Anda di halaman 1dari 2

Email or Phone

Password
Log In

Sign Up
Forgot your password?

Cara Bepikir Desain

Yasir Mukhtar

February 27, 2013 at 2:46pm

Brand Manager at Badr Interactive

Berbagi catatan lama


Ada sebuah metode berpikir yang sangat saya sukai, namanya "design thinking", cara
berpikir desain. Ya, barangkali dinamakan demikian karena memang cara berpikir ini secara
alamiah terbentuk dalam kepala para desainer setelah melalui banyak proses mendesain.
Desain yang kita bicarakan di sini adalah desain dalam ranah apapun : grafis, interior,
arsitektur, tata kota, produk, kemasan, fashion, dan berbagai bidang desain lainnya. Kamu
yang cukup sering mendesain, mungkin kamu -sadar ataupun tidak, menggunakan metode
berpikir ini.
Cara berpikir desain ini sangat oke untuk menggenerasi sebuah ide atau solusi. Dalam cara
berpikir ini, di tahap awal, desainer memulai dari memahami masalah yang sifatnya
mendasar dan besar saja, kemudian membayangkan goal yang ingin dituju, setelah itu baru
membangun jembatan detail antara kondisi yang dianggap ideal dengan kondisi riil.

Notes by Yasir Mukhtar


All Notes
TAGGED

Embed Post

Tidak seperti metode berpikir yang kita pelajari dari pendidikan konvensional kita, terutama
dalam ilmu pasti, bahwa untuk memecahkan suatu permasalahan kita harus mulai dari
pengumpulan informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang ingin kita selesaikan.
Baru setelah itu, informasi-informasi tersebut kita olah, lalu hasil analisis akan menunjukkan
kepada kita apa solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut.
Apa perbedaan antara kedua metode berpikir diatas?
Kedua metode berpikir tersebut memang bisa saja berawal dari permasalahan. Nah, dalam
cara berpikir desain, yang menjadi fokus adalah goal, solusi akhir, perubahan yang tercipta,
baru ditarik ke kondisi riil atau masalah yang ada (tetapi, dalam banyak kasus, dengan cara
berpikir desain tujuan bisa diciptakan terlebih dahulu, baru dicari masalah yang
mendasarinya). Desainer terbiasa untuk membayangkan "apa yang keren?", "apa yang
ideal?", "perubahan apa yang kita inginkan?", atau bahkan "hal tidak mungkin apa yang
paling mungkin kita capai?". Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan sarat
imajinasi. Disana, desainer membayangkan masa depan. Baru setelah itu desainer berpikir
bagaimana mencocokkan dan menerapkannya pada kondisi saat ini. Pendekatannya
adalah future to present.
Sementara itu, pada metode berpikir kedua, metode berpikir yang umum diajarkan dalam
pendidikan kita, kita menyelesaikan masalah dengan meniti jalur labirin masalah itu sendiri.
Kita berpikir sesuai apa yang kita punya, maka pengumpulan informasi sangat vital di sini.
Tetapi, seberapa lengkap pun informasi yang kita miliki, proses berpikir dalam mencari
solusi akan sulit untuk melompat keluar dari "kotak" permasalahan yang kita hadapi. Jika
kita sering dengar ada istilah ide yang "out-of-the-box", maka ide yang dilahirkan dari
metode berpikir ini katakanlah ide yang "inside-the-box".
Contoh produk yang lahir dari proses berpikir desain adalah iPhone. iPhone lahir dari
sebuah imajinasi yang kuat tentang masa depan dan pemahaman yang mendalam tentang
manusia. Siapa yang pernah membayangkan sebuah perangkat seperti iPhone? Sebuah
telepon seluler, tanpa physical keyboard, hanya ada satu tombol di muka,
dengan interface yang sederhana-memudahkan-keren, dan banyak inovasi lainnya
dibanding produk telepon seluler lainnya di masa ketika iPhone pertama kali diperkenalkan.
Tak lama setelah itu, peta pasar telepon seluler pun berubah drastis.
Apakah mungkin iPhone tercipta dengan cara berpikir problem-based? Sulit saya rasa
memunculkan imajinasi tentang alat seperti iPhone hanya dengan menelusuri
permasalahan yang kita punya di masa saat masalah itu ada. Dengan cara
berpikir problem-based, mungkin kita bisa ciptakan sebuah ponsel dengan desain lebih
ergonomis, ukuran yang lebih tepat, tampilan menu yang lebih rapi, dan semacamnya.
Tetapi iPhone telah meredefinisi apa itu telepon seluler, menciptakan lompatan ke luar
kotak permasalahan.
Teringat sebuah quotes dari salah satu manusia paling jenius-kreatif yang dicatat sejarah,
converted by W eb2PDFConvert.com

Albert Einstein,
We can not solve our problems with the same level of thinking that created them.

Cara berpikir inilah yang kami coba terapkan sejak menyusun visi BEM UI 2012. Ya, saya
katakan kami mencoba, karena cara berpikir ini secara setengah-setengah kami terapkan
ketika menyusun visi, nilai, dan cara bergerak BEM UI -karena saat itu kami bahkan belum
menyadari bahwa ini adalah sebuah metode berpikir. Kami baru menyadari bahwa ini
adalah sebuah metode berpikir yang mandiri, terdiferensiasi, dan memang sudah banyak
dipelajari dan diterapkan di negara-negara maju setelah menjalani 2-3 bulan pertama kami
di BEM UI.
Dalam artikel-artikel selanjutnya, saya akan coba membagi apa yang saya punya mengenai
cara berpikir desain, terutama dari apa yang saya rasakan ketika bekerja sebagai desainer
grafis :)
* Tapi setelah itu ternyata ngga sempet nulis-nulis lagi :P

38 Likes 6 Comments 11 Shares


Share

English (US) Espaol Franais (France)


Sign Up
Locations
Ad Choices

Log In
Celebrities
Terms

Messenger
Groups
Help

()

Facebook Lite
Moments

Portugus (Brasil) Italiano


Mobile
About

Find Friends
Create Ad

Deutsch

Badges
Create Page

People
Developers

Pages
Careers

Places
Privacy

Games
Cookies

Facebook 2016

converted by W eb2PDFConvert.com

Anda mungkin juga menyukai