Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OPERASI TEKNIK KIMIA II

EVAPORATOR

Oleh :

FIAN NURDIAN

1621110003

FITRIANINGSIH

1621110010

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANDUNG RAYA
2012

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian


atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair
menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk
menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian
evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah
untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondensor
(untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari
evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau
larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa
komponen volatil (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam
industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya
garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses
pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap,
menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan
menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan,
efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin
yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas).
Evaporator

juga

digunakan

untuk

memproduksi

air

minum,

memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.


JENIS-JENIS EVAPORATOR
Jenis-jenis utama evaporator ada 2 yaitu:
1. Evaporator-vertikal tabung panjang
a. Aliran ke atas (film-panjat)
b. Aliran ke bawah (film-jatuh)
c. Sirkulasi paksa
2. Evaporator film-aduk
Evaporator satu-lintas dan evaporator sirkulasi. Evaporator dapat

dioperasikan sebagai unit satu lintas atau sebagai unit sirkulasi. Dalam

operasi satu-lintas, cairan umpan dilewatkan melalui tabung hanya satu


kali lewat saja, uapnya lepas dan keluar dari unit itu sebagai cairan pekat.
Seluruh evaporasi dilaksanakan dalam satu-lintas (lewatan) saja. Rasio
evaporasi terhadap umpan dalam unit satu-lintas itu terbatas; jadi,
evaporator ini cocok untuk operasi efek-berganda, dimana pemekatan total
terbagi-bagi dalam beberapa efek. Evaporator film-aduk (agitated-film
evaporator) selalu dioperasikan dalam satu-lintas saja; tetapi evaporator
film-jatuh (falling-film evaporator) dan evaporator film panjat (climbing-film
evaporator) dapat pula dioperasikan dengan cara ini. Suhu zat cair dapat
dijaga rendah dengan mengoperasikan unit ini dalam vakum tinggi.
Dengan sekali lewatan cepat melalui tabung-tabung evaporator, cairan
pekat itu hanya sebentar saja berada pada suhu didihnya, dan dapat
didinginkan dengan cepat begitu keluar dari evaporator.
Pada evaporator sirkulasi (circulation evaporator) terdapat suatu
kolam zat cair didalam alat itu. Umpan masuk bercampur dengan zat cair
didalam kolam, dan campuran itu lalu dialirkan melalui tabung-tabung
evaporator. Zat cair yang tidak menguap dikeluarkan dari tabung dan
kembali ke kolam, sehingga hanya sebagian saja dari keseluruhan
evaporasi yang berlangsung dalam satu lewatan. Evaporator sirkulasi
pakasa semuanya dioperasikan dengan cara ini, evaporator film-panjat
biasanya adalah unit sirkulasi.
Cairan pekat dari evaporator sirkulasi dikeluarkan dari kolam. Semua
cairan

dalam

kolam,

oleh

karena

itu,

harus

selalu

berada

pada

konsentrasi maksimum. Oleh karena zat cair yang masuktabung itu


mengandung beberapa bagian cairan pekat didalam setiap bagian umpan,
maka konsentrasinya, serta densitas, viskositas, dan titik ddihnya selalu
mendekati maksimum. Akibatnya, koefisien perpindahan kalornya akan
cenderung rendah.
Evaporator sirkulasi tidak selalu cocok untuk memekatkan zat cair
yang peka panas. Dengan menggunakan vakum yang cukup baik, suhu
zat cair tidak dapat dijaga pada tingkat yang tidak merusak, tetapi zat cair

itu akan berulang kali berada dalam kontak dengan tabung panas.
Sebagian dari zat cair itu, dengan demikian akan terpanaskan hingga

suhu yang kelewat tinggi. Walaupun waktu menetap (residance time) zat
cair itu dalam zone pemanasan barangkali singkat saja, sebagian dari zat
cair itu mungkin tertahan didalam evaporator selama beberapa waktu.
Pemanasan yang terlalu lama atas sebagian kecil saja pun dari bahan
peka panas seperti makanan akan dapat menyebabkan keseluruhan
produk itu rusak.
Evaporator sirkulasi, di lain pihak dapat beroperasi dengan jangkau
konsentrasi yang cukup luas antara umpan dan cairan pekat dalam satu
unit saja, dan cocok pula untuk evaporasi efek-tunggal. Alat ini dapat
dioperasikan dengan sirkulasi alamiah, dimana aliran berlangsung melalui
tabung dengan disebabkan oleh perbedaan densitas;dapat pula dengan
sirkulasi paksa, dimana alirannya dilaksanakan dengan pompa.
Evaporator tabung-panjang dengan aliran naik
Bagian-bagian utama dari evaporator ini adalah :
1. Sebuah penukar kalor jenis tabung dengan uap dalam selongsong, dan
zat cair yang akan dipekatkan dalam tabung
2. Sebuah separator (pemisah) atau ruang uap (vapor space) untuk
memisahkan zat cair yang terbawa ikut dari uap.
3. Bila alat ini dioperasikan sebagai unit sirkulasi, sebuah tangki
pemulang (return leg) untuk mengembalikan zat cair dari separator ke
bagian bawah penukar kalor.
4. Alat ini mempunyai lubang masuk masing-masing untuk zat cair
umpan dan untuk uap, lubang keluar masing-masing untuk uap,
cairan pekat, kondensat uap, dan gas tak-mampu-kondensasi yang
terkandung dalam uap.
Evaporator vertikal tabung panjang sangat efektif untuk memekatkan
zat cair yang mempunyai kecenderungan membentuk busa. Busa itu akan
pecah bila campuran zat cair dan uap berkecepatan tinggi menumbuk
sekat di bagian kepala uap.

Evaporator film jatuh


Pemekatan

bahan-bahan

yang

sangat

peka

terhadap

panas,

mengharuskan waktu kontak yang singkat sekali dengan permukaan


panas. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan evaporator film jatuh
sekali lintas, dimana zat cair masuk dari atas, lalu mengalir ke bawah di
dalam tabung panas itu dalam bentuk film, kemudian keluar dari bawah.
Tabung-tabungnya biasanya agak besar, diameternya antara 2 sampai 10
in. Uap yang keluar dari zat cair itu biasanya terbawa turun bersama zat
cair, dan keluar dari bawah unit itu. Evaporator ini bentuknya menyerupai
suatu penukar kalor jenis tabung, yang panjang, vertikal, dan dilengkapi
dengan separator zat cair-uap di bawah, dan distributor (penyebar) zat cair
di atas.
Masalah

utama

dengan

evaporator

film-jatuh

ini

ialah

dalam

mendistribusikan zat cair itu secara seragam menjadi film di bagian dalam
tabung. Hal ini dilakukan dengan menggunakan seperangkat plat logam
berlubang-lubang yang ditempatkan lebih tinggi di atas plat tabung yang
dipasang dengan teliti agar benar-benar horisontal. Tabung-tabung itu
diberi sisip pada ujungnya yang memungkinkan zat cair mengalir dengan
teratur ke setiap tabung itu.
Evaporator film-jatuh, tanpa sirkulasi dan dengan waktu menetap
yang sangat singkat dapat menangani produk-produk yang peka yang
tidak dapat ditangani dengan cara lain. Alat ini juga cocok sekali untuk
memekatkan zat cair viskos.
Evaporator sirkulasi-paksa
Pada evaporator sirkulasi alamiah (natural-circulation evaporator) zat
cair masuk ke dalam tabung dengan kecepatan 1 sampai 4 ft/det.
Kecepatan linearnya bertambah dengan cepat dengan terbentuknya uap di
dalam tabung, sehingga pada umumnya laju perpindahan-kalor cukup
memuaskan. Akan tetapi, dengan zat cair viskos, koefisien menyeluruh
unit sirkulasi-alamiah mungkin sangat rendah sehingga tidak ekonomis.
Koefisien yang tinggi dapat dicapai pada evaporator sirkulasi-paksa

(forced-circulation evaporator). Kecepatan yang ada pada evaporator ini

cukup tinggi dan waktu-menetap zat cair di dalam tabung juga cukup
singkat, sehingga zat cair yang agak peka terhadap panas pun dapat
dipekatkan dengan menggunakan alat ini. Alat ini juga efektif untuk
evaporasi zat cair penggaram atau yang cenderung membentuk busa.
Evaporator film-aduk
Evaporator ini merupakan modifikasi daripada evaporator film-jatuh
yang mempunyai tabung tunggal bermantel, dimana dalam tabung itu
terdapat sebuah pengaduk. Umpan masuk dari puncak bagian bermantel
dan disebarkan menjadi film tipis yang sangat turbulen dengan bantuan
daun-daun vertikal agitator (pengaduk) itu.
Keunggulan

utama

dari

evaporator

film-aduk

ini

adalah

kemampuannya menghasilkan laju perpindahan kalor yang tinggi pada zat


cair viskos. Produk evaporasi bisa mencapai viskositas sampai setinggi
1000 P pada suhu evaporasi. Sebagaimana juga dalam evaporator jenis
lain, koefisien menyeluruh turun dengan cepat bila viskositas naik, tetapi
dalam rancang ini, penurunan itu cukup lambat. Dengan bahan-bahan
yang sangat viskos, koefisien itu nyata lebih besar dari yang didapatkan
pada evaporator sirkulasi-paksa, dan jauh lebih besar daripada unit
sirkulasi alamiah. Evaporator film-aduk sangat efektif dengan produk
viskos yang peka panas, seperti gelatin, lateks karet, antibiotika, dan sari
buah. Kelemahanya ialah biayanya yang tinggi, adanya bagian-bagian
dalam

yang

bergerak,

yang

mungkin

memerlukan

perawatan

dan

pemeliharaan dan kapasitas setiap unitnya kecil, jauh dibawah kapasitas


evaporator bertabung banyak.
Siklus Kompresi Uap Ideal
Dalam siklus ini dianggap bahwa refrigerant meninggalkan evaporator
atau masuk kompresor dalam keadaan uap jenuh pada tekanan dan
temperatur penguapan. Sedangkan refrigerant meniggalkan kondensor atau
masuk ke katup ekspansi dalam keadaan cair jenuh pada tekanan dan
temperatur kondensasi. Efisiensi isentripok kompesor 100 %. Sehingga

analisis nilai entalphinya menjadi lebih mudah.

Siklus kompresi uap standart terdiri atas empat komponen utama,


yaitu : kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator yang secara
sederhana

digambarkan

pada

diagram

5.1

).

Selain

itu

untuk

mempermudah pemahaman tentang proses sistem pendingin pada gambar (


5.2 ) dijelaskan mengenai proses kerja sistem pendingin yang telah
diplotkan pada diagram tekanan dan entalpi, dan juga suhu dan entropi.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada sub bab siklus kompresi uap
ideal setelah penjelasan dari gambar diagram blok sistem pendingin berikut
ini :

Gambar 5.1 Blok diagram siklus kompresi uap standar

Gambar 5.3 Diagram h-s Siklus Kompresi Uap

Proses 1-2 : Proses Kompresi Dalam Kompresor


Pada Proses kompresi ideal (1 2s) dianggap tidak ada perpindahan

panas

yang

terjadi

antara

refrigeran

dan

sekelilingnya

(Proses

Adiabatik), juga dianggap tidak ada kerugian gesekan antara refrigeran


dengan komponen-komponen kompresor. Proses ini juga disebut dengan
proses isentropik, yaitu suatu proses dimana nilai dari entropinya
adalah konstan. Proses ini merubah dari kondisi uap jenuh pada
tekanan P1 (Low Side Pressure) menjadi uap kering pada tekanan P2
(High Side Pressure).
Pada proses kompresi aktual (1 2a) terjadi perpindahan panas dan
gesekan antara refrigeran dengan sekelilingnya, sehingga proses yang
terjadi bukan adiabatik maupun isentropik.

Proses 2-3 : Proses pembuangan energi kalor pada kondensor


Pada proses ini dianggap tidak terjadi penurunan tekanan (Drop

Pressure) sehingga proses disebut isobarik, yaitu suatu proses dimana


tekanannya konstan. Proses ini merubah refrigeran dari kondisi uap
lanjut (titik 2) menjadi cair jenuh (titik 3) dilakukan dengan jalan
mengalirkan

udara

melalui

kondensor,

sehingga

disini

terjadi

perpindahan panas antara refrigeran dengan udara.

Proses 3-4 : Proses Iso enthalpi pada ekspansion device


Dalam ekspansion device terjadi penurunan tekanan tanpa terjadi

perubahan enthalpi dari kondisi cair jenuh (titik 3) menjadi kondisi


campuran (titik 4). Dengan turunnya tekanan menyebabkan temperatur
refrigeran menjadi turun. Refrigeran dengan suhu yang sangat dingin ini
dialirkan ke evaporator.

Proses 4-1 : Proses pemasukan energi kalor pada evaporator


Pada proses ini dianggap tidak terjadi penurunan tekanan seperti

halnya pada kondensor, proses ini merubah kondisi refrigeran dari


kondisi campuran (titik 4) menjadi uap jenuh (titik 1) dengan jalan
melewatkan udara melalui evaporator. Disini terjadi perpindahan panas

antara refrigeran dengan udara. Temperatur refrigeran naik sampai


menjadi uap jenuh, sedangkan udara keluar evaporator menjadi dingin.

Udara dingin inilah yang dimanfaatkan sebagai pengkondisian udara


atau untuk pendinginan lainnya.
Secara termodinamika prinsip kerja siklus pendingin kompresi uap tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Proses : 1 2s : Proses kompresi isentropik (Ideal) pada kompresor
cs

( h2s h1 )

1 2a : Proses kompresi aktual pada kompresor


ca

( h2a h1 )

2 3 : Proses pembuangan kalor pada kondensor secara isobarik


c

( h2 h3 )

3 4 : Proses ekspansi pada katup ekspansi secara iso - enthalpi

h3 =

h4
4 1 : Proses pemasukan kalor pada evaporator secara isobarik
e

( h1 h4 )

Diagram P - h diatas menunjukkan siklus yang banyak dipraktekkan


dilapangan. Refrigeran sebagai fluida kerja dikompresikan dari titik 1 (uap
jenuh) hingga mencapai tekanan dan temperatur tertentu (biasanya lebih
besar dari tekanan dan temperatur lingkungan). Pada proses kondensasi
dalam kondensor (masuk kondensor) harus lebih tinggi dari temperatur
coolant yang digunakan. Selanjutnya proses

kondensasi

berlangsung

hingga refrigerant menjadi cair jenuh (titik 3 ). Agar refrigeran dapat


disirkulasikan kembali kedalam evaporator maka refrigeran cair tersebut
harus

diturunkan

temperaturnya

hingga

mencapai

temperatur

kerja

evaporator (biasanya lebih rendah dari temperatur lingkungan), hal ini


harus dipenuhi agar objek / ruangan yang didinginkan dapat melepaskan
kalornya secara alamiah menguapkan refrigerant di dalam evaporator (titik
4) menjadi refrigeran uap jenuh pada titik 1. Selanjutnya proses akan
berlangsung secara terus-menerus seperti semula.

Dengan bantuan diagram P-h, besaran yang penting dalam siklus kompresi
uap dapat diketahui. Besaran-besaran ini adalah kerja kompresi, laju
pengeluaran kalor, dampak refrigerasi, koefisien prestasi ( COP ), laju aliran
massa untuk setiap kilowatt refrigerasi, dan daya per kilowatt refrigerant.
Siklus Kompresi Uap Aktual
Siklus kompresi uap sebenarnya hampir tidak ada yang ideal atau
sempurna. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara refrigerant
dan pipa, dan kerugian-kerugian lainnya. Siklus kompresi uap nyata
mengalami

pengurangan

efisiensi

dibandingkan

siklus

standar.

Perbandingan dapat dilihat pada diagram siklus nyata (aktual) P-h di bawah
ini. Perbedaan penting antara siklus nyata dan standar terletak pada
penurunan

tekanan

dalam

kondensor

dan

evaporator,

dalam

pembawahdinginan (subcooling) cairan yang meninggalkan kondensor, dan


dalam pemanasan lanjut uap yang meninggalkan evaporator. Siklus
standar dianggap tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor dan
evaporator. Tetapi pada daur nyata, terjadi penurunan tekanan karena
adanya gesekan. Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresi pada titik 1
dan 2 memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan siklus standar.
Membawahdinginkan

(subcooling)

cairan

di

dalam

kondensor

adalah

peristiwa yang normal dan melakukan fungsi yang didinginkan untuk


menjamin bahwa seluruh refrigerant yang memasuki alat ekspansi dalam
keadaan 100 cair. Pemanasan lanjut uap biasanya terjadi di dalam
evaporator, dan disarankan sebagai pencegah cairan agar tidak memasuki
kompresor. Perbedaan terakhir pada siklus nyata adalah kompresi yang
tidak lagi isentropis, yang disebabkan oleh gesekan dan kerugian-kerugian
yang lain.

Gambar 5.4 Diagram h-s Siklus Kompresi Uap Ideal dan Aktual

Efisensi Isentropis Kompresor dan COP

Efisiensi Isentropik Kompresor.


Efisiensi

isentropis

kompresor

merupakan

suatu

perbandingan

antara kerja kompresi secara isentropis konstan dengan kerja kompresi


aktual. Setinggi-tingginya efiensi tidak akan sampai mencapai 100. Efiensi

isentropis merupakan petunjuk bagi baik buruknya performa dan ekonomi


dari sebuah kompresor.
Efisiensi isentropis kompresor dapat dirumuskan sebagai berikut :

ic =

Coeffisien of Performance (COP)

COP atau koefisien prestasi digunakan untuk menyatakan efisiensi dari


siklus refrigerasi. Pada umumnya, efisiensi mesin kalor selalu lebih kecil
dari satu. Dengan kata lain, energi yang dimasukkan ke dalam sistem tidak
semuanya dapat diubah menjadi kerja berguna, selalu terjadi kerugian.
Berbeda dengan mesin kalor, mesin refrigerasi bekerja sebagai pompa
untuk memindahkan kalor. Oleh karena itu, jika kerja yang dilakukan
(dalam satuan kalor) untuk menggerakkan kompresor dibandingkan dengan
kapasitas refrigerasi, akan terlihat bahwa kapasitas refrigerasi lebih besar
dari besaran yang pertama, maka COP dapat dirumuskan sebagai berikut :
COP =

COP =
Harga COP dijadikan tolak ukur dalam penilaian sebuah sisitem
pendingin. Semakin besar harga COP maka semakin bagus sistem
pendingin tersebut
Komponen Mesin Pendingin
Komponen utama mesin pendingin dispenser terdiri dari empat komponen
penting, yaitu: Kompresor, Kondensor, Katup Expansi dan Evaporator.
Keempat komponen tersebut mempunyai prinsip kerja yang berbeda, tapi
saling berhubungan dan membentuk mesin refrigerasi yang sederhana.

Sedangkan komponen tambahan untuk mendukung kerja mesin pendingin


tersebut yaitu : Pengatur suhu (Thermostat) dan Saringan (Strainer)

Kompresor

Kompresor adalah bagian terpenting dari sistem pendingin, yang menekan


bahan pendingin (freon) ke semua bagian dari sistem. Kompresor bekerja
membuat perbedaan tekanan, sehingga bahan pendingin dapat mengalir
dari satu bagian ke lain bagian dari sistem. Kerja kompresi merupakan
perubahan entalpi pada proses 1 2 atau h1 h2 yang terjadi pada
kompresor. Kerja dari kompresor itu sendiri berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
.h1 +

. ( h2 h1 )

Gambar 5.6. Bagan skema kompresor

Gambar 5.7 Foto kompresor

.h2

Kompresor pada sistem refrigerasi berguna untuk :


1. Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan
pendingin cair di evaporator dapat mendidih/menguap pada
suhu yang lebih rendah dan menyerap energi dari udara yang
melewatinya.
2. Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu
dan tekanan rendah lalu memampatkan gas tersebut sehingga
menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi. Kemudian
mengalirkan

ke

kondensor,

sehingga

gas

tersebut

dapat

melepaskan panasnya ke udara yang melewatinya.

Kondensor
Kondensor dan evaporator adalah alat penukar kalor. Kondensor

berfungsi untuk membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran dari gas
menjadi cair. Kondensor seperti namanya adalah alat untuk membuat
kondensasi refrigeran gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan
tinggi. Refrigeran di dalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang
diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan oleh kompresor.
Kondensor ditempatkan antara kompresor dan alat ekspansi, jadi pada sisi
tekanan tinggi.
Untuk mencairkan refrigeran diperlukan usaha melepaskan kalor
yang harganya sama dengan selisih enthalpi pada saat masuk dan keluar
kondensor. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Energi panas per satuan waktu yang keluar kondensor
=
=

h2 -

h3

( h2 h3 )

Kondensor

dapat

dibagi

tiga

jenis,

tergantung

dari

zat

mendinginkannya :
1. Kondensor berpendingin udara ( air cooled )
2. Kondensor berpendingin air ( water cooled )
3. Kondensor berpendingin campuran udara dan air ( evaporative )

yang

Katup Ekspansi

Katup ekspansi digunakan untuk menurunkan atau mengekspansi secara


adiabatik refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai
mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Proses trottling
(pencekikkan) dengan energi tetap bersifat arreversible (tidak dapat dibalik),
selama proses berlangsung terjadi kenaikan entropi. Analisa refrigerant di
dalam katup ekspansi keadaan steady state steady flow.

Gambar 5.9 Bagan Skema Katup Ekspansi

.h3=

.h4 +

Diasumsikan tidak ada kalor yang amsuk dan yang keluar pada katup
ekspansi, maka q = 0 dan juga tidak melakukan kerja, makaW = 0 dan
persamaan diatas menjadi :
h3 = h4
Macam-macam katup ekspansi dari jenis umum, antara lain :
1. Pipa Kapiler
Pipa kapiler melayani hampir semua sistem refrigerasi yang
berukuran kecil, dan penggunaannya meluas hingga pada kapasitas
refrigerasi 10 kW. Pipa kapiler umumnya mempunyai ukuran panjang
1 hingga 6 m, dengan diameter dalam 0,5 hingga 2 mm. Cairan
refrigerant memasuki pipa kapiler tersebut dan mengalir sehingga
tekanannya berkurang disebabkan oleh gesekan dan percepatan

refrigerant. Sejumlah cairan berubah menjadi uap ketika refrigeran


mengalir melalui pipa ini.

Gambar 5.10 Foto Pipa Kapiler

2. Thermostatic Expansion Valve (Katup Ekspansi Tekanan Konstan)


Katup ini bekerja berdasarkan derajat superheated yang keluar dari
evaporator. Katup ini mengatur laju refrigerant cair sebanding dengan
laju penguapan di dalam evaporator, atau dengan kata lain akan
membuka lebih besar bila beban bertambah atau sebaliknya.

Gambar 5.11 Thermostatic Ekspansion Valve

Gambar 5.12 FotoThermostatic Ekspansion Valve

Gambar 5.13 Prinsip kerja Thermostatic Ekspansion Valve

Alat ekspansi ini menggunakan bola perasa yang ditempelkan pada


saluran keluaran evaporator, sehingga suhu bola dan fluida yang ada di

dalam bola (fluida power) sangat dekat dengan suhu gas hisap (suction gas).
Tekanan dari fluida ini memberikan dorongan kesisi atas diafragma,
sedangkan tekanan evaporator menekan dari bawah, disamping itu juga
terdapat sebuah pegas yang memberikan gaya ke atas. Untuk dapat
membuka katup, maka tekanan diatas diafragma harus lebih besar dari
jumlah tekanan pegas dan tekanan evaporator
3. Automatic Expansion Valve
Automatic expansion valve (AXV) adalah katup ekspansi yang dapat
mempertahankan tekanan evaporator tetap konstan, walaupun beban
pendinginan berubah-ubah, katup ini mengindera tekanan evaporator. Bila
tekanan evaporator turun akibat adanya penurunan beban, maka katup
akan membuka lebih besar sampai tekanan evapotaor sama dengan
tekanan kendali AXV. Sebaliknya bila tekanan evaporator naik, maka katup
akan menutup sebagian. Pengaturan pembukaan katup ini dilakukan oleh
suatu control pengatur tekanan.

Evaporator

Evaporator disebut juga boiler, freezer, froster, cooling coil, chilling unit dan
sebagainya. Evaporator adalah penukar panas yang memegang peranan
paling

penting

dalam

siklus

refrigerasi,

yaitu

mendinginkan

media

sekitarnya, dan menguapkan refrigeran dari fase campuran sampai menjadi


uap jenuh dengan menyerap kalor dari sekeliling yang berlangsung secara
isobarik.
Selisih antara entalpi masuk dan entalpi keluar pada evaporator disebut
juga efek refrigerant (Qe). Secara skematik dapat digambarkan sebagai
berikut :
Dengan asumsi kondensor tidak dikenai dan tidak melakukan kerja, W = 0
h4 +
. ( h1-h4 )

h1

Gambar 5.15 Bagan Skema Evaporator dan kondensor pada AC-mobil

Evaporator dapat dibuat dari bermacam-macam logam, bergantung


pada jenis refrigeran yang dipakai dan fungsi dari evaporator itu sendiri.
Logam

yang

banyak

dipakai

besi,

baja,

tembaga,

kuningan

aluminium.
Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator dapat dibagi dua macam :
1. Evaporator banjir (Flooded Evaporator)
2. Evaporator kering (Dry or Direct-expancion evaporator)

dan

Anda mungkin juga menyukai