Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Teknologi Minyak dan Gas Bumi

Disusun oleh:

Eka Permata

03031181419062

M. Fakhrurrozi NST

03031181419057

M. Fauzan Fathullah

03031281419084

Dwi Fuspitasarie

03031181419044

Lisa Zulmayeti

03031281419154

Fitriani

03031281419146

Siti Nurhayati

03031181419020

Abdul Apandi

030312181419073

Andika Septian Sitanggang 03031181419018


Anastasia Putri

03031181419070

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

2015

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan
segala rahmat

karunia

dan

puji dan syukur Kehadirat Allah SWT. Dimana atas


petunjuknya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan

penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.


Penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang kepada berbagai pihak yang
telah membantu menyelesaikan karya tulis ini sehingga hambatan hambatan dapat
teratasi. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Teknologi Minyak dan Gas Bumi.
Penulis

menyadari

kesempurnaan. Oleh karena

dalam

penyusunan

itu, dengan

segala

makalah
kerendahan

ini masih jauh


hati

penulis

dari
sangat

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak dan rekanrekan pembaca. Dan semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
dan dapat menjadi sumber referensi bagi para pembaca.

Indralaya, 23 Januari 2016

Penulis

Metode dan Macam-macam pemeriksaan Laboratorium :


1. API (American Petroleum Institute)

Piknometer

Penetapan bobot jenis suatu larutan dengan penimbangan pikno kosong dan pikno yang berisi
cairan, selisih kedua timbangan dibandingkan volume larutan uji dan hasilnya adalah bobot
jenis larutan tersebut.

Prosedur Kerja

Mengukur bobot jenis menggunakan piknometer


-

Bersihkan piknometer sehingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan cara
setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut aseton atau alkohol pekat.

Piknometer panaskan pada suhu 100 0C selama 1 jam, kemudian masukkan ke dalam
eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca analitik (bobot a gram).

Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga penuh.

Seluruh piknometer dengan isinya didinginkan dalam es hingga suhu air dalam
piknometer mencapai 25 0C dengan menggunakan termometer.

Setelah suhu telah mencapai tepat 25 0C segera piknometer ditutup dengan kain
bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secare teliti yaitu menggunakan neraca
analitik (bobot b gram).

Hitung bobot jenis (b-a) gram/volume ml = .. g/ml.

Hidrometer

Penetapan bobot jenis suatu larutan dengan memasukkan hidrometer dalam larutan uji, angka
yang terbaca pada permukaan cairan menunjukkan bobot jenis larutan uji.

Prosedur Kerja

Mengukur bobot jenis dengan hidrometer

Ambil gelas ukur volume 500 ml, selanjutnya masukkan cairan yang akan diukur. Hidrometer
bersihkan dahulu dan masukkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi cairan yang akan
diperiksa. Catat angka yang tertanda tepat di permukaan cairan. Angka tersebut menunjukkan
bobot jenisnya.

2. Tekanan Uap
Untuk bensin, minyak mentah yang volatile. Tekanan uap reid adalah tekanan mutlak pada
suhu 37,8 C (1000F) dalam psia atau Kpa.
Alat utama untuk menentukan tekanan uap reid terdiri dari ruangan bensin, ruangan udara,
manometer, thermometer, dan penangas air yang dilengkapi dengan termosat. Uji dilakukan
dengan mengisi ruangan bensin sampai penuh. Ruangan bensin kemudian dihubungkan
dengan ruangan udara dan manometer dan selanjutnya rangkaian alat ini direndam dalam
penangas air yang mempunyai suhu tetap yaitu 37,8+0,1C. Secara periodic rangkaian alat ini
dikeluarkan dari penangas air dan digojok sampai akhirnya manometer menunjukan harga
tekanan keseimbangan yang tetap yang merupakan tekanan uap Reid.

Dalam praktek, uji tekanan uap Reid :

Keamanan dalam pengangkutan bahan bakar minyak

Sumbatan uap dalam system pengumpanan bensin

Karakteristik mesin motor untuk dihidupkan dalam keadaan dingin

Tipe tangki penyimpanan minyak yang digunakan

3. Distilasi ASTM (American Society for Testing and Materials)


Distilasi ASTM adalah metoda uji distilasi minyak bumi dan produk minyak lainnya,
menggunakan kolom distilasi. Distilasi ASTM dilaksanakan dalam suatu labu Engler. Pada
distilasi ini, tidak dipergunakan struktur tray maupun packing serta refluks yang ada
merupakan efek kehilangan panas (heat loss) pada struktur leher labu engler. Metode distilasi
ini paling banyak digunakan karena biayanya murah, lebih sederhana, membutuhkan jumlah
sample yang sedikit, serta waktu pengujian yang lebih singkat dibandingkan distilasi TBP
(kurang lebih 1/10 kali waktu pengujian TBP).

