Anda di halaman 1dari 18

BANK SENTRAL

1. Sejarah Berdirinya Bank Indonesia


a. 10 Oktober 1827 De Javasche Bank N.V. (oleh pemerintah belanda)
b. 6 Desember 1951 Dinasionalisasi oleh Republik Indonesia dengan UU 24/1951
c. 1 Juli 1953 Tonggak awal Pendirian Bank Indonesia dengan UU 11/1953 tentang
Pokok Pokok Bank Indonesia
d. 1965 Dilebur menjadi bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia dengan
Perpres 17/1965
e. 1968 Perubahan Landasan Bank Indonesia dengan UU 13/1968 tentang bank
sentral. Fungsinya : Bank Sentral dan Pembantu Pemerintah dalam pembangunan
dengan menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
f. 1999 Menjadi lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Dengan dikeluarkannya UU 23/1999 stdtd 3/2004 tentang Bank
Indonesia. BI diwajibkan menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai
landasan perencanaan dan pengendalian moneter. Utang LN dijadwalkan kembali
dan kerja sama dengan IMF diakhiri dengan Post Program Monitoring (2004).
2. Struktur Organsisasi BI
Gubernur
Dipilih dan Diangkat oleh
Presiden atas persetujuan
Deputi Gubernur Senior
DPR
Dewan Gubernur
Dipilih Gubernur, Diangkat
Deputi Gubernur
Presiden atas Persetujuan
DPR
3. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan
nilai tukar yang stabil.
4. Misi Bank Indonesia
a. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
b. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung
alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan
dapat
berkontribusi pada
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
c. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem
keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan
nasional.
d. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan
tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas
yang diamanatkan UU.
5. Sasaran Strategis Jangka Menengah Panjang Bank Indonesia
a. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran
b. Menjaga stabilitas nilai tukar

c. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien


d. Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan yang
didukung
dengan
penguatan
surveillance SP
e. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
f. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
g. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
h. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan
governance
i. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
j. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
k. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK
6. Tujuan Bank Indonesia Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah (Pasal 7
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.)
7. Bidang Tugas Bank Indonesia
a. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter (Sesuai dengan Pasal 10 s.d. 14
UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009 tentang Bank Indonesia.)
Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank
Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter,
diantaranya:
i. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju
inflasi yang ditetapkannya
ii. Melakukan pengendalian moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi
serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain:
1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta
asing
2. Penetapan tingkat diskonto
3. Penetapan cadangan wajib minimum
4. Pengaturan kredit atau pembiayaan
5. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
6. Mengatur dan Mengawasi Bank
iii. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkna prinsip syariah, paling
lama sembilan puluh hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan
pendanaan jangka pendek yang bersangkutan.
iv. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah
ditetapkan
v. Mengelola cadangan devisa
vi. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan
yang dapat bersifat makro dan mikro
b. Bidang Tugas Bank Indonesia dalam Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem
Pembayaran (Sesuai dengan Pasal 15 s.d. 23 UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009
tentang Bank Indonesia)
Dalam tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang:

i. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan


jasa sistem pembayaran,
ii. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya,
iii. Menetapkan penggunaan alat pembayaran,
iv. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang rupiah maupun
asing,
v. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank,
vi. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah,
vii. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian
dengan nilai yang sama.
c. Bidang Tugas Bank Indonesia dalam Mengatur dan Mengawasi Bank (Sesuai dengan
Pasal 24 s.d. 35 UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009 tentang Bank Indonesia)
Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas
kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan
atas bank, dan memberikan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan
mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan,
penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan
dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
8. Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan
a. Menjaga Stabilitas Moneter,
b. Bank Indonesia mempunyai peran vital dalam membentuk lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan,
c. Bank Indonesia mempunyai kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran,
d. Bank Indonesia dalam fungsi riset dan pemantauan dapat melakukan pemantauan
secara macroprudential,
e. Bank Indonesia mempunyai fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).
9. Hubungan Kerja BI Dengan Entitas Lain
a. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah
i. Bank Indonesia ditunjuk sebagai pemegang kas pemerintah.
ii. Bank Indonesia menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah di
antara kantor-kantornya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
iii. Bank Indonesia membantu pemerintah dalam penempatan surat-surat
huutang negara, penatausahaan serta pembayaran kupon dan
pelunasannya. Dalam melaksanakan ketentuan ini bank tidak
memperhitungkan biaya-biaya.

iv. Pemerintah wajib meminta pendapat dan atau mengundang Bank Indonesia
dalam sidang kabinet yang membahas masalah yang berkaitan dengan tugas
Bank Indonesia yaitu masalah ekonomi.
v. Bank Indonesia memberikan kepada pemerintah kredit dalam rekening
koran untuk memperkuat kas negara menurut keperluan sebagaimana
ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
vi. Kredit tersebut diberikan atas tanggungan yang cukup dalm kertas
perbendaharaan negara yang pengeluaran dan penggadaiannya dizinkan
berdasarkan undang-undang.
vii. Bank Indonesia membantu penempatan surat-surat hutang negara untuk
membiyai APBN yang pengeluarannya diatur berdasarkan undang-undang
dan Bank dapat membeli sendiri surat-surat hutang tersebut.
b. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan Lainnya
i. Kerja sama yang dilakukan atas nama bank sentral sendiri dalam rangka
menjalankan tugasnya seperti keanggotaan bank sentral di South East Asia
Central Bank (SEACEN).
ii. Kerja sama dan atas nama negara seperti keanggotaan suatu negara di
lembaga internasional sepert International Monetary Fund (IMF).
c. Bidang Kerja Sama Internasional
i. Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing.
ii. Penyelesaian transaksi lintas negara.
iii. Hubungan koresponden.
iv. Tukar-menukar informasi mengenai masalah yang terkait dengan tugas bank
sentral.
v. Pelatihan/penelitian dibidang moneter dan sistem pembayaran.
10. Status Bank Indonesia
a. Sebagai Bank Sentral
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya
ii. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut
iii. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya.
iv. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut.
v. Undang-undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada Bank
Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.
b. Sebagai Badan Hukum
i. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang

ii. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan


peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undangundang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
iii. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan
atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

BANK UMUM
1. Bank Umum bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Per BI No. 9/7/PBI/2007)
2. Tugas Fungsi Bank Umum sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Perbanas, website 2016)
3. Kegiatan Bank Umum
a. Menghimpun dana masyarakat
i. Simpanan Giro
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan
ii. Simpanan Tabungan
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu
iii. Simpanan Deposito
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank
b. Menyalurkan dana masyarakat
i. Kredit Investasi
Sasaran peruntukan kredit investasi adalah pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal, bank memberikan jangka waktu
pelunasan/jatuh tempo yang relatif panjang yakni di atas 1 tahun.
ii. Kredit Modal Kerja
digunakan sebagai modal usaha, bank memberikan jangka waktu
pelunasan/jatuh tempo yang pendek yakni tidak lebih dari 1 tahun
iii. Kredit Perdagangan
pedagang yang ingin memperlancar, memperluas atau memperbesar
kegiatan/ perdagangannya
iv. Kredit Konsumtif
keperluan pribadi nasabah misalnya keperluan konsumsi baik pangan,
sandang, maupun papan
c. Jasa perbankan lainnya
i. Kiriman Uang (transfer)

ii. Inkaso (collection)


iii. Safe Deposit Box (safe loket)
iv. Bank Card (kartu kredit)
v. Bank Notes
vi. Bank Garansi
vii. Bank Draft
viii. Letter of Credit (L/C)
ix. Travel Cheque (cek wisata)
x. Menerima Setoran-Setoran (cash manajement)
xi. Melayani Pembayaran-Pembayaran
xii. Bermain di Pasar Modal
4. Pendirian Bank Umum
a. Harus dengan persetujuan Bank Central/Bank Indonesia
b. Persyaratan wajib:
i. Susunan organisasi dan kepengurusan;
ii. Permodalan;
iii. Kepemilikan;
iv. Keahlian di bidang Perbankan;
v. Kelayakan rencana kerja.

Bank Perkreditan Rakyat


1. BPR Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas BPR, yang
berarti kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank secara umum.
2. Sejarah BPR
a. Abad 19
Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.
b. Pasca Kemerdekaan Indonesia
Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD)
c. 1970
Didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah.
d. 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui
Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR
baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan
usaha Bank Perkreditan Rakyat atau BPR
e. 1992
Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR diberikan landasan
hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum.
PP No.71/1992 Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha
dari Menteri Keuangan dan lembaga- lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD,
dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status

3.

4.

5.

6.

7.

sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk
menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997.
Karakteristik BPR yang membedakan dengan Bank Umum
a. Segmen nasabah yang berbeda.
b. Proses yang lebih cepat
c. Ikatan emosional/personal yang lebih kuat
Fungsi, Tujuan dan Sasaran BPR
a. Fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Kegiatan ini tidak hanya menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil,
dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.
Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu tepat
waktu, tepat jumlah, tepat sasaran
b. Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
c. Sasaran BPR dalam menjalankan usahanya adalah melayani kebutuhan petani,
peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan yang sampai
saat ini belum dapat terjangkau oleh Bank umum.
Kegiatan-Kegiatan BPR
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over
liquidity atau kelebihan likuiditas
Kegiatan yang Tidak Boleh Dilakukan BPR
a. Menerima simpanan berupa giro.
b. Mengikuti Kliring
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
d. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan fokusterhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
e. Melakukan usaha perasuransian.
f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.
Produk dan Layanan Sebagian Besar BPR secara umum
a. Kredit Umum
b. Kredit Kelompok Pengusaha Mikro
c. Kredit Kelompok Swadaya Masyarakat
d. Kredit Pensiunan
e. Kredit Pegawai
f. Kredit Deposito Berjangka
g. Tabungan Kelompok
h. Tabungan Usaha

8.

9.

10.

11.

i. Tabungan Siswa
j. Tabungan Ekonomi
k. Tabungan SAE (Simpanan Arisan Ekonomi)
Perijinan BPR
a. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.
b. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia.
c. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan
organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan
rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia dan memenuhi persyaratan tentang tempat
kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan
d. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota
kabupaten Jan Kotamadya belum terdapat BPR
e. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota
kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan
setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia
f. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota
Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR
wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia
g. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang
rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).
Bentuk Hukum BPR
a. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah)
b. Koperasi Perseroan Terbatas (berupa saham atas nama)
c. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Kepemilikan BPR
a. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah,
atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
b. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan
dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
c. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.
d. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
e. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited
Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
Kelebihan BPR
a. memiliki hubungan personal yang kuat dengan nasabahnya.
b. mampu memberi pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan BPR
adalah face to face.
c. mampu menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya dan perikehidupan masyarakat
sekitarnya.

12. Kekurangan BPR


a. tidak bisa melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran.
b. tidak bisa memberikan jasa simpanan dalam bentuk giro
c. tidak bisa memberikan jasa perasuransian .
d. tidak bisa ikut serta dalam penyertaan modal.
e. tidak melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.
13. Persyaratan Modal Disetor BPR
a. Rp 5.000.000.000,00 (5 milyar) untuk BPR yang didirikan di Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Raya (Yang baru: <Rp 100 M, menjadi BPR)
b. Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk BPR di wilayah Botabek dan ibukota
prosinsi di Jawa dan Bali.
c. Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk BPR yang didirikan di wilayah
ibukota propinsi di luar wilayah Jawa dan Bali.
d. Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk BPR yang didirikan di luar wilayah
tersebut di atas.
e. Bagian dari modal disetor yang digunakan untuk modal kerja sekurang-kurangnya
sebesar 50%.
14. Aspek Penilaian Kelayakan Pendirian BPR
a. Kelayakan pendirian BPR dilakukan oleh konsultan independen yang meliputi :
i. Analisa potensi dan kejenuhan
ii. Demografi ;
iii. Ekonomi Wilayah;
iv. Data Perbankan;
v. Jumlah dan pertumbuhan kelembagaan;
vi. Data Kelembagaan Keuangan Mikro
vii. Penetapan lokasi;
viii. Sasaran pasar yang jelas;
ix. Proyeksi keuangan;
x. Perencanaan Sumber Daya Manusia;
xi. Persiapan Sistem dan Prosedur.
15. Tugas dan Pengelolaan Dana BPR
a. Tugas BPR:
i. Memberikan kredit
ii. Menghimpun dana masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka
ataupun lainnya yang serupa.
iii. Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui prinsip syariah,
berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia.
iv. Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat
deposito, tabungan bank lain, dan deposito berjangka.
b. Karakteristik kredit kepada usaha kecil dan mikro secara umum:
i. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak.
ii. Agunan yang paling mungkin untuk dijadikan jaminan hanyalah agunan
utama, atau obyek yang dibiayai dengan fasilitas kredit.
iii. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.

iv. Usaha kecil dan mikro biasanya memeiliki keterbatasan dalam kemampuan
administrative, pencatatan, dan perencanaan, sehingga memerlukan
metode monitoring yang khusus.
v. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi.
vi. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.
16. Kerjasama Bank Umum dengan BPR
a. Pinjaman langsung dari bank umum kepada BPR.
b. Pembiayaan bersama (joint financing).
c. Penyaluran kredit (channeling).
d. Anjak piutang (factoring).
17. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah
a. salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya
mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.
b. berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.
c. melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1 (butir 4) UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
d. Latar belakang
sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang
dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan
secara umum.
e. Tiga BPR Syariah yang pertama kali berdiri (telah mendapat ijin prinsip dari Menteri
Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991)
i. PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung
ii. PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung
iii. PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung
f. Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan BPR Syariah (UU Perbankan No. 10 tahun
1998)
i. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
ii. Memberikan kredit.
iii. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
iv. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
g. Kegiatan BPRS yang dilarang (Berdasarkan pasal 14 UU No.17 tahun 1992)
i. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran
ii. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing
iii. Melakukan penyertaan modal
iv. Melakukan usaha perasuransian
v. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada
kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS

h. Produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar adalah :


i. Mobilisasi Dana Masyarakat
ii. Simpanan amanah
iii. Tabungan wadiah
iv. Deposito wadiah / deposito mudharabah
v. Pembiayaan musyarakah
vi. Pembiayaan bai bitsaman ajil
vii. Pembiayaan murabahah
viii. Pembiayaan qardhul hasan
ix. Pembiayaan Istishna
x. Pembiayaan Al-Hiwalah
xi. Jasa Perbankan Lainnya
18. Bank Perkreditan Rakyat Tapeunadana (BPR Tapeunadana)
a. Pada tahun 1994, Aceh Business Club (ABC) mencetuskan suatu gagasan untuk
mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang diberi nama PT.
BPR TAPEUNA DANA.
b. ABC merupakan wadah yang dibentuk oleh pengusaha/tokoh asal Aceh di Jakarta,
dengan salah satu tujuan pendiriannya adalah untuk membantu masyarakat Aceh
dalam mengembangkan usahanya.
c. PT. BPR Tapeuna Dana (BANK TAPEUNADANA) berlokasi di Kota Depok, dan resmi
beroperasi pada tanggal 17 Juli 1995 dengan alamat Jl. Nusantara Raya No. 14 A, dan
pada tahun 2001 kantor BANK TAPEUNADANA pindah menempati gedung milik
sendiri di Jl. Margonda Raya No. 263 Depok.
d. Dalam perkembangannya, BPR TAPEUNADANA beroperasi secara komersial, dimana
yang menjadi nasabah tidaklah eksklusif masyarakat Aceh saja, namun seluruh
lapisan masyarakat se Jabodetabek, dengan fokus pada pengembangan usaha mikro
dan kecil.
e. Sebagai bank, BPR TAPEUNADANA melayani penghimpunan dana masyarakat
berupa Tabungan dan Deposito, untuk selanjutnya menyalurkan dalam bentuk
kredit.
f. Seluruh dana masyarakat yang disimpan di Bank Tapeunadana dijamin oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) sama seperti yang berlaku pada Bank Umum, namun
dengan suku bunga penjaminan yang 3,25 % lebih tinggi dari bunga penjaminan
Bank Umum
g. Visi Menjadi salah satu BPR terbesar, sehat dan kuat di wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan memiliki jaringan kantor yang
mampu memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh lapisan masyarakat di wilayah
tersebut.
h. Misi
i. Menyediakan layanan berupa produk dan jasa BPR bagi seluruh lapisan
masyarakat di Jabodetabek, Khususnya untuk pengusaha mikro dan kecil.
ii. Memberikan pelayanan kepada seluruh nasabah melalui sumber daya
manusia yang berkualitas dan teknologi perbankan terkini dengan tetap
berpegang kepada prinsip-prinsip prudential banking.

i.

j.

iii. Mampu tumbuh dan berkembang secara kokoh, berkualitas dan


berkesinambungan melalui sinergi yang utuh antara pemegang saham,
pengurus, karyawan, nasabah dan stakeholders lainnya.
iv. Memberikan nilai tambah yang baik atas investasi pemegang saham serta
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Pengurus
i. Komisaris Utama
: T. Anwar Djohansyah
Komisaris
: Astri Novanita Ali
Direktur Utama
: Drs. Haidir B.
Direktur
: Ashari, SE
Produk PT BPR Tapeunadana
i. Deposito Tapeunadana deposito berjangka dengan: Minimal setoran Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Pilihan jangka waktu 3, 6, dan 12 bulan.
Dapat dijadikan jaminan kredit.
ii. Deposito Sehat deposito berjangka yang dilengkapi dengan perlindungan
asuransi rawat inap di rumah sakit sampai dengan Rp.1 juta per-hari dan
asuransi kematian senilai nominal deposito. Nominal deposito mulai dari
Rp.10 juta s/d Rp.100 juta dengan jangka waktu 12 bulan.
iii. Kredit modal kerja
iv. Kredit investasi
v. Kredit konsumtif dan kredit multi guna
vi. Tabungan Tapeunadana tabungan berbunga harian yang menawarkan
bunga 2 % per-tahun dengan biaya administrasi hanya Rp.2.000,-. Setoran
awal hanya Rp.25.000,- dan dapat ditarik setiap saat.
vii. Tabungan Pendidikan tabungan berjangka (1-5 tahun) yang dilengkapi
dengan perlindungan asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan 300 x nilai
tabungan bulanan (nilai tabungan bulanan Rp.25.000 s/d Rp.500.000).
Tabungan ini menawarkan bunga 6 % per-tahun dan bebas biaya
administrasi.
Tabungan Pendidikan diselenggarakan oleh Bank Tapeunadana, yang
bekerjasama dengan PT. Asuransi JIWASRAYA, perusahaan asuransi jiwa
terkemuka di Indonesia.
viii. TabunganKu Adalah tabungan untuk perorangan warga negara Indonesia
dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama
oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tabungan ini menawarkan bunga 6 % per-tahun dan bebas biaya
administrasi.
Setoran awal pembukaan rekening minimum Rp10.000,00.
ix. Payment Point (Sentra bayar)
Melayani Jasa pembayaran dan penarikan tunai, antara lain :
1. Tagihan PLN, Telkom, dan PAM (Palyja & Bintaro).
2. Isi Ulang Pulsa & Pasca Bayar
3. Tagihan Kartu Kredit
4. Cicilan Kendaraan Bermotor & Personal Loan/KTA

5.
6.
7.
8.
9.

Pembayaran Asuransi
Pendidikan
Tiket Pesawat
Televisi & Internet
Transfer Uang ke semua Bank yang tergabung dalam jaringan ATM
bersama dan ALTO.
10. Tarik Tunai dengan menggunakan ATM bank yang tergabung dalam
jaringan ATM bersama dan ALTO.
11. Manfaatkan fasilitas AUTO-DEBET tabungan Tapeunadana dan
TabunganKu milik anda untuk membayar semua tagihan di atas.
x. Western Union Memudahkan untuk menerima tranfer uang, baik dari
Domestik maupun Internasional.

OTORITAS JASA KEUANGAN


1. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan dibentuknya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

2. Tujuan (Pasal 4 UU 21/2011)


Agar keseluruhan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
dan
c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
3. Fungsi (Pasal 5 (UU 21/2011)
a. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
b. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
i. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

ii. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan


iii. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
4. Wewenang
a. Pengaturan
i. Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK;
ii. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
iii. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan;
iv. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
v. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelolaan statuter
pada Lembaga Jasa Keuangan
vi. Menetapkan peraturan mengenai sanksi
b. Pengawasan
i. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen,
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan.
ii. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau
pihak tertentu.
iii. Melakukan penunjukan dan penggunaan pengelola statuter
iv. Menetapkan Sanksi Administratif
v. Memberikan dan/atau mencabut izin usaha, izin perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan
keigatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, dan
penetapan lain
5. Struktur Organisasi OJK

6. Kode Etik OJK

7.

8.

9.

10.

a. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang
wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat,
dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas. Kode Etik OJK diatur dalam Peraturan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 01/17/PDK/XII/2012.
b. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi
kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik. Nilai
Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai
Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi,
Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan
Arti Penting OJK
a. Arti penting OJK adalah menjaga kepercayaan sektor jasa keuangan dalam
memberikan pelayanannya terhadap masyarakat.
b. Apabila kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan hilang, hal tersebut
akan memicu rush besar-besaran yang akan menyebabkan krisis ekonomi terulang
kembali.
c. Para pelaku industri jasa keuangan termasuk perbankan yang melakukan praktikpraktik yang tidak sehat dan melanggar aturan tentunya akan ditindak oleh OJK
demi menjaga kepercayaan masyarakat sebagai konsumen.
d. Bentuk tindakan OJK, yaitu memberikan peringatan terhadap Lembaga Keuangan
yang menyimpang agar memperbaikinya, meminta Lembaga Keuangan yang
berpotensi merugikan masyarakat menghentikan kegiatannya, dan menggugat
pihak-pihak yang menyebabkan kerugian konsumen di sektor jasa keuangan.
e. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa OJK memiliki peran
dan arti penting yang sangat besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia.
Ruang Lingkup Pengaturan
a. UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada dasarnya memuat ketentuan tentang
organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.
b. Pengecualian UU OJK terhadap:
i. Jenis-jenis produk jasa keuangan,
ii. Cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan,
iii. Tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial,
iv. Serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain
sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur oleh undangundang tersendiri.
Sumber Dana
a. Pungutan OJK
b. APBN
c. Sumber Dana Lain
Pelaporan
a. Laporan Kegiatan
i. Bulanan
ii. Triwulan Disampaikan pada DPR (bentuk tanggung jawab kepada rakyat)
iii. Tahunan Disampaikan pada Presiden dan DPR
b. Laporan Keuangan

i. Semesteran
ii. Tahunan Diaudit oleh BPK
11. Hubungan Kelembagaan
Didasarkan atas kesadaran bahwa sektor jasa keuangan merupakan suatu sistem yang
kompleks, tidak hanya karena adanya beberapa otoritas yang terkait, namun juga
merupakan bagian dari suatu sistem keuangan, maka dalam UU OJK diatur dasar hukum bagi
protokol koordinasi dan kerja sama, baik antar lembaga didalam negeri, misalnya BI dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), maupun luar negeri yang didasarkan pada prinsip timbal
balik yang seimbang.
12. Kegiatan OJK
a. Pegaturan dan Pengawasan, terhadap:
i. Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Perbankan. OJK memiliki wewenang untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang:
1. Kelembagaan Bank, meliputi:
a. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi
bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
b. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan
dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
2. Kesehatan Bank, meliputi
a. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan
pencadangan bank;
b. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja
bank;
c. sistem informasi debitur;
d. pengujian kredit (credit testing); dan
e. standar akuntansi bank;
3. Aspek kehati-hatian bank, meliputi:
a. manajemen risiko;
b. tata kelola bank;
c. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
d. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan
4. Pemeriksaan Bank
ii. Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal
iii. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
13. Penyidikan dan Pemidanaan
a. Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), penyidikan
juga dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK.
b. Ketentuan Pidana di dalam UU OJK meliputi:

i. Perbuatan-perbuatan terhadap pelanggaran kerahasiaan informasi yang


subjeknya adalah setiap orang perorangan atau korporasi.
ii. Perbuatan-perbuatan terhadap pelaksanaan kewenangan OJK dalam
perlindungan konsumen.
iii. Perbuatan-perbuatan dalam hal tidak mengabaikan perintah tertulis dari
OJK.
14. Perkembangan/Sejarah
a. 1999 Pembentukan Gagasan
b. 2004 Revisi UU BI
c. 2011 RUU-UU OJK
d. 2012 Seleksi Dewan Komisioner
e. 2013 Mulai Beroperasi
15. Peran OJK
a. Penetapan aturan
b. Pemberian Izin
c. Pencabutan Izin
d. Pemberian sanksi
16. Perlindungan Konsumen (Pasal 28-30 UU 21/2011)
a. Tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
i. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik
sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
ii. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila
kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
iii. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
b. OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi:
i. menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan
Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
ii. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
Lembaga Jasa Keuangan; dan
iii. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.
c. Pembelaan hukum, yang meliputi:
i. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa
Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
ii. mengajukan gugatan:
1. untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang
dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada
di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud
maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik;
dan/atau
2. untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan
kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai

akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di


sektor jasa keuangan.
17. Hambatan Perkembangan OJK
a. Hasil survei IMF antara bulan Februari dan April 2007 terhadap 103 negara di dunia
yang mewakili sekitar 91 persen total PDB dunia, menunjukkan mayoritas negara
responden memberikan kewenangan melaksanakan fungsi pengawasan perbankan
kepada bank sentralnya, karena pembentukan lembaga independen dalam fungsi
pengawasan sektor perbankan seperti OJK, tidak membawa kondisi ekonomi negara
menjadi lebih baik
b. Tim Pembela Kedaulatan Ekonomi Bangsa (TPKEB) melakukan gugatan pembubaran
lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke Mahkamah Konstitusi (MK)

Anda mungkin juga menyukai