PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep
elastisitas. Dengan adanya pemahaman elastisitas, apa yang akan terjadi terhadap permintaan
dan penawaran, jika ada perubahan harga? Apa yang terjadi pada keseimbangan harga bila
faktor-faktor yang mempengaruhi kurva berubah? Dan beberapa besar pengaruhnya?
Elastisitas merupakaan ukuran sejauh mana pembeli dan penjual bereaksi terhadap
perubahan kondisi yang ada. Kondisi yang dimaksud berkaitan dengan perubahan harga.
Dengan kata lain, elastisitas merupakan derajat kepekaan permintaan dan penawaran
terhadap perubahan harga.
Tujuan saya mengamati konsep elastisitas dari perubahan harga kacang kedelai karena
bahan pokok tersebut sudah menjadi kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Kedelai juga
dikenal sebagai pangan yang memiliki gizi yang besar, yaitu sumber bahan pangan nabati,
dengan kandungan protein. Dari seluruh protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia,
sekitar10 persen bersumber dari produk olahan kedelai (Hayami, dkk, 1988). Terdapat
banyak resep yang diolah dari kedelai seperti tahu, tempe, kecap, tauco atau bisa dijadikan
susu atau yoghurt. Beberapa modifikasi pengolahan kedelai lainnya juga telah dikembangkan
di berbagai daerah seperti keripik tempe, susu kedelai dan kedelai goreng. Kedelai digunakan
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein manusia, tetapi juga digunakan sebagai
sumber protein pada hewan. Bahan baku pakan ternak menggunakan kedelai dan sekitar 90
persen protein makanan ternak berasal dari kedelai (Tomich, 1992).
Kacang kedelai pun banyak kandungan vitaminnya. Yaitu untuk kepadatan tulang,
menjaga berat badan, dan mengobati berbagai macam penyakit. Dan baik untuk kecantikan
para wanita. Dipercaya baik untuk kulit dan rambut.
Tetapi sekarang harga kacang kedelai sudah melambung naik. Alhasil banyak
pedagang atau rumah tangga yang enggan untuk mengolah atau membelinya.
Sebab dari kenaikan harga kacang kedelai ini dikarenakan turunnya nilai tukar rupiah.
Namun penyebab utamanya adalah peraturan pemerintah yang tidak sesuai dalam
menerapkan pasokan kedelai dalam negeri.
BAB II
PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Apabila perubahan yang kecil menimbulkam perubahan yang besar terhadap jumlah
barang yang diminta maka dikatakan bahwa permintaan tersebut bersifat sangan responsif
atau permintaannya elastis.
Permintaan bersifat tidak elastis apabila perubahan harga relatif besar tetapi
permintaannya tidak banyak berubah atau tetap.
A. Pengertian Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah suatu pengukuran kuantitatif yang menunjukan sampai
dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan.
I.
Contoh:
Didapati bahwa pada waktu harga beras adalah Rp 4000/kg, jumlah beras yang dibeli
konsumen adalah 10000kg; dan pada waktu harga RP 3000/kg, jumlah beras yang ingin dibeli
adalah 15000kg. Maka nilai koefisien elastisitas yang diperoleh adalah:
Jawab:
I.
Rumus:
Barang-barang penggenap silangnya bernilai negatif. Nilai elastisitas silang untuk barangbarang pengganti adalah positif.
Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada
produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan
permintaan dari barang X di bagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y.
Nilai koefisien elastisitas berkisar diantara nol dan tak terhingga. Elastisitas adalah nol
apabila perubahan harga tidak akan mengubah jumlah yang diminta, yaitu yang diminta tetap
saja jumlahnya walaupun harga mengalami kenaikan atau menurun. Kurva ini bentuknya
sejajar dengan sumbu tegak. Kurva permintaan seperti ini adalah kurva yang tidak elastis
sempurna. Contoh kurva:
Koefisien elastisitas permintaan bernilai tidak terhingga apabila pada suatu harga tertentu
pasar sanggup membeli semua barang yang ada dipasar. Berapapun banyaknya barang yang
ditawarkan oleh para penjual pada harga tersebut, semuanya akan dapat terjual. Kurva ini
berbentuk sejajar dengan sumber datar dan sifat permintaan itu dikenal sebagai elastisitas
sempurna. Contoh kurva:
Elastisitas uniter yang sifatnya mempunyai koefisien elastisitas permintaan sebesar 1 dan
lazim. Contoh kurva:
Barang bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas tersebut adalah diantara nol dan satu.
Contoh kurva:
Yang bersifat elastis apabila harga berubah maka permintaan akan mengalami perubahan
dengan persentasi yang melebihin persentasi perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas dari
permintaan elastisitas adalah lebih besar dari satu. Contoh kurva:
Ket:
Es : Koefisien elastisitas penawaran
Qb: Jumlah baru barang yang ditawarkan
Qa: Jumlah penawaran yang asal
Pb: Tingkat harga yang baru
Pa: Tingkat harga yang asal
Tidak elastis sempurna, apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya
walaupun harga bertambah tinggi. Contoh kurva:
Uniter, apabila kurva tersebut bermula dari titik 0 (nol). Contoh kurva:
Tidak elastis, apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap penwaran.
Contoh kurva:
Elastis, apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
Contoh kurva:
2.
Jangka Pendek
Didalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah.
Perusahaan
dapat menaikan produksi dengan cara menggunakan faktor-faktor
produksi, termasuk barang
modal, secara lebih intensif. Antara lain ialah
memperpanjang jam kerja, memperbaiki manajemen
produksi, menggunakan
tenaga kerja lebih efektif dan sebagainya. Contoh kurva:
3.
Jangka Panjang
Produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka
panjang, maka sifatnya elastis. Contoh kurva:
BAB III
SIFAT PERMINTAAN PRODUK
Dalam kasus kacang kedelai ini saya amati sifat permintaan produk nya adalah tidak
elastis. Dimana sifat tidak elastis ini apabila konsumen kurang peka terhadap perubahan
harga. Artinya, meskipun harga naik atau turun, masyarakat akan tetap membelinya.
Barang yang mempunyai elastisitas yang in-elastis adalah barang-baramg kebutuhan pokok
dan barang-barang yang tidak mempunyai pengganti (subtitusi). Ed < 1 berarti perubahan
harga sebesar 1% menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta kurang dari 1%.
Kacamg kedelai adalah bahan pokok dan tidak mempunyai barang penggati nya.
Namun sebagian rumah tangga beralih membeli daging ayam atau bahan pokok lainnya.
Tetapi sebagian besar rumah tangga tetap membeli produk yang berbahan dasar dari kacang
kedelai, seperti tahu, tempe, kecap, susu, tauco atau yang lainnya. Berikut kurva yang bersifat
tidak elastis.
BAB IV
ELASTISITAS PERMINTAAN PRODUK
Analisis Data
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai pada periode 1978-2008
meningkat rata-rata sebesar 2,08% per tahun. Peningkatan produksi kedelai disebabkan
karena meningkatnya produktivitas kedelai rata rata sebesar 1,49% per tahun, serta
meningkatnya luas areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56% per tahun. Walau produksi
kedelai di Indonesia meningkat, namun hal ini tidak dapat mengimbangi laju konsumsi
kedelai. Konsumsi kedelai perkapita meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998 menjadi 8,97
kg pada tahun 2004 (Suryana, et al. 2005).
Berdasarkan data BPS, laju rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1978-2008
adalah 1,56% per tahun. Sedangkan data dari Departemen Pertanian bahwa laju pertumbuhan
konsumsi kedelai tahun 1978-2008 adalah 7,22% per tahun. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa tingkat konsumsi kedelai di Indonesia berkembang lebih cepat dari perkembangan laju
pertumbuhan penduduk. Dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang dan rata-rata
konsumsi per kapita kedelai sebesar 10 Kg/tahun maka diperlukan kacang kedelai untuk
kebutuhan pangan minimal 2 juta ton per tahun. Sekitar 1,2 juta ton digunakan untuk
produksi tempe dan tahu, 650 ribu ton untuk produksi kecap, dan selebihnya untuk produksi
pangan lainnya. sebanyak 1 juta ton untuk pakan ternak dan sekitar 50 ribu ton untuk benih.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan permintaan makanan. hal ini disebabkan oleh pertambahan populasi dan
perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Dampak dari
peningkatan pendapatan masyarakat adalah perubahan pola pangan dari pola pangan
karbohidrat tinggi dengan protein rendah menjadi pola pangan karbohidrat lebih rendah
dengan protein yang lebih tinggi. Laju rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita tahun
1978-2008 adalah 18,09% per tahun, ternyata lebih besar dari tingkat konsumsi kedelai di
Indonesia yang 7,22% per tahun.
Konsumsi kedelai yang terus meningkat pesat setiap tahunnya, juga sejalan dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh meningkatnya konsumsi
per kapita kedelai sebesar 5,55%.
Analisa Grafik
Posisi produksi (Penawaran) kedelai di Indonesia selalu di bawah grafik Permintaan
selama kuadran waktu 1978 2008. Secara umum, gambaran grafik tersebut menunjukkan
adanya fluktuasi yang cukup signifikan. Data untuk tahun 1984 menunjukkan adanya
disparitas yang cukup jauh antara kuantitas produksi dan konsumsi di Indonesia, tampak
bahwa produksi (penawaran) hanya sekitar 769.384 Ton sedangkan permintaan mencapai
2.170.384 Ton. Kondisi tersebut memicu terjadinya kekurangan akan permintaan kedelai
kurang lebih sebesar 1.401.000 Ton kedelai. Dalam kurun waktu tahun 1984 1985 produksi
kedelai mengalami peningkatan sebesar 100.334 Ton dengan persentase pertumbuhan sebesar
13,04 %. Sedangkan volume permintaan mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu
sekitar 998.709 Ton pada kurun waktu yang sama.
Volume produksi pada tahun 1992 yaitu sebesar 1.869.713 Ton namun hal ini juga memicu
terjadinya peningkatan volume permintaan mencapai 2.563.846 Ton. Pada tahun tersebut
tingkat konsumsi per kapita pada mencapai 13,78 kg per jiwa. Kemudian permintaan sempat
mengalami penurunan kembali yaitu pada tahun 1998, pada tahun tersebut volume.
permintaan sebesar 1.648.764 Ton sedangkan kapasitas produksinya mencapai 1.305.640
Ton. Sedangkan volume permintaan paling tinggi pada kisaran tahun 1978- 2008 adalah pada
tahun 1999 yang pada waktu itu mencapai angka 2.684.603 Ton sedangkan produksi dalam
negeri hanya mencapai 1.382.848 Ton dengan tingkat konsumsi per kapita sebesar 12,94 Kg
per jiwa.
Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai merupakan awal munculnya
kebijakan impor kedelai di Indonesia. Pada tahun 1978, volume impor kedelai di Indonesia
hanya mencapai 160.000 Ton, namun pada tahun 2008, volume impor kedelai telah menjadi
1.169.016 Ton. Selama periode 1978-2008, volume impor kedelai meningkat sebesar 14,56%
per tahun. Impor kedelai cenderung meningkat, kondisi ini semakin memperlebar
kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Sehingga tidak heran jika Indonesia menjadi
salah satu negara pengimpor kedelai di dunia dengan pangsa yang cukup besar, selain
Belanda, Jepang, Korea Selatan dan Jerman.
Selain melakukan impor kedelai, pemerintah juga terus mengupayakan untuk
meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap kedelai impor. Pada Tahun 2006 ketergantungan Indonesia terhadap
kedelai impor sangat tinggi yaitu lebih dari 60 persen.
Faktor yang mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kedelai
a. Permintaan Kedelai
1. Harga Kedelai dalam negeri
2. Jumlah Penduduk
3. Impor
4. Rata rata pendapatan
5. Selera masyarakat (Konsumen)
b. Penawaran Kedelai (produksi)
1. Harga Kedelai
2. Harga Komoditas lain
3. Input Biaya untuk memproduksi Kedelai
4. Invasi Teknologi
5. Tujuan Perusahaan
6. Luas Lahan dan Produktivitas
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa
(konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam
bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu persen
perubahan harga.
Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa
berubah ketika harganya berubah. Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase
perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.
Setiap perubahan harga akan mengubah kuantitas yang diminta. Akan tetapi sampai dimana
setiap perubahan harga akan menimbulkan perubahan tersebut, berbedaan diantara satu
barang dengan barang yang lain. Ada yang menimbulkan perubahan kuantitas yang besar,
tetapi ada pula yang pertubahan kuantitasnya sangat kecil. Elastisitas permintaan dan
penawaran merupakan ukuran yang menunjukan sampai dimana kuantitas yang
diminta atau ditawarkan akan mengalami perubahan sebagai akibat dari suatu
perubahan harga.
Maka kesimpulan dari penelitian saya adalah pada kisaran waktu antara tahun 1978-2008
kondisi permintaan kedelai lebih besar dari pada volume produksi (penawaran), kondisi
tersebut menyebabkan terjadinya disparitas yang cukup jauh antara volume produksi dan
konsumsi. Titik permintaan tertingga pada kisaran tahun tersebut terjadi pad tahun 1999 yaitu
sebesar 2,6 juta ton sedangkan kapasitas produksinya hanya sebesar 1,3 juta ton. Hal ini
memicu munculnya regulasi pemerintah untuk melakukan impor terhadap komoditas kedelai.
Kapasitas produksi yang rendah menyebabkan konsumsi kedelai di Indonesia sangat
bergantung kepada kedelai impor.
Faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia: Harga kedelai, jumlah
penduduk, Impor, rata-rata pendapatan dan selera konsumen.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Indonesia: harga kedelai, harga
komoditas lain, biaya input produksi, tujuan produksi dan invasi teknologi, luas dan
produktivitas lahan serta tujuan produksi.