Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENDENGAN

HUNTINGTONS DISEASE

MAKALAH

oleh
Lisca Nurmalika Fitri

142310101109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JUNI, 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENDENGAN


HUNTINGTONS DISEASE

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B (IKK
IV B) dengan dosen pengampu Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh:
Lisca Nurmalika F

NIM 142310101109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JUNI, 2016

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi Huntington


Huntington (Korea Huntington) adalah suatu penyakit keturunan, dimana
terjadi kejang yang disertai dengan hilangnya sel-sel otak secra bertahap.
Penyakit Huntington mulai muncul pada usia pertengahan dan berkembang
menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental (Walker, 2007).
Penyakit Huntington (HD) merupakan kelainan genetik neurodegeneratif
yang mempengaruhi otot koordinasi dan mengarah pada penurunan kognitif
dan masalah psikiatri. Umunya muncul pada usia dewasa dan merupakan
kelainan genetik yang menyebabkan gerakan involunter (korea), sehingga
dikenal dengan sebutan Huntington korea (Connie Pidgeon, 2013).
1.2 Epidemiologi
Penderita HD di seluruh dunia diperkirakan 1-7 dari 100.000 penduduk
Eropa Barat dan sekitar 1/1000.000 dari populasi penduduk Asia dan Afrika.
Penderita HD umunya berusia 40-50 tahun. Jika HD terjadi di usia 20 tahun
maka dikategorikan sebagai Juveline HD (Darmono, 2010).
1.3 Etiologi
HD merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh gen Huntingtin
(Htt) atau gen interesting Transcript 15 (IT15) atau lebih dikenal dengan
sebutan gen HD. Gen tersebut terdapat di lengan pendek kromosom nomor 4.
Pada manusia normal gen It15 mengandung 11 sampai 34 ulangan codon
CAG atau trinitrogen sebagai asam amino glutamin. Sedangkan pada
penderita HD, ulangan codo CAG mencapai 37 sampai 121 yang disebut
dengan stutter. Jika seseorang mempunyai codon CAG triplet maka akan
berkembang dan menunjukkan gejala HD. Hal ini dikarenakan pembentukan
protein huntington dalam suatu bangunan mencapai 3000 asam amino.
Pengulangan pada anak biasanya > 100 (juveinile) yang diturunkan dari ayah.

1.4 Klasifikasi
Pengulangan codon CAG pada gen Huntingtin
Panjang pengulangan CAG
Interpretasi
< 27
Normal
27-35
Normal, dan bisa berubah (kisaran menengah)
36-39
Abnormal, (kisaran tak tentu)
> 40
Abnormal
Gen huntingtin normal mengandung 10-35 pengulangan CAG. Individu
yang mempunyai dua salinan gen huntingtin tidak normal akan berkembang
menjadi Huntington disease (HD). Pengulangan diatas 36 dapat dikaitakan
dengan adanya perkembangangan penyakit Huntington. CAG berulang antara
36-39 berhubungan dengan pengurangan penetrasi, maka tidak semua
pembawa gen abnormal akan mengembangkan gejala HD. Individu yang
mempunyai 40 atau lebih pengulangan CAG di salah satu gen huntingtin,
mereka akan mengembangkan HD, meskipun tidak ada tanda dan gejala. Jika
seseorang mengalami pengulangan codon CAG semakin banyak, maka
penyakit huntington juga akan semakin parah (Nance Martha, 2011

1.5 Patofisiologi

Manusia dapat bergerak dan beraktivitas karena adanya stimulus dari


sistem saraf sensorik menuju motorik yang prosesnya telah diatur didalam
tubuh. Informasi sensorik akan diintegrasikan di semua tingkat sistem saraf
dan mengakibatkan respon motorik. Berawal dari medulla spinalis dengan
reklek otot sederhan, meluas ke batang otak yang lebih kompleks, kemudian
ke serebrum.
Pada HD akan terjadi degenerasi neuron di daerah kortes cerebri dan
ganglia basalis dengan target sasarannya striatum yang berada di nukleus
kaudatus, putamen dan globus palidus. Ganglia basalis berperan penting
terhadap korteks cerebri dalam koordinasi impuls motorik yang bersifat
inhibisi untuk menghasilkan gerkan terkoordinasi. Pengendalian intensitas
relatif gerakan terpisah, arah geraikan, dan mengurutkan gerakan yang
banyak.

Warisan gen HD menyebabkan bentuk abnormal protein huntingtin.


Protein huntingtin dapat membunuh sel neuron secara selektif. Protein
huntingtin abnormal akan memicu proses agregasi dan inklusi protein di
dalam nucleus yang pada akhirnya menimbulkan kematian sel. Jika sel dalam
korpus striatum mati, kedua lintasan syaraf tersebut akan terganggu. Stimulasi
berlebih pada satu lintasan menimbulkan pergerakan tersentak yang tidak
teratur dan disebut korea (chorea) sementara stimulasi kurang pada lintasan
lain akan memperlambat gerakan motorik.
Kematian neuron lain juga terjadi, khususnya pada korteks serebri,
sehingga mempengaruhi sistem limbic yang mengendalikan perilaku
emosional dan bagian lain yang mengendalikan kesiagaan individu. Ketika
sel saraf mati, terjadi pengurangan jumlah neurotransmitter yang normalnya

disekresikan oleh sel tersebut. Neurotransmitter yang paling banyak


mengalami deplesi adalah asam gama-amino butirat atau GABA, yang
menimbulkan ketidakseimbangan neurotransmitter lain. Dengan demikian,
perubahan struktural yang terjadi adalah kematian sel neuron dan konsekuensi
fungsionalnya, terutama terjadi karena deplesi GABA yang menimbulkan
manifestasi klinis penyakit Huntington.
HD yang progresif disertai defek kromosom mengakibatkan terjadinya
kehilangan neuron dan terjadi defisiensi asam glutamat dekarbosilasi dan
kolin dalam ganglia baslis, sehingga terjadi kekecauan biokimia. Penurunan
produksi GABA, atrofi korteks mengakibatkan kurangnya mekanisme
inhibisi pada jalur motorik halus sehingga koordinasi dan kontrol gerakan
halus dan tangkas terganggu. Terjadi gangguan proses berfikir dan memori
(Pidgeon Connie, 2013)
1.6 Manifestasi Klinis
Gejala penyakit huntington rata-rata muncul pada usia 35-44 tahun.
Sebelumnya, meraka dalam keadaan sehat dan tidak ada kelaian. HD akan
mempengaruhi tubuh, pikiran, dan emosi.
a. Korea merupakan gejala awal yang paling khas, merupakan gerakangerakan yang tidak terkontrol. Korea diawali dengan kegelisahan,
kurangnya koordinasi, dan perlambatan gerakan saccadic mata.
b. Perubahan mental yang terjadi secara bertahap menjadi mudah
tersinggung, mudah gembira dan biasanya kehilangan minat terhadap
aktivitas sehari-hari. Penderita juga menjadi tidak bertanggung jawab
atas tindakannya.
c. Otot muka tidak berfungsi normal: sulit berbiacara, sulit mengunyah dan
menelan makanan, akibatnya penurunan berat badan.
d. Insomnia,

gangguan

tidur

yang

diakibatkan

gangguan

dalam

menggerakan bola mata, pelupuk mata.


e. Kehilangan ingatan dan kemampuan untuk berfikir secara rasional.
Ditandai dengan depresi pada klienyang menderita HD selama bertahuntahun.

f. Gangguan pada seluruh fungsi tubuh dan membutuhkan bantuan dari


orang lain (Arum Kuswarini, 2015).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium figunakan untuk mengkonfirmasi HD dengan
cara tes genetik. Kelainan ini terdapat pada kromosom ke 4 yang ditandai
dengan adanya pengulangan abnormal dari trinucleotide CAG, dimana
panjang lengan menentukan lamanya serangan.
b. MRI digunakan untuk menggambarkan otak. Atrofi tampak pada akhir
penyakit. Computed tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) memberikan gambaran yang sangat baik dari struktur otak dengan
rasa sedikit tidak nyaman. Kliendengan HD akan menunjukkan
penyusutan beberapa bagian otak, terutama dua daerah yaitu: inti berekor
dan putamen. Pembesaran rongga berisi cairan di dalam otak (ventrikel).
Penurunan signal pada neostriatum, cauda, dan putamen. Penurunan
signal neostriatal berhubungan dengan peningkatan zat besi. Atrofi umum,
seperti halnya atrofi lokal pada neostriatum, pada sebagian cauda dengan
adanya pelebaran pada bagian cornu anterior menandakan adanya
penurunan signal pada neostriatal.
c. PET scan dapat digunakan untuk menunjukkan hipometabolisme area
spesifik otak.

Peran perawat dalam pemeriksaan penunjang adalah mendampingi klien,


memberikan informasi mengenai tujua dari pemeriksaan dan sebagai
advokasi klien. Memfasilitasi klien untuk mendapatkan informasi lainnya dari
tenaga kesehatan lainnya mengenai penyekit HD.
1.8 Penatalaksanaan Medis

A. Secara medikamentosa:
Tidak terdapat pengobatan pasti atau terapi spesifik untuk HD. Namun
pengobatan simtomatis dapat digunakan untuk mengatasi gangguan motorik dan
psikiatri klien dengan HD. Perawat dapat melakukan intervensi agar klien
mampu beradaptasi terhadap perubahan dan ketidakmampuan fungsi tubuh.
Obat-obatan untuk mengatasi ganggua motorik yaitu:
a. Tetrabenzine (Xenaxine) obat spesifik dalam menekan gerakan sentakan
yang involunter. Efek samping pemakaian obat ini dapat berisiko
memperburuj atau memicu terjadinya depresi.
b. Obat Antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan clozapine (Clozaril)
memiliki efek untuk menekan pergerakan. Digunakan untuk pengobatan
chorea. Efeknya memperburuk kontraksi involunter (distonia) dan
kekakuan otot.
c. Obat antibangkitan misalnya clonazepam (Klonopin), diazepam (Valium)
juga dapat menekan chorea, distonia dan kekakuan otot. Efek samping:
mengganggu kesadaran dan ketergantungan
Penatalaksanaan gangguan psikiatrik dapat berupa:
a. Obat antidepresan seperti escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac,
Sarafem) dan sertraline (Zoloft). Efek samping: mual, diare, gangguan
tidur dan masalah seksual.
b. Obat antipsikotik dapat menekan ledakan emosi, agitasi, dan beberapa
gejala yang memperlihatkan gangguan mood.
c. Mencegah terjadinya asosiasi peninggian dan penurunan gangguan
bipolar

seperti

lithium

(Lithobid)

dan

antikonvulsan,

valproac

(Depakene), divalproex (Depakote), dan lamotrigine (Lamictal). Efek


samping: penambahan berat badan, tremor, dan masalah gastrointestinal.
B. Non-Medikamentosa
1. Psikoterpi
2. Terapi fisik, bertujuan untuk membantu menjaga mobilitas penderita dan
mengurangi resiko terjatuh. Pada terapai fisik, penderita diajarkan latihan
fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

3. Terapi okupasi, digunakan untuk memperbaiki kemampuan penderita


dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian
2.1.1

Identitas pasien
Nama

Umur

: tanda dan gejala pada klienHD dapat muncul pada semua usia.
Sekitar 10% timbul gejala motorik setelah usia 60 tahun dan
10% Juveline HD pada usia < 20 tahun. Umumnya muncul pada
usia dewasa.

Gender

:-

Agama

:-

Pekerjaan : Gol. Darah : Alamat


2.1.2

:-

Riwayat Kesehatan Pasien


a. Keluhan utama:
Gerakan involunter pada kedua tangan
b. Riwayat penyakit sekarang :
Gerakana pada kedua tangan sejak 1 tahun yang lalu dan secara tibatiba. Gerakan pada tangan menjadi berlebihan dan dapat terjadi saat
beraktivitas, beristirahat dan menghilang saat tidur. Gerakan yang sama
pada kaki, kepala dan badan pasien.
Klienjuga mengeluh karena langkah kaki yang menjadi lambat dan
goyang, sehingga klienkesulitan untuk melangkah sejak 3 bulan yang
lalu. Klienkesulitan untuk menahan gerakan spontan dan bertahan untu
diam. Klienjuga mengeluh sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari
ditambah klienmudah lupa dan berbicara tidak jelas (pelo).
c. Riwayat penyakit dahulu :
Klientidak pernah mengalami kecelakaan ataupun jatuh terduduk.
Klientidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya dan tidak
sedang dalam pengobatan (tidak dalam terapi obat-obatan).
9

d. Riwayat penyakit keluarga :


Salah satu keluarrga klienmengalami hal yang sama dengan kliendan
2.1.3

diagnosis Huntington Chorea.


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: klientampak pucat, kurus, dan hiperaktif
Kesadaran
: komposmentis
Tekanan darah
: tidak ada peningkatan atau penurunan TD pada
kliendengan HD. Dapat terjadi penurunan TD jika
ada penyakit lain yang menyertai atau dampak dari
Nadi

HD (kurang nutrisi)
: tidak ada percepatan denyut nadi, nadi terba dan

Suhu

tidak melemah
: suhu tubuh kliendalam rentang normal 36,5oC
37,5o C.

a. Fungsi serebri
Observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan observasi
ekspresi wajah dan aktivitas motorik. Pada klienHD akan terlihat jelas
gerakan-gerakan involunter dan kesulitan dalam mengkondisikan tubuh
untuk diam. Bicara mulai tidak jelas (pelo).
b. Rongga thorax:
1. Paru:
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi
: fremitus normal kanan dan kiri
Perkusi : suara paru normal (sonor)
Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronchi atau wheezing
2. Jantung:
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis terba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : suara jantung normal (pekak)
Auskultasi : irama jantung teratur, tidak ada suara tambahan
c. Rongga abdomen:
Inspeksi
: tidak ada pembengkakan abdomen atau tidak atau cekung
Palpasi
: hepar tidak teraba (hepatomegali -) ballotement (-)
Perkusi
: timpani
Auskutasi
: bising usus normal
d. Status neurologis
Tingkat kesadaran klien(GCS) 14 E3 M5 V4
Tanda rangsangan meningen:
Kaku kuduk (-)
Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Kerning (-)
Tanda peningkatan TIK:
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (-)

Funduskopi: papi edema (-)


Nervus I
: penciuman klienbaik
Nervus II
: penglihatan klienbaik
Nervus III, IV, VI
: bola mata bebas beregerak ke segala arah, pupil
Nervus V

isokor, diameter 3mm/3mm, RC +


: gejala awal kliendapat mengunyah makan dengan
normal, namun dalam beberapa tahun klienHD akan
mengalami kesulitan menggerakkan otot wajah (sulit

Nervus VII

mengunyah).
: persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah

Nervus VIII

simetris
: tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsi.
Namun pada klienHD dengan tingkatan tinggi
(pengulangan codon CAG meningkat) klienakan

Saraf IX dan X

mengalami kesulitan dalam mendengar


: kemampuan menelan baik pada tahap awal, namun
pada klienHD dengan tingkatan tinggi (pengulangan
codon CAG meningkat) klienakan mengalami

Nervus XI

kesulitan dalam menelan.