Syarat dan hasil dari Distilasi ASTM atau Distilasi Engler


Derajat kemurnian relatif rendah (tidak ada kolom & refluks).
Hasil distilasi ASTM dapat digunakan untuk menganalisa minyak mentah.
Analisa cepat.
Banyak digunakan untuk mengontrol operasi.
Untuk minyak mentah dan produk produk minyak mentah.
Volume 100 cc.
Tekanan atmosferik.
Pemanasan diatur sedemikian rupa pada 5 10 menit diperoleh tetesan pertama, hasil
dikumpulkan dengan kecepatan 4 5 cc per menit.
Distilasi ASTM dilakukan guna mengetahui kualitas produk (product quality control).
Beberapa metode distilasi ASTM adalah sebagai berikut.
a. ASTM method D86
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji motor gasoline, aviation gasoline, aviation
turbine, naphta, kerosine, diesel, distillate fuel oil dan produk-produk yang serupa.

Pengujiannya dilakukan pada tekanan atmosferis. Digunakan termometer yang dipaparkan


langsung dalam labu engler dan hasil pembacaannya tidak ada koreksi stem.
b. ASTM method D216
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji natural gasoline. Dilakukan pada tekanan
atmosferis.
c. ASTM method D1160
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji produk migas fraksi berat yang dapat diuapkan
secara parsial maupun keseluruhan pada suhu maksimal 750 F pada tekanan absolut hingga 1
mmHg dan dikondensasikan menjadi fase liquid pada tekanan pengujian. Tekanan operasi
pengujian berkisar antara 1-760 mmHg absolut. Temperatur diukur dengan perangkat
thermocouple.
d. ASTM method D2887
Metode ini merupakan metode simulasi distilasi yang dilakukan dengan gas chromatography
(GC). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana yang dapat melakukan analisis
cut point dan boiling range fraksi hidrokarbon
dengan
ketelitian tinggi.

4. Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya dalam
campurannya dengan udara akan menyala kalau dikenai nyala uji pada kondisi
tertentu. Sedangkan Titik bakar adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi
dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus menerus kalau dikenai
nyala uji pada kondisi tertentu.
Metode Titik Nyala Open Cup (Wadah Terbuka)

Mengukur titik nyala menggunakan metode cawan terbuka, seperti namanya, dilakukan di
sebuah vessel yang terpapar udara luar. Suhu zat secara bertahap meningkat dan sumber
pembakaran dilewatkan di atas wadah terbuka tersebut, hingga mencapai titik di mana ia
"menyala" dan terbakar.
Titik nyala di sini akan bervariasi sesuai dengan jarak antara substansi dan sumber api ketinggian sumber di atas cawan. Metode open cup yang umum digunakan adalah open cup
Cleveland (COC).
Metode Titik Nyala Close Cup (Wadah Tertutup)
Titik nyala dalam metode cup tertutup dilakukan di dalam wadah tertutup yang tidak terbuka
untuk lingkungan luar. Tutupnya disegel dan sumber pembakaran dimasukkan ke dalam
vessel itu sendiri, memungkinkan untuk pendekatan lebih dekat dengan kondisi pembakaran
nyata (seperti yang ditemukan di dalam tangki bahan bakar).
Empat jenis utama dari titik nyala close cup adalah Pensky Martens, Abel, Tag, dan yang
paling banyak digunakan pada skala Kecil, dikenal sebagai Setaflash. Namun, perkembangan
baru di pengujian Flash point telah menyebabkan aturan pengenalan standar keselamatan
dimodifikasi.
Titik Nyala Tag Tester
Tag Closed Tester adalah alat yang digunakan untuk menentukan titik nyala dari cairan
cairan yang mempunyai viscositas kurang dari 5,5 cts (pada 40 OC) atau 9,5 cts (pada 25 OC)
dan titik nyala dibawah 200 OF kecuali cairan cairan yang cenderung membentuk surface
film dibawah kondisi percobaan dan material material yang mengandung suspended film.
Tester juga dapat digunakan untuk mendeteksi kemampuan sampel untuk menghasilkan uap
yang mudah terbakar ketika dijaga pada suhu kesetimbangan dengan flash / tidak ada metode
flash.

5. Uji Warna
-

SAYBOLT CHROMOMETER

- UNION COLORIMETER

PRINSI KERJA
Pada posisi paling dasar, kolorimeter bekerja dengan melewati panjang gelombang
cahaya tertentu melalui solusi, dan kemudian mengukur cahaya yang datang melalui di
sisi lain. Dalam kebanyakan kasus, lebih terkonsentrasi solusinya yaitu cahaya lampu
akan lebih banyak diserap, dan dapat dilihat pada perbedaan antara cahaya pada sumber
asalnya dan setelah itu melewati solusi. Untuk mengetahui konsentrasi suatu sampel,
maka sampel dilihat dari solusi di mana konsentrasi diketahui yang pertama disiapkan dan
diuji. Ini kemudian diplot pada grafik dengan konsentrasi pada satu sumbu dan absorbansi
di sisi lain untuk membuat kurva kalibrasi, ketika sampel tidak diketahui diuji, hasilnya
dibandingkan dengan sampel yang dikenal pada kurva untuk menentukan konsentrasi.
Beberapa jenis colorimeters otomatis akan membuat kurva kalibrasi didasarkan pada
kalibrasi awal.

6. Viskositas

- Saybolt universal
viscosity

7. Titik Kabut dan Titik Tuang


Titik kabut adalah suhu dimana terjadinya asap yang tenang atau kabut pada dasar tabung
reaksi (jar test) ketika minyak yang diperiksa (sesudah dipanaskan) didinginkan tanpa
mengaduknya. Titik kabut merupakan temperatur ketika lilin parafin atau padatan lain
mulai mengkristal atau memisahkan diri dari larutan bila minyak didinginkan pada
kondisi tertentu. Pemeriksaan titik kabut dilakukan dengan metode ASTM-D2500 dan IP219, dimana minyak didinginkan setidaknya pada suhu 25oF diatas titik kabutnya. Titik
kabut sangat penting untuk minyak diesel HSD (High Speed Diesel) untuk indikasi
adanya penyumbatan lilin pada saringan minyak halus (finer filter) sehingga mesin akan
sulit beroperasi. Semakin rendah titik kabut, maka semakin banyak kandungan lilinnya.
Titik kabut sangat penting untuk minyak diesel HSD (High Speed Diesel) untuk indikasi
adanya penyumbatan lilin pd saringan minyak halus (finer filter) shg mesin akan sulit
beroperasi. Makin rendah titik kabut, mk makin banyak kandungan lilinnya.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergoyang karena membeku selama 5
detik ketika dimiringkan atau dituangkan setelah melalui pendinginan selama pada setiap
interval 5oF. Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat dituang
atau mengalir bila minyak tersebut didinginkan dengan tanpa diganggu pada kondisi yang
ditentukan. Pemeriksaan titik tuang dilakukan dengan metode yang sama dengan metode
titik kabut (ASTM-D97 dan IP-15). Minyak mula-mula dipanaskan sampai 115oF, dimana
semua lilin sudah larut, kemudian didinginkan menjadi suhu mula-mula minyak sebelum
dipanaskan (sekitar 90oF). Titik tuang biasanya dicatat lebih rendah (8-10oF) dibawah
titik kabutnya. Titik tuang (pour point) adalah suhu terendah minyak bumi dan produknya
masih dapat dituang atau mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu (ASTMD97). Uji titik tuang dikenakan kepada minyak bumi dan produknya. Kriteria titik tuang
tergantung pada dua faktor, yaitu kondisi iklim dan penyimpanan (penanganan). Di
daerah dingin, titik tuang 2-3oC akan meningkatkan viskositas sangat banyak, hasilnya
biaya untuk memompa menjadi besar. Titik tuang ditentukan dengan jalan mendinginkan
contoh dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 3oC (5oF) dilakukan uji sifat

alir contoh. Suhu tertinggi saat contoh tidak dapat mengalir dicatat sebagai titik padat
(solid point). Titik tuang juga menunjukkan suhu terendah dimana minyak bumi dan
produknya masih dapat dipompa. Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur
yang menyebabkan minyak bumi yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa
menjadi tidak bisa dituangkan atau sebaliknya. Semakin rendah titik tuang maka kadar
parafin juga semakin rendah sedangkan kadar aromatnya semakin tinggi.
Titik kabut & titik tuang dimaksudkan untuk memperkirakan jumlah lilin yg terdapat
didalam minyak. Semua minyak akan membeku jika didinginkan pd suhu yg cukup
rendah, mk pemeriksaaan ini tidak menunjukkan adanya sejumlah lilin atau padatan lain
dlm minyak. Ini berarti pada pemeriksaan tsb terlihat bahwa lilin akan meleleh diatas titik
tuangnya sehingga dapat dipisahkan dari minyaknya.

8. Angka Oktan
Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan
sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam
bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar
oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin
juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini
terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi
knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat rusak,
sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.

