Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI FUNGSI ILMU JIWA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


psikologi
Dosen pengampu:

Qurroti Ayun,M.Ed.

Nama Kelompok:
Jalaludin
Ekosaputro
M.ali

FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SARIFUDDIN WONORJO
LUMAJANG

2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang berjiwa dan telah banyak kajian
mengenai hal tersebut. Kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam tingkah laku
dan aktifitas manusia. Jika manusia melakukan introspeksi diri dapat dimengerti
bahwa dalam dirinya manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah,
berfikir ketika mengahadapi masalah, dan seterusnya. Semua ini menggambarkan
kegiatan kejiwaa manusia. Kemampuan kejiwaan manusia dapat dibedakan atas
tiga golongan, yakni : Kognisi (berhubungan dengan pengenalan), Emosi
(berhubungan dengan perasaan), dan konasi (berhubungan dengan kemampuan).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
kekuatan jiwa terdiri atas cipta, rasa, dan karsa. Walaupun kemampuan kejiwaan
manusia digolongkan, namun harus selalu diingat bahwa jiwa manusia merupakan
satu kesatuan utuh yang tidak dapat terlepas sama sekali dari bagian yang lain dan
selalu berhubungan. Meski begitu stimulus yang manusia terima bukan hanya
berasal dari luar tetapi juga dari dalam dirinya. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat
dari stimulus yang diterima oleh manusia dan manusia mengadakan respon
terhadap stimulus yang mengenainya.
B. Permasalahan
1. Apa yang di maksud dengan jiwa itu ?
2. Apa saja fungsi jiwa manusia ?
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kejiwaan seseorang ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian jiwa manusia.
2. Mengetahui tentang fungsi kejiwaan seseorang.
3. Mengetahui tentang faktor faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian jiwa
Jiwa, dalam bahasa Arab disebut Nafs, dan dalam bahasa Yunani disebut
Psyche yang diterjemahkan dengan jiwa atau Soul dalam bahasa Inggris. Jadi,
sebenarnya, sejak manusia mengalami proses kejadian Sampai sempurna menjadi
janin dan dilahirkan ke atas dunia, telah ada unsur lain yang bukan fisik material
yang ikut menyusun semua peristiwa penciptaan itu. Justru adanya unsur non-fisik
inilah yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya sebagai satu
kelebihan. Kelebihan ini akhirnya tampak nyata pada norma-norma nafsiyah
(psikologis) dengan segala kegiatannya.
Plato (477-347 sM) berpendapat bahwa jiwa itu adalah sesuatu yang
immaterial, abstrak dan sudah ada lebih dahulu di alam praserisoris. Kemudian is
bersarang di tubuh manusia dan mengambil lokasi di kepala (logition, pikiran), di
dada (thumeticon, kehendak) dan di perut (abdomen, perasaan). Pendapat ini
kemudian dikenal dengan istilah Trichotomi. Menurut Plato, ketiga unsur inilah
yang mendasari seluruh aktivitas manusia. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
hidup kejiwaan manusia mempunyai dasar yang kuat pada ketiga unsur tersebut.
Sejajar dengan trichotominya, Plato mengatakan bahwa manusia akan memiliki
sifat Bijaksana (jika pikiran menguasai dirinya) dan Ksatria atau Berani (jika
kehendak menguasai dirinya) serta Kesederhanaan (jika perasaannya tunduk pada
akalnya). Maka apabila ketiga sifat itu menguasai manusia,berarti ia telah
memiliki kesadaran sebagai manusia. Sadar artinya mengerti secara aktif. Dengan
kesadaran inilah, manusia selalu cenderung untuk menentukan sendiri bentukbentuk aktivitas hidupnya dan tingkah-laku yang diwujudkannya ,maupun finalita
dalam kehidupan .[1]
Jiwa itu adalah suatu yang abstak , yang kita pelajari hanya parnyataan
pernya taan yang tampak dalam hubungannya dengan tubuh, atau gejala gejala
jiwa yang dnampak sebagai gerak gerik. Jadi yang di sebut ilmu jiwa ialah ilmu
yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan pernyataan jiwa . [2] Dan antara
jiwa dan raga itu harus seimbang, agar dapat mencapai kehidupan yang baik .[3]
B. Teori tentang fungsi kejiwaan

