Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan.
Hal ini ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan
peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa
harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini telah banyak bentuk sedian obat yang dijumpai di
pasaran salah satunya adalah bentuk cairan atau larutan seperti, sirup,
emulsi dan suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk
sediaan cair yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu system
dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi
merata kedalam pembawanya.
Bentuk suspensi yang dipasarkan ada 2 macam yaitu suspensi siap
pakai atau suspensi cair yang langsung bisa diminum dan suspensi yang
dilarutkan terlebih dahulu kedalam cairan pembawanya (suspensi kering).
Suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam
akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan
minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi
yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam
air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mdah diberikan kepada
pasien yang mengalami kesulitan menelan, diberikan pada anak-anak
untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.
Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen
dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun bentuk
wadahnya. Penggunaan suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif
yang tidak stabil dalam air.

Dengan demikianlah sangat penting bagi kita sebagai tenaga


farmasis untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam
bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi yang ideal
ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapkan pada pelayanan
kefarmasian dalam kehidupan bermasyarakat.
I.2

Maksud dan Tujuan

I.2.1

Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan
memahami cara memformulasikan sediaan larutan dalam bentuk suspensi

I.2.1

Tujuan Percobaan
1.

Diharapkan mahasiswa dapat memformulasikan suatu bahan obat


dalam bentuk suspensi.

2.

Diharapakan setelah memformulasikan, mahasiswa dapat mengetahui


dan menentukan cara evaluasi sediaan suspensi yang telah memenuhi
syarat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Dasar Teori
A. Teori Umum Suspensi
1. Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandun bahan obat,
merupakan sistem heterongen yang terdiri dari dua fase yaitu fase
internal yang berupa bahan obat padat, tidak larut dan berukuran lebih
dari 0,1 mikron dan terdispersi dalam fase eksternal (kontinyu) yang
berupa cairan (air atau minyak) yang dapat ditujukan untuk absorpsi
fisiologis atau fungsi penyalutan eksternal maupun internal (Tungadi,
2014).
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 2008).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan
dituang (Lachman, 1944).
Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae).
Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia
maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Lachman, 1944).

2. Keuntungan dan Kerugian dari sediaan suspensi.


Keuntungan sediaan suspensi, yaitu (Tungadi, 2014)

a. Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media penerima, oleh
karena itu harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan bukan
larutan (tablet, kapsul, dan lain-lain) atau sebagai suspensi.
b. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan
suspensi dari obat atau derivat dari obat sebagai contoh yang
terikat kloramfenikol palmitat.
c. Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung
obat bentuk ion dapat digunakan tidak hanya untuk
meminimalkan rasa dari obat tetapi juga untuk menghasilkan
produksi

beraksi

lama,

sebab

obat-obatan

mengalami

pertukaran yang lambat untuk ion-ion lain dalam saluran


pencernaan.
d. Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan.
e. Suspensi merupakan bentuk sediaan yang ideal untuk pasian
yang sulit menelan tablet atau kapsul yang mana penting dalam
pembuatan obat untuk anak-anak.
Adapun kerugian dari sediaan suspensi itu sendiri, yaitu (Tungadi,
2014):
a. Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan yang
digunakan untuk pengobatan tidak mungkin dibandingkan
rasanya yang diperoleh dengan menggunakan tablet atau
kapsul.
b. Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan
masalah dimana tidak mudah untuk dilarutkan.
c. Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak
menguntungkan bagi farmasis dan pasien.
d. Keefektifan dari formula dan suspensi secara farmasetik bagus
biasanya sulit untuk dicapai dari sediaan tablet/kapsul pada
obat yang sama.
3. Kriteria Suspensi yang Baik
Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu.
Kritria suspensi yang baik, adalah (Martin, 1993; Ansel, 1989) :
a. Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang
serba sama dapat dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
4

b. Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat


segera terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.
c. Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
d. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan
dengan mudah dapat dituang dari wadahnya.
e. Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.
Suspensi yang baik harusnya memiliki kriteria sebagai berikut
(Tungadi, 2014) :
a. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan
cepat

pada

dasar

wadah.

Bagaimanapun

juga

dikatakan

termodinamika tidak stabil karena cenderung mengendap. Oleh


karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk
campuran yang seragam dengan pengocokan sedang dan tidak
membentuk cake.
b. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus
konstan selama penyimpanan produk.
c. Viskositasnya memungkinkan untukmudah mengalir (mudah
dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar
secar luas melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh terlalu
bergerak.
d. Suspense untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan
member lapisan pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
e. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetika selama
penyimpanan.
f. Suspensi kembalinya

harus

menghasilkan

campuran

yang

homogeny dari partikel obat yang sama walaupun dipindahkan


secara berulang-ulang.
g. Produk harus mudah untuk dituang, memilki rasa yang
menyenangkan dan tahan terhadap mikroba.
h. Partikel yang terdispersi harus memilki ukuran yang sama dimana
partikel ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.
i. Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup air sehingga
dapat tersebar dengan mudah keseluruh daerah yang sedang diobati
tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah bergerak sehingga
mudah hilang dan permukaan dimana obat tersebut digunakan.
5

j. Cairan tersebut dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu


lapisan pelindung yang elastis sehingga tidak akan mudah
terhapus, juga harus mempunyai warna dan bau yang enak.
4. Macam-Macam Suspensi
Suspensi dapat digolongkan menjadi bebarapa macam, yaitu
(Ansel, 1989; Martin, 1993) :
a. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi
yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam
golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan
sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai lotio termasuk dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikelpartikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
d. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu
termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada
kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa
yang mengeras atau menggumpal.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk
dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara
intravena atau kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan yang sesuai.
5. Stabilitas Suspensi
6

Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang


dapat terbagi rata kembali bila dikocok, karena hal inimerupakan suatu
persyaratan dari suspense. Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya
tegangan antar permukaan zat padat dengan zat cairnya, bila tegangan
anatr permukaan zat padat ini lebih besar dari tegangan permukaan zat
cairny, maka zat padat tersebut akan mengendap dan sebaliknya bila
tegangan antar permukaan zat padat lebih kecil maka zat padat tersebut
akan ditekan keatas sehingga pengendapan tidak akan terjadi. Untuk
memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat
pensuspensi yang bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain
tegangan permukaan zat yang memiliki energy babas yang besar tidak
stabil dalam bentuk suspense. Untuk mendapatkan suspense yang
stabil maka energy bebas tersebut harus diturunkan. Hubungan energi
bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu suspense
dijelaskan dalam rumus sebagai berikut :

W = . A
Dimana: W : kenaikan energi bebas permukaan (erg)

: tegangan antar muka (dyne/cm)


A : penambahan luas permukaan (cm2)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa untuk menstabilkan suatu
suspense maka ukuran partikel harus diperkecil sehingga energi
bebasnya juga menjadi kecil.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kestabilan suspense,
yaitu (Ansel, 1989; Martin, 1993; Lachman, 1988) :
a. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang
partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas
7

penampangnya. (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin


besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan
semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
Batas terendah dari ukuran partikel mendekati 0,1 m,
sedangkan ukuran partikel suspense yang lain adalah 1 50 m.
b. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan
aliran dari cairan tersebut, semakin kental suatu cairan maka
kecepatan alirannya makin kecil. Kecepatan aliran dari cairan
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum stokes, yaitu :

V=
Dimana :
V
: kecepatan sedimentasi
d
: jari-jari partikel terdispersi.
: massa jenis fase dalam.
: massa jenis fase luar.
g
: percepatan gravitasi.

: viskositas fase luar.


Dari rumus diatas terlihat bahwa:
1) Semakin kecil ukuran partikel laju pengendapan suspense akan
semakin lambat.
2) Semakin tinggi viskositas maka kecepatan pengendapan akan
semakin berkurang.
3) Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan
kecepatan pengendapan juga semakin lambat.
Persamaan hokum Stokes ini diturunkan untuk suatu keadaan
ideal dimana partikel-partikel yang benar-benar bulat dan seragam
dalam suspensi yang encer mengendap tanpa mengakibatkan
turbulensi pada waktu turun ke bawah, tanpa tumbukan antara
8

partikel-partikel suspense dan tanpa gaya tarik-menarik kimia atau


fisika atau afunitas untuk medium dispesi.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah
besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang
bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin
besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
d. Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat
alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi ddidefinisikan sebagai
kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan
tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan
mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan.
Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat
oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya
membentuk cimpacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Jika dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsetrasi
dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
dalamresep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan
viskositas fase eksternak dapat dinaikkan denan penambahan zat
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
9

pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air


(hidrokoloid).
B. Suspensi Kering
Suspensi kering merupakan suatu campuran padat yang
ditambahkan air pada saat akan digunakan. Agar campuran setelah
ditambah air membentuk disperse yang homogenya maka dalam
formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspense kering
biasanya terdiri dari bahan pensuspensi pembasah, pemanis, pengawet,
penambah rasa atau aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa
dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak stabil
untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa
air (sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering
digunakan sebagai campuran kering untuk dibuat suspense pada waktu
akan digunakan. Biasanya suspense kering hanya digunakan untuk
pemakaian selama satu minggu dan dengan demikian maka
penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama (Ansel, 1989;
Martin. 1993).
Kriteria yang baik untuk suspense kering yaitu harus
memenuhi (Lachman. 1988; Martin, 1993) :
a. Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama
penyimpanan serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi
perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia,
seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dab tidak terjadi
perubahan pH yang drastic.
b. Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara
merata diseluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan
sedikit pengocokan atau pengadukan.
c. Bila suspense kering telah dibuat suspense maka suspense kering
dapat diterima bila memiliki kriteria dari suspensi
C. Granul
1. Pengertian Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel yang lebih
kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel
tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 410

12, walaupun demikian bermacam-macam ukuran lubang ayakan


mungkin dapat dibuat tergantung dari tujuan pemakaiannya (Ansel,
1989)
2. Granulasi
Granulasi adalah proses dimana partikel serbuk diubah
menjadi granul. Secara umum granulasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu granulasi basah dan granulasi kering.
a. Granulasi Basah
Pada granulasi basah bahan dilembabkan dengan larutan
pengikat yang cocok, sehingga serbuk terikat bersama dan
terbentuk massa yang lembab. Pelarut yang digunakan umumnya
bersifat volatif sehingga nudah dihilangkan pada saat dikeringkan.
Massa lembab kemudian dibagi-bagi sehingga terbentuk butiran
granul.
b. Granulasi Kering
Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula
dicetak menjadi tablet yang cukup besat, yang massanya tidak
tentu. Selanjutnya tablet yang terbentuk dihancurkan dengan mesin
penggranul

kering

gesekan

atau

dengan

cara

sederhana

menggunakan alu diatas sebuah ayakan, sehingga terbentuk sebuah


granul.
II.2

Preformulasi Zat Aktif


1. Kelarutan
Sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzene, dalam
karbon tetra klorida dan kloroform (FI IV, 1995).
2. Stabilitas
Amoxicilin yang merupakan derivate penicillin mengalmi hidrolisis
yang mendegradasi produksi cincin -laktam. Tidak stabil terhadap
paparan cahaya. Terurai pada suhu 30-350C (Codex, 1994).
3. PH
Stabil pada pH 3,5 6,0 (Codex, 1994).
4. Pemerian
Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau (FI IV, 1995).
5. RM/BM
C16H19N3O3 / 365, 4 g/mol (FI IV, 1995).
6. Dosis
11

Dewasa

= 3 dd 375 1000 mg

Anak-anak (3-10 tahun)

= 3 dd 250 mg

(Obat-obat Penting, 70)


7. Indikasi
Antibiotika spectrum luas yang aktif terhadap kuman-kuman gram
positif dan gram negative kecuali pseudomonia, klebsiela dan B fraglis.
8. Efek farmakologi
Efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilinasi terutama
digunakan terhadap infeksi saluran kemih dan nafas yang yang resisten
terhadap amoxicillin (OOP, 70)
III.3

Analisis Permasalahan Zat Aktif


Amoxicilin merupakan bahan aktif yang sukar larut dalam air dan
merupakan antibiotik dimana antibiotik tidak stabil dalam air. Hal yang
mendasari formulasi amoxicillin ke dalam bentuk suspensi (suspensi
kering) (Auton, 366).
Amoxicilin merupakan golongan penisilin dan memiliki stabilitas
yang buruk pada air. Semua golongan ini mengalami hidrolisis oleh air
dengan mendegradasi cincin -laktam yang diproduksi sehingga
pengatasan masalah ini yaitu dengan membuat sedikit amoxicillin dalam
bentuk suspense kering.

BAB III
PENDEKATAN FORMULA
III.1

Uraian Bahan

12

1. Amoxicillin (FI IV, 729)


Nama resmi

: Amoxicillin

Nama lain

: Amoksisilim

RM/BM

: C16H19N3O5S. 3H2O / 419,45

Rumus struktur

Pemerian

: Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut

dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan


dalam kloroform.
Inkompatibilitas

: Attapulgite, veegum, methylcelulosa 0,5%,


polysorbat 80 0,05%.

Stabilitas

: Tidak

tahan keadaan

pengaruh udara luar.


pH

: 5,8-6,5

pKa

: 0,87

Kegunaan

: Sebagai zat aktif

2. Asam Benzoat (FI III, 49 ; HOPE, 61)


Nama resmi
: Acidum Benzoicum
Nama lain
: Asam benzoat
RM/BM
: C7H6O2 / 122,12

Rumus struktur

13

asam,

cahaya,

dan

Pemerian

: Hablur halus dan ringan ; tidak berwarna; tidak

Kelarutan

berbau.
: Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam
lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8

Inkompatibilitas

bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter.


: Mengalami reaksi khas asam organik, misalnya
dengan alkalis atau logam berat. Kegiatan
pengawetan dapat dikurangi dengan interaksi

Stabilitas

dengan kaolin.
: Larutan asam benzoat dapat disterilkan dengan
autoklaf atau dengan penyaringan. 0,1% b / v
larutan asam benzoat telah dilaporkan stabil
selama minimal 8 minggu bila disimpan da lam
polyvinyl chloride botol, pada suhu kamar. atau
dengan penyaringan. 0,1% b / v larutan asam
benzoat telah dilaporkan stabil selama minimal
8 minggu bila disimpan dalam polyvinyl

chloride botol, pada suhu kamar.


pH
: 2,8
Konsentrasi
: 0,1 %
3. Na CMC (FI III, 401; HOPE, 118)
Nama resmi
: Carboxymethylcellulose Sodium
Nama lain

: Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose;


Carbose D; carmellosum natricum; Cel-OBrandt;

cellulose

gum;

Cethylose;

sodium
RM/BM
Rumus struktur

: C23H46N2O6.H2SO4.H2O / 694,85
:

14

CMC

Pemerian

: Natrium karboksimetilselulosa terjadi sebagai


putih untuk hampir putih, tidak berbau, tidak
berasa, bubuk granular. Hal ini higroskopis

Kelarutan

setelah pengeringan.
: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%),
eter, dan toluena. Mudah tersebar dalam air
pada semua suhu, membentuk jelas, solusi
koloid. Kelarutan air bervariasi dengan derajat

Inkompatibilitas

substitusi (DS).
: Natrium
karboksimetilselulosa

tidak

kompatibel dengan larutan asam kuat dan


dengan garam larut besi dan beberapa logam
lainnya, seperti aluminium, merkuri, dan seng.
Hal ini juga kompatibel dengan xanthan. Curah
hujan dapat terjadi pada pH <2, dan juga bila
dicampur

dengan

etanol

(95%). Natrium

karboksimetilselulosa membentuk coacervates


kompleks dengan gelatin dan pektin. Hal ini
juga membentuk kompleks dengan kolagen dan
mampu

mempercepat

tertentu

protein

bermuatan positif.
Stabilitas

: Natrium karboksimetilselulosa adalah stabil,


meskipun higroskopis materi. Dalam kondisi
kelembaban

tinggi,

karboksimetilselulosa

natrium dapat menyerap jumlah besar (> 50%)


15

air. Dalam tablet, ini telah dikaitkan dengan


penurunan tablet kekerasan dan peningkatan
waktu hancur. Larutan air yang stabil pada pH
2-10; curah hujan dapat terjadi bawah pH 2,
dan solusi viskositas menurun dengan cepat di
atas pH 10. Umumnya, solusi menunjukkan
viskositas maksimum dan stabilitas pada pH 79.
pH

: 7-9

4. Aquadest (FI III, 96 ; HOPE, 766)


Nama resmi

: Aqua destillata

Nama lain

: Air suling

RM/BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.

Inkompatibilitas

: Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi


dengan obat-obatan dan eksipien lain yang
rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
keberadaan air atau uap air) di sekitar dan
ditinggikan suhu. Air dapat bereaksi dengan
logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan
oksida mereka, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan
garam

anhidrat

untuk

membentuk

hidrat

berbagai komposisi, dan dengan beberapa


organik bahan dan kalsium karbida.
Stabilitas

: Air secara kimiawi stabil di semua negara fisik


(es, cair, dan uap). Air yang meninggalkan
sistem pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
tertentu. Tujuannya ketika merancang dan
16

mengoperasikan penyimpanan dan distribusi


sistem untuk menjaga air dari melebihi batas
yang

diijinkan

selama

penyimpanan.

Di

khususnya, penyimpanan dan distribusi sistem


harus memastikan bahwa. Air dilindungi
terhadap ion dan organik kontaminasi, yang
akan menyebabkan peningkatan konduktivitas
dan jumlah karbon organik, masing-masing.
Sistem ini juga harus dilindungi terhadap fisik
masuknya partikel asing dan mikroorganisme
sehingga mikroba yang Pertumbuhan dicegah
atau diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu
harus disimpan dalam wadah yang sesuai;
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai pelarut.

5. Tween 80 (HOPE, 549)


Nama resmi
: Polyoxyethylene Sorbitan Fatty Acid Esters
Nama lain
: Tween 80, Polysorbatum 80
RM/BM
: C64H124O26 / 131,0
Pemerian
:
Cairan kental seperti minyak; jernih, kuningmu
da hingga coklat muda, bau karakteristik, rasa
pahit dan hangat.
Kelarutan

:
mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) Pdal
am etil aseat P dan dalam metanol P,sukar larut
dalam parafin cair dan dalamminyak biji kapas

Inkompatibilitas

P.
: Perubahan warna dan / atau curah hujan terjadi
dengan berbagai zat, khususnya fenol, tanin,
ter, dan tar seperti bahan. Itu aktivitas
antimikroba

pengawet

paraben

dalam kehadiran polisorbat.


17

berkurang

Stabilitas

: Polisorbat stabil elektrolit dan asam lemah dan


basa; saponifikasi bertahap terjadi dengan asam
kuat dan basa. Ester asam oleat sensitif
terhadap oksidasi. Polisorbat yang higroskopis
dan

harus

diperiksa

kadar

air

sebelum

digunakan dan dikeringkan jika diperlukan.


Juga, sama dengan surfaktan polioksietilen
lainnya,
Penyimpanan

penyimpanan

lama

dapat

menyebabkan pembentukan peroksida.


: Polisorbat harus disimpan dalam wadah yang
tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat yang

sejuk dan kering.


pH
: 6-8
Kegunaan
: Agen pembasah
Konsentrasi
: 0,1-3 %
6. Sukrosa (FI III, 762 ; HOBE, 703)
Nama resmi

: Sucrose

Nama lain

: Sukrosa, gula bit, gula halus

RM/BM

: C12H22O11 / 342.30

Pemerian

: Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tebu


(Saccharum

officinarum

Linne'

(Fam.

Gramineae)), gula bit (Beta vulgaris Linne'


(Fam. Chenopodiaceae)), dan sumber lainnya.
Tidak mengandung zat tambahan. Sukrosa
terjadi kristal yang tidak berwarna, seperti
Kristal massa atau blok, atau sebagai bubuk
kristal putih; itu tidak berbau dan memiliki rasa
manis.
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah


larut dalam air mendidih; sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.

18

Inkompatibilitas

: Bubuk sukrosa mungkin terkontaminasi dengan


jejak berat logam, yang dapat menyebabkan
ketidakcocokan dengan bahan aktif, misalnya
asam

askorbat.

terkontaminasi

Sukrosa

dengan

sulfit

juga

dapat

dari

proses

pemurnian. Dengan kandungan sulfit yang


tinggi, perubahan warna dapat terjadi pada
tablet salut gula; untuk warna tertentu yang
digunakan
maksimum

dalam
untuk

sugarcoating
konten

sulfit,

batas
dihitung

sebagai sulfur, adalah 1 ppm. Di hadapan encer


atau asam terkonsentrasi, sukrosa adalah
dihidrolisis atau terbalik untuk dekstrosa dan
fruktosa

(gula

invert).

Sukrosa

dapat

menyerang penutupan aluminium.


Stabilitas

: Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada


suhu kamar dan pada moderat kelembaban
relatif. Menyerap hingga kelembaban 1%, yang
dirilis setelah pemanasan pada 90oC. Sukrosa
caramelize ketika dipanaskan sampai suhu di
atas 160oC. Encer solusi sukrosa bertanggung
jawab untuk fermentasi oleh mikroorganisme
tetapi

menolak

dekomposisi

pada

tinggi

konsentrasi, misalnya di atas 60% b / b


konsentrasi. Encer solusi dapat disterilkan
dengan autoklaf atau filtrasi.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sweetening agent (agen pemanis)

Konsentrasi

: 67 %

7. Veegum (HOPE, 393)


Nama resmi

: Magnesium Aluminum Silicate


19

Nama lain

: Veegum, Magnesium Aluminum Silikat

Rumus molekul

: 2MgO.3SiO2.nH2O

Pemerian

: Serbuk bebas butiran kasar; putih atau hampir


putih;

tidak

berbau;

tidak

berasa;

agak

Kelarutan

higroskopik.
: Praktis tidak larut dalam alkohol, air, dan

Inkompatibilitas

organik
pelarut.
: Karena

sifat

aluminium

lembam
silikat

nya,

magnesium

memiliki

beberapa

kompatibel tetapi pada umumnya tidak cocok


untuk larutan

asam pH

di bawah 3,5.

Magnesium aluminium silikat, seperti tanah liat


lainnya, mungkin menyerap beberapa obat. ini
dapat mengakibatkan bioavailabilitas rendah
jika obat ini terikat erat atau lambat diserap,
misalnya amfetamin sulfat, tolbutamid, natrium
Stabilitas

warfarin, diazepam, dan natrium diklofenak.


: Magnesium aluminium silikat stabil tanpa batas
saat disimpan dalam kondisi kering. Hal ini
stabil pada rentang pH yang luas, memiliki
baseexchange kapasitas, menyerap beberapa zat
organik,

Penyimpanan

dan

kompatibel

dengan

pelarut

organik.
: Magnesium aluminium silikat harus disimpan
di sebuah sumur tertutup kontainer, di tempat

III.2

Konsentrasi
Alasan Penambahan
1.

yang sejuk dan kering.


: 0,5-2,5 %

Veegum (Magnesium Aluminium Silikat) (HOPE, 393)


Veegum merupakan bahan pensuspensi alam golongan bukan
gom gabungan dari magnesium dan aluminium silikat yang digunakan
sebagai pengental dengan kadar 0,5-2,5%. Veegum memiliki sifat
20

aliran tiksotoprik pada konsentrasi lebih besar dari 3% b/v. Viskositas


suspensi meningkat dengan pemanasan atau penambahan elektrolit,
dan pada yang lebih tinggi konsentrasi dengan penuaan. Dalam
formulasi ini, digunakan veegum sebagai agen pensuspensi karena
veegum stabil tanpa batas saat disimpan dalam kondisi kering. Selain
itu,

veegum

juga

stabil

pada

pH

3,5-11

sehingga

cocok

dikombinasikan dengan zat aktif dalam formulasi ini yang memiliki


pH asam yaitu 3,5-6,0.
2. Na CMC (HOPE, 118)
Pengikat yang digunakan dalam formulas ini yaitu Na CMC
karena Na CMC selain sebagai agen pengikat, zat ini dapat
mendukung zat yang menjadi suspending agent disebabkan karena Na
CMC juga bersifat sebagai suspending agent.
3. Tween 80 (Parrot, 212)
Digunakan pembasah berupa tween 80 yang merupakan bahan
pembasah yang dapat menurunkan tegangan antarmuka dari air yang
sangat berguna untuk meningkatkan dispersi dan kelarutan dari bahan.
Konsentrasi sebagai pembasah 0,1-3 %.
4. Asam Benzoat (HOPE, 61)
Asam benzoat akan banyak digunakan dalam kosmetik,
makanan, dan obat-obatan, sebagai pengawet antimikroba. Kegiatan
terlihat pada nilai pH antara 2,5-4,5. Asam benzoat juga memiliki
sejarah panjang digunakan sebagai antijamur dalam sediaan terapi
topikal seperti Whitfield yang salep (asam benzoat 6% dan salisilat
asam 3%). Konsentrasi asam benzoat sebagai pengawet dalam sediaan
suspense oral adalah 0,1 %.
5. Sukrosa (HOPE, 703)
Sukrosa banyak digunakan dalam formulasi farmasi oral. Sirup
sukrosa, mengandung 50-67% b / b sukrosa, digunakan dalam tablet
sebagai bahan pengikat untuk granulasi basah. Dalam bubuk yang

21

bentuk, sukrosa berfungsi sebagai pengikat kering (2-20% b / b) atau


sebagai bulking.
Sirup sukrosa digunakan sebagai agen tablet-coating pada
konsentrasi antara 50% dan 67% b / b. Dengan konsentrasi yang lebih
tinggi, inversi sebagian sukrosa terjadi, yang membuat lapisan gula
sulit. Sirup sukrosa juga banyak digunakan sebagai kendaraan dalam
dosis cairan oral bentuk untuk meningkatkan palatabilitas atau untuk
meningkatkan viskositas. Sukrosa telah digunakan sebagai pengencer
protein beku-kering.

BAB IV
FORMULASI
IV.1 Rancangan Formula
Tiap 60 mL mengandung:
Amoxicilin

125 mg/ 5 mL

Na CMC

1%

Sukrosa

30%

Tween-80

2%

Na. Benzoat

0,5%

Veegum

2%

IV.2 Perhitungan
Bahan
22

Sediaan dibuat dalam jumlah 180 mL


- Amoxicilin

125 mg/5 mL =

- Sukrosa

30%

- Tween-80

2%

- Na. Benzoat

0,5%

- Na. CMC

1%

= 1% x (massa yang akan ditimbang)


= 1% x 63 g
= 0,63 g
- Bobot Fase Dalam Nyata setelah penimbangan = 61,9 g
- Bobot Fase Dalam Secara teoritis = 63,63 g
- Veegum
2%
= 2% x bobot FD nyata
=
- botol Nyata

1,238 g

= 2,9 atau 3 botol


- Massa granul per botol
= 21,046 g

Dosis
- Dewasa

25
DM = - / 375 1000 mg

Sekali

=-

Sehari

mg

Dalam Formula
Sekali

= 125 mg

Sehari

= 125 x 3
= 375 mg

TOD

23

BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
V.1

Cara Kerja
1.
2.

Disiapkan alat dan bahan.


Dibersihkan alat dengan tissue yang telah dibasahi dengan alkohol

3.
4.

70%.
Digerus sukrosa sampai halus
Ditimbang bahan yang akan digunakan: amoxicillin 4,5 gram, sukrosa
54 gram, natrium benzoat 0,9 gram, Na CMC 0,63 gram, dan diukur

5.
6.
7.

tween 80 3,6 gram


Dimasukan Na CMC ke dalam lumpang dan digerus
Ditambahkan zat aktif Amoxicillin dan digerus
Ditambahkan sukrosa, tween 80, dan natrium benzoat digerus hingga

8.
9.

homogen
Ditimbang masa fase dalam sebagai fase dalam nyata
Dihitung masa veegum yang akan dibutuhkan
24

10. Ditimbang veegum sebanyak 1,238 gram


11. Fase dalam dimasukan kembali ke dalam lumpang dan ditambahkan
12.
13.
14.
15.
16.
V.2

veegum, digerus hingga homogen


Dihitung masa sediaan untuk per botol
Ditimbang masa sediaan sebanyak 21,046 gram untuk 1 botol
Dibuat sediaan dalam 3 botol
Diberikan etiket, brosur dan dimasukan ke dalam kemasan
Dievaluasi sediaan yang telah jadi.

Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaan dilakukaan dengan tujuan untuk menguji
penjaminan kualitas dari sediaan tersebut selama masa proses sebelum dan
sesudah penyimpanan. Evaluasi sediaan ini dilakukaan untuk menguji
kestabilan dari sediaan.
Dalam evaluasi kali ini kita akan menguji kestabilan dari sediaan
suspensi kering amoxicillin sebelum dan sesudah proses penyimpanan.
Adapun evaluasi yang dilaksanakan yaitu stabilitas fisik yang berupa :
1. Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan secara visual dengan melihat warna, rasa dan
baunya

sebelum

dan

sesudah

penyimpanan.

Apabila

selama

penyimpanan kurang lebih 7 hari terdapat perubahan mulai dari warna,


rasa dan bau maka sediaan yang dihasilkan tidak baik dan memiliki
stabilitas yang jelek.
2. Uji pH
Uji pH ini dilakukan untuk melihat kestabilan pH dari sediaan
yang dihasilkan. Karena pH dari zat aktif berupa pH asam, maka dalam
hal ini dilakukan uji pH. Uji pH dilakukan dengan cara menggunakan
pH meter Apabila pHnya berubah dari asam menjadi basah maka
sediaan yang dihasilkan memiliki kestabilan yang jelek. Karena syarat
dari pH ini yaitu asam, karena pH dari zat aktif yaitu mayana stabil
dalam suasana asam yaitu 2-6.
3. Uji Densitas Larutan
Uji ini dilakukan untuk menentukan bobot jenis dari sediaan
sebelum dan sesudah proses penyimpanan. Cara untuk melakukan uji
ini yaitu dengan menggunakan piknometer. Piknometer kosong
ditimbang dan hasilnya dinyatakan dengan nilai (a), kemudian
25

piknometer diisi dengan suspensi, kemudian ditimbang hasilnya


dinyatakan dengan (b). Volume dari piknometer dinyatakan dengan (c).
Rumus :

Bobot jenis =

Keterangan :
a

: Berat pikno kosong

: Berat pikno berisi larutan

: Volume pikno

4. Uji Viskositas
Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat sifat aliran dari
sediaan yang dihasilkan apakah terlalu encer atau terlalu kental. Uji
viskositas larutan ini dilakukan dengan cara menggunakan alat
viskometer brookfield, yaitu dengan menggunakan nomor spindel 6
dan dinyalakan alat, diaduk sampai 15 menit hingga angka yang ada
dilayar terhenti dan dilihat nilai Cpnya.
5. Uji Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat kestabilan larutan
selama proses penyimpanan apakah akan terjadi perubahan atau
penurunan volume. Uji ini dilakukan dengan cara larutan dimasukkan
kedalam gelas ukur sebanyak volume yang tertera pada etiket.
Kemudian didiamkan kurang lebih 30 menit, dan diamati perubahan
volume yang terjadi. Syarat dari uji volume terpindahkan ini yaitu
volumenya tidak boleh lebih dari 100% dari volume yang tertera pada
etiket dan tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang tertera pada
etiket. Apabila setelah dilakukan evaluasi dan tidak sesuai dengan
syarat yang ada maka sedian yang dihasilakn stabilitasnya jelek.
Syarat :
100% x 60 = 60 mL
95% x 60 = 57mL
6. Uji waktu rekontitusi

26

Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu


terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering
ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai
sediaan tersebut membentuk suspensi dengan sempurna

Tabel hasil pengamatan dari sediaan suspensi kering amoxicilin


Uji evaluasi
Evaluasi granul

Hasil Pengamatan
tan

Keterangan
Sifat alir serbuk dengan
granulasi secara tidak
langsung adalah sangat baik

tan =

Syarat:

tan = 0,64
= 32,62

27

Sudut

Keterangan

diam
<25

Sangat baik

25 30

Baik

30 40

Cukup

>40

Kurang

Uji

kecepatan

alir

Kec

Kec alir =

Aliran

mengalir

(g/s)
>10

Free flowing

= 0,26 g/s

4-10

Easy flowing

1,6-4

Cohesive

<1,6

Very cohesive

Tabel hasil pengamatan evaluasi dari sedian suspensi kering


amoxicilin
Waktu
t1

Uji Evaluasi

Hasil Pengamatan

1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

a. Khas amoxicilin
b. Bening kekuningan
c. Manis agak pahit sedikit

Keterangan
Memenuhi syarat, tidak
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.

2. pH

a. pH indikator

:4

Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,
yaitu 2-6

3. Densitas
Larutan

a = 31,42 gram
b = 84,21 gram
c = 49,81 cm3

28

Bj =

= 1,05 gr / cm3
4. Uji

Spindle no 6, Cp 50 dengan

Viskositas

5. Uji

100 rpm

volume Tidak

sedimentasi

terbentuk

pertumbuhan

endapan Tidak

terbentuk

mikroba endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

6. Uji

volume V1 = 60mL

terpindahkan

Volume

rata2

tdk

kurang dari 100% dari


volume yg tertera pada
etiket dan tidak lebih
dari

wadah

yg

volumenya kurang dari


95% tetapi tidak kurang
dari 90%

seperti yg

tertera pada etiket


t2

1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

Memenuhi syarat, tidak


a. Khas amoxicilin
b. Bening kekuningan
c. Manis agak pahit
29

terjadi perubahan
selama proses

sedikit

2. pH

pH indikator : 4

penyimpanan.

Memenuhi syarat,
kerana pH amoxicilin
stabil dalam suasan
asam, yaitu 2-6

3. Densitas
Larutan

a = 29,62 gram
b = 80,05 gram
c = 49,88 cm3
Bj =

= 1,01 gr / cm3
4. Uji

Spindle no 6, Cp = 50

Viskositas
5. Uji volume
sedimentasi

dengan 100 rpm


Tidak terbentuk endapan

Tidak

terbentuk

pertumbuhan mikroba

endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

6. Uji

volume V1 = 60mL, V2 = 59mL

terpindahkan

Volume

rata2

tdk

kurang dari 100% dari


volume yg tertera pada
etiket dan tidak lebih
dari
30

wadah

yg

volumenya kurang dari


95% tetapi tidak kurang
dari 90%

seperti yg

tertera pada etiket

t3

1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

2. pH

Memenuhi syarat, tidak


a. Khas amoxicilin
b. Bening
c. Manis
pH indikator : 4

terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
Memenuhi

syarat,

kerana pH amoxicilin
stabil

dalam

suasan

asam, yaitu 2-6


3. Densitas

Laruta n

a = 29,62 gram
b = 75,89 gram
c = 49,88 cm3
Bj =

= 0,92 gr / mL
4. Viskositas

Spindle no 6, Cp = 50
dengan rpm 100

5. Uji volume
sedimentasi

Tidak terbentuk endapan

Tidak

pertumbuhan mikroba

endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

31

terbentuk

6. Uji

volume V2 = 60mL, V3 = 58mL,

terpindahkan

Volume

rata2

tdk

kurang dari 100% dari


volume yg tertera pada
etiket dan tidak lebih
dari

wadah

yg

volumenya kurang dari


95% tetapi tidak kurang
dari 90%

seperti yg

tertera pada etiket

t4

1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

2. pH

Memenuhi syarat, tidak


a. Khas amoxicilin
b. Bening
c. Manis
pH indikator : 4

terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
Memenuhi

syarat,

kerana pH amoxicilin
stabil

dalam

asam, yaitu 2-6


3. Densitas

Laruta n

a = 29,62 gram
b = 71,74 gram
c = 49,88 cm3
Bj =

= 0, 84 gr / cm3

32

suasan

4. Viskositas

Spindle no 6, Cp = 50
dengan rpm 100

5. Uji volume
sedimentasi

Tidak terbentuk endapan

Tidak

terbentuk

pertumbuhan mikroba

endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

6. Uji

volume V3 = 58mL, V4 = 57mL,

terpindahkan

Volume

rata2

tdk

kurang dari 100% dari


volume yg tertera pada
etiket dan tidak lebih
dari

wadah

yg

volumenya kurang dari


95% tetapi tidak kurang
dari 90%

seperti yg

tertera pada etiket


t5

1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

Memenuhi syarat, tidak


a. Khas amoxicilin
b. Bening kekuningan
c. Manis agak pahit

terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.

sedikit
2. pH

pH indikator

:4

Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,
yaitu 2-6

3. Densitas
Larutan

a = 29,62 gram
b = 67,62 gram

33

c = 49,88 cm3
Bj =

= 0,76 gr / cm3
4. Uji

Spindle no 6, Cp 50 dengan

Viskositas

5. Uji

100 rpm

volume Tidak

sedimentasi

terbentuk

pertumbuhan

endapan Tidak

terbentuk

mikroba endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

6. Uji

volume V4= 57mL, V5= 55mL

terpindahkan

Tidak

memenuhi

syarat, yaitu <95% dari


sediaan 60 mL

t6

1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa

Memenuhi syarat, tidak


a. Khas amoxicilin
b. Bening kekuningan
c. Manis agak pahit
sedikit.

2. pH

pH indikator

terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.

:4

Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,

34

yaitu 2-6
3. Densitas
Larutan

a = 29,62 gram
b = 67,59 gram
c = 49,88 cm3
Bj =

= 0,76 gr / cm3
4. Uji

Spindle no 6, Cp 50 dengan

Viskositas

5. Uji

100 rpm

volume Tidak

sedimentasi

terbentuk

pertumbuhan

endapan Tidak

terbentuk

mikroba endapan, pertumbuhan

selama waktu tertentu

mikroba selama waktu


tertentu

6. Uji

volume V5= 55mL, V6= 53mL

terpindahkan

Tidak

memenuhi

syarat, yaitu <95% dari


sediaan 60 mL

35

BAB VI
PEMBAHASAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem heterogen dimana terdapat
2 fase yaitu fase kontinyu atau fase luar dan fase terdispersi atau fase dalam.fase
kontinyu ini umumnya merupakan cairan atau semi padat sedangkan fase
terdispersinya terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut
melainkan terdispersi seluruhnya dalam fase kontinyu.
Dalam praktikum kali ini dilakukan formulasi zat aktif Amoxicilin dalam
bentuk sediaan suspensi kering atau yang biasa dikenal dengan suspensi
rekonstitusi.

Suspensi

rekonstitusi

adalah

suatu

campuran

padat

yang

ditambahkan air pada saat akan digunakan. Komposisi suspensi kering biasanya
terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau
aroma, buffer atau zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam suspensi kering
adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan
adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering
diberikan dalam campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan
digunakan. Biasanya suspensi kering akan digunakan untuk pemakaian selama 1
minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak
terlalu lama. Alasan formulasi amoxicillin ke dalam bentuk sediaan suspensi
kering karena amoxicillin merupakan senyawa obat yang termasuk kedalam
golongan antibiotik spectrum luas yang aktif terhadap kuman gram positif dan
negatif, kecuali pseudomonas, klebsiella, dan B fraglis, dimana jika berada dalam
air dalam jangka waktu yang panjang akan mengalami hidrolisis. Amoxicillin

36

merupakan golongan penicillin yang memiliki stabilitas yang buruk di air,


senyawa ini mengalami hidrolisis di air dengan mendegradasi cincin beta lactam
pada amoxicilin
Agar campuran setelah ditambahkan air membentuk dispersi yang
homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Pada formulasi
ini digunakan veegum sebagai bahan pensuspensi, dimana selain banyak
digunakan dalam sediaan farmasi veegum juga memiliki kinerja yang baik
khususnya sebagai bahan pensuspensi dan juga bahan ini kompatibel dengan
bahan-bahan lain yang digunakan kecuali untuk bahan-bahan yang memiliki pH
asam di bawah dari 3,5 sedangkan pH dari amoxicillin adalah 3,5-6,0. Dengan
konsentrasi yang digunakan 2% maka veegum akan mampu menjadi suspending
agent yang diharapkan dimana konsentrasi yang umum digunakan dalam sediaan
oral berkisar antara 0,5 - 2,5%. Untuk membentuk granul pada saat pembuatan,
digunakan penambahan Na CMC dengan konsentrasi 1% yang berfungsi sebagai
pengikat juga mendukung veegum sebagai suspending agent karena Na CMC juga
merupakan salah satu suspending agent yang baik. Selain itu digunakan pula
sukrosa dengan konsentrasi 30% karena dalam konsentrasi tersebut sukrosa tidak
menghasilkan caplooking, pada formulasi tidak menggunakan caplooking
sedangkan kalau dibawah 30% larutan yang dihasilkan encer sehingga mudah
untuk ditumbuhi mikroba. Sukrosa berfungsi sebagai pemanis. Penambahan
pemanis ini mengingat zat aktif yang digunakan memiliki pemerian dengan rasa
yang pahit. Untuk menurunkan tegangan permukan dari air, maka digunakan
bahan pembasah, dimana bahan pembasah merupakan surfaktan yang ketika
dilarutkan dengan air, emnurunkan sudut kontak dan membantu dalam mengganti
tempat dari fase udara pada permukaan dengan fase cairan. Pembasah yang
digunakan yaitu tween-80 dengan konsentrasi 2%. Tween digunakan sebagai
pembasah karena tween-80 merupakan bahn pembasah yang dapat menurunkan
tegangan antar muka dari air. Untuk mencegah adanya kontaminasi mikroba
dengan sediaan yang dibuat, maka digunakan bahan pengawet dimana bahan
pengawet yang digunakan adalah Natrium benzoate dengan konsentrasi 0,5%.
Penggunaan pengawet ini tak hanya ditujukan untuk mencegah kontaminasi
37

mikroba pada saat pembuatan, tetapi juga digunakan untuk mencegah tumbuhnya
mikroba dalam sedian selama masa waktu penyimpanan. Pemilihan Natrium
benzoate sebagai pengawet karena senyawa ini merupakan pengawet yang mudah
larut dalam air sebagaimana air digunakan sebagai pelarut dalam sediaan suspensi
kering.
Pada saat pembuatan sedian ini menjadi bentuk granul, digunakan metode
granulasi kering, metode granulasi kering digunakan karena pada metode ini tidak
digunakan pemanasan. Pemanasan dihindari karena mengingat zat aktif
amoxicillin pada suhu 30 -350C akan mengalami penguraian, sedangkan jika
menggunakan metode basah, bahan-bahan yang digunakan harus dibasahi terlebih
dahulu untuk membentuk masa kepal kemudian diayak untuk menghasilkan
granul. Untuk mengurangi kadar air pada granul, maka dibutuhkan pemanasan
yang membutuhkan suhu sekitar 40 - 70 0C. dengan melihat suhu yang digunakan
tersebut amoxicillin tidak akan mengalami penguraian. Metode granulasi kering
dilakukan dengan cara mencampurkan zat aktif bersama sukrosa, Na CMC,
Tween-80 dan natrium benzoat ke dalam lumpang. Setelah tercampur homogen,
dilakukan penimbangan terhadap campuran tadi. Setelah penimbangan, dilakukan
penambahan veegum yang dalam hal ini sebagai fase luar yang ditambahkan
setelah serbuk terbentuk atau yang biasa dikenal dengan fines. Kemudian serbuk
dimasukkan ke dalam 3 buah botol dengan bobot yang sama rata. Setelah itu
sediaan dievaluasi untuk mengetahui stabilitasnya dan kelayakan untuk
dipasarkan.
Evaluasi sediaan pada suspensi kering amoxicillin terdiri dari evaluasi
granul dan evaluasi suspensi. Evaluasi granul dilakukan uji evaluasi serbuk dan
uji kecepatan alir. Untuk uji evaluasi serbuk mendapatkan hasil = 32,62, sifat
alir serbuk dengan granulasi secara tidak langsung mendapatkan hasil sudut diam
30-40o. Dimana hasil = 32,62 masuk kategori cukup dalam syarat sifat alir
serbuk. Sedangkan untuk uji kecepatan alirnya mendapatkan hasil 0,26 g/s dimana
aliran ini masuk dalam kategori sangat kohesif, ini dikarenakan dari bahan
suspensi kering yang banyak mengandung sukrosa. Kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi sediaan suspensi, yang pertama dilakukan adalah uji organoleptis, dimana
38

pada hari pertama sampai hari terakhir dalam jangka waktu satu minggu bau, rasa,
dan warna tidak berubah. Yaitu bau khas amoxicillin, rasa manis agak pahit, dan
warna bening kekuningan. Setelah itu dilanjutkan dengan uji pH, uji pH ini
menggunakan pH indikator, amoxicilin stabil dalam suasan asam, yaitu 2-6 dan
evaluasi pH menghasilkan pH 4 dari hari pertama sampai hari terakhir evaluasi
sehingga sediaan ini stabil pada jangka waktu tertentu. Selanjutnya dilakukan
evaluasi densitas larutan, dimana densitas larutan yaitu untuk menghitung bobot
jenis dengan menggunakan pikno dan dihitung dengan rumus tertentu. Pada hari
pertama berat jenis larutan adalah 1,05 gr/cm3, pada hari kedua bobot jenisnya
adalah 1,01 gr/cm3, pada hari ketiga bobot jenisnya adalah 0,92 gr/cm 3, pada hari
keempat 0,84 gr/cm3, pada hari kelima dan keenam 0,76 gr/cm3. Selanjutnya di uji
viskositas suspensi menggunakan alat viskometer brookfield, yaitu dengan
menggunakan nomor spindel 6 dengan rpm 100, pada hari pertama sampai hari
terakhir nilai Cpnya tetap sama yaitu 50. Lalu dilanjutkan dengan uji volume
sedimentasi, dimana pada hari pertama sampai hari terakhir suspensi tidak
terbentuk endapan dan pertumbuhan mikroba. Dan terakhir uji volume
terpindahkan, dimana pada hari pertama sampai hari terakhir nilai volumenya
berkurang yaitu dari 60 mL, 59 mL, 58 mL, 57 mL, 55 mL, dan 53 mL. Ini
dikarenakan dari sifat fisik suspensi yang kental sehingga pada saat mengevaluasi
ada sedikit yang tertinggal pada alat yang digunakan.

39

BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sediaan Dry Suspension Amoxicillin telah dibuat dalam bentuk suspensi
kering dengan metode cara kering, hal ini dikarenakan sifat zat aktif dari
amoxicillin tidak tahan terhadap pemanasan. Selain itu hasil evaluasi yang
didapatkan bahwa Dry Suspension Amoxicillin telah memenuhi syarat.
VII.2 Saran
VII.2.1Untuk Jurusan
Agar lebih melengkapi kenutuhan laboratorium yang masih kurang
sehingga asisten laboratorium lebih efektif dalam meberikan informasi
lengkap tentang laboratorium, serta praktikan juga bias menguasai semua
alat-alat dan bahan sepertiapa yang seharusnya ada dalam laboratorium
VII.2.2Untuk Laboratorium
Aga bias lebih memperhatikan alat-alat dan bahan yang msih
kurang di dalam laboratorium dan melaporkan hasil control laboratorium
pada jurusan agar kebutuhan laboratorium bias terpenuhi.
VII.2.3Untuk Praktikuan
Agar lebih bias memahami tujuan dari prkatikum dan dapat
menjaga tata tertib dalam laboratorium.

40

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H,C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed-IV. UI Press: Jakarta
Auton, M.G. 1988. Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design. Chercill
Liuingstone: London
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesi ed IV. DEPKES RI: Jakarta
Lund, W. 1994. The Pharmaceutica Codex Principles and Practice of
Pharmaceutics 12th ed. The Pharmaceutical Press: London
Martin, A. dkk. 1993. Farmasi Fisika ed II. UI Press: Jakarta
Lachman, L. dkk. 1988. Pharmaceutical Dosage From, Dispersi System ed II.
Marccel Dekker: New York
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting ed V. Elex Medica Komputindo:
Jakarta
Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolida. Sagung Seto:
Jakarta

41

Anda mungkin juga menyukai