iv. Pemerintah wajib meminta pendapat dan atau mengundang Bank Indonesia
dalam sidang kabinet yang membahas masalah yang berkaitan dengan tugas
Bank Indonesia yaitu masalah ekonomi.
v. Bank Indonesia memberikan kepada pemerintah kredit dalam rekening
koran untuk memperkuat kas negara menurut keperluan sebagaimana
ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
vi. Kredit tersebut diberikan atas tanggungan yang cukup dalm kertas
perbendaharaan negara yang pengeluaran dan penggadaiannya dizinkan
berdasarkan undang-undang.
vii. Bank Indonesia membantu penempatan surat-surat hutang negara untuk
membiyai APBN yang pengeluarannya diatur berdasarkan undang-undang
dan Bank dapat membeli sendiri surat-surat hutang tersebut.
b. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan Lainnya
i. Kerja sama yang dilakukan atas nama bank sentral sendiri dalam rangka
menjalankan tugasnya seperti keanggotaan bank sentral di South East Asia
Central Bank (SEACEN).
ii. Kerja sama dan atas nama negara seperti keanggotaan suatu negara di
lembaga internasional sepert International Monetary Fund (IMF).
c. Bidang Kerja Sama Internasional
i. Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing.
ii. Penyelesaian transaksi lintas negara.
iii. Hubungan koresponden.
iv. Tukar-menukar informasi mengenai masalah yang terkait dengan tugas bank
sentral.
v. Pelatihan/penelitian dibidang moneter dan sistem pembayaran.
10. Status Bank Indonesia
a. Sebagai Bank Sentral
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya
ii. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut
iii. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya.
iv. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut.
v. Undang-undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada Bank
Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.
b. Sebagai Badan Hukum
i. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang
BANK UMUM
1. Bank Umum bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Per BI No. 9/7/PBI/2007)
2. Tugas Fungsi Bank Umum sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Perbanas, website 2016)
3. Kegiatan Bank Umum
a. Menghimpun dana masyarakat
i. Simpanan Giro
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan
ii. Simpanan Tabungan
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu
iii. Simpanan Deposito
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank
b. Menyalurkan dana masyarakat
i. Kredit Investasi
Sasaran peruntukan kredit investasi adalah pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal, bank memberikan jangka waktu
pelunasan/jatuh tempo yang relatif panjang yakni di atas 1 tahun.
ii. Kredit Modal Kerja
digunakan sebagai modal usaha, bank memberikan jangka waktu
pelunasan/jatuh tempo yang pendek yakni tidak lebih dari 1 tahun
iii. Kredit Perdagangan
pedagang yang ingin memperlancar, memperluas atau memperbesar
kegiatan/ perdagangannya
iv. Kredit Konsumtif
keperluan pribadi nasabah misalnya keperluan konsumsi baik pangan,
sandang, maupun papan
c. Jasa perbankan lainnya
i. Kiriman Uang (transfer)
3.
4.
5.
6.
7.
sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk
menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997.
Karakteristik BPR yang membedakan dengan Bank Umum
a. Segmen nasabah yang berbeda.
b. Proses yang lebih cepat
c. Ikatan emosional/personal yang lebih kuat
Fungsi, Tujuan dan Sasaran BPR
a. Fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Kegiatan ini tidak hanya menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil,
dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.
Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu tepat
waktu, tepat jumlah, tepat sasaran
b. Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
c. Sasaran BPR dalam menjalankan usahanya adalah melayani kebutuhan petani,
peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan yang sampai
saat ini belum dapat terjangkau oleh Bank umum.
Kegiatan-Kegiatan BPR
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over
liquidity atau kelebihan likuiditas
Kegiatan yang Tidak Boleh Dilakukan BPR
a. Menerima simpanan berupa giro.
b. Mengikuti Kliring
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
d. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan fokusterhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
e. Melakukan usaha perasuransian.
f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.
Produk dan Layanan Sebagian Besar BPR secara umum
a. Kredit Umum
b. Kredit Kelompok Pengusaha Mikro
c. Kredit Kelompok Swadaya Masyarakat
d. Kredit Pensiunan
e. Kredit Pegawai
f. Kredit Deposito Berjangka
g. Tabungan Kelompok
h. Tabungan Usaha
8.
9.
10.
11.
i. Tabungan Siswa
j. Tabungan Ekonomi
k. Tabungan SAE (Simpanan Arisan Ekonomi)
Perijinan BPR
a. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.
b. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia.
c. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan
organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan
rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia dan memenuhi persyaratan tentang tempat
kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan
d. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota
kabupaten Jan Kotamadya belum terdapat BPR
e. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota
kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan
setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia
f. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota
Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR
wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia
g. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang
rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).
Bentuk Hukum BPR
a. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah)
b. Koperasi Perseroan Terbatas (berupa saham atas nama)
c. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Kepemilikan BPR
a. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah,
atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
b. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan
dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
c. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.
d. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
e. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited
Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
Kelebihan BPR
a. memiliki hubungan personal yang kuat dengan nasabahnya.
b. mampu memberi pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan BPR
adalah face to face.
c. mampu menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya dan perikehidupan masyarakat
sekitarnya.
iv. Usaha kecil dan mikro biasanya memeiliki keterbatasan dalam kemampuan
administrative, pencatatan, dan perencanaan, sehingga memerlukan
metode monitoring yang khusus.
v. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi.
vi. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.
16. Kerjasama Bank Umum dengan BPR
a. Pinjaman langsung dari bank umum kepada BPR.
b. Pembiayaan bersama (joint financing).
c. Penyaluran kredit (channeling).
d. Anjak piutang (factoring).
17. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah
a. salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya
mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.
b. berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.
c. melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1 (butir 4) UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
d. Latar belakang
sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang
dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan
secara umum.
e. Tiga BPR Syariah yang pertama kali berdiri (telah mendapat ijin prinsip dari Menteri
Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991)
i. PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung
ii. PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung
iii. PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung
f. Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan BPR Syariah (UU Perbankan No. 10 tahun
1998)
i. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
ii. Memberikan kredit.
iii. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
iv. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
g. Kegiatan BPRS yang dilarang (Berdasarkan pasal 14 UU No.17 tahun 1992)
i. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran
ii. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing
iii. Melakukan penyertaan modal
iv. Melakukan usaha perasuransian
v. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada
kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS
i.
j.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembayaran Asuransi
Pendidikan
Tiket Pesawat
Televisi & Internet
Transfer Uang ke semua Bank yang tergabung dalam jaringan ATM
bersama dan ALTO.
10. Tarik Tunai dengan menggunakan ATM bank yang tergabung dalam
jaringan ATM bersama dan ALTO.
11. Manfaatkan fasilitas AUTO-DEBET tabungan Tapeunadana dan
TabunganKu milik anda untuk membayar semua tagihan di atas.
x. Western Union Memudahkan untuk menerima tranfer uang, baik dari
Domestik maupun Internasional.
7.
8.
9.
10.
a. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang
wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat,
dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas. Kode Etik OJK diatur dalam Peraturan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 01/17/PDK/XII/2012.
b. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi
kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik. Nilai
Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai
Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi,
Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan
Arti Penting OJK
a. Arti penting OJK adalah menjaga kepercayaan sektor jasa keuangan dalam
memberikan pelayanannya terhadap masyarakat.
b. Apabila kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan hilang, hal tersebut
akan memicu rush besar-besaran yang akan menyebabkan krisis ekonomi terulang
kembali.
c. Para pelaku industri jasa keuangan termasuk perbankan yang melakukan praktikpraktik yang tidak sehat dan melanggar aturan tentunya akan ditindak oleh OJK
demi menjaga kepercayaan masyarakat sebagai konsumen.
d. Bentuk tindakan OJK, yaitu memberikan peringatan terhadap Lembaga Keuangan
yang menyimpang agar memperbaikinya, meminta Lembaga Keuangan yang
berpotensi merugikan masyarakat menghentikan kegiatannya, dan menggugat
pihak-pihak yang menyebabkan kerugian konsumen di sektor jasa keuangan.
e. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa OJK memiliki peran
dan arti penting yang sangat besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia.
Ruang Lingkup Pengaturan
a. UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada dasarnya memuat ketentuan tentang
organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.
b. Pengecualian UU OJK terhadap:
i. Jenis-jenis produk jasa keuangan,
ii. Cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan,
iii. Tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial,
iv. Serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain
sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur oleh undangundang tersendiri.
Sumber Dana
a. Pungutan OJK
b. APBN
c. Sumber Dana Lain
Pelaporan
a. Laporan Kegiatan
i. Bulanan
ii. Triwulan Disampaikan pada DPR (bentuk tanggung jawab kepada rakyat)
iii. Tahunan Disampaikan pada Presiden dan DPR
b. Laporan Keuangan
i. Semesteran
ii. Tahunan Diaudit oleh BPK
11. Hubungan Kelembagaan
Didasarkan atas kesadaran bahwa sektor jasa keuangan merupakan suatu sistem yang
kompleks, tidak hanya karena adanya beberapa otoritas yang terkait, namun juga
merupakan bagian dari suatu sistem keuangan, maka dalam UU OJK diatur dasar hukum bagi
protokol koordinasi dan kerja sama, baik antar lembaga didalam negeri, misalnya BI dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), maupun luar negeri yang didasarkan pada prinsip timbal
balik yang seimbang.
12. Kegiatan OJK
a. Pegaturan dan Pengawasan, terhadap:
i. Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Perbankan. OJK memiliki wewenang untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang:
1. Kelembagaan Bank, meliputi:
a. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan
dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi
bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
b. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan
dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
2. Kesehatan Bank, meliputi
a. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan
pencadangan bank;
b. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja
bank;
c. sistem informasi debitur;
d. pengujian kredit (credit testing); dan
e. standar akuntansi bank;
3. Aspek kehati-hatian bank, meliputi:
a. manajemen risiko;
b. tata kelola bank;
c. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
d. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan; dan
4. Pemeriksaan Bank
ii. Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal
iii. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
13. Penyidikan dan Pemidanaan
a. Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), penyidikan
juga dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK.
b. Ketentuan Pidana di dalam UU OJK meliputi: