Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Penyebab suatu penyakit tidak hanya dikarenakan kelainan pada
fisiologi tubuh seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis.
Gangguan psikologi atau gangguan kejiwaan banyak ditemui di tengah
masyarakat, mulai ringan hingga berat. Berbagai penelitian pun dilakukan
untuk mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang
masih kurang dipahami masyarakat adalah gangguan bipolar. Gangguan
Bipolar atau juga dikenal sebagai mania-depresif merupakan gangguan otak
yang menyebabkan perubahan yang tidak normal dalam suasana hati, energi,
tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.1
Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita dengan angka
kejadian sekitar 5 per 1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat mengalami
bunuh diri 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan penduduk umum.
Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika tekanan pada pekerjaan, studi,
tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang paling berat. Pada
risiko bunuh diri dapat meningkat selama menopause.2
Pasien yang depresi merasa hilangnya energi, perasaan bersalah,
mudah tersinggung, hilangnya nafsu makan, dan penarikan diri dari
lingkungan sosial. Sedangkan pasien yang manic menunjukkan kebahagiaan
yang luar biasa, gagasan yang meloncat-loncat, peninggian harga diri, emosi
yang labil,hiperaktivitas,dll.3
Analisis pola pengobatan pada pasien gangguan bipolar diperlukan
salah satunya untuk mengetahui bagaimana pengobatan pada pasien gangguan
bipolar memberikan outcome membaik dari episode yang sedang dialami
pasien. Di sisi lain, pasien gangguan bipolar memiliki tingkat ketidakpatuhan
untuk farmakoterapi yang relatif tinggi, diperkirakan mencapai 32-45% dari
pasien yang diobati. Sedangkan penyakit gangguan kejiwaan seperti gangguan

bipolar memang belum mendapat perhatian yang cukup dari banyak


kalangan.1
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud gangguan bipolar afektif?
Apa saja penyebab gangguan bipolar afektif?
Apa saja gejala-gejala gangguan bipolar afektif?
Bagaimana cara mendiagnosis gangguan bipolar afektif?
Bagaimana terapi pada gangguan bipolar afektif?
Bagaimana prognosis gangguan bipolar afektif?
Tujuan Penulisan
Mengetahui apa yang dimaksud gangguan bipolar afektif.
Mengetahui penyebab gangguan bipolar afektif.
Mengetahui gejala-gejala gangguan bipolar afektif.
Mengetahui bagaimana cara mendiagnosis gangguan bipolar afektif.
Mengetahui terapi pada gangguan bipolar afektif.
Mengetahui prognosis pada gangguan bipolar afektif.

1.4.

Manfaat Penulisan
1. Diharapkan referat ini dapat dijadikan bahan pelajaran bagi mahasiswa.
2. Diharapkan referat ini dapat dijadikan salah satu syarat untuk mengikuti
ujian stase ilmu kesehatan jiwa.
3. Diharapkan referat ini dapat dijadikan sumber referensi di masa yang akan
datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya
perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau
tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan
meningkat). Pasien yang menderita episode depresif berat dikatakan memiliki

gangguan depresif berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik
maupun depresif atau pasien dengan episode manik saja dikatakan memiliki
gangguan bipolar.4
2.2.

Epidemiologi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa berat yang prevalensinya
cukup tinggi. Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa risiko untuk
terjadinya gangguan bipolar sepanjang kehidupan adalah sekitar 1-2%. Studi
Epidemiologic Catchment Area (ECA) menemukan bahwa prevalensi sekali
seumur hidup gangguan bipolar adalah antara 0,6%-1,1% (antara 0,8%-1,1%
pada pria dan 0,5%-1,3% pada wanita). Puncak terjadinya gangguan bipolar
adalah pada usia 20 hingga 25 tahun. Beberapa survei menunjukkan gejalagejala premorbid bahkan bisa dimulai lebih awal, pada masa remaja. Jarang
awitan di atas usia 60 tahun. Berbeda dengan depresi unipolar, gangguan
bipolar terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan prevalensi yang
seimbang, kira-kira 1:1 (tidak seperti depresi, di mana kejadian pada
perempuan diperkirakan dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki).5

2.3.

Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan
dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang
menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak
lagi faktor lainnya.4
2.3.1. Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan
menderita suatu gangguan mood menurun saat derajat hubungan
kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua
(sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat
3

pertama. Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta


bahwa kira-kira 50 persen pasien Gangguan bipolar memiliki
sekurangnya satu orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling sering
Gangguan depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan
bipolar, terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita
suatu Gangguan mood. Jika kedua orangtua menderita Gangguan
bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita
Gangguan mood.4
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara
Gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum
dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar
terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi
kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko
rendah menderita Gangguan bipolar.4

2.3.2. Faktor Biologis


Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan
mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin
biogenik. Norepinefrin dan serotonin dari amin biogenik merupakan
dua transmitter yang paling berperan dalam patofisiologi mood.
Penurunan serotonin merupakan salah satu pencetus depresi, seperti
penelitian yang dilakukan pada orang yang bunuh diri, didalam cairan
serebrospinal mereka ditemukan kadar serotonin yang rendah.4
2.3.3. Faktor Lingkungan

Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang


peranan penting dalam gangguan perkembangan bipolar. Faktor
lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari
pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan.
Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat
menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan
bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal
intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan
penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut
adalah menyebabkan seseorang berada pada risiko yang lebih tinggi
untuk menderita gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.4
2.4.

Manifestasi Klinis4
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu, episode
depresi dan episode mania.

Episode Manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara
menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood
iritabel) yaitu:

Grandiositas atau percaya diri berlebihan

Berkurangnya kebutuhan tidur

Cepat dan banyaknya pembicaraan

Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

Perhatian mudah teralih


5

Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)

Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan


yang matang)
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran

psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit
didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat
kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki
gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh)
dan tidak memerlukan hospitalisasi.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan
depresi yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih
sering mood disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat,
agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang
gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien
atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi
personal, social dan pekerjaan.
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode-depresi,
hipomania, atau mania-dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat
jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam
hubungan interpersonal atau pekerjaan.

Siklus Ultra Cepat


Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat
dalam beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan
dengan siklotimia dan sangat sulit diatasi.
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik
yang paling sering yaitu:

Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

Waham
Pasien

dengan

Gangguan

bipolar

sering

didiagnosis

sebagai

skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk


bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan
dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi
temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian
social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki
penerapan terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu
memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan atau anti mania atau
mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan
klinis.
2.5.

Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
criteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi symptom Gangguan bipolar adalah
The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State
Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom
sesuai dengan ICD-10.

Pembagian menurut DSM-IV:4


Gangguan mood bipolar I

Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal


A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizofreniform,

skizoafektif, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang


tidak dapat diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini


A. Saat ini dalam episode manic
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode
manik, depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan
waham,

atau

dengan

Gangguan

psikotik

yang

tidak

dapat

diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini


A. Saat ini dalam episode campuran

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi


atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak
diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini


A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic
atau campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup
bermakna atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting
lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik
yang tidak dapat diklasifikasikan.

Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini


A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan

tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik


yang tidak dapat diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat


ini
A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik
atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik
yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II


Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling
sedikit satu episode hipomanik.
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejalagejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang

10

tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak


dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejalagejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran,
selama dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih
dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan
siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II
dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
D.

Gejala-gejala

pada

criteria

bukan

skizoafektif

dan

tidak

bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,


atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan atau aspek
fungsi penting lainnya.
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)6
F31.0
F31.1
F31.2
F31.3
F31.4
F31.5
F31.6
F31.7
F31.8
F31.9

Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik


Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
Gangguan afektif bipolar lainnya
Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
F31 Gangguan Afektif Bipolar

11

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurangkurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu
tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi
dan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis
kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan
(mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang
menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dan karena pasienpasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian
pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang
mempunyai juga episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu
digolongkan sebagai bipolar.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia. Kedua macam
episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk
penegakan diagnosis. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari
masa kanak sampai tua. Frekuensi episode dan pola remisi serta
kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi cenderung
untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi
lebih sering dan lebih lama berlangsungnya setelah usia pertengahan.
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik
Pedoman diagnostik
12

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania


(F30.0) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau
Sedang
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.

13

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya


gejala somatic dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.30 Tanpa gejala somatik
F31.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa
Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
GejalaPsikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan afeknya.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanikdan depresif yangtercampur atau bergantian dengan
14

cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok


selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurangkurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
2.6.

