PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Konstitusi dan Lembaga Pemerintahan merupakan salah satu mata kuliah di
jurusan Ilmu Pemerintahan yang ruang lingkupnya membahas konsep-konsep konstitusi
dan apa yang dimaksud Lembaga Pemerintahan. Didalam Lembaga Pemerintahan
terdapat Lembaga Negara , yaitu sebagai alat kelengkapan negara/ badan kenegaraan
yang bersifat ketatanegaraan (straatsrechtelijk) yaitu badan yang menjalankan
wewenang, tugas dan bertindak atas nama negara (Bagir Manan Konvensi
Ketatanegaraan). Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) merupakan
lembaga legislatif yang ada di Indonesia yang termasuk bagian dari salah satu lembaga
negara tersebut. Ataupun Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI)
merupakan Lembaga Negara yang terbentuk setelah adanya peralihan rezim dari orde
baru menuju reformasi dengan dikeluarkannya amandemen UUD 1945.
Dalam pembelajaran mata kuliah konstitusi dan lembaga pemerintahan, tentunya
kegiatan perkuliahan di Kampus dianggap kurang. Oleh karena itu Departemen Jurusan
Ilmu Pemerintahan mengadakan kegiatan studi lapangan ke Kompleks Gedung Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk menambah informasi serta pengetahuan
mengenai Lembaga Negara tersebut.
1.2
Tujuan.
1. Studi Lapangan Mata Kuliah Konstitusi dan Kelembagaan Pemerintahan (KKP)
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan secara langsung terkait Tugas Pokok
dan Fungsi DPR-RI dan DPD-RI.
2. Tujuan Studi Lapangan Mata Kuliah Konstitusi dan Kelembagaan Pemerintahan
(KKP) untuk mendapatkan informasi yang komprehensif mengenai :
Fungsi utama DPR-RI dan DPD-RI, yaitu fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan
fungsi budgeting;
Mekanisme jalannya persidangan DPR-RI dan DPD-RI ;
Pencapaian Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR-RI dan DPD-RI Periode
2009-2014.
1.3
1.4
Hari, Tanggal
Pukul
Tempat
Landasan Teori.
Menurut Prof. Arif Hidayat, lembaga negara dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Lembaga negara yang disebut langsung oleh UUD/ Konstitusi (Un Mitebare Organ) dan
Lembaga negara yang tidak disebut oleh konstitusi (Mitebare Organ). Menurutnya,
yang disebut langsung sesuai Undang-Undang Dasar 1945 amandemen adalah MPR,
DPR, DPD, Presiden, MA, MK, BPK, Kementrian Negara, Bank Sentral, KY, KPU,
Pemda, TNI dan Polri. Dan, yang tidak disebutkan oleh Konstitusi adalah KPK,
Komnas HAM, Lembaga Bantuan Hukum, Komnas Perlindungan Anak, dsb.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, merupakan lembaga negara yang
tersebut dalam konstitusi. DPR-RI merupakan dewan perwakilan yang didalam
keanggotaannya merupakan perwakilan dari berbagai partai politik yang ikut dalam
pemilihan umum legislatif. Kedudukan serta wewenangnya diatur dalam UndangUndang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan, antara lain :
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD;
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. 01/ DPR RI/
2009-2010 tentang Tata Tertib.
Sehingga pada dasarnya DPR RI memiliki tiga fungsi utama yaitu: fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan:
Dapat melakukan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Komite 1 DPD membidangi otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah serta
antar-daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pemukiman
dan kependudukan pertahanan dan tata ruang; serta politik, hukum dan HAM.
pemuda
dan olahraga;
kesejahteraan
sosial;
pembedayaan
Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan alat kelengkapan DPD yang
bersifat tetap yang bertugas membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan
rumah tangga DPD, termasuk kesejahteraan anggota dan pegawai Sekretariat
Jenderal.
Badan Kehormatan (BK) merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap,
dan bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap
5
bekerja untuk : berurusan dengna konstituen, konsultasi lobby groups dan organisasi di
masyarakat, perjalanan bertemu masyarakat, elektokrat ke daerah, sebagai wujud
representasi daerah di tingkat pusat, membawa pandangan konstituen ke Parlemen,
bekerja di parlemen sebagai bagian dari alat kelengkapan, membahas RUU, Issue
laporan dll, konsultasi dengan Presiden RI, DPR dan Mentri, mengikuti pertemuan
aliansi, menjadi jubir untuk kepentingan daerah dan memelihara hubungan dengan
parpol di daerah.
Dikarenakan lembaga negara yang baru, DPD sebagai lembaga legislatif yang
setara dengan DPR, masyarakat belum sepenuhnya mengetahui atau tahu peranan dan
kedudukan DPD tersebut dimana, oleh karena itu DPD RI juga mempunyai misi untuk
selalu melakukan sosialisasi DPD RI melalui berbagai terobosan kegiatan yang
terprogram tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Upaya tersebut
dilakukan agar masyarakat mampu ikut berpartisipasi dalam keputusan publik melalui
aspirasinya yang ditampung oleh DPD sebagai representasi masyarakat daerahnya
masing-masing.
Kemudian informan menjelaskan bahwasanya lembaga DPD-RI sebagai dari
bagian trias politica di Indonesia dianggap belum memiliki kekuatan untuk mengambil
sebuah keputusan dalam fungsi legislasi-nya, berbeda dengan DPR-RI yang memiliki
6
kekuatan untuk memutuskan sebuah keputusan. Sebab dalam tahap perundingan DPD
hanya diajak ikut serta dalam tahap awal, tidak hingga tahap pemutusan keputusan.
Sehingga atas dasar permasalahan tersebut akhirnya DPD-RI kemudian membentuk
Tim Litigasi DPD untuk melakukan uji materi atau pengujian perundang-undangan
kepada MK, terkait pasal 18 huruf g, pasal 20 ayat (1), pasal 21 ayat (1) dan ayat (3)
pasal 22 ayat (2) UU 12/2011 yang dianggap telah meniadakan kewenangan DPD untuk
dapat mengajukan RUU, baik di dalam maupun di luar Program Legislasi Nasional
(Prolegnas). Sehingga keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi yang merevisi UU
MD3/P3. Berdasarkan putusan MK tersebut, telah ditetapkan mekanisme baru dalam
penyusunan Prolegnas yaitu dilakukan bersama tiga lembaga yaitu DPR, Presiden dan
DPD (Tripartit). Dalam mekanisme ini, pembahasan Prolegnas di internal DPR
diselesaikan terlebih dahulu oleh fraksi-fraksi dan komisi-komisi DPR.
Dalam sesi terakhir diberikan waktu untuk sesi tanya jawab beberapa pertanyaan
dihimpun guna menambah wawasan atau pengetahuan kami, diantaranya : Bagaimana
optimalisasi DPD dalam pencapaian kinerjanya dan berapa persen efektivitas kinerjanya
tersebut? Lalu apakah ada aturan main serta proker untuk para calonnya? Terkait kasus
aceng fikri, apakah perlu ada syarat khusus untuk calon DPD kedepan? dengan
beragamnya background anggota DPD, apakah ada bentuk spesialisasi sesuai porsinya?
sebagai lembaga DPD yang netral, bagaimana tanggapan untuk para calon yang
mendukung salah satu capres?
Dari semua pertanyaan tersebut pihak DPD-RI yang diwakili oleh salah seorang
anggotanya menjelaskan duduk permasalahannya seperti berikut : Optimalisasi kinerja
para Anggota DPD-RI tentunya sangat efektif mengingat, para Anggota DPD-RI terjun
langsung
untuk
menghimpun
aspirasi
daerah
termasuk
masyarakatnya,
dan
anggapannya sudah optimal 100% dalam kinerja kerjanya. Selain itu untuk program
kerja, tentunya setiap para Anggota DPD terbagi kedalam beberapa komisi yang
didalamnya memiliki tugas pokok serta program kerjanya masing-masing. Terkait kasus
Aceng Fikri, Beliau berpendapat tentunya apabila Calon tersebut dianggap memberikan
contoh yang tidak baik, mengapa rakyat tetap memilih? apabila sudah ditetapkan
menjadi anggota DPD, tentunya jika terjadi bentuk pelanggaran dari anggotanya, sudah
ada Badan Kehormatan DPD-RI yang bertugas untuk menyelesaikan kasus terhadap
7
anggota DPD yang dianggap bermasalah atau mengalami pengaduan dari masyarakat.
Kemudian, terkait beragamnya profesi yang ada pada anggota DPD-RI tidak ada bentuk
spesialisasi sesuai dengan background dari para anggota atau calon DPD-RI sebab
nantinya para Anggota DPD-RI menyepakati tujuan atau arah dari program yang akan
dikerjakan bersama-sama. Terkait bagaimana tanggapan dari informan terhadap calon
anggota DPD yang mendukung capres, tentunya itu merupakan hak preogratif dari
seorang warga negara atau pemilih. Asalkan tidak meng-atas namakan lembaga negara
(DPD-RI)
2.2
Pimpinan DPR, merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif, terdiri
atas satu orang Ketua dan empat orang wakil ketua yang berasal dari partai politik
berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR. Ketua DPR ialah anggota
DPR yang berasal dari partai yang memperoleh kursi terbanyak pertama di DPR.
Wakil ketua DPR ialah anggota DPR yang berasal dari partai yang memperoleh
kursi terbanyak kedua, ketiga, keempat dan kelima. Inti dari tugas Pimpinan DPR
sendiri adalah untuk memimpin siding-sidang dan menyimpulkan hasil sidang
untuk diambil keputusannya serta mewakili DPR dalam berhubungan dengan
lembaga negara lainnya.
Badan Musyawarah, merupakan alat kelengkapan yang dibentuk DPR dan bersifat
tetap. Anggota Badan Musyawarah berjumlah paling banyak sepersepuluh dari
jumlah anggota DPR berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi
yang ditetapkan oleh rapat paripurna. Fungsinya adalah menetapkan agenda DPR
untuk satu tahun sidang, memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam
8
Komisi, yaitu susunan dan keanggotan Komisi ditetapkan oleh DPR dalam Rapat
Paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
Komisi adalah pembagian tugas dari DPR sesuai dengan bidang-bidangnya serta
memiliki mitra kerja dengan badan di Pemerintahan. Di DPR-RI komisi-komisi
tersebut terbagi menjadi : Komisi I (Pertahanan, Luar Negeri, Informasi dan
Telekomunikasi), Komisi II (Pemerintahan Dalam Negeri, Otda, Aparatur Negara
dan Agraria), Komisi III (Hukum, Perundang-undangan, HAM dan Keamanan),
Komisi IV (Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan dan Pangan),
Komisi V (Perhubungan, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan
Pedesaan dan Kawasan Tertinggal), Komisi VI (Perdagangan, Perindustrian,
Investasi, Koperasi UKM, BUMN, Standarisasi Nasional), Komisi VII (Energi,
Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup), Komisi VIII
(Agama, Sosial dan Pembedayaan Perempuan), Komisi IX (Kependidikan,
Kesehatan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi), Komisi X (Pendidikan, Pemuda,
Olahraga, Pariwisata, Kesenian, Perfilman, Kebudayaan dan Perpustakaan), dan
yang terakhir Komisi XI (Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional,
Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank).
Badan Legislasi, dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang
bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota
Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan
DPR dan pada permulaan tahun sidang. Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu
kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu)
orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh
anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
9
proporsional
dengan
memperhatikan
keterwakilan
perempuan
menurut
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Tugas dari Baleg adalah menyusun
rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan dan prioritas
rancangan undang-undang beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan
untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPR dengan mempertimbangkan
masukan dari DPD; mengoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara
DPR dan Pemerintah; menyiapkan
Badan Anggaran, yaitu alat kelengakapan DPR tetap yang memiliki Pimpinan yang
bersifat kolektif. Badan Anggaran bertugas untuk membahas bersama Pemerintah
yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal umum
dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga
dalam menyusun usulan anggaran; menetapkan pendapatan negara bersama
Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi terkait; membahas rancangan
undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri
dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai
alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga;
melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana
kerja dan anggaran kementerian/lembaga; membahas laporan realisasi dan
prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan membahas pokok-pokok penjelasan
atas rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Badan Anggaran anya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh
komisi. Anggota komisi dalam Badan Anggaran harus mengupayakan alokasi
anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas
kepada komisi.
Badan Urusan Rumah Tangga, ialah alat kelengkapan DPR yang dibentuk untuk
menunjang efektifitas kinerja DPR yang berfungsi sebagai : menetapkan kebijakan
kerumahtanggaan DPR; melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal
dalam pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR, termasuk pelaksanaan dan
pengelolaan anggaran DPR; melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD
10
Badan Kerja Sama Antar Parlemen, yang disingkat menjadi BKSAP dibentuk
sebagai alat kelengkapan DPR yang tetap berfungsi sebagai membina,
mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama antara
DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk
organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan atau anggota parlemen
negara lain, menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu
DPR, mengkoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar negeri
dan memberikan saran atau usul kepada Pimpinan DPR tentang masalah kerja
sama antar parlemen.
Badan Kehormatan, yaitu alat kelengkapan yang dibentuk guna mengatasi dan
melakukan penyidikan dan verifikasi atas pengaduan tehadap anggota karena :
tidak
melaksanakan
kewajiban,
tidak
dapat
melaksanakan
tugas
secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa keterangan apapun, tidak menghadiri rapat paripurna atau rapat
alat kelengkapan DPR, tidak memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai
dengan perundang-undangan, melanggar ketentuan sesuai undang-undang.
Panitia Khusus atau Pansus, yaitu alat kelengkapan DPR yang bersifat sementara.
Jumlah anggotanya sebanyak 30 orang dari setiap fraksi. bertugas untuk tugas
11
tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna. Serta
bertanggung jawab kepada DPR.
Alat Kelengkapan Lain, yaitu DPR dapat membentuk Panitia atau Tim. Dalam
melaksanakan tugasnya Panitia Kerja atau Tim dapat mengadakan rapat dengar
pendapat dan rapat dengar pendapat umum. Dibuat untuk melakukan tugas tertentu
dalam jangka waktu tertentu pula.
Selanjutnya, DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai hak,
diantaranya adalah hak Interpelasi yang diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh
lima) orang anggota DPR dan lebih dari satu fraksi. Hak Interpelasi adalah
hak DPR untuk
meminta
keterangan
kepada
pemerintah
mengenai
kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. (Penjelasan Pasal 27A, UU no 22 tahun 2003).
Kemudian Hak Angket, adalah sebuah hak untuk melakukan penyelidikan yang
dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memutuskan bahwa pelaksanaan
suatu undang-undang dalam kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sidang Paripurna DPR
dapat memutuskan menerima atau menolak usul hak angket dan bila menerima usul hak
angket kemudian DPR membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi
DPR apabila ditolak maka usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
Dan Hak yang terakhir adalah Hak Menyatakan Pendapat adalah hak DPR sebagai
lembaga untuk menyatakan pendapat berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan
tentang kejadian luar biasa di tanah air atau situasi dunia internasional dengan cara
penyelesaiannya, misalnya dugaan korupsi, penyuapan. dan tindakan pidana lainnya.
Kemudian, informan di DPR juga menjelaskan bahwa Persidangan di DPR terbagi
menjadi dua yaitu Masa Persidangan dan Masa Reses. Masa Persidangan masa dimana
DPR melakukan kegiatan terutama didalam gedung DPR. Masa Reses adalah masa
dimana DPR melakukan kegiatan diluar Masa Sidang, terutama diluar gedung DPR
12
untuk melaksanakan kunjungan kerja, baik yang dilakukan oleh Anggota secara
perseorangan maupun secara berkelompok.
Selain masa reses dan masa sidang, di DPR-RI banyak sekali jenis rapat-rapat yang
biasa digelar atau diselenggarakan oleh anggota DPR-RI. Tercantuk dalam UU Tata
Tertib di Bab XVI Tata Cara Pelaksanaan Persidangan dan Rapat Bagian Ketiga
Paragraf 2, Jenis Rapat pada Pasal 220 diantaranya yaitu : Rapat Paripurna, Rapat
Paripurna Luar Biasa, Rapat Fraksi, Rapat Pimpinan DPR, Rapat Konsultasi, Rapat
Badan Musyawarah, Rapat Komisi, Rapat Gabungan Komisi, Rapat Badan Legislasi,
Rapat Badan Anggaran, Rapat BURT, Rapat BKSAP, Rapat BAKN, Rapat Badan
Kehormatan, Rapat Panitia Khusus, Rapat Panitia Kerja atau Tim, Rapat Kerja, Rapat
dengar Pendapat dan Rapat dengar Pendapat Umum.
Dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak DPR sendiri, informan
menjelaskan mengenai kedudukan DPR dengan DPD. Inti dari penyampaiannya adalah
menyebutkan bahwa putusan MK mengenai fungsi legislasi Dewan Perwakilan Daerah
pasca putusan Mahkamah Konstitusi tidak dibenarkan sebab, Mahkamah Konstitusi
tidak mempunyai wewenang dalam membuat undang-undang, klaim-nya yang berhak
menetapkan undang-undang itu berlaku atau tidak adalah DPR itu sendiri. Sehingga
Permohonan DPD RI Nomo 92/PUU-X/2012 perihal permohonan pengujian undangundang (uji materi) atas UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
(UU MD3) dan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (UU P3) terhadap UUD 1945 yang telah di lakukan uji materi di Mahkamah
Konstitusi menghasilkan Putusan MK tersebut tidak sah atau dianggap tidak
berkekuatan hukum.
Di sesi terakhir pada saat kunjungan ke DPR-RI kemudian dibuka sesi tanya jawab
untuk mahasiswa Ilmu Pemerintahan. Dari beberapa rekan mahasiswa yang bertanya
seputar fungsi DPR dan DPD yang memiliki kesamaan fungsi legislasi, mengapa
prolegnas sering macet dan tidak berjalan, atau mengapa dalam pembuatan UU banyak
bertentangan satu dengan yang lainnya. Pihak dari DPR menjelaskan bahwasanya
fungsi legislasi DPR dan DPD tentunya memiliki batas kewenangan yang berbeda.
Meskipun ikut serta bersama-sama dalam pembuatan keputusan untuk rancangan
produk undang-undang yang akan dikeluarkan, sehingga tidak akan terjadi double
function. Selanjutnya, keterhambatan prolegnas atau undang-undang yang tidak
13
terselesaikan atau tertunda, umumnya disebabkan atas banyak serta rumitnya undangundang yang sedang dikaji.
Keterhambatan tersebut juga difaktori oleh kinerja DPR yang belum maksimal
terhadap hal yang substansial atau hal yang lebih utama, selain itu sering munculnya
kembali pertanyaan-pertanyaan pada saat pembahasan satu undang-undang sehingga
kemudian keterkaitan pertanyaan itu berdampak pada undang-undang lainnya. Selain
pertanyaan diatas, kemudian apakah pantas kepentingan parpol berada di lembaga
perwakilan rakyat? Pertanyaan ini kemudian dijawab, pada dasarnya kepentingan partai
politik adalah merupakan refleksi dari kepentingan rakyat, yang harus dihindari
bukanlah kepentingan partai politiknya, melaikan kepentingan elit partainya itu sendiri.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari serangkaian kegiatan kuliah lapangan ini
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Tugas pokok, fungsi serta wewenang dari masing-masing lembaga yaitu DPR dan
DPD memiliki perbedaan yang jelas meskipun keduanya sama-sama memiliki
fungsi legislasi.
4.
3.2
Saran.
1.
2.
Perlunya perundingan secara bersama antara DPR dan DPD dalam pembahasan
putusan mahkamah konstitusi mengenai penyususunan Prolegnas atau kewenangan
DPD yang dianggap tidak memiliki kewenangan dalam putusan akhir produk UU.
3.