: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius

2.2 Diagnosa
1. Resiko aspirasi b.d gangguan keampuan menelan
2. Resiko injury b.d perubahan fungsi kognitif dan psikomotorik
3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular d.d pergerakan
yang tidak terkoordinasi
4. Gangguan menelan b.d masalah neurologis d.d mudah tersedak dan
ketidak mampuan lidah dalam menggerakkan bolus
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh

b.d

ketidakmampuan untuk menelan makanan d.d kelemahan otot menelan


dan mengunyah, 20% berat badan klien berkurang.
6. Gangguan komunikasi verbal b.d kelemahan sistem saraf pusat d.d
kesulitan dalam berbicara (tidak jelas/pelo)
7. Defisit perawatn diri: makan b.d gangguan neuromuskular d.d
ketidakmampuan untuk menelan dan mengunyah makanan

11

2.3 Intervensi
NO

1.

Diagnosa
Keperawatan
Resiko aspirasi b.d
gangguan
keampuan menelan
Definisi:
Resiko masuknya
sekresi
gastrointestinal,
sekresi orofaring,
kotoran/debu, atau
cairan ke saluran
trakeobronkial

2. Resiko injury b.d


perubahan fungsi
kognitif dan
psikomotorik
Definisi:
Resiko terhadap
kerusakan fisik
akibat kondisi
lingkungan yang

Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan tindakan


1. Potong makanan menjadi
keperawatan selama ...x24
lebih kecil
jam. Resiko aspirasi dapat
2. Posisikan klien90o ketika
teratasi.
akan makan dan minum
Kriteria hasil:
3. Pasang NGT jika diperlukan
1. Klien dapat bernapas
(kelemahan saraf untuk
dengan mudah.
menelan)
2. Tidak ada suara nafas
4. Monitoring TTV
tambahan
klienterutama nadi dan RR
3. RR 18-20 x/menit
5. Monitoring tingkat kesedaran
4. Klienmampu mengunyah
pasien
dan menelan makanan
tanpa terjadinya aspirasi

1. Memudahkan klienuntuk
menghaluskan dan menelan
makanannya
2. Mempermudah masuknya
makanan dari mulut menuju
lambung
3. Memfasilitasi jalan makanan
dari romgga mulut menuju
lambung
4. Untuk mengetahui terjadinya
aspirasi atau tidak
5. Untuk mnegtahui kemampuan
menelan pasien

Setelah dilakukan tindakan


1. Ciptakan lingkungan yang
keperawatan ...x24jam,
aman dan nyaman untuk
diharapkan klientidak
klien (menghindari perabotan
mengalami injury.
berbahaya dari pasien)
Kriteria hasil:
2. Memasang side rile pada
1. Klien bebas dari cidera
tempat tidur klien
2. Klien mampu menghidari 3. Menyediakan tempat tidur
sumber injury
yang nyaman dan bersih
3. Klien mampu
untuku klien

1. Klien terhindar dari sumbersumber cidera


2. Mencegah klienterjatuh dari
tembat tidur, ketika terjadi
pergerakan involuter
3. Agar klienmerasa nyaman di
tempat tidur dan tidak banyak
bergerak
4. Agar klienterpantau dan dapat
13

berinteraksi
dengan sumber
adaptif dan
defensif, yang
membahayakan
kesehatan.

memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada
4. Klien mampu mengenali
perubahan status
kesehatannya

4. Menganjurkan keluarga
klienuntuk selalu menemani
pasien
5. Berikan penjelasan pada
kliendan keluarga, tentang
adanya perubahan status
kesehatan akibat HD

3. Hambatan
Setelah dilakukan asuhan
1. Melatih klien untuk
mobilitas fisik b.d
keperawatan selama...x24
melakukan aktivitas fisik
gangguan
jam hambatan mobilitas
secara terkoordinasi
neuromuskular d.d fisik dapat teratasi.
2. Berikan alat bantu berjalan
pergerakan yang
Kriteria hasi:
pada klien jika dibutuhkan
tidak terkoordinasi 1. Klien mampu melakukan 3. Latih klien dalam
Definisi:
aktivitas fisik secara
memenuhi kebutuhan ADLs
Keterbatasan
mandiri
secara mandiri
pergerakan tubuh 1 2. Klien mampu
4. Dampingi dan bantu klien
atau lebih
mengkoordinasikan
dalam proses pemenuhan
ekstremitas secara
setiap pergerakan
kebutuhun dasar
mandiri dan terarah
tubuhnya
4. Gangguan menelan Setelah dilakukan tindakan
1. Memberikan makanan pada
b.d masalah
keperawatan selama
klien dengan jumlah sedikit
neurologis d.d
...x24jam klien dapat
dan halus/kecil
mudah tersedak
menelan makananya
2. Posisikan klien90o
dan ketidak
kembali.
3. Hindari minuman yang
mampuan lidah
Kriteria hasil:
menggunakan zat pengental
dalam
1. Klien mampu menelan
menggerakkan
makanan setelah

terhindra dari cidera


5. Klienmengetahui perjalan
penyakitnya dan dapat
mengkontrol atau mengenali
perubahan-perubahan terhadap
dirinya
1. Klien mampu melakukan
aktivitas fisik secara mandiri
2. Klien mampu berjalan sendiri
tanpa bantuan orang lain
3. Klien terbiasa untuk memenuhi
kebutuhan ADLs secara
mandiri dan tidak kaku otot
4. Mengetahui kemampuan klien
dalam proses pemnuhan
kebutuhan
1. Mempermudah klien untuk
mengunyah dan menelan
makanan
2. Mempermudah proses menelan
(memfasilitasi jalannya bolus
dari oral menuju lambung)
3. Mempercepat proses menelan

14

bolus
mengunyahnya
Definisi:
2. Klien mampu
Abnormalitas
mengosongkan rongga
fungsi/mekanisme
mulut
menelan akibat
3. Tidak adanya kerusakan
defisit struktur atau
otot wajah: untuk proses
fungsi oral, faring
mengunyah dan menelan
atau esofagus
4. Klien mampu
menggerakkan lidahnya
5. Ketidakseimbanga
\ n nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
ketidakmampuan
untuk menelan
makanan d.d
kelemahan otot
menelan dan
mengunyah, 20%
berat badan klien
berkurang.
Definisi:
asupan nutrisi yang
tidak cukup untuk
memenuhi
kebutuhuan
metabolik

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama
...x24jam kebutuhan nutrisi
kliendapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Peningkatan BB klien
menjadi ideal
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
klien
3. Klien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
(marasmus/kwasiokor)
seperti: rambut pirang,
kurus, kulit kering

1. Berikan substansi gula pada


klien sesuai kebutuhan
2. Bantu klien dan
mendampingi saat klien
makan
3. Berikan informasi kepada
klien mengenai kebutuhan
nutrisinya
4. Monitoring kemampuan
klien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
5. Monitoring pengukuran BB
kliensecara rutin
6. Kolaborasi dalam pemberian
diet kepada klien

1. Untuk membantu memenuhi


kebutuhan nutrisi untuk
proses metabolisme
pembentukan ATP
2. Mengetahui klien memakan
makananya atau tidak
3. Klien mengetahui kebutuhan
nutrisi harian
4. Mengetahui kemampuan klien
dalam menguyah dan menelan
makanan atau adanya
gangguan lainnya
5. Mengetahui adanya
peningkatan atau penurunan
BB klien sebelum, selama dan
sesudah sakit
6. Memfasilitasi dalam
pemberian makan yang sesuai

