Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan.
Hal ini ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan
peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa
harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini telah banyak bentuk sedian obat yang dijumpai di
pasaran salah satunya adalah bentuk cairan atau larutan seperti, sirup,
emulsi dan suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk
sediaan cair yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu system
dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi
merata kedalam pembawanya.
Bentuk suspensi yang dipasarkan ada 2 macam yaitu suspensi siap
pakai atau suspensi cair yang langsung bisa diminum dan suspensi yang
dilarutkan terlebih dahulu kedalam cairan pembawanya (suspensi kering).
Suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam
akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan
minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi
yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam
air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mdah diberikan kepada
pasien yang mengalami kesulitan menelan, diberikan pada anak-anak
untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.
Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen
dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun bentuk
wadahnya. Penggunaan suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif
yang tidak stabil dalam air.
I.2.1
Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan
memahami cara memformulasikan sediaan larutan dalam bentuk suspensi
I.2.1
Tujuan Percobaan
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori
A. Teori Umum Suspensi
1. Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandun bahan obat,
merupakan sistem heterongen yang terdiri dari dua fase yaitu fase
internal yang berupa bahan obat padat, tidak larut dan berukuran lebih
dari 0,1 mikron dan terdispersi dalam fase eksternal (kontinyu) yang
berupa cairan (air atau minyak) yang dapat ditujukan untuk absorpsi
fisiologis atau fungsi penyalutan eksternal maupun internal (Tungadi,
2014).
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 2008).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan
dituang (Lachman, 1944).
Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae).
Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia
maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Lachman, 1944).
a. Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media penerima, oleh
karena itu harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan bukan
larutan (tablet, kapsul, dan lain-lain) atau sebagai suspensi.
b. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan
suspensi dari obat atau derivat dari obat sebagai contoh yang
terikat kloramfenikol palmitat.
c. Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung
obat bentuk ion dapat digunakan tidak hanya untuk
meminimalkan rasa dari obat tetapi juga untuk menghasilkan
produksi
beraksi
lama,
sebab
obat-obatan
mengalami
pada
dasar
wadah.
Bagaimanapun
juga
dikatakan
harus
menghasilkan
campuran
yang
W = . A
Dimana: W : kenaikan energi bebas permukaan (erg)
V=
Dimana :
V
: kecepatan sedimentasi
d
: jari-jari partikel terdispersi.
: massa jenis fase dalam.
: massa jenis fase luar.
g
: percepatan gravitasi.
kering
gesekan
atau
dengan
cara
sederhana
Dewasa
= 3 dd 375 1000 mg
= 3 dd 250 mg
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
III.1
Uraian Bahan
12
: Amoxicillin
Nama lain
: Amoksisilim
RM/BM
Rumus struktur
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
: Tidak
tahan keadaan
: 5,8-6,5
pKa
: 0,87
Kegunaan
Rumus struktur
13
asam,
cahaya,
dan
Pemerian
Kelarutan
berbau.
: Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam
lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8
Inkompatibilitas
Stabilitas
dengan kaolin.
: Larutan asam benzoat dapat disterilkan dengan
autoklaf atau dengan penyaringan. 0,1% b / v
larutan asam benzoat telah dilaporkan stabil
selama minimal 8 minggu bila disimpan da lam
polyvinyl chloride botol, pada suhu kamar. atau
dengan penyaringan. 0,1% b / v larutan asam
benzoat telah dilaporkan stabil selama minimal
8 minggu bila disimpan dalam polyvinyl
cellulose
gum;
Cethylose;
sodium
RM/BM
Rumus struktur
: C23H46N2O6.H2SO4.H2O / 694,85
:
14
CMC
Pemerian
Kelarutan
setelah pengeringan.
: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%),
eter, dan toluena. Mudah tersebar dalam air
pada semua suhu, membentuk jelas, solusi
koloid. Kelarutan air bervariasi dengan derajat
Inkompatibilitas
substitusi (DS).
: Natrium
karboksimetilselulosa
tidak
dengan
etanol
(95%). Natrium
mempercepat
tertentu
protein
bermuatan positif.
Stabilitas
tinggi,
karboksimetilselulosa
: 7-9
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling
RM/BM
: H2O / 18,02
Pemerian
Inkompatibilitas
anhidrat
untuk
membentuk
hidrat
diijinkan
selama
penyimpanan.
Di
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
:
mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) Pdal
am etil aseat P dan dalam metanol P,sukar larut
dalam parafin cair dan dalamminyak biji kapas
Inkompatibilitas
P.
: Perubahan warna dan / atau curah hujan terjadi
dengan berbagai zat, khususnya fenol, tanin,
ter, dan tar seperti bahan. Itu aktivitas
antimikroba
pengawet
paraben
berkurang
Stabilitas
harus
diperiksa
kadar
air
sebelum
penyimpanan
lama
dapat
: Sucrose
Nama lain
RM/BM
: C12H22O11 / 342.30
Pemerian
officinarum
Linne'
(Fam.
18
Inkompatibilitas
askorbat.
terkontaminasi
Sukrosa
dengan
sulfit
juga
dapat
dari
proses
dalam
untuk
sugarcoating
konten
sulfit,
batas
dihitung
(gula
invert).
Sukrosa
dapat
menolak
dekomposisi
pada
tinggi
Kegunaan
Konsentrasi
: 67 %
Nama lain
Rumus molekul
: 2MgO.3SiO2.nH2O
Pemerian
tidak
berbau;
tidak
berasa;
agak
Kelarutan
higroskopik.
: Praktis tidak larut dalam alkohol, air, dan
Inkompatibilitas
organik
pelarut.
: Karena
sifat
aluminium
lembam
silikat
nya,
magnesium
memiliki
beberapa
asam pH
di bawah 3,5.
Penyimpanan
dan
kompatibel
dengan
pelarut
organik.
: Magnesium aluminium silikat harus disimpan
di sebuah sumur tertutup kontainer, di tempat
III.2
Konsentrasi
Alasan Penambahan
1.
veegum
juga
stabil
pada
pH
3,5-11
sehingga
cocok
21
BAB IV
FORMULASI
IV.1 Rancangan Formula
Tiap 60 mL mengandung:
Amoxicilin
125 mg/ 5 mL
Na CMC
1%
Sukrosa
30%
Tween-80
2%
Na. Benzoat
0,5%
Veegum
2%
IV.2 Perhitungan
Bahan
22
125 mg/5 mL =
- Sukrosa
30%
- Tween-80
2%
- Na. Benzoat
0,5%
- Na. CMC
1%
1,238 g
Dosis
- Dewasa
25
DM = - / 375 1000 mg
Sekali
=-
Sehari
mg
Dalam Formula
Sekali
= 125 mg
Sehari
= 125 x 3
= 375 mg
TOD
23
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
V.1
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
70%.
Digerus sukrosa sampai halus
Ditimbang bahan yang akan digunakan: amoxicillin 4,5 gram, sukrosa
54 gram, natrium benzoat 0,9 gram, Na CMC 0,63 gram, dan diukur
5.
6.
7.
8.
9.
homogen
Ditimbang masa fase dalam sebagai fase dalam nyata
Dihitung masa veegum yang akan dibutuhkan
24
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaan dilakukaan dengan tujuan untuk menguji
penjaminan kualitas dari sediaan tersebut selama masa proses sebelum dan
sesudah penyimpanan. Evaluasi sediaan ini dilakukaan untuk menguji
kestabilan dari sediaan.
Dalam evaluasi kali ini kita akan menguji kestabilan dari sediaan
suspensi kering amoxicillin sebelum dan sesudah proses penyimpanan.
Adapun evaluasi yang dilaksanakan yaitu stabilitas fisik yang berupa :
1. Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan secara visual dengan melihat warna, rasa dan
baunya
sebelum
dan
sesudah
penyimpanan.
Apabila
selama
Bobot jenis =
Keterangan :
a
: Volume pikno
4. Uji Viskositas
Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat sifat aliran dari
sediaan yang dihasilkan apakah terlalu encer atau terlalu kental. Uji
viskositas larutan ini dilakukan dengan cara menggunakan alat
viskometer brookfield, yaitu dengan menggunakan nomor spindel 6
dan dinyalakan alat, diaduk sampai 15 menit hingga angka yang ada
dilayar terhenti dan dilihat nilai Cpnya.
5. Uji Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat kestabilan larutan
selama proses penyimpanan apakah akan terjadi perubahan atau
penurunan volume. Uji ini dilakukan dengan cara larutan dimasukkan
kedalam gelas ukur sebanyak volume yang tertera pada etiket.
Kemudian didiamkan kurang lebih 30 menit, dan diamati perubahan
volume yang terjadi. Syarat dari uji volume terpindahkan ini yaitu
volumenya tidak boleh lebih dari 100% dari volume yang tertera pada
etiket dan tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang tertera pada
etiket. Apabila setelah dilakukan evaluasi dan tidak sesuai dengan
syarat yang ada maka sedian yang dihasilakn stabilitasnya jelek.
Syarat :
100% x 60 = 60 mL
95% x 60 = 57mL
6. Uji waktu rekontitusi
26
Hasil Pengamatan
tan
Keterangan
Sifat alir serbuk dengan
granulasi secara tidak
langsung adalah sangat baik
tan =
Syarat:
tan = 0,64
= 32,62
27
Sudut
Keterangan
diam
<25
Sangat baik
25 30
Baik
30 40
Cukup
>40
Kurang
Uji
kecepatan
alir
Kec
Kec alir =
Aliran
mengalir
(g/s)
>10
Free flowing
= 0,26 g/s
4-10
Easy flowing
1,6-4
Cohesive
<1,6
Very cohesive
Uji Evaluasi
Hasil Pengamatan
1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
a. Khas amoxicilin
b. Bening kekuningan
c. Manis agak pahit sedikit
Keterangan
Memenuhi syarat, tidak
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
2. pH
a. pH indikator
:4
Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,
yaitu 2-6
3. Densitas
Larutan
a = 31,42 gram
b = 84,21 gram
c = 49,81 cm3
28
Bj =
= 1,05 gr / cm3
4. Uji
Spindle no 6, Cp 50 dengan
Viskositas
5. Uji
100 rpm
volume Tidak
sedimentasi
terbentuk
pertumbuhan
endapan Tidak
terbentuk
6. Uji
volume V1 = 60mL
terpindahkan
Volume
rata2
tdk
wadah
yg
seperti yg
1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
terjadi perubahan
selama proses
sedikit
2. pH
pH indikator : 4
penyimpanan.
Memenuhi syarat,
kerana pH amoxicilin
stabil dalam suasan
asam, yaitu 2-6
3. Densitas
Larutan
a = 29,62 gram
b = 80,05 gram
c = 49,88 cm3
Bj =
= 1,01 gr / cm3
4. Uji
Spindle no 6, Cp = 50
Viskositas
5. Uji volume
sedimentasi
Tidak
terbentuk
pertumbuhan mikroba
endapan, pertumbuhan
6. Uji
terpindahkan
Volume
rata2
tdk
wadah
yg
seperti yg
t3
1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
2. pH
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
Memenuhi
syarat,
kerana pH amoxicilin
stabil
dalam
suasan
Laruta n
a = 29,62 gram
b = 75,89 gram
c = 49,88 cm3
Bj =
= 0,92 gr / mL
4. Viskositas
Spindle no 6, Cp = 50
dengan rpm 100
5. Uji volume
sedimentasi
Tidak
pertumbuhan mikroba
endapan, pertumbuhan
31
terbentuk
6. Uji
terpindahkan
Volume
rata2
tdk
wadah
yg
seperti yg
t4
1. Organoleptis
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
2. pH
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
Memenuhi
syarat,
kerana pH amoxicilin
stabil
dalam
Laruta n
a = 29,62 gram
b = 71,74 gram
c = 49,88 cm3
Bj =
= 0, 84 gr / cm3
32
suasan
4. Viskositas
Spindle no 6, Cp = 50
dengan rpm 100
5. Uji volume
sedimentasi
Tidak
terbentuk
pertumbuhan mikroba
endapan, pertumbuhan
6. Uji
terpindahkan
Volume
rata2
tdk
wadah
yg
seperti yg
1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
sedikit
2. pH
pH indikator
:4
Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,
yaitu 2-6
3. Densitas
Larutan
a = 29,62 gram
b = 67,62 gram
33
c = 49,88 cm3
Bj =
= 0,76 gr / cm3
4. Uji
Spindle no 6, Cp 50 dengan
Viskositas
5. Uji
100 rpm
volume Tidak
sedimentasi
terbentuk
pertumbuhan
endapan Tidak
terbentuk
6. Uji
terpindahkan
Tidak
memenuhi
t6
1. Organoleptis:
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
2. pH
pH indikator
terjadi perubahan
selama proses
penyimpanan.
:4
Memenuhi syarat,
kerana pH
amoxicilin stabil
dalam suasan asam,
34
yaitu 2-6
3. Densitas
Larutan
a = 29,62 gram
b = 67,59 gram
c = 49,88 cm3
Bj =
= 0,76 gr / cm3
4. Uji
Spindle no 6, Cp 50 dengan
Viskositas
5. Uji
100 rpm
volume Tidak
sedimentasi
terbentuk
pertumbuhan
endapan Tidak
terbentuk
6. Uji
terpindahkan
Tidak
memenuhi
35
BAB VI
PEMBAHASAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem heterogen dimana terdapat
2 fase yaitu fase kontinyu atau fase luar dan fase terdispersi atau fase dalam.fase
kontinyu ini umumnya merupakan cairan atau semi padat sedangkan fase
terdispersinya terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut
melainkan terdispersi seluruhnya dalam fase kontinyu.
Dalam praktikum kali ini dilakukan formulasi zat aktif Amoxicilin dalam
bentuk sediaan suspensi kering atau yang biasa dikenal dengan suspensi
rekonstitusi.
Suspensi
rekonstitusi
adalah
suatu
campuran
padat
yang
ditambahkan air pada saat akan digunakan. Komposisi suspensi kering biasanya
terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau
aroma, buffer atau zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam suspensi kering
adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan
adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering
diberikan dalam campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan
digunakan. Biasanya suspensi kering akan digunakan untuk pemakaian selama 1
minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak
terlalu lama. Alasan formulasi amoxicillin ke dalam bentuk sediaan suspensi
kering karena amoxicillin merupakan senyawa obat yang termasuk kedalam
golongan antibiotik spectrum luas yang aktif terhadap kuman gram positif dan
negatif, kecuali pseudomonas, klebsiella, dan B fraglis, dimana jika berada dalam
air dalam jangka waktu yang panjang akan mengalami hidrolisis. Amoxicillin
36
mikroba pada saat pembuatan, tetapi juga digunakan untuk mencegah tumbuhnya
mikroba dalam sedian selama masa waktu penyimpanan. Pemilihan Natrium
benzoate sebagai pengawet karena senyawa ini merupakan pengawet yang mudah
larut dalam air sebagaimana air digunakan sebagai pelarut dalam sediaan suspensi
kering.
Pada saat pembuatan sedian ini menjadi bentuk granul, digunakan metode
granulasi kering, metode granulasi kering digunakan karena pada metode ini tidak
digunakan pemanasan. Pemanasan dihindari karena mengingat zat aktif
amoxicillin pada suhu 30 -350C akan mengalami penguraian, sedangkan jika
menggunakan metode basah, bahan-bahan yang digunakan harus dibasahi terlebih
dahulu untuk membentuk masa kepal kemudian diayak untuk menghasilkan
granul. Untuk mengurangi kadar air pada granul, maka dibutuhkan pemanasan
yang membutuhkan suhu sekitar 40 - 70 0C. dengan melihat suhu yang digunakan
tersebut amoxicillin tidak akan mengalami penguraian. Metode granulasi kering
dilakukan dengan cara mencampurkan zat aktif bersama sukrosa, Na CMC,
Tween-80 dan natrium benzoat ke dalam lumpang. Setelah tercampur homogen,
dilakukan penimbangan terhadap campuran tadi. Setelah penimbangan, dilakukan
penambahan veegum yang dalam hal ini sebagai fase luar yang ditambahkan
setelah serbuk terbentuk atau yang biasa dikenal dengan fines. Kemudian serbuk
dimasukkan ke dalam 3 buah botol dengan bobot yang sama rata. Setelah itu
sediaan dievaluasi untuk mengetahui stabilitasnya dan kelayakan untuk
dipasarkan.
Evaluasi sediaan pada suspensi kering amoxicillin terdiri dari evaluasi
granul dan evaluasi suspensi. Evaluasi granul dilakukan uji evaluasi serbuk dan
uji kecepatan alir. Untuk uji evaluasi serbuk mendapatkan hasil = 32,62, sifat
alir serbuk dengan granulasi secara tidak langsung mendapatkan hasil sudut diam
30-40o. Dimana hasil = 32,62 masuk kategori cukup dalam syarat sifat alir
serbuk. Sedangkan untuk uji kecepatan alirnya mendapatkan hasil 0,26 g/s dimana
aliran ini masuk dalam kategori sangat kohesif, ini dikarenakan dari bahan
suspensi kering yang banyak mengandung sukrosa. Kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi sediaan suspensi, yang pertama dilakukan adalah uji organoleptis, dimana
38
pada hari pertama sampai hari terakhir dalam jangka waktu satu minggu bau, rasa,
dan warna tidak berubah. Yaitu bau khas amoxicillin, rasa manis agak pahit, dan
warna bening kekuningan. Setelah itu dilanjutkan dengan uji pH, uji pH ini
menggunakan pH indikator, amoxicilin stabil dalam suasan asam, yaitu 2-6 dan
evaluasi pH menghasilkan pH 4 dari hari pertama sampai hari terakhir evaluasi
sehingga sediaan ini stabil pada jangka waktu tertentu. Selanjutnya dilakukan
evaluasi densitas larutan, dimana densitas larutan yaitu untuk menghitung bobot
jenis dengan menggunakan pikno dan dihitung dengan rumus tertentu. Pada hari
pertama berat jenis larutan adalah 1,05 gr/cm3, pada hari kedua bobot jenisnya
adalah 1,01 gr/cm3, pada hari ketiga bobot jenisnya adalah 0,92 gr/cm 3, pada hari
keempat 0,84 gr/cm3, pada hari kelima dan keenam 0,76 gr/cm3. Selanjutnya di uji
viskositas suspensi menggunakan alat viskometer brookfield, yaitu dengan
menggunakan nomor spindel 6 dengan rpm 100, pada hari pertama sampai hari
terakhir nilai Cpnya tetap sama yaitu 50. Lalu dilanjutkan dengan uji volume
sedimentasi, dimana pada hari pertama sampai hari terakhir suspensi tidak
terbentuk endapan dan pertumbuhan mikroba. Dan terakhir uji volume
terpindahkan, dimana pada hari pertama sampai hari terakhir nilai volumenya
berkurang yaitu dari 60 mL, 59 mL, 58 mL, 57 mL, 55 mL, dan 53 mL. Ini
dikarenakan dari sifat fisik suspensi yang kental sehingga pada saat mengevaluasi
ada sedikit yang tertinggal pada alat yang digunakan.
39
BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
sediaan Dry Suspension Amoxicillin telah dibuat dalam bentuk suspensi
kering dengan metode cara kering, hal ini dikarenakan sifat zat aktif dari
amoxicillin tidak tahan terhadap pemanasan. Selain itu hasil evaluasi yang
didapatkan bahwa Dry Suspension Amoxicillin telah memenuhi syarat.
VII.2 Saran
VII.2.1Untuk Jurusan
Agar lebih melengkapi kenutuhan laboratorium yang masih kurang
sehingga asisten laboratorium lebih efektif dalam meberikan informasi
lengkap tentang laboratorium, serta praktikan juga bias menguasai semua
alat-alat dan bahan sepertiapa yang seharusnya ada dalam laboratorium
VII.2.2Untuk Laboratorium
Aga bias lebih memperhatikan alat-alat dan bahan yang msih
kurang di dalam laboratorium dan melaporkan hasil control laboratorium
pada jurusan agar kebutuhan laboratorium bias terpenuhi.
VII.2.3Untuk Praktikuan
Agar lebih bias memahami tujuan dari prkatikum dan dapat
menjaga tata tertib dalam laboratorium.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H,C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed-IV. UI Press: Jakarta
Auton, M.G. 1988. Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design. Chercill
Liuingstone: London
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesi ed IV. DEPKES RI: Jakarta
Lund, W. 1994. The Pharmaceutica Codex Principles and Practice of
Pharmaceutics 12th ed. The Pharmaceutical Press: London
Martin, A. dkk. 1993. Farmasi Fisika ed II. UI Press: Jakarta
Lachman, L. dkk. 1988. Pharmaceutical Dosage From, Dispersi System ed II.
Marccel Dekker: New York
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting ed V. Elex Medica Komputindo:
Jakarta
Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolida. Sagung Seto:
Jakarta
41