PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyebab suatu penyakit tidak hanya dikarenakan kelainan pada
fisiologi tubuh seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis.
Gangguan psikologi atau gangguan kejiwaan banyak ditemui di tengah
masyarakat, mulai ringan hingga berat. Berbagai penelitian pun dilakukan
untuk mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang
masih kurang dipahami masyarakat adalah gangguan bipolar. Gangguan
Bipolar atau juga dikenal sebagai mania-depresif merupakan gangguan otak
yang menyebabkan perubahan yang tidak normal dalam suasana hati, energi,
tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.1
Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita dengan angka
kejadian sekitar 5 per 1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat mengalami
bunuh diri 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan penduduk umum.
Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika tekanan pada pekerjaan, studi,
tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang paling berat. Pada
risiko bunuh diri dapat meningkat selama menopause.2
Pasien yang depresi merasa hilangnya energi, perasaan bersalah,
mudah tersinggung, hilangnya nafsu makan, dan penarikan diri dari
lingkungan sosial. Sedangkan pasien yang manic menunjukkan kebahagiaan
yang luar biasa, gagasan yang meloncat-loncat, peninggian harga diri, emosi
yang labil,hiperaktivitas,dll.3
Analisis pola pengobatan pada pasien gangguan bipolar diperlukan
salah satunya untuk mengetahui bagaimana pengobatan pada pasien gangguan
bipolar memberikan outcome membaik dari episode yang sedang dialami
pasien. Di sisi lain, pasien gangguan bipolar memiliki tingkat ketidakpatuhan
untuk farmakoterapi yang relatif tinggi, diperkirakan mencapai 32-45% dari
pasien yang diobati. Sedangkan penyakit gangguan kejiwaan seperti gangguan
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud gangguan bipolar afektif?
Apa saja penyebab gangguan bipolar afektif?
Apa saja gejala-gejala gangguan bipolar afektif?
Bagaimana cara mendiagnosis gangguan bipolar afektif?
Bagaimana terapi pada gangguan bipolar afektif?
Bagaimana prognosis gangguan bipolar afektif?
Tujuan Penulisan
Mengetahui apa yang dimaksud gangguan bipolar afektif.
Mengetahui penyebab gangguan bipolar afektif.
Mengetahui gejala-gejala gangguan bipolar afektif.
Mengetahui bagaimana cara mendiagnosis gangguan bipolar afektif.
Mengetahui terapi pada gangguan bipolar afektif.
Mengetahui prognosis pada gangguan bipolar afektif.
1.4.
Manfaat Penulisan
1. Diharapkan referat ini dapat dijadikan bahan pelajaran bagi mahasiswa.
2. Diharapkan referat ini dapat dijadikan salah satu syarat untuk mengikuti
ujian stase ilmu kesehatan jiwa.
3. Diharapkan referat ini dapat dijadikan sumber referensi di masa yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya
perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau
tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan
meningkat). Pasien yang menderita episode depresif berat dikatakan memiliki
gangguan depresif berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik
maupun depresif atau pasien dengan episode manik saja dikatakan memiliki
gangguan bipolar.4
2.2.
Epidemiologi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya
cukup tinggi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk
terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah sekitar 1-2%. Studi
Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali
seumur hidup gangguan bipolar adalah antara 0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1%
pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita). Puncak terjadinya gangguan bipolar
adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejalagejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal, pada masa remaja. Jarang
awitan di atas usia 60 tahun. Berbeda dengan depresi unipolar, gangguan
bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang
seimbang, kira-kira 1:1 (tidak seperti depresi, di mana kejadian pada
perempuan diperkirakan dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki).5
2.3.
Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan
dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang
menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak
lagi faktor lainnya.4
2.3.1. Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan
menderita suatu gangguan mood menurun saat derajat hubungan
kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua
(sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat
3
Manifestasi Klinis4
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu, episode
depresi dan episode mania.
Episode Manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara
menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood
iritabel) yaitu:
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit
didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat
kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh)
dan tidak memerlukan hospitalisasi.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan
depresi yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih
sering mood disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat,
agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang
gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien
atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi
personal, social dan pekerjaan.
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode-depresi,
hipomania, atau mania-dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat
jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam
hubungan interpersonal atau pekerjaan.
Waham
Pasien
dengan
Gangguan
bipolar
sering
didiagnosis
sebagai
Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
criteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi symptom Gangguan bipolar adalah
The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State
Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom
sesuai dengan ICD-10.
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform,
atau
dengan
Gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.
10
Gejala-gejala
pada
criteria
bukan
skizoafektif
dan
tidak
11
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurangkurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu
tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi
dan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis
kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan
(mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang
menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dan karena pasienpasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian
pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang
mempunyai juga episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu
digolongkan sebagai bipolar.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia. Kedua macam
episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk
penegakan diagnosis. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari
masa kanak sampai tua. Frekuensi episode dan pola remisi serta
kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi cenderung
untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi
lebih sering dan lebih lama berlangsungnya setelah usia pertengahan.
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik
Pedoman diagnostik
12
13
Pengobatan4
a. Farmakoterapi
Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada
remaja dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan remaja
yang menderita depresif akan mengalami gangguan bipolar, klinisi harus
mencatat gejala hipomanik yang mungkin terjadi selama pemakaian
fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus tersebut medikasi harus
dihentikan untuk menentukan apakah episode hipomanik selanjutnya
menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap antidepresan tidak selalu
meramalkan bahwa gangguan bipolar telah terjadi.8 Gangguan bipolar
pada masa anak-anak dan remaja adalah diobati dengan lithium (Eskalith)
dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak yang memiliki gangguan
15
16
17
lama.
Karena
keterbatasan
itulah,
penggunaan
lithium
mulai
untuk
18
1) Litium
Indikasi:
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat
sebagai terapi rumatan GB.
Dosis:
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar
antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.Dosis
awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan akut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk
terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya,
gejalatoksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
2) Valproat.
Dosis:
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 ug/mL. Untuk GB II dan
siklotimia diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma 50
19
samping,
20
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg 50 mg per dua minggu.
Indikasi:
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk
terapi rumatan.
2) Olanzapin
Indikasi:
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode
akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk
terapi rumatan GB.
Dosis:
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
3) Quetiapin.
Dosis:
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800
mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release)
dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan
pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR
dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi:
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi,
campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
4) Aripiprazol
Dosis:
21
untuk
menurunkan
dosis.
Beberapa
klinikus
behavioral
therapy
(CBT),
terapi
keluarga,
terapi
22
setelah
episode
depresif
telah
menghilang,
intervensi
Prognosis
Prognosis Buruk
Akut
Onseterjadi pada usia muda
Riwayat kerja yang buruk
Prognosis Baik
Fase manic (dalam durasi pendek)
Onset terjadi pada usia yang lanjut
Pemikiran untuk bunuh diri yang
Penyalahgunaan alcohol
Gambaran psikotik
rendah
Gambaran psikotik yang rendah
Masalah kesehatan (organik) yang
rendah.
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan
suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas
yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).
2. Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor
genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan
dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan
yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
3. Gejala gangguan bipolar terdiri dari episode manik, episode campuran, siklus
cepat, siklus ultra cepat, sindrom psikotik.
4. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31):
F31.0
F31.1
F31.2
F31.3
F31.4
F31.5
F31.6
F31.7
F31.8
F31.9
psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
Gangguan afektif bipolar lainnya
Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
DAFTAR PUSTAKA
24
25