Jika jiwa itu diartikan sebagai ruh, maka fungsi jiwa yang paling utama adalah
sebagai kehidupan bagi jasad manusia yang memiliki jiwa tersebut. Sehingga
tubuh manusia dapat bergerak dan menjalakan fungsi fungsi jiwanya yang lain.
Secara garis besar, konsep kesadaran yang dikemukakan oleh Jung

[4]

manusia itu terdiri dari 2 unsur utama yaitu: Fungsi jiwa dan Sikap jiwa, dimana
masing masing unsur memiliki fungsi penting dalam o- rientasi dan dinamika
kesadaran manusia. Fungsi jiwa dalam konsep kesadaran manusia menjelma
menjadi unsur Rasional dan Irasional.Unsur Rasional adalah pikiran/perasaan
yang ada dalam diri manusia, berfungsi sebagai penilai salah/ benar dan senang
/tidak senang. Sedangkan unsur Irasional adalah pendirian atau intuisi yang
dimiliki oleh seseorang .[5]
Menurut Prof.Hukstra, bahwa perasaan adalah merupakan suatu fungsi
jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang
dan tidak senang . Berdasarkan Biologisnya, perasaan itu terbagi atas 4 bagian,
yaitu : 1) Perasaan keinderaan perasaan keinderaan adalah perasaan yang timbul
waktu indera kita menerima perangsang. 2) Perasaan vital perasaan vital ialah
perasaan yang tergantung kepada keadaan tubuh kita sesewaktu seperti contoh
kita merasa senang sekali ketika kita sembuh dari penyakit / disaat menerima uang
gajian. 3) Perasaan tanggap perasaan tanggap ialah perasaan yang mengiringi
apabila kita menanggap sesuatu atau keadaan. Misalnya, seorang prajurit, masih
merasa senang sekali kalau ia ingat betapa sang saka berkibar dangan megahnya,
pada sebagian tanah airnya yang sudah direbut dari tangan panjajah. 4) Perasaan
instink perasaan instink ialah parasaan yang mengiringi, sesuatu instink yang
sedang timbul. Misalnya, kita akan merasa senang, kalau pada saat saat makan,
di meja makan telah tersedia hidangan yang berganti ganti. Sedangkan
berdasarkan Rohaninya, perasaan itu ada 7 macam, yaitu: 1) Perasaan keindahan,
perasaan keindahan ini ada 2 macam, yaitu Negatif dan Positif. Perasaan
keindahan yang negatif, ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu
yang buruk. Sedangkan perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan
yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang baik. 2) Perasaan intelek, ialah
perasaan yang timbul sebagai akibat dari hasil intelek. Misalnya, kalau intelek kita
dapat memecahkan sesuatu yang sulit, timbullah rasa senang, dan sebaliknya. 3)

Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena indera kita menerima
perangsang susila atau jahat. Sesuatu tingkah yang baik ,tentu menimbulkan rasa
senang kepada orang yang mengetahuinya. 4) Perasaan ketuhanan, ialah perasaan
yang timbul dalam mengetahui adanya Tuhan. Misalnya, orang akan merasa
bahagia, kalau ia merasai bahwa Tuhan selalu melindungi dan dekat padanya.
Sebaliknya, orang akan merasa cemas, kalau ia mengetahui adanya Tuhan tetapi ia
sering berbuat tidak sesuai dengan ajaran ajarannya. 5) Perasaan diri, perasaan
ini ada 2 macam, Positif dan Negatif. Perasaan diri positif ialah perasaan yang
timbul, bila ia dapat berbuat sama atau lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif
ialah perasaan yang timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau mendekati orang
lain. 6) Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena mengetahui orang
lain mengalami rasa senang atau tidak senang. Perasaan ini berbanding terbalik
dengan jarak antara kedua perasaan itu, dan berbanding lurus dengan jelasnya
perasaan yang menyababkan timbul rasa simpati itu. Artinya, makin jauh jarak
antara orang yang mengalami suatu perasaan itu, maka perasaan simpati itu makin
lemah, dan sebaliknya. 7) Perasaan sosial, ialah perasaan yang tiimbul karena
melihat keadaan masyarakat. Misalnya, ada orang yang acu tak acuh, meskipun ia
mengetahui masayarakatnya rusak atau mundur. Ada pula orang yang baru melihat
keadaan masyarakat, ia sudah merasai berkewajiban. Orang yang terlalu tebal
perasaannya terhadap masyarakat disebut orang altruis, dan yang terlalu
memusatkan perasaannya kepada diri sendiri disebut egois. Nilai perasaan bagi
manusia pada umumnya adalah: a) Dengan perasaan, kita dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan disekitar kita, dengan keadaan tubuh kita, dengan masyarakat
kita, dan sebagainya, b) Dengan perasaan, kita dapat ikut serta merasakan atau
mengalami, apa yang dirasakan atau dialami oleh sesama, meski pada jaman
lampau atau pada tempat yang berjauhan, c) Terutama dengan perasaan
ketuhanan, kita dapat bersama- sama merasa nasib, tugas, dan kewajiban kita
terhadap Tuhan yang dengan demikian kita mempunyai rasa peri kemanusiaan
antar manusia, dan merasa senasib dengan segala makhluk, d) Dan dengan, maka
mahluk yang bernama manusia, dibedakan dengan mahluk mahluk lain dan
sebagainya. Termasuk dalam fungsi jiwa adalah kehendak, ialah suatu fungsi jiwa
untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam, dan

tampak dari luar sebagai gerak gerik. Dalam fungsinya kehendak ini bertautan
dengan fikiran dan perasaan. Dalam kehendak terdapat yang namanya Dorongan,
Keinginan, Hasrat, Kecenderungan, Hawa nafsu, dan Kemauan. Pertama,
dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung di luar kesadaran kita. Kedua, keinginan, ialah dorongan nafsu,yang
tertuju kepada sesuatu benda tertentu, atau yang kongkrit. Keinginan yang di
praktekkan bisa menjadi kebiasaan. Ketiga, hasrat, ialah suatu keinginan tertentu
yang dapat diulang ulang. Keempat, kecenderungan, ialah hasrat yang aktif,
yang menyuruh kita agar lekas bertindak atau melakukan sesuatu hal. Kelima,
hawa nafsu, ialah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai fungsi jiwa
kita. Hawa nafsu ini bergera dan berkuasa di dalam kesadaran. Keenam, kemauan,
ialah kekuatan yang sadar dan hidup, atau menciptakan sesuatu berdasarkan
perasaan dan fikiran . Dengan adanya kehendak maka seseorang akan dapat
mencapai sesuatu yang di inginkan, dan dapat mencapai tujuan hidup di dunia.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku/Kejiwaan
Konsep kepribadian merupakan konsep yang luas, tetapi secara sederhana
istilah kepribadian mencakup karakteristik perilaku individu. Setiap individu
memiliki kepribadian unik yang dapat dibedakan dari individu lain. Hal yang
tidak mungkin apabila seseorang dapat memiliki banyak kepribadian. Kepribadian
bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia,
sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian
lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui
perilaku. Adanya perbedaan kepribadian setiap individu sangatlah bergantung
pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang,
dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut.
C.1 Faktor Biologis Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Semua manusia yang normal dan
sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca
indera, kelenjar seksual, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu
menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang.
Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun

yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan
fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekali pun pasti ada perbedaan itu.
Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk
kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik.
Kepribadian seorang anak bisa saja berbeda dengan orangtua kandungnya
bergantung pada pengalaman sosialisasinya. Konsisten dengan konsep dasar
bahwa individu merupakan satu kesatuan psiko-fisik yang tidak dapat dipisahpisahkan, maka pertumbuhan fisik mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku.
Anak kecil berumur belasan bulan mungkin sudah dapat berjalan. Namun, karena
pertumbuhan otot pada tungkai dan pertumbuhan alat keseimbangan belum
sempurna, jalannya menjadi masih terhuyung-huyung dan belum tegap seperti
orang dewasa .[6]
C.2 Faktor Geografis Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalam meme
ngaruhi kepribadian seseorang. Faktor geografis yang dimaksud adalah keadaan
lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya alam) dan lingkungan sosialnya.
Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi
kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis
sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, tetapi banyak pula
ahli yang tidak menganggap hal ini sebagai faktor yang cukup penting
dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.
C.3 Faktor Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap
perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan yang
secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman
hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena
itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh
individu agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses
mem pelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga
terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun
antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya. Contohnya, orang Bugis
memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan. Budaya ini telah membuat
orang-orang Bugis menjadi keras dan pemberani.

C.4 Faktor Pengalaman Kelompok Pengalaman kelompok yang dilalui seseorang


dalam sosialisasi cukup penting perannya dalam mengembangkan kepribadian.
Kelompok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang
dibedakan menjadi dua sebagai berikut. 1. Kelompok Acuan (Kelompok
Referensi) Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan
model yang penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku. Dalam hal ini,
pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan
dengan kelompok referensinya. Pada mulanya, keluarga adalah kelompok yang
dijadikan acuan seorang bayi selama masa-masa yang paling peka. Setelah
keluarga, kelompok referensi lainnya adalah teman-teman sebaya. Peran
kelompok sepermainan ini dalam perkembangan kepribadian seorang anak akan
semakin berkurang dengan semakin terpencar nya mereka setelah menamatkan
sekolah dan memasuki kelompok lain yang lebih majemuk (kompleks). 2.
Kelompok Majemuk Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat
yang lebih beraneka ragam. Dengan kata lain, masyarakat majemuk memiliki
kelompok-kelompok dengan budaya dan ukuran moral yang berbeda-beda.
C.5 Faktor Pengalaman unik Pengalaman unik akan memengaruhi kepribadian
seseorang. Kepribadian itu berbeda-beda antara satu dan lainnya karena
pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak seorang pun mengalami
serangkaian pengalaman yang persis sama. Sekalipun dalam lingkungan keluarga
yang sama, tetapi tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama,
karena meskipun berada dalam satu, setiap individu keluarga tidak mendapatkan
pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman yang dialami oleh orang
yang lahir kembar, tidak akan sama. Sebagai mana menurut Paul B. Horton,
kepribadian tidak dibangun dengan menyusun peristiwa di atas peristiwa lainnya.
Arti dan pengaruh suatu pengalaman bergantung pada pengalaman-pengalaman
yang mendahuluinya .

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jiwa adalah merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat oleh
kasab mata tetapi keberadaannya memang nyata. Plato (477-347 sM) berpendapat
bahwa jiwa itu adalah sesuatu yang immaterial, abstrak dan sudah ada lebih
dahulu di alam praserisoris. Antara jiwa dan raga itu haru seimbang,agar mencapai
hidup yang baik.
fungsi jiwa yang paling utama adalah sebagai kehidupan bagi jasad manusia
yang memiliki jiwa tersebut. Menurut konsep kesadaran jung, manusia itu terdiri
dari 2 unsur utama yaitu: Fungsi jiwa dan Sikap jiwa, Fungsi jiwa dalam konsep
kesadaran manusia menjelma menjadi unsur Rasional dan Irasional.Unsur
Rasional adalah pikiran/perasaan yang ada dalam diri manusia, berfungsi sebagai
penilai salah/ benar dan senang /tidak senang. Sedangkan unsur Irasional adalah
pendirian atau intuisi yang dimiliki oleh seseorang.
Kepribadian adalah merupakan faktor yang mempangaruhi perilaku kejiwaan
seseorang, dan kepribadian itu dapat terpengaruh oleh faktor biologis, giografis,
kebudayaan, dan pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA
[1] www. Nurisfm. Blogspot.com/2012/03/pengertian jiwa dan ruh.
[2] Agus Sujanto. 1979. PSIKOLOGI UMUM. Jakarta: Bumi Aksara
[3] Penjelasan dari Bapak Nur Ahmad, S.Sos I,M.S.I.Tentang hubungan antara
jiwa dan raga.
[4] Nama asli Jung adalah Carl Gustav Jung, ia termasuk murid dari Sigmund
Freud, yang menjadi seorang psychiater di Zurich. Ilmu jiwanya disebut
Analytischepsychologie.
[5] Redaksi@indobeta.com. Fungsi jiwa dalam struktur kesadaran. 28 Juli 2012.
[6] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2004. PSIKOLOGI REMAJA
Perkembangan Peserta Didik. Bumi Aksara: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai