Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Darah
Darah merupakan jaringan cair yang sangat penting bagi manusia yang memiliki
banyak kegunaan untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah adalah
sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks
cairan (plasma). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga belas berat tubuh
orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem
imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Hamzah,nurhayati. 2012).
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari
darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah
yang disebut plasma darah.
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99% dari jumlah korpuskula).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela. Eritrosit mengandung
hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit
anemia.
Keping-keping darah atau trombosit
Keping-keping darah atau trombosit adalah pecahan dari sitoplasma megakariosit
yang berjumlah sekitar (0,6 - 1,0%) dan bertanggung jawab dalam proses pembekuan
darah.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.
Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang
kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Plasma darah
Plasma darah adalah larutan air yang mengandung albumin, bahan pembeku darah,
immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam
(Godam. 2008).
B. Hemostasis
Hemostasis merupakan kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi
luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi,
adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
Terdapat enam komponen utama dalam proses hemostasis yaitu trombosit, endotel
vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik
dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan
fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik.
Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik
dan faktor antithrombotic. sifat prothrombotik adalah sifat untuk memacu terjadinya thrombosis,
sedangkan sifat antithrombotic adalah sifat untuk menghambat proses thrombosis yang
berlebihan.
Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu hemostasis primer dan hemostasis
sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen
trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup
kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan adalah
protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat
trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses
koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi
pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian
besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga
protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen
menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin.
Pendarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem
pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu
penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von
Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat
multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan
vasculer, treombosit, dan koagulasi.
Dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi
pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi biokimiawi
yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis
adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga
mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh
darah dan keadaan otot.
Terdapat dua jalur dalam proses koagulasi yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) dan
jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kerusakan vaskuler
sehingga faktor jaringan mengalami pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi.
Faktor jaringan dengan bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa.
Kompleks FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex)
mengaktifkan faktor X menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung
pendek karena dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur ekstrinsik hanya
memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan
faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut, sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik.
Jalur intrinsik dimulai dengan adanya contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein
dan high molecular weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX
menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses koagulasi
dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex yang melibatkan
FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium. Intrinsic tenase complex
akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah berikutnya adalah pembentukan kompleks
yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta kalsium yang disebut sebagai
prothrombinase complex yang mengubah prothrombin menjadi thrombin yang selanjutnya
memecah fibrinogen menjadi fibrin.
Tujuan dari pemeriksaan faal hemosatasis adalah untuk mengetahui faal hemostatis serta
kelainan yang terjadi selain itu untuk mengetahui riwayat perdarahan abnormal, mencari
kelainan yang mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam
keluarga. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik.
Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi membutuhkan
pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya
pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat
perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang
lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan.
Pemeriksaan ini terdiri atas:
A. Tes penyaring meliputi :
Percobaan pembendungan
Masa perdarahan
Hitung trombosit
Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)
Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time,
APTT)
Masa trombin (Thrombin time, TT)
C. Kelainan Vaskuler
Berbagai kelainan biasanya dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme hemostatik. Pasien
dengan kelainan pada sistem vaskuler biasanya datang dengan perdarahan kulit, dan sering
mengenai membran mukosa. Perdarahan dapat diklasifikasikan menjadi purpura alergik dan
purpura nonalergik. Pada kedua keadaan ini, fungsi trombosit dan faktor koagulasi adalah
normal. Terdapat banyak puepura nonalergik, yaitu pada penyait-penyakit ini tidak terdapat
alergi sejati tetapi terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang paling sering ditemukan adalah lupus
eritematosus sistemik. Kelainan ini merupakan penyakit vaskuler-kolagen, yaitu pasien
membentuk autoantibodi. Vaskulitis atau peradangan pembuluh darah, terjadi dan merusak
integritas pembuluh darah, mengakibatkan purpura. Jaringan penyokong pembuluh darah yang
mengalami perburukan, dan tidak efektif yang terjadi seiring proses penuaan, mengakibatkan
purpura senilis.
D. Retraksi Bekuan
Retraksi bekuan merupakan pemeriksaan untuk menguji fungsi trombosit. Darah yang
digunakan dalam pemeriksaan ini adalah darah vena. Dalam beberapa me nit setelah terbentuk,
bekuan darah mulai menciut dan biasanya memeras keluar hampir seluruh cairan dari bekuan
itu dalam 30 sampai 60 menit. Cairan yang terperas keluar disebut serum, sebab seluruh
fibrinogen dan sebagian besar faktor-faktor pembekuan yang lain telah dikeluarkan dan dengan
demikian serum berbeda dari plasma. Serum tidak dapat membeku karena tidak mengandung
faktor-faktor pembekuan. Trombosit diperlukan untuk terjadinya retraksi be kuan. Oleh sebab
itu kegagalan pada proses retraksi merupakan tanda bahwa jumlah trombosit yang beredar
dalam darah adalah kurang. Mikrograf elektron dari trombosit dalam bekuan darah
memperlihatkan bahwa trombosit-trombosit tersebut melekat pada benang-benang fibrin
sebenarnya dengan cara mengikat benang-benang itu sehingga menjadi satu. Selain itu,
trombosit yang terperangkap dalam bekuan terus melepaskan zat-zat prokoagulan, salah satu di
antaranya ialah faktor pemantap fibrin yang menyebabkan terjadinya ikatan-ikatan silang
antara benang-benang fibrin yang berdekatan.
Dengan terjadinya retraksi bekuan, ujung-ujung robekan pembuluh darah ditarik saling
mendekat, sehingga memungkinkan terjadinya hemostasis. Percobaan ini digunakan untuk
menguji fungsi trombosit, selain trombosit dapat juga digunakan untuk menguji :
Kadar fibrinogen
Jenis permukaan yang bersentuh dengan darah beku
Kwalitas dan kwantitas trombosit
Hct
Beberapa keadaan seperti : myeloma, pneumonia, dan ikterus.
Godam.2008.Definisi Pengertian Darah, Plasma Darah dan Fungsi Alat Sistem Transportasi.
(onlie).tersedia:http://organisasi.org/definisi-pengertian-darah-plasma-darah-dan-fungsialat-sistem-transportasi-manusia.[Diakses : 2 Oktober 2016. 10:15 Wita]
Hamzah,nurhayati.2012.
Komponen
Darah
17.00 Wita]
Pardini, Anggi Edita.2013.Rumple leed.(online).tersedia:
https://www.scribd.com/doc/177036080/Rumple-Leed.[Diakses : 5 Oktober 2016. 17.30
Wita]