Nama oktan berasal dari oktana (C 8), karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana
yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa
mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat
terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.
Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari 87% oktana dan 13% heptana
(atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan terbakar secara spontan pada angka tingkat
kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang
memiliki ratio kompresi yang tidak melebihi angka tersebut.

Umumnya skala oktan di dunia adalah Research Octane Number (RON). RON ditentukan
dengan mengisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi

yang teratur.
Beberapa angka oktan untuk bahan bakar:
87 Bensin standar di Amerika Serikat
88 Bensin tanpa timbal Premium-TT
91 Bensin standar di Eropa
94 Premix-TT
95 Super-TT

Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Menambahkan
tetraethyl lead (TEL, Pb(C2H5)4) pada bensin akan meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut,
sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan aman untuk mesin dengan menambahkan timbal
ini. Untuk mengubah Pb dari bentuk padat menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL
dibutuhkan etilen bromida (C 2H5Br). Celakanya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer
dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah
dilarang untuk dipakai sebagai bahan campuran bensin.

Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE (methyl tertiary
butyl ether, C5H11O), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE murni berbilangan setara oktan
118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada
campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin
yang menghasilkan gas CO. Belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi
lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga jika
terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pompa bensin ) MTBE
masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya.

Etanol yang berbilangan oktan 123 juga digunakan sebagai campuran. Etanol lebih unggul dari
TEL dan MTBE karena tidak mencemari udara dengan timbal. Selain itu, etanol mudah diperoleh
dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku untuk pembuatannya cukup melimpah.
Etanol semakin sering dipergunakan sebagai komponen bahan bakar setelah harga minyak bumi
semakin meningkat.

Jenis-jenis bensin
Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM yang
diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai
mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number).

Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

- Premium (RON 88) :


Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna
kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya
adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor,
motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
- Pertamax (RON 92) :
ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan
tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi
diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel
injection dan catalytic converters.
- Pertamax Plus (RON 95) :
Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter
(WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat
direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang
menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI),
(VTI), Turbochargers dan catalytic converters.

3. PETRONAS
Anti-Knocking dan cara mencegah knocking
Knocking (ketukan) adalah peledakan campuran (uap bensin dengan udara) didalam silinder
mesin dengan siklus Otto sebelum busi menyala. Peristiwa knocking ini angat mengurangi daya
mesin. Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan knocking. Ketukan dalam mesin
terjadi karena pembakaran tidak sempurna yang disebabkan oleh tidak tepatnya perbandingan
uap bahan bakar dan udara yang tidak seimbang. Hal ini akan menyebabkan tidak semua bahan
bakar terbakar dalam mesin. Bahan bakar yang tidak terbakar akan mengakibatkan panas tidak
merata dan menyebabkan terjadinya kerak mesin. Pembakaran tidak sempurna akan
menyebabkan tekanan dan panas yang tinggi, sehingga mengakibatkan kerugian tenaga,
pemborosan bahan bakar dan kerusakan pada mesin. Mutu pembakaran mogas oleh sifat
ketukan yang dapat dilihat pada besarnya angka oktana. Terjadinya ketukan pada mesin
disebabkan karena kurang terpenuhinya angka oktana, yang ditandai dengan terjadinya reaksi

berantai dari peroksida.


Anti-knocking adalah penambahkan bahan anti ketukan ke dalam mogas Untuk meniadakan
reaksi ketukan/peledakan campuran (knocking), yang mana anti-knocking itu berupa TEL, TML
atau campuran keduanya.

Cara Pencegahan Knocking


- Memilih angka oktan. Memilih oktan untuk kendaraan seperti mengisi air ke dalam gelas
hingga tinggi tertentu. Ada batas di mana mesin akan terpuaskan. Kurang menyebabkan tidak
optimal dan terganggu. Makin penuh makin OK. Namun terlalu banyak hanya akan tumpah,
mubazir saja.
- Memundurkan timing untuk mencegah knocking. Agar kedua ledakan /pembakaran tidak saling
tubruk, maka timing dimajukan. Jadi pembakaran yang semestinya terjadi justru mendekati
waktu pembakaran yang keliru. Maka terhindarlah dua lidah api bertemu dari dua ledakan.
Tentu saja tindakan ini akan menurunkan efisiensi mesin.
- Menambahkan Octane Booster pada bensin (dimasukkan ke tangki bensin)
- Menggunakan katalis untuk menaikkan nilai oktan (biasanya mengandung timbal, tidak ramah
lingkungan).
- Merubah derajat waktu pengapian (ignition timing) ke posisi yang lebih lambat (Retard).
- Menggunakan aplikasi water-injection (agak repot untuk perawatannya).
- dan lain-lain.
Zat aditif bensin
Tetraetil lead. Menambahkan tetraetil lead pada bensin akan meningkatkan bilangan oktan
bensin tersebut, sehingga bensin murah dapat digunakan dan aman untuk mesin dengan
menambahkan lead (timbal) ini. Tetapi akibatnya adalah bumi yang kita tinggali ini diselimuti
oleh lapisan tipis lead, dan lead ini berbahaya untuk makhluk hidup, termasuk manusia.
Sehingga di negara-negara maju, lead sudah dilarang untuk dipakai sebagai bahan campuran
bensin. MTBE (methyl tertiary butyl ether), yang berasal dan dibuat dari etanol.

MTBE ini

selain dapat meningkatkan bilangan oktan, juga dapat menambahkan oksigen pada campuran
gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang
menghasilkan gas CO. Tetapi, belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi
lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga
jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pom bensin) dan
MTBE ini masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya.

9. Uji Belerang

Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur dp dilakukan dg metode:


1) ASTM-D90 untuk gasolin dan minyak2 bakar.
Caranya: 10 gr minyak dibakar pada sebuah lampu kecil dan hasil pembakarannya ditarik
melalui larutan penyerap natrium karbonat. Kandungan sulfur ditentukan dg car titrasi
larutan natrium karbonat tak terpakai
2) ASTM-D129 u pemeriksaan sulfur di dalam minyak bakar residu dan minyak mentah
3) ASTM-D130 u pemeriksaan sulfur bebas dan senyawa2 sulfur yg bersifat korosif
Pemeriksaan untuk Bahan Bitumonas dan Setengah Padat
Pemeriksaan u bahan2 yg mengandung aspal adalah kelenturan (ductility), penetrasi, titik
cincin dan bola ringan, berat jenis.
Pemeriksaan kelenturan dilakukan dg metode ASTM-D113. Kelenturan aspal adalah
pengukuran kapasitas pemanjangan atau peregangan yg menunjukkan kemampuan zat ini
u mengalir, shg akan memperbaiki keretakan pd permukaannya.
Pemeriksaan penetrasi dilakukan dg metode ASTM-D5. penetrasi memungkinkan jarum
atau kerucut menembus zat tanpa gesekan mekanik.
Alat yang digunakan untuk uji belerang :

10. Getah Minyak


ASTM-D381
Penentuan getah minyak dalam minyak sangat sulit. Metode yg digunakan ASTM-D381.
Metode uji ASTM-D381
Gum terbentuk selama penyimpanan bahan bakar dapat endapkan pada permukaan sistem
induksi, intake valves, stems dan guides. Untuk menguji untuk getah minyak, sampel 50
mL diuapkan dalam aluminium block bath untuk jangka waktu tertentu dalam kondisi
yang terkendali suhu dan aliran udara (penerbangan dan motor bensin) atau uap (bahan
bakar turbin pesawat).

ASTM-D525
Untuk mengukur stabilitas getah minyak dilakukan metode yang dinamakan ASTM-D381.

Metode uji ASTM-D525


Memberikan indikasi kecenderungan bahan bakar bensin dan penerbangan untuk
membentuk gum dalam penyimpanan. Sampel dioksidasi di dalam vessel stainless steel
bertekanan oksigen pada 100 psi (689 kPa) dan dipanaskan dalam bath. Jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk penurunan ditentukan dalam tekanan (bensin) atau jumlah gum
dan endapan yang terbentuk setelah periode tertentu (bahan bakar penerbangan)
ditentukan.

Pemeriksaan Rutin :
1. Titik Lilin
2. Bilangan Setana
3. Indeks Diesel
4. Titik Asap
Titik asap (smoke point) diddefinisikan sebagai tinggi nyala maksimum dalam millimeter
di mana kerosin terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat uji baku pada
kondisi tertentu (IP 57). Di samping dikenakan kepada kerosin, uji titik asap juga
dikenakan kepada bahan bakar jet (ASTM D1322-90).
Titik asap ditentukan dengan cara membakar contoh kerosin atau bahan bakar jet dalam
lampu titik asap. Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai timbul asap,
kemudian nyala
dikecilkan sampai asap hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam millimeter
adalah asap contoh. Asap terutama disebabkan oleh adanya senyawa aromat dalam bahan
minyak.
Titik asap adalah temperatur ketika minyak atua lemak pada kondisi tertentu
menguapkan sejumlah senyawa volatil yang memberikan penampakan asap yang jelas.
Istilah ini biasanya digunakan dalam bidang kuliner untuk menentukan jenis minyak yang