15

6. Gangguan
Setelah dilakukan asuhan
komunikasi verbal keperawatan selama...x24
b.d kelemahan
jam klien mampu
sistem saraf pusat
berkomunikasi dengan benar
d.d kesulitan dalam dan jelas.
berbicara (tidak
Kriteria hasil:
jelas/pelo)
1. Komunikasi: menerima,
Definisi:
memproses dan
mengirim informasi
Penurunan,
verbal dan noverbal klien
keterlambatan, atau
mengalami peningkatan
ketidakmampuan
2. Klien tidak kesulitan
untuk menerima,
dalam berbicara
memproses dan
3. Pesan verbal dan non
mengirim
verbal yang serasi
informasi
4. Klien mampu
mengkoordinasi
pergerakan yang
menandakan isyarat
7. Defisit perawatan
Setelah dilakukan asuhan
diri: makan b.d
keperawatan...x24 jam.
gangguan
Klien mampu makan secara
neuromuskular d.d mandiri.
ketidakmampuan
Kriteria hasil:
untuk menelan dan 1. Ketersediaan zat gizi
mengunyah
untuk memenuhi
makanan
kebutuhan nutrisi

1. Dorong klienuntuk
berkomunikasi secra
perlahan dan mengulangi
kalimatnya
2. Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
3. Berdiri di depan klien saat
berbicara
4. Ajarkan klien untuk
berbicara secara rutin
5. Gunakan kertas dan pensil
dlam berkomunikasi dengan
klien yang tidak mampu
berbicara

1. Ciptakan lingkungan yang


nyaman untuk klien makan
2. Posisikan kliensenyaman
mungkin (90o)
3. Menyediakan makan dan
minuman di dekat klien
4. Gunakan alat-alat makan
yang ringan dan tidak

dengan kondisi klien


1. Melatih kemampuan bicara
klien
2. Agar klienterdorong untuk
berkomunikasi dengan baik
dan benar
3. Agar klien merasa dihargai
dalam menyampaikan
pendapat maupun
keinginannya
4. Melatih kemampuan
klienuntuk berkomunikasi
baik verbal maupun
nonverbal
5. Melatih klien untuk
berkomunikasi dan perawatklien tidak terhenti
komunikasi (klien dapat
menyatakan keinginanya)
1. Klien merasa nyaman saat
makan dan tidak terganggu
2. Mempermudah proses
menelan dari oral menuju
lambung (menghindari
aspirasi)
3. Mempermudah klien untuk
mengambil makanan dan

16

Definisi:
Hambatan
kemampuan untuk
melakukan dan
menyelesaikan
aktivitas makan
secara mandiri

2. Klien mampu melakukan


perawat diri secara
mandiri
3. Klien mampu
menyiapakan
makan/minuman
4. Klien mampu menelan
makanan dengan baik
dari rongga mulut
menuju lambung

mudah pecah

minumannya
4. Mempermudah memegang
alat-alat makannya dan
menghindari cidera

17

2.4 Implementasi (contoh pengisian tabel implementasi keperawatan)


Hari/
Tanggal
Sabtu
25/06/201
6

No.
Dx
Kep

Jam
WIB

08.00

Implementasi

Paraf

1. Menyiapkan makanan
klien disebelah tempat
7,1
08.10
tidur klien
Lisca
2. Mengubah posisi klien
3
08.10menjadi 90o
08.15 3. Mengobservasi
kemampuan klien untuk
3
memegan alat-alat makan
4. Melatih kllien untuk
memebuhi kebutuhan
makan secara mandiri
5. Melatih menggerakkan
5,1,7
tangan dengan pergerakan
yang terkoordinasi
08.15- 6. Mendampingi klien
08.25
makan dan mengobservasi
5
kemampunan mengunyah
dan menelan klien
08.30
7.
Mengobservasi sisa
6
makanan dan minuman
klien dan respon klien
08.30- 8. Menanyakan persaan
4
08.40
klien setelah makan dan
minum dan melatih klien
untuk berbicara
9.
Memasang side rile pada
09.00
tempat tidur klien
Tabel implementasi berisi tentang:
a. Hari dan tanggal melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi yang
telah disusun.
b. Nomor diagnosa keperawatan sesuai denga tabel intervensi keperawatan
c. Waktu dilakukannya tindakan keperawatan
d. Implementasi atau nama tindakan yang dialukakan kepada kliendengan
menggunakan kata kerja. Tindakan harus seuai dengan intervensi yang
telah disusun untuk mencapai kriteria hasil
e. Tanda tangan atau paraf perawat yang melakukan tindakana disertai
nama di bagian bawahnya.

18

2.5 Evaluasi (contoh pengisian tabel evaluasi keperawatan)


Hari/
Tanggal
Sabtu
25/06/2016

Jam

09.00

Evaluasi

Paraf

S: Px mengatakan peregrakan
tangannya mulai membaik
O: klien dapat memegang alatalat makan sendiri, dapat
mengunya, menelan dan
berbicara dengan benar
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi yang dilakukan. Apakah


mencapai kriteria hasil atau tidak. Apabila setelah dilakukan intervensi tidak
mencapai kriteria hasil yang diharapkan maka masalah tidak teratasi dan
dilanjutkan intervensi atau dan memodifikasi intervensi. Apabila setelah
dilakukan intervensi berhasil mencapai sebagian dari kriteria hasil maka analisa
dapat ditulis masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan atau
memodifikasi intervensi. Apabila intervensi mencapai semua kriteria hasil maka
pada analisa masalah teratasi, dan intervensi dihentikan. Pada evaluasi,
kelompok kami menggunakan SOAP.
S
:data subjektif yang didapatkan

datri

pernyataan

klienatau

keluarga pasien.
:data objekti yang

pemeriksaan terhadap kondisi pasien.


: analisis, merupakan perbandingan dari kriteria hasil yang telah disusun di

intervensi dengan kondisi kliensetelah dilakukan tindakan keperawatan.


: rencana tindakan keperawatan selanjutnnya (intervensi dilanjutkan atai

didapatkan

dari

hasil

pengamatan

atau

intervensi dihentikan).

19

PATHWAY

Gen HD (Huntingtons
Disease)

Protein
Huntingtin

Degenerasi neuron di
korteks cerebri dan
ganglia basalis
Hambatan
mobilitas fisik

Progresif

Resiko aspirasi

Agregasi &
inklusi protein di
Kematian sel neuron

Gangguan pd sistem limbic

Perilaku emosional
tidak terkendali

Mudah marah,
cemas dan depresi

Neurotransmitter
GABA

Defisiensi asam glutamat


dekarbosilasi dan kolin
dalam ganglia basalis

Mekanisme inhibisi
motorik halus berkurang

Gerakan yang tidak


terkontrol/tidak
terkoordinasi

Gangguan
menelan

Dystonia

Kelemahan
otot wajah

Asupan nutrisi
berkurang

Sulit
menggerakkan

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan Komunikasi
Verbal
Resiko injuri

20

DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, Willey. 2015. Nursing Diagnoses Definitions and Classification


2015-2017: Tenth edition. USA: NANDA International
Bulechek, Gloria M, PhD, RN, FAAN. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Elsevier
Moorhead, Sue, PhD, RN. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA:
Elsevier
Nance, Martha, M.D. 2011. A Physicians Guide to the Management of
Huntingtons Disease: third edition. Kuntingtons Disease Society of
America
Darmono. 2010. Autosomal Dominan dan Resesif. Prof. Riset bidang
Toksikologi. Artikel online:
http://penyakitgenetik.yolasite.com/resources/Autosomal-dominan.pdf
[diakses tanggal 25/06/2016 jam 12.00WIB]
Pidgeon, Connie. 2013. The Pathophysiologi and Pharmacological Treatment of
Huntington Disease. Article Behavioral Neurology. Online:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22713409
[diakses tanggal 25/06/2016 jam 12.46 WIB]
Walker, Francis O, Prof, MD. 2007. Huntingtons Disease. Article Vol. 369, No.
9557. Online: http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(07)60111-1
[diakses tanggal 24/06/2016 jam 20.00 WIB]
Kuswarini, Arum. 2015. Penyakit Huntington. Makalah. Online:
http://dokumen.tips/documents/49860922-penyakit-huntingtonmakalah.html#
[diakses tanggal 26/06/2016 jam 11.00 WIB]

21

Anda mungkin juga menyukai