besar.

(a)

(b)

(c)

(d)

(a) Bantalan radial poros


(b) Bantalan radial berkerah
(c) Bantalan aksial berkerah
(d) Bantalan aksial
(e) Bantalan radial ujung
(e)
(f)
Bantalan
radialdan
tengah
Gambar 2.3Macam-macam Bantalan (f)
Luncur
(Sularso
Suga,

1997:104)

Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola
(peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.Kelebihan dari bantalan
gelinding ini adalah gesekan sangat kecil dan suhu yang
ditimbulkan tidak terlalu tinggi, perlawanan gesekan permulaan
berputar dan setelah berputar hampir sama, sedikit memerlukan
pelumas tidak mengalami kesulitan mengenai percobaan jalan,
penggantian mudah, keausan poros tidak ada, menghemat tempat
arah aksial sehingga ukuran poros dapat diperpendek. Sedangkan
kekurangannya adalah memerlukan tempat agak besar arah radial,
daya tahan pendek, kurang tahan terhadap gaya tumbukan dan
putaran tinggi, serta pembuatannya sulit dan teliti.

12

Gambar 2.4Macam-macam Bantalan Glinding (Sularso dan


Suga, 1997:129)

(2.)Atas dasar arah beban terhadap poros


Bantalan radial
Arah beban bantalan radial ini tegak lurus dengan sumbu poros.

Bantalan aksial
Arah beban bantalan aksial ini sejajar dengan sumbu poros.

Bantalan gelinding khusus


Bantalan kombinasi ini mampu menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.
4. Pasak
Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
elemen-elemen mesin seperti roda gigi, puli, sprocket, dan kopling pada
suatu poros. Pasak berfungsi sebagai pengunci antara roda gigi atau puli
pada poros sehingga daya yang ada dapat diteruskan, selain itu pasak
berfungsi untuk:

Menyambung beberapa mesin bagian yang satu terhadap bagian yang


lain dengan memakai pasak bertingkat.

13

Untuk memindahkan mesin yang satu dengan yang laim dalam satu
arah tertentu dengan menggunakan pasak penyetel.

Untuk menjaga agar elemen mesin tidak berputar (slip)


Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam

menurut letaknya pada poros, antara lain; pasak pelana, pasak rata, pasak
benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi empat.
Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus.
Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur.
Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum
(Sularso dan Suga, 1997:24).

Gambar 2.5Macam-macam Pasak (Sularso dan Suga 1997:24)

5. Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan
atau meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja
yang sama dengan sproket, perbedaannya terletak pada media yang
dikaitkan. Jika puli yang dikaitkan adalah sabuk, sedangkan sproket
media yang dikaitkan adalah rantai.
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan
paduan alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien
gesek yang lebih tinggi dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa.

14

Kedudukan puli penggerak dan puli yang digerakkan pada poros harus
senter (lurus) agar sabuk tidak mudah lepas dari kedudukan puli.
6. Sabuk
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang
sejajar. Belt atau sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros
yang mempunyai jarak renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin
ditransmisikan oleh roda gigi). Poros-poros tersebut harus dipisah pada
suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian
sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit
dan campuran getah.
Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a) Sabuk Rata (Flat Belt)
Sabuk jenis ini bisaanya dipasang pada pully silinder dan
meneruskan momen antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak
menimbulkan suara (tidak berisik), efisien pada putaran tinggi, dan
dapat mentransmisikan daya besar dengan jarak yang panjang.
b) Sabuk Penampang Trapesium (V-Belt)
Sabuk ini bisaanya dipasang dengan cara membelitkannya
dikeliling alur pully berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros.
Sabuk jenis ini bisaanya digunakan pada jarak pendek dan daya yang
dihasilkan besar pada tegangan yang relatif rendah serta tidak ada
sambungan pada sabuknya.

Gambar 2.6Konstruksi sabuk V (Khurmi, 2005: 728)


c) Sabuk dengan Gigi (TimingBelt)

15

Sabuk jenis ini bisaanya dipasang secara berpasangan dengan


jenis pully, untuk meneruskan putaran secara tepat. Sabuk jenis ini
memiliki kecenderungan selip yang kecil, daya yang ditransmisikan
konstan dan dengan adanya gigi memungkinkan untuk mendapatkan
putaran rendah atau tinggi.

Keterangan :
A. Sabuk V standart
B. Sabuk V unggul
C. Sabuk V penampang pendek
Gambar
D. Sabuk V2.7Macam-macam
tugas ringan (Tipe L) sabuk
E. Sabuk V sempit
F. Sabuk V sudut lebar

G. Sabuk V putaran variabel


H. Sabuk gigi penampang pendek
I. Sabuk segi enam
J. Sabuk gilir
(Sularso,
2004: 187)
K. Sabuk berusuk banyak
L. Sabuk berlapis kulit dan nilon

2.3 TERNAK DOMBA


Usaha peternakan domba merupakan salah satu usaha berbasis potensi
lokal yang menguntungkan. Faktor pendukungnya adalah permintaan pasar
yang tinggi, ketersediaan supply domba yang baik dan kondisi alam yang
mendukung. Usaha peternakan domba bisaanya dilakukan oleh orang desa
secara perorangan atau berkelompok. Permodalan mereka bisaanya sangat
terbatas, dilakukan secara tradisional dan pendampingan tenaga ahli
peternakan untuk memaksimalkan hasil juga terbatas. Hal ini menyebabkan
tingginya permintaan daging domba belum bisa terpenuhi dengan baik.
Permintaan ini pun semakin tinggi ketika waktu kurban tiba. Dengan melihat
potensi peternakan yang menguntungkan tersebut, maka sekarang usaha
penggemukan tersebut mulai digemari.

16

Banyak calon peternak ataupun calon investor peternakan khususnya


domba dan kambing yang mengurungkan niatnya ketika harus berhitung
dengan permasalahan hijauan pakan ternak. Mereka menjadi ragu ketika
harus menyediakan luasan lahan tertentu untuk menanam hijauan pakan
ternak dengan segala permasalahan tata laksana pemeliharaannya. Bahkan di
tingkat peternak kecilpun tidak jarang terjadi ketika musim kemarau tiba
mereka terpaksa harus menjual sebagian ternaknya untuk mengatasi
terbatasnya hijauan yang tersedia. Pemanfaatan ubi kayu sebagai salah satu
alternatif pakan pengganti pakan hijauan mulai menjadi perhatian. Bahan
dasar pakan pengganti yang digunakan yaitu ubi kayu, ditambahkan beberapa
bahan pakan lain yaitu tongkol jagung, dedak, jagung, dan mineral sehingga
dihasilkan pakan lengkap untuk domba.
Bahan pakan yang digunakan disiapkan, bahan pakan yang bentuknya
besar maka harus digiling, misalnya jagung, tongkol jagung dan ubi kayu.
Bahan pakan lain yang jumlah penggunaannya kecil misal urea, kapur dan
mineral dicampur tersendiri sehingga jumlahnya menjadi lebih besar.
Kemudian

dicampur

dengan

bahan

pakan

lainnya

sampai

homogen.Peningkatan penambahan olahan tanaman ubi kayu sebesar 80%


dan tongkol jagung 20% pada ransum domba ternak menyebabkan
peningkatan total konsumsi bahan kering pakan. Hasil penelitian lainnya juga
memperlihatkan bahwa peningkatan konsumsi pakan olahan ubi kayu dengan
ubi kayu mampu meningkatkan energi intake sehingga menyebabkan
peningkatan bobot badan harian domba secara kuadratik.

17

BAB III
PERANCANGAN PRODUK

3.1 PERANCANGAN AWAL (DRAFT DESIGN)


a. Konsep Rancangan/Sket Awal (Draft Design)

Gambar 3.1 Draft design mesin penggiling umbi ubi kayu


Keterangan:
1. Kerangka Mesin

6.

Selubung atas

11. Pasak

2. Tadah

7.

Pisau Statis

12. Motor Listrik

3. Bantalan

8.

Pisau Dinamis

13. Puli Motor

4. Poros

9.

Dudukan Pisau

14. Sabuk

5. Selubung Bawah

10. Puli Poros

b. Spesifikasi Produk
Perancangan mesin ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai
data yang berhubungan dengan mesin ini.Dari hasil pengumpulan data
maka perencanaan dari mesin ini ditentukan data-data sebagai berikut:

Putaran motor listrik

: 1450 rpm
18

18

Dasar pemilihan putaran motor ditentukan terlebih dahulu


dikarenakan untuk menghitung besarnya daya motor listrik yang
diperlukan. Semakin cepat putaran yang dipilih, maka daya yang
diperlukan juga semakin besar. Selain itu, dengan semakin cepat
putaran motor listrik yang digunakan, maka jumlah penggilingan yang
dilakukan juga akan semakin banyak tiap detiknya. Dengan
menggunakan motor listrik putaran 1450 rpm, maka akan didapatkan
putaran motor sebanyak 24 putaran tiap detik (24 rps).

Jumlah pisau dinamis

: 3 buah

Jumlah pisau dinamis direncanakan 3 dikarenakan menyesuaikan


ukuran umbi kayu kering dengan volume ruang giling yang
direncanakan. Jika semakin banyak pisau yang digunakan, maka proses
penggilingan dirasa kurang maksimal karena kurangnya ruang gerak
ruang umbi kayu kering didalam ruang giling.

Jumlah pisau statis

: 1 buah

Jumlah pisau dinamis direncanakan 1, hal ini juga tidak terlepas


dari volume ruang giling yang direncanakan. Jika terlalu banyak pisau
statis yang digunakan, maka akan mempersempit ruang gerak umbi
kayu kering. Pisau statis ditambahkan agar proses penggilingan dapat
lebih maksimal karena umbi kayu kering akan tergiling dan hancur
setelah melewati ruang antara pisau statis dan pisau dinamis.

Besar hasil potongan

: 5 mm/potongan

Besar hasil potongan direncanakan tidak berupa tepung karena


hasil potongan akan dicampurkan dengan bahan lain ketika akan
dijadikan pakan alternatif domba. Selain itu, jika hasil giling terlalu
halus maka domba akan kesulitan dalam memakannya.

c. Perancangan Material yang dibutuhkan (MRP)


1) Pisau

19

2) Motor Listrik
3) Sabuk
4) Puli
5) Poros
6) Pasak
7) Bantalan
8) Selubung
9) Tadah
10) Kerangka Mesin

d. Prinsip Kerja Produk yang dihasilkan


Prinsip kerja mesin penggiling ubi kayu ini yaitu pada saat motor
listrik sudah dalam keadaan bekerja atau ON, maka motor listrik (12) akan
menggerakkan puli (13) pada motor dan juga akan menggerakkan poros
mesin melalui sabuk (14). Berputarnya poros mesin (4) maka akan
mengerakkan dudukan pisau (9) dan pisau (8) yang melekat pada
selubung.
Ketika bahan ubi kayu dimasukkan ke dalam ruang penggilingan,
ubi kayu kering akan langsung digilas dan dipotong oleh pisau dinamis (8)
dan pisau statis (7). Proses pemotongan ini akan terus dilakukan sampai
ukuran ubi kayu sesuai dengan yang diinginkan. Ubi kayu yang telah
dipotong-potong akan keluar melalui lubang keluar yang ada di selubung
bawah (5). Pada lubang keluar ini terdapat saringan jadi hanya ubi kayu
yang ukurannya sudah sesuai yang akan bisa keluar dari ruang
pemotongan.

3.2 PERANCANGAN TEKNIK (ENGINEERING DESIGN)


a. Perancangan Pisau
1) Pisau Dinamis

20

Pisau direncanakan dalam proses pemotongan diletakkan pada


dudukan yang berbentuk tabung memanjang. Pisau dinamis nantinya akan
selalu berputar mengikuti poros ketika proses penggilingan berlangsung.
Bahan pisau yang dipilih adalah S 40 C karena baja karbon dengan kadar
karbon 30%-40% bersifat keras dan bisaanya digunkan dalam poros engkol,
boiler, dan pisau penggiling. Dalam pembuatan baja karbon bisaanya
ditambah dengan beberapa unsur campuran seperti sulfur (S), fosfor (P),
silicon (Si),dan Mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi.
C (karbon)ditambahkan untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan
melalui perlakuan pemanasan.Mn (Mangan)ditambahkan ke dalam baja
akan memperbaiki sifat hot working dan meningkatkan kekuatan,
ketangguhan dan penampilan yang lebih bersih dan mengkilat. Silikon (Si)
ditambahkan untuk meningkatkan kekuatandengan membentuk larutan
padat di ferit.S (sulfur)Saat ditambahkan dalam jumlah kecil sulfur dapat
memperbaiki kekuatan bahan tapi tidak menyebabkan hot shortness. Hot
shortness merupakan fenomena getas pada kondisi suhu tinggi yang
disebabkan oleh sulfur. P (fosfor)ditambakan dengan sulphur (S) untuk
memperbaiki kekuatan bahan di baja paduan rendah. Dengan penambahan
sedikit unsur fosfor dapat membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan
korosi.
Baja karbon S 40 C memiliki komposisi unsur sebagai berikut:
Karbon (C)
: 0,37 0,43 %
Silicon (Si)
: 0,15 0,35 %
Mangan (Mg)
: 0,6 0,9 %
Posfor (P)
: 0,03 %
Sulphur(S)
: 0,035 %
Massa jenis
: 7,85.10-6 kg/mm3
Kekuatan tarik (b)
: 55 kg/mm2
Ukuran pisau yang direncanakan :
(www.efunda.com)
Panjang pisau
: 140 mm
Tinggi Pisau dari dudukan
: 47 mm
Lebar mata pisau
: 20 mm
Tebal mata pisau
: 5 mm
b
Tegangan geser pisau
: = Sf
(Sularso & Suga, 1997:8)

21
2

55 kg / mm
8

= 6,875 kg/mm2

Dimana:
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan pisau dalam perancangannya
mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2

(Khurmi, 2005: 102)

Gambar 3.2 Pisau dinamis yang direncanakan


2) Pisau Statis
Pisau direncanakan dalam proses pemotongan diletakkan pada tabung
penutup bawah. Berbeda dengan pisau dinamis, pisau statis direncanakan
tidak ikut berputar waktu proses penggilingan berlangsung. Bahan pisau
yang dipilih adalah S 40 C karena baja karbon dengan kadar karbon 30%40% bersifat keras dan bisaanya digunkan dalam poros engkol, boiler, dan
pisau penggiling. Baja karbon S 40 C memiliki komposisi unsur penyusun
sebagai berikut:
Karbon (C)
Silicon (Si)
Mangan (Mg)
Posfor (P)
Sulphur(S)
Massa jenis
Kekuatan tarik (b)

: 0,37 0,43 %
: 0,15 0,35 %
: 0,6 0,9 %
: 0,03 %
: 0,035 %
: 7,85.10-6 kg/mm3
: 55 kg/mm2
(www.efunda.com)

Ukuran pisau yang direncanakan :


Panjang pisau
Tinggi pisau

: 140 mm
: 96 mm

22

Lebar mata pisau


Tebal mata pisau

Tegangan geser pisau

: 20 mm
: 5 mm
: =

b
Sf
(Sularso & Suga, 1997:8)

55 kg / mm2
8

= 6,875 kg/mm2

Dimana :
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan pisau dalam perancangannya
mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2

Gambar 3.3 Pisau statis yang direncanakan


b. Perancangan Daya Motor Listrik
1) Gaya yang digunakan untuk memotong
Gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi ubi kayu kering dapat
dihitung dengan rumus :
F= x A
(Khurmi, 2005: 94)
Dimana :
F = gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi singkong kering
= gaya geser umbi singkong kering,
j
Dihitung dari = S f
Dimana: j
hal. 6

Sf

= Kekuatan tarik singkong ........................................

= Faktor keamanan singkong, (nilai sf diambil 10


dikarenakan umbi kayu kering hampir sama dengan
kayu dan mendapat beban dinamis)................... hal. 22

Sehingga:

23

0,00329
kg/mm2 = 0,000329 kg/mm2
10

A = Luas permukaan umbi singkong kering yang akan dipotong,


Dihitung dari A = x r2
Dimana: r = Jari-jari umbi singkong kering = 10 mm
Sehingga:
A = 3,14.(10 mm)2 = 314 mm2
Maka :
F = 0,000329kg/mm2x 314 mm2
= 0,1033 kg
Banyaknya umbi singkong kering yang bisa dipotong tiap satu kali
pemotongan adalah 6 buah jadi :
F = 0,1033kg x 6
= 0,6198 kg
Banyaknya pemotongan umbi singkong kering tiap satu putaran mesin
adalah 3 kali jadi :
.

. .F

= 0,6198 kg x 3
= 1,8594 kg
Dalam melakukan penggilingan, akan terjadi momen torsi pada pisau

yakni:
...T = F . L
(Khurmi, 2005: 10)
= 1,8594kg x 90 mm
= 167,346 kg.mm
Dimana :
F = gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi singkong kering dalam
setiap 1 putaran mesin
L = jarak dari ujung pisau sampai titik pusat poros

2) Daya pemotong
Besarnya daya penggerak dapat dicari dengan rumus :

Pd =

T
( 1000
) .( 260n )

1997:7)
Dimana :

102

kW

(Sularso & Suga,

24

Pd = Daya pemotong
T

= Torsi poros (167,346 kg.mm)

= Putaran motor listrik (1450 rpm)

Sehingga :

Pd =

( 167,3461000kg . mm ) .( 2.3,1460.1450 )
102

kW

( 0,1674 ) . ( 151,767 )
kW
102

= 0,249 kW

(1 kW =

1,34 HP)
= 0,33 HP (Motor yang digunakan 0,5 HP)
c. Perancangan Dudukan Pisau
Dudukan pisau direncanakan berbentuk tabung dengan ukuran sebagai
berikut :
Diameter dudukan pisau : 90 mm
Panjang dudukan pisau : 140 mm
Tebal ruang pisau
: 5 mm
Bahan plat yang direncanakan S 20 C dengan komposisi unsur penyusun
sebagai berikut:

Karbon (C)
Mangan (Mg)
Posfor (P)
Sulphur(S)
Massa jenis
Kekuatan tarik (b)

: 0,18 0,23 %
: 0,30 0,60 %
: 0,04 %
: 0,05 %
: 7,865.10-6 kg/mm3
: 40,26 kg/mm2
(www.efunda.com)

25

Tegangan geser dudukan pisau : =

b
Sf
(Sularso & Suga, 1997:8)
2

40,26 kg / mm
8

= 5,03 kg/mm2

Dimana:
Sf : faktor keamanan diambil nilai 8 dikarenakan dudukan pisau dalam
perancangannya mendapatkan beban dinamis, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di tabel 2

Gaya pada dudukan

F= x A
(Khurmi, 2005: 94)
Dimana :
F = Gaya pada dudukan pisau
= gaya geser dudukan pisau = 5,03 kg/mm2................................... hal. 26
A = Luas permukaan dudukan pisau,
Dihitung dari A = 2r2 x 140
Dimana: r = jari-jari dudukan pisau = D = 45 mm..................
hal.26
Sehingga:
A = 2.3,14.45.140 = 39564 mm2
Maka :
F = 5,03 kg/mm2x 39564 mm2
= 199006,92 kg
Dikarenakan gaya maksimal pada dudukan pisau (199006,92 kg) lebih
besar dari gaya yang dibutuhkan untuk memotong umbi kayu kering
(1,8594 kg), perencanaan bahan pada dudukan pisau dapat dipakai

Gambar 3.4 Dudukan pisau yang direncanakan


d. Perancangan Sabuk

26

1) Tipe dan Kecepatan putar sabuk (v)


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data awal untuk
merencanakan sabuk. Adapun data-data tersebut meliputi :
Daya motor listrik yang digunakan
: 0,5 kW
Putaran motor listrik
: 1450 rpm
Dalam perencanaan ini sabuk yang dipilih adalah dari karet dengan
bentuksabuk-V karena mudah penangannya dan harganya murah. Daya
maksimum yang dapat ditransmisikan sabuk-V kurang lebih sampai 500 KW
dan kecepatan sabuk maksimum sampai 25 m/s (Sularso & Suga, 1997:163).
Berdasarkan diagram pemilihan sabuk di Sularso & Suga (1997:164), maka
sabuk yang digunakan adalah sabuk Tipe A.

Gambar 3.5 Diagram Pemilihan Sabuk (Sularso, 1997: 164)

Gambar 3.6 Ukuran penampang sabuk-V(Sularso, 1997: 164)


Tabel 3.Ukuran puli
Penampang

Diameter nominal

()

L0

K0

27
sabuk-V
70-100
101-125
126 atau lebih
125 - 160
161 - 200
201 atau lebih
200 - 250
251 - 315
316 atau lebih
355 - 450
451 atau lebih
500 - 630
631 atau lebih

A
B
C
D
E

L0

11,95
12,12
12,30
15,86
16,07
16,29
21,18
21,45
21,72
30,77
31,14
36,95
37,45

9,2

4,5

8,0

15,0

10,0

12,5

5,5

9,5

19,0

12,5

16,9

7,0

2,0

25,5

17,0

24,6

9,5

15,5

37,0

24,0

28,7

12,7

19,3

44,5

29

(Sularso & Suga, 1997:166)

Dari tabel diatas dan W


data dipasaran, maka diambil data:
dp (diameter puli poros penggerak) : 70 mm
Dp (diameter puli poros penggiling) : 90 mm
e
K0

34
36
38
34
36
38
34
36
38
36
38
36
38

Gambar 3.7 Profil alur sabuk-V(Sularso, 1997: 165)


Kecepatan Putar Sabuk (v) :
. d p . n1
v = 60 . 1000

(Sularso & Suga, 1997:166)

Dimana:
dp = diameter puli penggerak (70mm)
.............................................. hal. 29

28

n1 = putaran motor (1450


rpm) ......................................................... hal. 27
sehingga :

v=

3,14 .70 mm . 1450 rpm


60 .1000

v=

5,31 m/det

2) Jarak antara kedua sumbu poros (C)


Jarak antar poros motor dengan poros mesin (C)
C=

2 L3,14 ( D p+ d p ) + 2 L3,14 ( D p + d p ) 8 ( D pd p )
8
(Sularso & Suga, 1997:170)

Dimana:
L = Panjang keliling sabuk (965
mm) ................................................. hal. 31
Dp = Diameter puli poros (90
mm) ...................................................... hal. 29
dp = Diameter puli motor (70
mm) ..................................................... hal. 29
sehingga :
2 . 9653,14 ( 90+70 ) + 2. 9653,14 ( 90+70 ) 8 ( 9070 )
8
2

C=

29

C=

1930502,4+ 2038041,763200
8

C=

1427,6+ 2034841,76
8

C=

1427,6+ 1426,48
8

C = 356,75 mm
Dengan demikian maka sabuk yang digunakan adalah tipe A dengan
panjang 965 mm atau 39 inc dan jarak antara kedua sumbu poros 356,75 mm.

Gambar 3.8 Jarak antar sumbu poros (Khurmi, 2005: 732)


3) Panjang keliling sabuk (L)
Untuk perancangan sabuk, kita tidak bisa merubah-rubah nilai panjang
sabuk sesuai keinginan karena nilai panjang sabuk-V yang ada dipasaran
sudah ditentukan dan standart. Jadi dalam perancangan ini kita hanya bisa
memilih ukuran sabuk yang akan digunakan dengan ketersediaannya di
pasaran.
Tabel 4.Panjang sabuk-V standart

30

(Sularso & Suga, 1997:168)


Dari tabel diatas dan data dipasaran, maka diambil data:
Panjang sabuk (L)

: 965 mm atau 39 inc

4) Sudut kontak ()
Sudut kontak sabuk :
= 180 -

57 ( D p d p )
C

(Sularso & Suga, 1997:173)

Dimana:
C = Jarak antara dua sumbu (356,75
mm) ........................................... hal. 30
Dp = Diameter puli poros (90
mm) ...................................................... hal. 29
dp = Diameter puli motor (70
mm) ..................................................... hal. 29
sehingga :

= 180 -

= 176,80

57 ( 90 mm70 mm)
365,75mm

31

Gambar 3.8 Sudut kontak sabuk


4.1 Gaya Keliling (Pratd)
Pratd =

102. N
v

(Dobrovolsky, 1978:252)

Dimana:
N = Daya motor (0,249
kW) ............................................................... hal. 25
V = Kecepatan putar sabuk (5,31
m/det) ............................................. hal. 29
sehingga :

Pratd =

102. 0,249 kW
5,31 m/det

Pratd = 4,78 kg
4.2 Beban Tarik Sabuk Terhadap Poros (R)
R = 1,5.Pradt Sin

(Dobrovolsky, 1978:252)

Dimana:
Pradt= Gaya keliling (4,78
kg).............................................................. hal. 32

= Sudut kontak sabuk

(176,800).................................................... hal. 32
sehingga :

32

R = 1,5.4,78 kg.Sin

176,80
2

R = 7,17 kg.0,99
R = 7,1 kg

e. Perancangan Puli
Untuk bahan puli dipilih besi cor kelabu (FC 20). Hal ini didasarkan
karena koefisien geseknya lebih tinggi dari pada baja tempa dan juga dapat
menahan getaran. Massa jenis() dari besi cor ini adalah 7,2.10-6kg/mm3
(Khurmy, 1982:10)
1) Puli 1 (Puli Poros Motor)
Dari tabel V-Belt (tabel 3), untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran
puli sebagai berikut : e = 15 mm ; f = 10 mm
1.1 Tebal Puli (B1)
B = (n-1) .e + 2.f
B = (1-1) .15 + 2.10
= 20 mm
1.2 Volume Puli (V1)
V=

.(d p)2 . B
4

V=

.(70)2 .20
4

V = 76930 mm

1.3 Berat Pully (W1)


W = V.
W = 76930 mm3 . 7,2.10-6kg/mm3

(Khurmi, 2005: 728)

33

W = 0,55 kg

45

Gambar 3.9 Puli motor

2) Puli 2 (Puli Poros Penggiling)


Dari tabel V-Belt (tabel 3), untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran
puli sebagai berikut : e = 15 mm ; f = 10 mm
2.1 Tebal Puli (B2)
B = (n-1) .e + 2.f
B = (1-1) .15 + 2.10
= 20 mm
2.2 Volume Puli (V2)
V=

2
.( D p) . B
4

V=

2
.(90) .20
4

3
V = 127170 mm

2.3 Berat Pully (W2)


W = V.

(Khurmi, 2005: 728)

34

W = 127170 mm3 . 7,2.10-6kg/mm3


W = 0,92 kg

65

Gambar 3.10 Puli poros

f. Perancangan Poros
1) Pemilihan Bahan Poros
Dalam poros untuk mesin penggiling ini dipilih bahan S 25 C dengan
komposisi dan sifat mekanis sebagai berikut:
Karbon (C)
= 0,22 0,28 %
Mangan (Mg)
= 0,30 0,60 %
Fosfor (P)
= 0,04 %
Sulfur (S)
= 0,05 %
Massa Jenis
= 7,858.10-6 kg/mm3
Kekuatan tarik ()
= 44,88 kg/mm2
(www.efunda.com)
2) Putaran Poros Penggiling (n2)

n2 =

dp
Dp

. n1

(Sularso & Suga, 1997:166)

Dimana:
n1 = Putaran poros motor (1450
rpm).................................................. hal. 27

35

Dp = Diameter puli poros (90


mm)....................................................... hal. 29
dp = Diameter puli motor (70
mm)...................................................... hal. 29
sehingga :

n2 =

70 mm
90 mm

. 1450rpm

n2 = 1127,78 rpm

3) Momen Puntir (T)

T = 9,74.105.

Pd
n2

(Sularso & Suga, 1997:7)

Dimana:
Pd = Daya yang direncanakan (0,249 kW)..
.hal. 25
n1 = Putaran poros penggiling (1127,78
rpm)..................................... hal. 36
sehingga :

T = 9,74.105.

0,1937 kW
1127,78 rpm

= 167,288 kg.mm
4) Gaya-gaya yang Bekerja Pada Poros Mesin

36

FAV

Fcv
80 mm

95 mm

95 mm

FBVTabel 2. Nilai faktor keamanan pada setiap bahanFDV


Gambar 3.11Gaya yang bekerja pada poros
4.1 Gaya yang terjadi pada titik A (Puli)
FAV = R + W2
Dimana:
R = Gaya tarik sabuk terhadap poros (7,1 Kg)
... hal. 33
W2 = Berat puli poros (0,92
Kg).......................................................... hal. 34
sehingga :
FAV = 7,1 Kg + 0,92 Kg
= 8,02 Kg
4.2 Gaya yang terjadi pada titik C
FCV = Berat pisau + Berat dudukan pisau
Dimana:
Volume pisau = Volume persegi Volume ruang segitiga
= 140.47.5 7(0,5.20.40)
= 35000 2800
= 32200 mm3

37

Gambar 3.12 Pisau dinamis yang direncanakan


Volume 3 pisau = 32200 mm3.3
= 32197 mm3

Gambar 3.13 Dudukan pisau yang direncanakan


Volume dudukan = [(Vol. luar-Vol. dalam).Panjang] Ruang pisau
1
= [( 4 ..D12 -

1
2
4 ..D2 ).140] 3(5.5.140)

1
= [( 4 .3,14.902 -

1
2
4 .3,14.80 ).140] 10500

= (1334,5).140 10500
= 176330 mm3
Berat Total

= (vol. dudukan x massa jenis bahan dudukan) + (vol.


Pisau x massa jenis bahan pisau)
= (176330.7,865.10-6) + (32197.7,85.10-6)
= 1,64 kg

Keterangan:

38

Massa jenis bahan dudukan (S 20 C)

: 7,865.10-6

kg/mm3.....hal. 26
Massa jenis bahan pisau (S 40 C)

: 7,85.10-6

kg/mm3.......hal.21
sehingga :
FCV = Berat Total = 1,64 kg
4.3 Gaya reaksi arah vertikal ( Fbv dan Fdv)
MD= 0
FAV .270+ FBV .190 FCV . 95 = 0

FBV =

F AV . 270+ F CV . 95
190

FBV =

8,02.270+1,64 . 95
190

FBV = 12,22 kg
MA = 0
-FBV .80 + FCV . 175 FDV .270 = 0

FDV=

F CV . 175F BV . 80
270

FDV=

1,64. 17512,22. 80
270

FDV = -2,56 kg

tanda (-) berarti arah gaya berlawanan dari rencana awal

4.4 Momen lentur (M)

39

MAV

= 0 kg.mm

MBV

= 8,02 Kg . 80 mm
= 641,6 kg.mm

MCV

= 2,56. 95
= 243,2 kg.mm

MDV

= 0 kg.mm

4.5 Momen lentur gabungan (Mgab)


MAgab =
=

+ M AH2

AV

02 +02

= 0 kg.mm
MBgab =
=

2
BV

+ M BH 2

641,62 +02

= 641,6 kg.mm
MCgab =
=

2
CV

+ M CH 2

243,22+0 2

= 243,2 kg.mm
MDgab =
=

2
DV

+ M DH 2

02 +02

= 0 kg.mm
FAV

4.6 Diagram Momen pada poros

FCV

FDV

40

4 cm

4,75 cm

FBV

4,75 cm
C

FCV= 0,82 cm

FBV= 6,11 cm

FDV= 1,28 cm
DIAGRAM GAYA

FAV= 4,01 cm

DIAGRAM MOMEN

MB = 3,21 cm
MC = 1,21 cm
Skala jarak

= 1 cm : 20 mm

Skala gaya

= 1 cm :2 kg

Skala momen = 1cm : 200 kg.mm


4.7 Tegangan geser yang diijinkan (

B
Sf 1 . Sf

(Sularso & Suga, 1997:8)

dimana,
B

= Kekuatan tarik poros (44,88 kg/mm2).......................................hal.

35
Sf 1 = faktor keamanan (untuk baja = 8).............................................hal.
22

41

Sf 2 = Faktor bentuk benda (2,15)...........................Sularso & Suga,


1997:8
Maka,

44,88
2
8. 2,15 kg/mm

a = 2,61 kg/mm2
5) Diameter Poros (ds)
5,1

( ) ( K . M ) +( K . T )

ds

1
3

(Sularso & Suga, 1997:18)

Dimana
= Tegangan geser yang diijinkan (2,61 kg/mm2)........................ hal. 41

Km = faktor koreksi (1,5) .................................. (Sularso & Suga,


1997:17)
Kt = faktor koreksi (2) ...................................... (Sularso & Suga, 1997:8)
M = momen lentur gabungan maksimum (641,6 kg.mm) .............
hal.39
T

= momen puntir (167,288 kg.mm) ............................................. hal. 36

sehingga,
ds

5,1
2,61

( )

( 1,5 . 641,6 )2 +( 2. 167,288 )2 3


1

(1,95 ) ( 962,40 )2 + ( 334,58 )2 3

(1,95 ) 1018,9 3

12,57 mm
Diameter poros akan menggunakan bantalan gelinding, sehingga dipilih
poros dengan diameter 16 mm dan poros diameter 15 mm pada bantalan.

42

Tabel 5.Ukuran diameter poros (mm)


40
42
100
10
45
(105)
*224
11
48
110
400
4
*22,4
240
*11,2
50
*112
420
4,5
24
250
12
55
120
440
5
25
260
*12,5
56
125
450
*5,6
28
280
14
60
130
460
6
30
300
(15)
63
140
480
*6,3
*31,5
*315
16
65
150
500
7
32
320
(17)
70
160
530
*7,1
35
340
18
71
170
560
8
*35,5
*355
19
75
180
600
9
38
360
20
80
190
630
380
22
85
200
90
220
95
Keterangan:
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan
dipasang bantalan gelinding.
(Sularso & Suga, 1997:9)

Gambar 3.14 Poros yang direncanakan


1.1 Pengecekan poros
Pengecekan terhadap tegangan geser maksimum (
max

Dimana

5,1
d s3

) ( K

max

. M ) +( Kt . T )

(Sularso & Suga, 1997:18)

43

ds

= Diameter poros (15 mm).......................................................... hal.

41
Km = faktor koreksi (1,5) .................................. (Sularso & Suga, 1997:17)
Kt = faktor koreksi (2) ...................................... (Sularso & Suga, 1997:8)
M = momen lentur gabungan maksimum (641,6 kg.mm) .............
hal.39
T

= momen puntir (167,288 kg.mm) ............................................. hal. 36

sehingga,
max

5,1
153

) ( K

. M )2 + ( K t . T ) 2

2
2
3
= ( 1,51.10 ) ( 962,40 ) + ( 334,58 )

3
= ( 1,51.10 ) 1018,9

= 1,54 kg/mm2
Menurut Sularso (1997: 18), salah satu syarat poros layak digunakan
adalah

max

<

, sehingga poros layak digunakan karena tegangan

geser maksimum (1,54 kg/mm2) < tegangan geser yang dijinkan (2,61
kg/mm2).

g. Perancangan Pasak Poros


1) Tegangan Geser yang Diijinkan (

ka

Menurut Sularso (1997:25) bahwa pasak umumnya dipilih dari


bahan yang lebih lemah dari poros, sehingga pasak akan lebih dulu
rusak dari pada poros dan puli. Ini disebabkan harga pasak lebih
murah serta mudah menggantinya. Adapun

bahan pasak

yang

direncanakan adalah S 20 C, dengan kekuatan tarik () = 40,26


kg/mm2 (www.efunda.com), serta faktor keamanan Sfk1 = 6 dan Sfk2 =
2,25 (Sularso & Suga, 1997:27)

44

ka

Sf k 1 . Sf k 2
40,26
6 . 2,25

= 2,98 kg/mm2
2) Ukuran Pasak
Menurut Sularso (1997: 10) dimensi pasak untuk diameter poros
12-17 mm adalah sebagai berikut:
Ukuran nominal pasak (b x h)

= 5 x 5 mm

Kedalaman alur pasak pada poros (t1)

= 3 mm

Kedalaman alur pasak pada naf (t2)

= 2,3 mm

Panjang pasak (l)

= 1,4.ds = 21 mm

Gambar 3.15 Dimensi pasak (Sularso Sularso & Suga, 1997:10)


Tabel 6.Ukuran standart pasak (mm)

45

(Sularso & Suga, 1997:10)


3) Gaya Tangensial Pasak (F)
F=

T
( d s /2 )

F=

167,288
( 15/ 2 )

(Sularso & Suga, 1997:25)

F = 22,31
Keterangan:
ds

= Diameter poros (15 mm) .........................................................

hal.15
T

= momen puntir (167,288 kg.mm) ............................................. hal. 36

4) Tegangan Geser Pasak (


k

F
b .l

22,31
5.21

)
(Sularso & Suga, 1997:25)

= 0,21 kg/mm2
Keterangan:
b

= Tebal pasak standart (5 mm) ...................................................

hal.43
l

= Panjang pasak (22,5 mm) ........................................................ hal. 43

5) Pemeriksaan Kelayakan Pasak


Menurut Sularso (1997:28) beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar pasak bisa dikatakan aman, antara lain:
0,25 < b/ds < 0,35
0,25 < 5/15 < 0,35
0,25 < 0,33 < 0,35

(Memenuhi Syarat)

46

0,75 < l/ds < 1,5


0,75 < 21/15 < 1,5
0,75 < 1,4 < 1,5
ka

(Memenuhi Syarat)

2,98 0,21

(Memenuhi Syarat)

h. Perancangan Bantalan
Menurut Sularso (1997:143) untuk poros dengan diameter 15 mm dipilih
bantalan gelinding nomor 6002, dengan ukuran sebagai berikut :

Diameter dalam (d)

= 15 mm

Diameter luar (D)

= 32 mm

Lebar (B)

= 9 mm

Jari-jari (r)

= 0,5 mm

Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)

= 440 kg

Gambar 3.15 Bantalan gelinding (Sularso Sularso & Suga, 1997:143)


1) Perhitungan Bantalan Poros
1.1 Beban Ekivalen Dinamis (Pr)
Pr = X.V.Fr + Y.Fa

(Sularso & Suga, 1997:135)

dimana :
X = faktor beban radial (0,56)....... (Sularso & Suga, 1997:135)
V = faktor beban putaran cincin dalam (1)

47

................................................ (Sularso & Suga, 1997:135)


Y = faktor beban aksial (1,45 kg)...(Sularso & Suga, 1997:135)
Fr = gaya radial pada tumpuan beban terbesar
(12,22 kg) .............................................................. hal.38
Fa = gaya aksial pada tumpuan beban terbesar (0 kg).hal.38
sehingga:
Pr = 0,56.1.12,22 + 1,45.0
= 6,84 kg

1.2 Faktor Kecepatan (fn)


fn =

fn =

33,3
n

( )
(

1
3

33,3
1127,78

(Sularso & Suga, 1997:136)

1
3

fn = 0,31
Keterangan:
n = Putaran poros penggiling (1127,78 rpm)..........................
hal.35
1.3 Faktor Umur Bantalan (fh)
c
fh = fn. Pr

(Sularso & Suga, 1997:136)

440
fh = 0,31. 6,84
fh = 19,94
Keterangan:
c = Kapasitas nominal dinamis spesifik (440 kg) .................... hal.44
Pr = Beban ekivalen dinamis (6,84 kg) .................................... hal.45
1.4 Umur Nominal Bantalan (Lh)

48

Lh = 500.fh3

(Sularso & Suga, 1997:136)

Lh = 500.19,943
Lh = 3964107,89 jam
1.5 Pengecekan Bantalan
Untuk bantalan yang bekerja tidak terus menerus Lh = 5000
sampai 15000 jam (Sularso, 1997: 137). Dalam perencanaan ini
umur bantalan direncanakan 15000 jam (1 tahun), maka:
Lh
632455,41 jam

15000 jam
15000 jam

(memenuhi syarat)

3.3 GAMBAR RANCANGAN MANUFAKTUR (MANUFACTURE


DESIGN DRAF)
(Terlampir)

49

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN MESIN
Perawatan mesin penggiling umbi singkong kering bertujuan untuk
menjaga agar mesin tetap awet dan tetap bekerja secara optimal. Di samping
itu juga agar komponen-komponen mesin lebih awet. Adapun perawatan yang
perlu dilakukan untuk penggiling umbi singkong kering ini meliputi
perawatan harian, perawatan mingguan, perawatan bantalan, perawatan sabuk
dan puli, perbaikan mesin dan pelumasan.
a. Perawatan Harian
Perawatan harian merupakan perawatan yang dilakukan secara rutin
setiap hari pada mesin di dalam pengoperasiannya. Adapun perawatan ini
meliputi:

Membersihkan sisa-sisa umbi singkong kering yang tertinggal pada


mesin terutama pada bagian ruang pemotongan sehingga mesin selalu
dalam keadaan bersih pada saat tidak digunakan sehingga bagian-

bagian mesin tidak mudah berkarat dan tidak tersendat.


Pemberian minyak pelumas pada bantalan untuk mengurangi gesekan
sehingga putaran lancar.

b. Perawatan Mingguan
Perawatan mingguan adalah perawatan yang dilakukan secara
berkala yaitu dalam satu minggu sekali. Adapun perawatan ini meliputi :

Pemeriksaan baut-baut pengikat, apakah masih merekat dengan


kencang atau kendor. Apabila ada yang kendor maka perlu kita
kencangkan sehingga tidak mengganggu kerja mesin dan jalannya

produksi.
Pemeriksaan terhadap sumbu poros yang bertujuan untuk mengetahui
kekencangan dari sabuk terhadap puli. Apabila sabuk terlalu kendor
maka putarannya tidak maksimal dan bisa terjadi slip ataupun sabuk

50

keluar dari jalurnya. Sebaliknya apabila sabuk terlalu kencang maka

akan menghambat putaran.


Pemeriksaan pisau pemotong apakah masih terpasang kencang dengan
posisi sesuai dengan yang direncanakan.

c. Perawatan Bantalan
Untuk mengetahui kondisi bantalan dalam keadaan baik atau tidak
dilakukan dengan cara membuka tutup bantalan (rumah bantalan) dan
memeriksa kondisi bantalan tersebut atau dengan cara memegang poros
pada saat mesin tidak sedang beroperasi, apakah poros dalam keadaan
goyah atau tidak. Apabila dalam keadaan goyah berarti bantalan sudah aus
atau rusak dan harus segera diganti. Hal penting dalam perawatan bantalan
adalah pemberian minyak pelumas pada bantalan.
Pemberian pelumas pada bantalan bertujuan untuk mengurangi
gesekan, keausan dan panas yang tinggi pada bantalan yang bergerak.
Bantalan hendaknya tidak dilumasi secara berlebihan karena dapat
menyebabkan pecah dan rusaknya penutup bantalan.
d. Perawatan Sabuk dan Puli
Karena kondisi pengoperasian sabuk dan puli adalah operasi kering,
perlu dihindari adanya air atau pelumas yang menempel pada sabuk dan
puli. Bila hal ini terjadi maka akan mengganggu jalannya pengoperasian
mesin, yaitu akan terjadi slip antara sabuk dan puli. Jika hal ini dibiarkan
terus menerus maka akan menimbulkan kerusakan pada sabuk dan puli.
Ketentuan umum untuk perawatan dan penggunaan sabuk antara lain:

Tegangan sabuk perlu dijaga agar tetap kencang. Sabuk yang kendor
dapat mengakibatakan slip, bergetar, dan keausan yang berlebihan.
Apabila tidak ada alat yang tepat untuk menguji tegangan sabuk,
sabuk dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga terpasang rapi pada

alur puli agar sabuk menempati alur dengan baik.


Puli yang mentransmisikan sabuk perlu dijaga dalam kesejajaran yang
tepat.

51

Apabila mesin tidak beroperasi dalam jangka waktu yang lama, akan
lebih baik jika sabuk dilepas dan disimpan di tempat yang sejuk serta

terhindar dari sinar matahari secara langsung.


Tidak memaksa atau merentang sabuk di atas puli pada waktu melepas

atau mengganti.
Sabuk terbebas dari debu, vaselin, dan minyak.

e. Perbaikan Mesin
Perbaikan pada mesin penggiling umbi singkong kering ini berupa
penggantian komponen-komponen mesin yang sudah tidak dapat berfungsi
dengan baik atau rusak. Dengan demikian mesin dapat selalu bekerja
dengan baik. Selain itu juga pengecatan pada rangka mesin dan bagianbagian mesin lain yang memungkinkan untuk dicat. Hal ini bertujuan
untuk menahan bagian-bagian tersebut agar tidak mudah mengalami
korosi.
f. Pelumasan
Bagian yang bergerak pada suatu mesin apabila tidak diberi pelumas,
maka akan terjadi gesekan langsung antara logam dengan logam yang
dapat menaikkan temperatur, sehingga kedua logam yang bergesekan
tersebut menjadi panas dan akhirnya menyebabkan keausan. Selain itu
akibat dari kerjanya akan menimbulkan kotoran dan kadang menimbulkan
suara yang berisik. Oleh karena itu, komponen mesin yang bergerak perlu
diberi pelumas. Fungsi dari pelumas antara lain :

Mengurangi atau memperkecil gesekan.


Sebagai media pendingin.
Meredam suara.
Sebagai media pembersih.
Menghindarkan keausan.
Mencegah korosi.

4.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

52

Mesin penggiling umbi singkong kering ini memiliki manfaat dan


kelebihan tersendiri. Dengan adanya alat ini, akan lebih memberi nilai lebih
pada pemanfaatan singkong sebagai pakan ternak dan menghemat waktu
operasional penggilingan. Dengan menggunakan motor listrik, maka
penggunaanya akan lebih praktis dari pada menggunakan motor bakar dan
juga lebih menghemat biaya. Namun semua alat pasti mempunyai
kekurangan, begitu pula alat penggiling yang direncanakan. Prinsip dasar dari
alat ini adalah memanfaatkan energi gerak untuk menghancurkan umbi
singkon, sehingga bagian yang paling rawan untuk rusak adalah pisau
sehingga pada bagian ini memerlukan perhatian dan kontrol yang rutin.

53

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Mesin penggiling umbi singkong kering adalah sebuah mesin dengan
bentuk modifikasi sederhana yang terdiri dari elemen-elemen yang berputar
yang berfungsi untuk merajang umbi singkong kering. Prinsip kerja dari
mesin penggiling umbi singkong kering ini adalah umbi singkong kering
masuk melalui corong masuk mesin dan masuk ke ruang penggilingan. Di
ruangan ini umbi singkong kering akan dipotong oleh pisau yang ada diruang
penggilingan ini. Umbi singkong kering yang sudah memenuhi syarat akan
keluar melalui lubang penyaringan pada lubang keluar. Dengan demikian
hanya potongan umbi singkong yang kecil dan sesuai dengan lubang saringan
saja yang keluar.
Selanjutnya dari uraian hasil perhitungan perencanaan, diperoleh
ukuran-ukuran bagian mesin sebagai berikut:
a. Data awal
Putaran motor
Jumlah pisau dinamis
Jumlah pisau statis
Besar hasil potongan
b. Pisau statis
Bahan pisau
Panjang pisau
Lebar mata pisau
Tebal mata pisau
c. Pisau Dinamis
Bahan pisau
Panjang pisau
Lebar mata pisau
Tebal mata pisau
d. Daya motor
Daya motor penggerak
Putaran motor
e. Sabuk
Bahan sabuk
Kecepatan putar sabuk

: 1450 rpm
: 3 buah
: 1 buah
: 5 mm/potongan
: S 40 C
: 140 mm
: 20 mm
: 5 mm
: S 40 C
: 140 mm
: 20 mm
: 5 mm
: 0,5 HP
: 1450 rpm
: sabuk-V tipe A
: 5,31 m/s

54

Jarak antara kedua sumbu poros


: 356,75 mm
Panjang keliling sabuk
: 965 mm
Sudut kontak sabuk
: 176,80
Gaya keliling
: 4,78 kg
Luas penampang sabuk
: 112,5 mm2
Berat sabuk
: 0,01562 kg
Beban tarik terhadap poros
: 7,1 kg
f. Puli
Bahan puli
: FC20
Dimensi pada puli 1 (Puli poros penggiling)

Diameter luar puli

: 90 mm

Diameter dalam puli

: 65 mm

Lebar puli

: 20 mm

Volume puli

: 127170 mm3

Berat puli penggerak pisau

: 0,92 kg

Dimensi pada puli 2 (Puli poros penggerak)


Diameter luar puli

: 70 mm

Diameter dalam puli

: 45 mm

Lebar puli

: 20 mm

Volume puli

: 76930 mm3

Berat puli penggerak pisau

: 0,55 kg

g. Poros
Bahan poros
Kecepatan putar poros
Momen puntir
Tegangan geser yang diijinkan
Diameter poros
Tegangan geser yang terjadi
h. Pasak
Bahan pasak
Ukuran nominal pasak (b x h)

: S25C
: 1127,78 rpm
: 167,288 kg.mm
: 2,61 kg/mm2
: 15 & 16 mm
: 1.54 kg/mm2
: S20C
: 5 x 5 mm

55

Kedalaman alur pasak pada poros (t1)


: 3 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2)
: 2,3 mm
Panjang pasak
: 21 mm
Gaya tangensial pada pasak
: 22,31 kg
Tegangan geser pada pasak
: 0,21 kg/mm2
i. Bantalan
Bantalan yang dipilih untuk poros dengan diameter 15 mm adalah
bantalan nomor 6002, dengan ukuran sebagai berikut :
Diameter dalam (d)
: 15 mm
Diameter luar (D)
: 32 mm
Lebar (B)
: 9 mm
Jari-jari (r)
: 0,5 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) : 440 kg
j. Tafsiran Harga dalam Pembuatan
Perhitungan harga dalam pembuatan menjadi penting karena akan
menetukan nilai ekonomis dari mesin yang dibuat. Dalam menetukan
perkiraan harga, didapatkan dari hasil browsing di internet untuk
mengetahui harga komponen yang ada dipasaran. Komponen-komponen
tersebut antara lain:
Besi Siku (50x50x5)
: 6590 mm = 6.59x7300
(http://www.steelindonesia.com/main.asp?cp=price)
Dudukan Pisau
: 0,32kg = 0,32x6740
(http://www.steelindonesia.com/main.asp?cp=price)
Poros (S25C)
: 270 mm = 0,27x6350
(http://www.steelindonesia.com/main.asp?cp=price)
Pisau (S40C)
: 0,253kg = 0,253x7695
(http://www.alibaba.com/product-

= Rp. 48.107,= Rp. 2.157,= Rp. 1.715,= Rp. 1.946,-

gs/445381500/S40C_carbon_steel_mild_steel_plate.html)
Puli Motor (AK28)
= Rp. 30.400,(http://www.jdv-belts.com/COMPLETE%20PULLEY%20CATALOG

%202.18.09.pdf)
Puli Penggiling (AK39)
= Rp. 34.200,(http://www.jdv-belts.com/COMPLETE%20PULLEY%20CATALOG

%202.18.09.pdf)
Bantalan Gelinding
: 9386x2
(http://www.alibaba.com/product-

gs/245281637/All_Kinds_of_Deep_Groove_Ball.html)
Motor Listrik
: 0,5 HP
=Rp.790.426,(http://www.inverterdrive.com/group/Motors-AC/ac-Motor-37kw-

= Rp. 18.772,-

5HP-4Pole-4-pole-Foot-Mounting-TEC/default.aspx)
V-Belt
: 39 inc
= Rp. 81.607,-

56

(http://www.daycoproducts.com/daycoweb.nsf/DaycoIndustrial
%20Belts.pdf)
Total biaya = Rp 1.009.330
5.2 SARAN
Dari perencanaan mesin penggiling umbi singkong kering ini, saran
yang dapat penulis sampaikan adalah:
1.

Kepada Jurusaan Teknik Mesin diharapkan dapat melakukan uji


coba terlebih dahulu terhadap mesin yang telah dirancang.

2.

Untuk menjaga keawetan mesin yang dirancang,

harus

diperhatikan sistem perawatan dan pelumasan komponen-komponen


mesin.
3.

Untuk meningkatkan kualitas mesin, harus dilakukan beberapa


penelitian perbaikan agar mesin yang dihasilkan lebih tepat guna.

57

DAFTAR RUJUKAN

Dobrovolsky V, Zablonsky K.1978. Machine Elements; A Text Book. Moscow:


Peace Publisher.
Khurmi R.S, Gupta J.K. 2005. A Text Book of Machine Design. New Delhi:
Eurasia Publishing House.
Pribadi, S.H. 2008. Pemanfaatan Hasil Ikutan Pertanian untuk Pakan Ternak.
JURNAL BBP2TP, Bogor No.3238. Edisi 6-12 Pebruari 2008.
Sularso.1997.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.

58

Lampiran 1

.D p .n1
60.1000
59

i. Perancangan Rangka Mesin


j. Perancangan Rangka Mesin
Rangka mesin terbuat besi dengan ketebalan 5 mm. adapun sifat dari bahan adalah
sebagai berikut:
k. Perancangan Baut
Baut yang digunakan disesuaikan terlebih dahulu dengan ruang pada mesin.

Anda mungkin juga menyukai