Pengobatan4
a. Farmakoterapi
Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada
remaja dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan remaja
yang menderita depresif akan mengalami gangguan bipolar, klinisi harus
mencatat gejala hipomanik yang mungkin terjadi selama pemakaian
fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus tersebut medikasi harus
dihentikan untuk menentukan apakah episode hipomanik selanjutnya
menghilang. Tetapi, respon hipomanik terhadap antidepresan tidak selalu
meramalkan bahwa gangguan bipolar telah terjadi.8 Gangguan bipolar
pada masa anak-anak dan remaja adalah diobati dengan lithium (Eskalith)
dengan hasil yang baik. Tetapi, anak-anak yang memiliki gangguan

15

defisit-atensi/hiperaktivitas) dan selanjutnya mengalami gangguan bipolar


pada awal masa remaja adalah lebih kecil kemungkinannya untuk
berespon baik terhadap lithium dibandingkan mereka yang tanpa
gangguan perilaku.
Pasien dengan gangguan bipolar membutuhkan dorongan untuk
mencari dan mempertahankan pengobatan dan tindak lanjutnya dengan
segala keterbatasannya lithium merupakan pengobatan untuk gangguan
bipolar yang telah lama digunakan meskipun banyak obat-obat generasi

16

baru yang ditemukan, namun efektifitas pencegahan bunuh diri masih


belum jelas.
Garam Lithium (carbonate) merupakan antidepresan yang dianjurkan
untuk gangguan depresi bipolar (terdapatnya episode depresi dan mania)
dan penderita gangguan depresi. Lithium tidak bersifat sedative, depresan
ataupun eforian, inilah yang membedakannya dari antidepresan lain.
Mekanis aksi lithium mengendalikan alam perasaan belum diketahui,
diduga akibat efeknya sebagai membrana biologi. Sifat khas ion lithium
dengan ukuran yang amat kecil tersebar melalui membrana biologik,
berbeda dari ion Na dan K. Ion lithium menggantikan ion Na mendukung
aksi potensial tunggal di sel saraf dan melestarikan membrana potensial
itu. Masih belum jelas betul makna interaksi antara lithium (dengan
konsentrasi 1 mEq per liter) dan transportasi monovalent atau divalent
kation oleh sel saraf.2 Aksi lithium disusunan saraf pusat dispekulasikan
merobah distribusi ion didalamsel susunan saraf pusat, perhatian terpusat
pada efek konsentrasi ionnya yang rendah dalam metabolisme biogenik
amin yang berperanan utama dalam patofisiologi gangguan alam perasaan.
Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan
bipolar. Keefektivitasannya telah terbukti dalam mengobati 60-80%
pasien. Pamornya semakin berkibar karena dapat menekan ongkos
perawatan dan angka kematian akibat bunuh diri.
Tapi bukan berarti lithium tanpa cela. Terdapat orang-orang yang
kurang memberi respon terhadap lithium di antaranya penderita dengan
riwayat cedera kepala, mania derajat berat (dengan gejala psikotik), dan
yang disertai dengan komorbid. Bila penggunaanya dihentikan tiba-tiba,
penderita cepat mengalami relaps. Selain itu, indeks terapinya sempit dan
perlu monitor ketat kadar lithium dalam darah. Gangguan ginjal menjadi
kontraindikasi penggunaan lithium karena akan menghambat proses
eliminasi sehingga menghasilkan kadar toksik. Di samping itu, pernah
juga dilaporkan lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka

17

lama.

Karena

keterbatasan

itulah,

penggunaan

lithium

mulai

ditinggalkan.2 Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak


tahun 1950.
Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar dengan
agitasi psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak
merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi
pertama (golongan tipikal) sebab dapat menimbulkan beberapa efek
samping seperti ekstrapiramidal, neuroleptic malignant syndrome, dan
tardive dyskinesia.
Valproat menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi
respon terhadap lithium. Bahkan valproat mulai menggeser dominasi
lithium sebagai regimen lini pertama. Salah satu kelebihan valproat adalah
memberikan respon yang baik padakelompok rapid cycler. Penderita
bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam 1 tahun mengalami 4 atau
lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik tercapai pada kadar
optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping dapat timbul ketika
kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan meningkat,
gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis akselerasi
valproat yang dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari
pertama dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya. Pencarian
obat alternatif terus diupayakan. Salah satunya adalah lamotrigine.
Lamotrigine merupakan antikonvulsan yang digunakan

untuk

mengobati epilepsi. Beberapa studi acak, buta ganda telah menyimpulkan,


lamotrigine efektif sebagai terapi akut pada gangguan bipolar episode kini
depresi dan kelompok rapid cycler. Sayangnya, lamotrigine kurang baik
pada episode manik.

18

1) Litium
Indikasi:
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat
sebagai terapi rumatan GB.
Dosis:
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar
antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.Dosis
awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan akut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk
terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya,
gejalatoksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
2) Valproat.
Dosis:
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 ug/mL. Untuk GB II dan
siklotimia diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma 50
19

ug/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari


atau 250 500

mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga

mencapai konsentrasi serum 45- 125 ug/mL. Efek

samping,

misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit


serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum 100 ug/mL.
Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang
dianjurkan adalah antara 75-100 ug/mL.
Indikasi:
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor
akut, terapi rumatan

GB, mania sekunder, GB yang tidak

berespons dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan remaja,


serta GB pada lanjut usia.
3) Lamotrigin
Indikasi:
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik
akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus
cepat.
Dosis:
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Antipsikotika Atipik
1) Risperidon
Dosis:
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan
yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2
mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4
mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.
Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan
untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang
dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak

20

berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg 50 mg per dua minggu.
Indikasi:
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk
terapi rumatan.

2) Olanzapin
Indikasi:
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode
akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk
terapi rumatan GB.
Dosis:
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
3) Quetiapin.
Dosis:
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800
mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release)
dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan
pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR
dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi:
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi,
campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
4) Aripiprazol
Dosis:

21

Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg.


Kisaran dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis
awal yang direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan
sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia,
dianjurkan

untuk

menurunkan

dosis.

Beberapa

klinikus

mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan


tolerabilitas.
Indikasi:
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran
akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga
efektif sebagai terapi tambahan pada GB I, episode depresi.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka
panjang berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk
menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah
dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya,
cognitive

behavioral

therapy

(CBT),

terapi

keluarga,

terapi

interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk


terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psiksosial sangat
perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.
b. Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan
psikoterapi dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa
anak-anak dan remaja. Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk

22

mengajarkan keluarga tentang gangguan mood serius yang dapat terjadi


pada anak-anak saat terjadinya stres keluarga yang berat. Pendekatan
psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah pendekatan kognitif dan
pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur dibandingkan yang
biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak
yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama,
walaupun

setelah

episode

depresif

telah

menghilang,

intervensi

keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa


program terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu
menegakkan keterampilan memecahkan masalah yang baik. Psikoterapi
adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.
2.7.

Prognosis
Prognosis Buruk
Akut
Onseterjadi pada usia muda
Riwayat kerja yang buruk

Prognosis Baik
Fase manic (dalam durasi pendek)
Onset terjadi pada usia yang lanjut
Pemikiran untuk bunuh diri yang

Penyalahgunaan alcohol
Gambaran psikotik

rendah
Gambaran psikotik yang rendah
Masalah kesehatan (organik) yang
rendah.

Gambaran depresif diantara episode


manic dan depresi
Adanya bukti keadaan depresif
Jenis kelamin laki-laki.

23

BAB III
KESIMPULAN
1. Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan
suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas
yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).
2. Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor
genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan
dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan
yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
3. Gejala gangguan bipolar terdiri dari episode manik, episode campuran, siklus
cepat, siklus ultra cepat, sindrom psikotik.
4. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31):
F31.0
F31.1
F31.2
F31.3
F31.4
F31.5

Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik


Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala

F31.6
F31.7
F31.8
F31.9

psikotik
Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
Gangguan afektif bipolar lainnya
Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

DAFTAR PUSTAKA
24

1. Ikawati. 2011. Gangguan Afektif Bipolar. https://www.etd.repository.ugm.ac.


id/downloadfile/64876/potongan/S1-2013-264543-chapter1.pdf, Diakses 18 Juni
2016.
2. Israr, Yayan. 2009. Gangguan Afektif Bipolar. FK UNRI: Pekanbaru.
3. Pattisina. 2013. Gangguan Afektif Bipolar. https://www.scribd.com/doc/14711
7888/Referat-Gangguan-Afektif-Bipolar, Diakses 18 Juni 2016.
4. Kaplan H. I, Sadock B.J, Grabb J.A. 2003. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua.
Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
5. Putra. 2013. Gangguan Afektif Bipolar. https://www. repository.usu.ac.id
/bitstream/123456789/38120/4/Chapter/II.pdf, Diakses 18 Juni 2016.
6. Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Departemen Kesehatan: Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai