Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIKUM BAHAN, KONDUKTIVITAS TERMAL.

2016

Konduktivitas Termal Beberapa Material Non


Logam
Sulistia Ningsih, Astrid D., Nura Hajar Hafida dan Mochamad Zainuri
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: @gmail.com
Abstrak
Kata Kunci
I. PENDAHULUAN
Cahaya memiliki sifat yang bermacam-macam salah
satunya yaitu dapat dipantulkan. Pada sifat ini kriteria
cahaya sendiri dapat dipantulkan sesuai kekasaran dari
permukaan benda yang dikenainya. Bila cahaya itu
mengenai permukaan yang tidak rata maka cahaya tersebut
akan dipantulkan dan tersebar secara acak sesuai dengan
permukaan yang dikenainya. Karena sifat cahaya yang
seperti inilah dapat digunakan untuk mengetahui kekasaran
permukaan suatu benda.
Ketika cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar,
bahkan kasar secara mikroskopis sekalipun pantulan akan
memiliki banyak arah. Hal ini disebut dengan pemantulan
tersebar (difusi). Bagaimanapun, hukum pemantulan tetap
berlaku pada setiap bagian kecil permukaan. Karena
pantulan tersebar terjadi kesemua arah, benda dapat dilihat
dari berbagai sudut. Sifat-sifat cahaya antara lain dapat
dipantulkan, interferensi, difraksi, mengalami polarisasi dan
lainnya. Polarisasi berasal dari kata pole yang artinya kutub,
sehingga polarisasi dapat diartikan sebagai pengutuban.
Artinya medan listrik dan medan magnet yng merupakan
komponen arah getarnya ada pada arah tertentu. Arah ini
akan keluar sesuai arah kutubnya. Agar terpolarisir, cahaya
itu harus diletakkan pada medium filter pemolarisis yang
biasa disebut polarisator [1]. Interferensi merupakan
perpaduan 2 gelombang atau lebih yang menjadi satu
gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase
maka terjadi interferensi konstraunsi antraktif (saling
menguatkan). Jika kedua gelombang saling berlawanan fase
maka terjadi interferensi destruktif (saling melemahkan).
Interferensi destruktif terjadi apabila kedua gelombang
cahaya memiliki beda fase 180o, sedangkan pada kontraktif
terjadi apabila beda fasenya 0. Hasil dari interferensi
konstruktif adalah garis terang, sedangkan interferensi
destruktif berupa garis gelap. Pada percobaan citra spekel,
interferensi akan ditangkap lebaran layar berupa kertas atau
bahan lainnyayan nantinya pola cahaya yang terdapat pada
layar akan dianalisa lebih lanjut dengan software aplikasi
ImageJ [2].
Kekasaran permukaan setiap benda itu bermacammacam.. Walaupun suatu benda secara kasat mata terlihat
halus sebenarnya memiliki permukaan yang kasar yang
terlihat dengan mikroskop. Untuk menentukan kekasaan
permukaan benda seperti itu ada metodenya. Citra pekel
merupakan
salah sat metode yang digunakan untuk
menentukan kekasaran permukaan suatu benda. Spekel
sendiri artinya pola intensitas acak yang diihasilkan oleh
interferensi cahaya yang terhambur daripermukaan benda

yang disinari cahaya koheren. Citra spekel sendiri itu


merupakan hasil dari interferensi beberapa gelombang yang
koheren. Gelombang ini memiliki amplitudo dan frekuensi
ang sama namun dapat memiliki fase yang berbeda.
Dnbungari gelombang-gelombang ini akan bergabung untuk
memberikan variasi intensi secara acak. Hal ini terjadi
akibat dari resultan amplitude. Jika cahaya yang digunakan
memiliki koherensi rendah (terdiri dari banyak gelombang)
maka biasanya bentuk pola spekel tidak teramati. Hal ini
terjadi akibat pola spkele dari panjang gelombang yang
dihasilkan dari masing-masing gelombang memiliki dimensi
yang berbeda. Namun pola spekel dapat diamati dalam
cahaya polikromatik dandengan kondisi khusus. Pola
random yang berupa bintik-bintik gelap terang sangat halus
selanjutnya disebut polal spekel sebagai hasil fungsi atau
pemantulan difusi dari sebuah objek baik diamati secara
langsung atau dengan kamera. Spekel hanya akan terjadi
jika variasi ketinggian permukaan objek lebih besar dari
pada panjang gelombang cahaya yang digunakan[3].
Berdasarkan cara terbentuknya ada 2 pola spekel yaitu
spekel objektif dimana pola titik terang gelap diudara,
sedangkan pola subjektif terjadi bila cahaya laser yang
terpantul dari benda tersebut doifokuskan pada layar.
Ukuran spekel diturunkan dari teori difraksi dengan hasil
dibawah ini. Untuk ukuran spekel pola objektif dituliskan
sebagai :

d obj =

l
= F
a

...........................

... 1
Dimana :
A = 2a = luas bagian yang disinari
L = jarak dari objek kebidang pengamat
F = apertur kamera
= panjang gelombang sinar laser yang digunakan
Sedangkan untuk pola subjektif adalah

d sbj =

1,22 l
=1,22 F
a

.............

...... 2
Dengan l adalah jarak lensa kebidang pengamat, a adalah a/l
yang merupakan numerical aperture lensa. Bila sebuah
berkas dengan intensitas yang kuat, koheren dan merata
ditambahkan pada pola spekel maka akan terjadi interferensi
antara central beam dengan wavelets yang membentuk
spekel tersebut [3].
Sumbe cahaya yang digunakan kali ini berupa laser yang
merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation yang artinya cahaya yang
diperkuatkan oleh pancaran radiasi yang terstimulasi. Jadi
sinar laser dihasilkan dari sumber pancaran radiasi. Pada
teknologi laser, cahaya yang dihasilkan mempunyai

PRAKTIKUM BAHAN, KONDUKTIVITAS TERMAL. 2016


karakteristik yang monokromatik (satu panjang gelombang
yang spesifik), koheren (pada frekuensi yang sama), dan
menuj satu arah yang sama sehingga cahayanya menjadi
sangat kuat terkonsentrasi dan terkoordini yang bak [4].

III.
IV.

pyrometer

V.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
VI.

A. Alat dan Bahan


Pada percobaan ini digunakan alat dan bahan amplas 3
buah (100 mesh, 150 mesh, dan 180 mesh), 1 lembar kertas
HVS ukuran A4, tisu kering, laser He-Ne, webcamera,
polarisator serta laptop dengan software imageJ.
B. Metodologi
Langkah kerja pada percobaan ini memiliki 2 tahap yaitu
tahap peengambilan data dan tahap pengolahan data. Pada
pengambilan data alat dan bahan yang t
C. Rumus
Pada percobaan ini digunakan rumus sebagai berikut

k besi

A (T 3 T 4 )
A (T 4T 1 )
=k sampel
l
l

D. Flowchart
Agar metodologi percobaan dapat dipahami dengan
mudah maka disusun dalam bentk flowchart sebagai berikut.

Kompor listrik

penjepit

sampel

VII.
I

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data
sebagai berikut.
Tabel 2.
Data suhu pada masing-masing ujung besi
No

Bahan

Karet

T1 (oC)

T2 (oC)

T3 (oC)

T4 (oC)

31

28

42

54

31

30

41

54

29

30

41

50

34

32

44

64

32

31

46

69

31

31

44

68

35

39

53

62

35

39

55

69

34

38

57

67

Batu
apung

Kayu

B. Contoh perhitungan
Untuk menghitung percobaan ini digunakan rumus
sebagai berikut
Diketahui:
D (kayu, karet, batu apung) = 3 cm
T (tinggi)
= 1.5 cm
D ( besi silinder)
= 2.5 cm
T (tinggi)
= 1.8 cm

T 1 , T 2 , T 3 , T 4 (kayu) = 34.67C,

38.67C, 55C, 66C


Ditanya:

k sampel .............?

E.
Skema Alat Percobaan
Berikut skema alat percobaan yang dilakukan.

Jawab:

Gambar 3. Flowchart percobaan

q besi =q sampel
k besi

A(T 3T 4 )
A (T 2 T 3 )
=k sampel
l
l

73(0.000156 ( 5566 ) )=k sampel (0.000225 ( 38.6755 ) )


0.125=k sampel 0.0037
k sampel=33.78 J/m.s.C
Gambar 4. Skema alat percobaan

PRAKTIKUM BAHAN, KONDUKTIVITAS TERMAL. 2016


C. Tabel perhitungan
Dari contoh perhitungan diatas dapat dilakukan untuk
material atau sampel yang lain, yang dapat dilihat dalam
bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 3.
Data perhitungan percobaan konduktivitas termal

No

Bahan

Karet
Batu
Apung
Kayu

2
3

T1

T2

T3

T4

(C)
30.33

(C)
29.33

(C)
41.33

(C)
52.67

32

31.33

44.67

67

84.67

34.67

38.67

55

66

33.78

K
(J/m.s.C)
48.15

D. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan nilai
konduktivitas termal beberapa material serta hal-hal apa saja
yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal satu material.
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah
perpindahan panas secara konduksi pada zat padat.
Setelah dilakukan percobaan konduktivitas
termal ini dapat diketahui bahwa suatu bahan
jika dipanaskan pada salah satu ujungnya maka
permukaan yang lain juga akan mengalami
panas selang beberapa saat. Meskipun, bahan 2
logam tersebut terpisahkan oleh bahan nonlogam yakni kayu. Peristiwa ini terjadi karena
dengan adanya transfer energi. Transfer energi
terjadi sebab suhu yang tinggi yang mengenai
permukaan atau ujung paling bawah dari besi
maka elektron-elektron yang berada dalam besi
tersebut akan memiliki energi yang lebih besar
dari keadaan semula. Sehingga elektron-elektrn
akan bergerak bebas. Akibat pergerakan
elektron bebas tersebut menjadikan antar
elektron bergesakan. Pergesakan antar elektron
ini yang menjadikan sisi permukaan lain juga
mengalami panas.
Sedangkan jika dilihat dari percobaan,
meskipun dua besi tersebut terpisahkan oleh
kayu, besi yang paling atas akan tetap menjadi
panas. Akan tetapi, dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk proses pentransferan panas
dari kayu. Dari sini dapat diketahui bahwa pada
dasarnya setiap bahan baik logam atau nonlogam akan mengalami perpindahan panas,
namun untuk bahan logam dapat mentransfer
energi atau panas lebih cepat dibanding dengan
bahan non-logam. Atau dapat dikatakan bahwa
laju kalor suatu benda bergantung pada besar
konduktivitas bahan itu sendiri.
Besar konduktivitas dari suatu bahan
berbeda-beda. Jika dari percobaaan kita ketahui
besar konduktivitas dari besi, maka kita dapat

menghitung besar konduktivitas dari kayu yang


berada diantara dua almunium tersebut. Dari
data yang telah kita peroleh yakni T1, T2, T3
dan T4. Jika dilihat dari percobaan T1 memilki
nilai yang paling besar, hal ini dikarenakan suhu
yang paling tinggi mengenai permukaan
pertama sehingga elektron-elektron bebas pada
permukaan pertama ini memilki energi yang
lebih besar daripada permukaan yang lain.
Sedangkan jika dilihat dari variasi tebal kayu
yang digunakan, dengan pemberian waktu yang
sama maka semakin tebal kayu suhunya
memiliki
sedikit
peningkatan.
Namun,
peningkatan suhunyasangatlah sedikit bisa
dikatakan mendekati nol. sedangkan jika secara
teori semakin tebal bahan yang digunakan
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mentransfer panas tersebut.
Nilai konduktivitas yang didapatkan dari
percobaan berbeda dengan referensi yang ada.
Hal ini masih belum saya ketahui alasan
perbedaannya.
VIII.
KESIMPULAN
Dari percobaan yan telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa nilai konduktivitas termal paling tinggi ada pada
material batu apung dengan nilai 84.67 J/m.s.C. Sedangkan
nilai konduktivitas termal paling rendah adalah material
kayu yang bernilai 33.78 J/m.s.C. Itu berarti batu apung
adalah material yang baik dalam menghantarkan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas termal
adalah suhu, jenis bahan, luas permukaan dan ketebalan
bahan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada kelompok praktikum ini karena
dengan kerjasamanya praktikum ini bisa berjalan dengan
baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada
asisten laboratorium praktikum ini, mba Meryda Ucinirvani
dan mba Wildatul Islamiyah atas ketersediaannya membantu
kelompok praktikum kami ketika melakukan percobaan ini
serta membimbing saya dan teman-teman lainnya dalam
menyelesaikan laporan praktikum ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan mendapatkan
nilai yang bagus agar nilai mata kuliah fisika laboratorium
saya bisa bagus juga.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]

Incropera, FP and Witt, P.. 1981. Fundamental of Heat Transfer. New


York : John Wiley and Sons
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar . Jakarta: Erlangga
Buchori, Luqman. 2009. Buku Ajar Perpindahan Panas. Pustak
UNDIP. Semarang

Anda mungkin juga menyukai