tepat untuk proses tertentu. Konsentrasi senyawa volatil dalam minyak mencakup air,
asam lemak bebas, dan produk hasil degradasi oksidasi. Temperatur yang menyebabkan
minyak terdekomposisi tidak termasuk titik asap. Lebih tinggi dari titik asap akan menuju
ke titik nyala di mana uap dari minyak akan bercampur dengan udara dan membentuk api.
Titik asap dari satu jenis minyak dapat bervariasi tergantung asal bahan dan derajat
kemurniannya. Titik asap cenderung meningkat ketika kadar asam lemak bebas berkurang
dan derajat kemurnian bertambah. Memanaskan minyak akan menghasilkan asam lemak
bebas dan seiring waktu pemanasan jumlah asam lemak bebas akan terus bertambah.
Asam lemak bebas di dalam tubuh hanya mampu terikat dan ditransportasikan dalam
darah oleh protein albumin dalam darah sehingga metabolismenya amat tergantung pada
kadar albumin dalam darah. aktivitas menggoreng berkali-kali dengan minyak yang sama
dapat mempercepat kerusakan minyak goreng sehingga minyak goreng disarankan untuk
tidak digunakan lebih dari dua kali.
Minyak/lemak

Tingkat kemurnian

Minyak almond

Titik asap
420F

216C

Minyak apokat

Un-Refined, Virgin

375-400F

190-204C

Minyak apokat

Refined

520F

271C

250300F

121149C

Mentega
Minyak kanola

Expeller Press

375-450F[5]

190-232C

Minyak kanola

High Oleic

475F

246C

Minyak kanola

Refined

400F

204C[1]

Minyak jarak

Refined

392F

200C[6]

Minyak kelapa

Virgin (Unrefined)

350F[7]

177C

Minyak kelapa

Refined with stabilizers

450F

232C

Minyak jagung

Unrefined

352F

178C[6]

Minyak jagung

Refined

450F

232C[1]

420F

216C[1]

225F

107C

485F

252C

Minyak biji kapas


Minyak biji flax
Minyak samin

Unrefined

Minyak/lemak

Tingkat kemurnian

Titik asap

Minyak biji anggur

420F

216C

Minyak hazelnut

430F

221C

Minyak hemp

330F

165C

Minyak babi

390F

192C

Minyak makadamia

413F

210C

Minyak mustard

489F

254C

Minyak zaitun

Extra virgin

375F

191C

Minyak zaitun

Virgin

391F

199C[6]

Minyak zaitun

Pomace

460F

238C[1]

Minyak zaitun

Extra light

468F

242C[1]

Minyak zaitun

Extra virgin, low acidity

405F

207C

Minyak sawit

Difractionated

455F

235C[8]

Minyak kacang tanah

Unrefined

320F

160C

Minyak kacang tanah

Refined

450F

232C[1]

490F

254C

Minyak bekatul
Minyak kesumba

Unrefined

225F

107C

Minyak kesumba

Semirefined

320F

160C

Minyak kesumba

Refined

510F

266C[1]

Minyak wijen

Unrefined

350F

177C

Minyak wijen

Semirefined

450F

232C

Minyak kedelai

Unrefined

320F

160C

Minyak kedelai

Semirefined

350F

177C

Minyak kedelai

Refined

460F

238C[1]

Minyak biji bunga matahari

Unrefined

225F

107C

Minyak biji bunga matahari

Semirefined

450F

232C

Minyak biji bunga matahari

Refined

440F

227C[1]

Minyak biji bunga matahari

High oleic, Unrefined

320F

160C

420F

215C

Tallow

Minyak/lemak

Tingkat kemurnian

Titik asap

Minyak biji teh

485F

252C

Shortening nabati

360F

182C

Minyak walnut

Unrefined

320F

160C

Minyak walnut

Semirefined

400F

204C

5. Bilangan Cincin
6. Indeks Korelasi
7. Nilai Kalor
Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran yang menunjukkan nilai energi kalor
yang dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap satuan massa bahan bakar. Bahan bakar
yang banyak digunakan umumnya berbentuk senyawa hidrokarbon.
Enthalpi pembakaran adalah selisih antara enthalpi dari produk dengan enthalpi dari
reaktan ketika pembakaran sempurna berlangsung pada temperatur, dan tekanan tertentu
(T,P). Pembakaran sempurna terjadi jika semua komponen bahan bakar (seperti C,H & N)
terbakar semuanya dan membentuk ikatan dengan komponen-komponen udara membentuk
suatu senyawa baru (CO2, H2O, N2).
Secara teoritik, jika diketahui struktur molekul dari bahan bakar (misal: CH4, C8H18,
C12H26) dan nilai enthalpi pembentukan untuk setiap komponen reaktan dan produk, harga
enthalpi pembakaran bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan rumus .
Cara untuk menentukan nilai kalor bahan bakar yaitu secara eksperimental dengan
menggunakan suatu alat yang disebut kalorimeter bom. Pada pengujian kali ini akan
ditentukan nilai kalor bahan bakar dengan menggunakan kalorimeter bom.
Tujuan dari mengetahui nilai bahan bakar adalah untuk :
1. Memilih bahan bakar yang sesuai untuk keperluan.
2. Menghitung efisiensi dari suatu sistem yang menggunakan bahan bakar (misal boiler,
motor bakar torak) dengan sebelumnya terlebih dahulu menghitung energi kalor yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar.
3. Menentukan kualitas suatu bahan bakar berdasarkan besar kecilnya nilai kalor yang
dimilikinya.
Berdasarkan fasa H2O yang terbentuk sebagai hasil pembakaran, nilai kalor dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :

1. LHV (Low Heating Value), yaitu nilai kalor bahan bakar jika H2O yang dihasilkan
sebagai produk pembakaran berada dalam fasa uap (gas).
2. HHV (High Heating Value), yaitu nilai kalor bahan bakar jika H2O yang dihasilkan
sebagai produk pembakaran berada dalam fasa cair.
Nilai kalor dari bahan bakar diesel dapat diukur dengan bom kalori meter . untuk
memproleh perkiraan nilai panasnya bisa dipakai rumus empiris dibawah ini
HHV = 18650 + 40 ( API - 10 )

btu/lb

Nilai LHV selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai HHV. Hal ini
dikarenakan kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran dengan LHV sebagian digunakan
untuk mengubah H2O dari fasa cair menjadi fasa gas sehingga besar energi kalor yang dapat
dimanfaatkan menjadi lebih kecil.
Penurunan rumus NBB :
Secara umum, rumus nilai kalor bahan bakar adalah :
Nbb = ((H x T)- (N x m)kp-(Nxm)kw)/m_bb ( kJ/kg)
Dimana :
Nbb = Nilai Kalor Bahan bakar [kJ/kg)]
H = Nilai air kalorimeter = 11,5664 kJ/oC
T = Tf Ti [oC]
Nkp = Nilai kalor kapsul = 19222,04 kJ/kg
mkp = Massa kapsul [kg]
Nkw = Nilai kalor kawat = 5860,40 kJ/kg
mkw = Massa kawat yang terbakar [kg]
mbb = Massa bahan bakar [kg]
Untuk menentukan harga Tf, Ti dan Tawal digunakan grafik antara temperatur yang
diukur terhadap waktu. Selanjutnya Ti dapat dihitung dengan menggunakan rumus
perbandingan antara Tf dan Tawal.
Harga perbandingan tersebut adalah spesifik untuk kalorimeter bom yang digunakan
dalam percobaan ini. Harga tersebut dikeluarkan oleh produsen dari kalorimeter bom. Untuk
menentukan harga perbandingan setiap kalorimeter bom, perlu dilakukan kalibrasi
kalorimeter bom.
Dalam kehidupan sehari-hari, untuk melakukan aktivitasnya, manusia memerlukan
banyak energi. Sumber energi tersebut dapat diperoleh dari minyak bumi. Untuk memperoleh

energi dari minyak bumi biasanya melalui reaksi pembakaran dari sumber energi tersebut.
Jadi, sumber energi seperti minyak bumi digunakan sebagai bahan bakar. Dari reaksi
pembakaran bahan bakar ini akan dilepaskan sejumlah tertentu panas (kalor). Komposisi dan
nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Bahan Bakar Komposisi (%) Nilai Kalor
KJ/g
C

Gas Alam

70

23

49

Batubara
(Antrasit)

82

31

Batubara
(Bituminus)

77

77

32

Minyak
Mentah

85

12

45

Bensin

85

15

48

Arang

50

34

Kayu

50

44

18

Hidrogen

100

142

Suatu bahan bakar dapat dipandang ekonomis atau tidak bergantung pada kalor
pembakaran bahan-bahan tersebut. Semakin besar jumlah kalor yang dilepaskan pada reaksi
pembakaran, semakin besar pula nilai H pembakarannya (Hc). jadi, bahan bakar akan
bernilai ekonomis jika dalam pembakarannya dapat dilepaskan kalor dalam julah yang besar,
sedangkan harga bahan bakarnya murah. Akan tetapi, tidak semua bahan bakar dapat terbakar
sempurna, sebagian ada yang pembakarannya tidak sempurna. Pembakaran sempurna bahan
bakar akan menghasilkan gas CO2, sedangkan pembakaran tidak sempurna dari nbahan bakar
akan menghasilkan gas CO yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Berikut adalah reaksinya:
Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 + O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) H = -5.460 kJ/mol
Pembakaran tidak sempurna isooktana:
C8H18 + O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) H = -2.2924,4 kJ/mol

Pada reaksi 1 dan 2, pembakaran tidak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi,
pembakaran tidak sempurna dapat mengurangi efisiensi bahan bakar. Kerugian lain dari
pembakaran tidak sempurna adalah akan dihasilkan gas karbon monoksida (CO) yang
bersifat racun (mencemari udara).

8. Bilangan Penetrasi
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut terhadap
suhu prinsipnya membentuk sautu sprektum/beragam tergantung komposisi unsur unsur
penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya tidak ditnjau lebih
lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal tersebut diperkenalkan
beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi). Nilai ini menggambarkan
kekerasan asapl pada suhu standar yaitu 25 C , yang diambila dari pengukur kedalaman
penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam rentang waktu standar (5 detik)

BRITISH standar membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam , dengan


rentang nialai penetrasi 15 s/d 40 , Sedangkan AASTHO mendefinisikan nilai pen 40 50
sebagai nialai pen untuk material sebagai bahan bitumen terlembek/terlunak.
Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar menghasilkan
nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun sedemikian rupa hingga
dihasilakan nila grafik antara suhu dan penetrasi. Penetrasi index dapat ditentukan dari grafik
tersebut.
Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai yang merupakan kelipatan 0,1 mm.
Nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal maikin tinggi nilai penetrasi makin lunak aspal
tersebut begitu sebaliknya.
Aspal yang penetrasinya rendah di gunakanan untuk sarah panas dan lalulintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin dan lalu lintas rendah.
Hubungan penetrasi dengan pelaksanaan dilapangan adalah untuk mengetahui:
1. Lokasi kontruksi jalan
2. Jenis kontrksi yang dilaksanakan
3. Suhu perkerasan , iklim kepadatan lalau lintas
Aspal Keras Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang
digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi
persyaratan aspal keras.
Jenis-jenisnya :
Aspal penetrasi rendah 40/55, digunakan untuk kasus: Jalan dengan volume lalu lintas tinggi,
dan daerah dengan cuaca iklim panas.

Aspal penetrasi rendah 60/70, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
sedang atau tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim panas.
Aspal penetrasi tinggi 80/100, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
sedang / rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
Aspal penetrasi tinggi 100/110, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas
rendah, dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
Uji Penetrasi
A. ALAT DAN BAHAN
Alat :

Piknometer dengan ketelitian 0,1mm

Stopwatch

Tinbox

Water bath 25C

Bahan :

Aspal cair

B. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapan benda uji
- Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
- Panaskan contoh dengan perlahan dan diaduk hingga cair untuk di tuangkan
- Setelah contoh cair dan merata , tuangkan kedalam cawan dan di diamkan
hingga dingin . tinggi contoh didalam cawan tidak bokeh kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm, buatlah 2 contoh benda uji.
- Tutuplah benda uji hingga bebas dari debu dan diamkan pda suhu ruang selam
1-1,5 jam untuk benda uji kecil dari 1,5 2 jam untuk bendan ui besar.
2. Pengujian penetrasi
- Masukkan benda uji kedalam water bath selam 1 2 jam.
- Periksalah pemegang jarum, agar jarum dapat di pandang dengan baik dan
benar , kemudian bersihkan jarum tersebut hingga benar benar bersih dan
apsang lah jarum tersebut pada pemegang jarum
- Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum ntuk memperoleh beban sebesar 100
1 gr.
- Persiapkan kertas bulat berdiameter sama dengan thin box, dan buat grid
kotak-kotak pada kertas tersebut.

Keluarkan benda ui dari waterbath dan kemudian letakkan benda uji dibawah
alat uji penetrasi yang mana benda uji yang telah dilatakkan dalam wadah
kecil dan direndam dengan air dari air water bath/ air suling.
Atur kondisi alat uji penetrasi pada dial nol setealh jarumnya di paskan diatas
pemukaan benda uji, jarum jangan sampai menekan benda uji.
Lepaskan pemegang jarum serentak dengan menjalankan stop wath selama ( 5
0,1) detik atau selama 5 detik
Putar arloji parameter dan bacalah angka yang di tunjukan
Lakukan kegiiatan diatas untuk 1 benda uji dengan 5 kali pengujian dengan
ketentuan setiap titik memeriksa berjalan ( berjarak per 1 cm )
untuk itu dilakukan penekanan di atas benda uji di pasang kertas yang telah
bergaris per 1 cm.
Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat untuk pengujian
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai