Laporan Pendahuluan DHF Novi
Laporan Pendahuluan DHF Novi
(DHF)
A. DEFINISI
Dangue hemorrhage fever atau demam berdarah dengue ialah penyakit yang
terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, sendi, yang biasa
memburuk setelah dua hari pertama. (Mansjoer, dkk ; 2000)
Demam berdarah dengue (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriyadi & Yuliani ; 2010)
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus
dan aedes aegypti). (Ngastiyah ; 1997)
B. ETIOLOGI
Dengue hemorrhage fever disebabkan oleh virus dengue yang merupakan sejenis
arbovirus. Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus dengue yaitu serotipe 1,2,3, dan 4
yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti, aedes albopictus dan aedes
polynesiensis, serta beberapa spesies lain yang merupakan vector yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan reaksi imunologik dan
membentuk antibody untuk seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. (Mansjoer, dkk ; 2000).
C. MANIFESTASI KLINIK
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam
dengue, demam berdarah dengue, sampai syndrome syok dengue. Masa inkubasi atau
masa tunas virus dengue antara 3 15 hari, tetapi rata 5 8 hari.
Kriteria klinis deman dengue:
-
Leukopenia
Demam dengue biasanya akan dapat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan
penurunan suhu secara lisis. Demam dengue juga disebut demam 5 hari (Vydagcekoor)
Kriteria klinis demem berdarah dengue/ DHF, Menurut WHO 1986:
1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas. Kemudian
turun secara lisis demem disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise,
nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk perdarahan yang lain, misalnya ptekia, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikhterus
4. dengan/ Tanpa renjatan. renjatan yang terjadi pada saat demem biasanya
mempunyai prognosis yang buruk
5. Kenaikan nilai HT pada hemokonsentrasi sedikitnya 20%
Dengue Syok Sindrome ditandai dengan: nadi lemah, cepat, disertai tekanan darah
yang menurun. Kulit teraba lembb dan dingin terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki
(sianosis perifer) serta gelisah renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau terjadi
pada saat demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7.
Derajat beratnya DBD secara klinis berdasarkan patokan dari WHO (1975)
diklasifikasikan menjadi 4 :
Derajat I
: Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji torniquet
positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
: Terdapat DSS dengan renjatan berat, dimana denyut nadi dan tekanan
darah tidak dapat terukur.
D. PATHOFISIOLOGI
Nyamuk jenis aedes
aegypti.
virus dengue
Permeabilitas
meningkat
ekstravaskuler cairan
intravaskuler
antihistamin melepaskan
anafilatoksin C3a dan C5a
Peningkatan
suhu tubuh
(Hipertermi)
leukosit meningkat.dan
trombosit menurun
Gangguan rasa
nyaman; Nyeri
Kebocoran plasma
Hipovolemik
Syok hipovolemik
Gangguan pemenuhan
nutrisi
Penurunan kesadaran
hari
hari
bulan
bulan
bulan
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
Rata-rata BB (Kg)
3,0
3,2
5,4
7,3
8,6
9,5
11,8
16,2
20,0
28,7
45,0
54,0
250 300
400 500
750 850
950 1100
1100 1250
1150 1300
1350 1500
1600 1800
1800 2000
2000 2500
2000 2700
2200 2700
80 100
125 150
140 160
130 155
125 145
120 135
115 125
100 110
90 100
70 85
50 60
40 - 50
Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang pada anak dengan DHF berdasarkan
berat badan saat ini, (Soegijanto,2002):
Berat badan waktu
masuk (Kg)
Hari II
Hari III
<7
7 11
12 - 18
> 18
220
165
132
88
165
132
88
88
132
88
88
88
< 10
10 20
> 20
1000 + 50 ( BB 10 )
ml / hari
Usia
(tahun)
Berat badan
Tinggi
badan
320
500
108
98
650
850
35
44
52
740
950
1130
102
90
70
1300
1800
2000
157
176
177
176
173
62
69
70
70
68
1440
1760
1780
1800
1530
1,70
1,67
1,67
1,60
1,50
55
45
40
37
30
2500
3000
2900
2900
2300
157
163
164
163
160
62
64
65
64
63
1310
1370
1350
1380
1280
1,67
1,60
1,60
1,55
1,50
47
40
38
36
30
2200
2200
2200
2200
1900
(Cm)
(In)
0,0 0,5
0,5 1,0
6
9
13
20
60
71
24
28
Anakanak
13
46
7 10
13
20
28
29
44
62
90
112
132
Pria
11 14
15 18
19 24
25 50
51 +
45
66
72
79
77
99
145
160
174
170
Wanita
11 14
15 18
19 24
25 50
51 +
46
55
58
63
65
101
120
128
138
143
Keham
ilan
Trimester
I
Trimester
II
Trimester
III
6 bulan I
6 bulan II
Perkalian
dari REE
Perhari
(Lb)
Menyu
sui
(Kg)
Bayi
REEa
(Kcal/
hari)
+0
+ 300
+ 300
+ 500
+ 500
Keterangan:
)a Pengeluaran energi istirahat
)b Berada dalam rentang aktifitas ringan sampai sedang, koefisiennya adalah + 20 %
BB sekarang
X 100 %
TB sekarang
X 100 %
BB sekarang
X 100 %
BB/U
TB/U
LLA/U
BB/TB
LLA/TB
Baik / Normal
100 80
100 95
100 85
100 90
100 85
Kurang
< 80 60
< 95 85
< 85 70
< 90 70
< 85 75
Buruk**
< 60
< 85
< 70
< 70
< 75
Keterangan:
* Garis baku = persentil ke-50 Baku Havard
** Kategori gizi buruk termasuk marasmus, marasmik kwashiorkor, dan kwashiorkor.
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani. S)
Tabel. Interprestasi keadaan gizi berdasarkan 3 indeks antropometri:
B/T
B/U
T/U
Keadaan gizi
Keterangan;
6
N : Normal
R : Rendah
T : Tinggi
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani. S)
F. KOMPLIKASI
1. DHF dapat mengakibatkan perdarahan pada semua organ tubuh, seperti perdarahan
ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati sehingga tubuh kehabisan darah
dan cairan serta menyebabkan kematian.
2. Ensopalopati
3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
4. Disorientasi, prognosa buruk.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a). Darah
Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari ke-2 dan ke-3. Pada DBD
biasa di jumpai :
-
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hiponatremia (normal 1,36 1,48 mmol/ l),
hipoproteinemia (nilai normal protein total 6-7gr/dl), pH darah mungkin meningkat
menunjukan terjadi asidosis ( pH < 7,35)
Uji serologi memakai serum ganda yaitu: serum di ambil pada masa akut dan
konvalesen yaitu uji pegikat komplemen (PK), Uji netralisasi (NT), dan Uji dengue blot.
Pada uji ini di cari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal 4 kali.
Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu : Uji dengue blot yang mengukur
antibody antidengue tanpa memandang kelas antibody nya, Uji Ig M antidengue yang
mengukur hanya antibody antidengue dari kelas Ig M. Pada uji ini yang di cari adalah ada
atau tidak nya atau Teter tertentu antibody antidengue.
d). Rontgen thorax
Jika terjadi kebocoran plasma pada daerah pleura dapat ditemukan efusi pleura.
H. THERAPI
Medik
Therapy yang diberikan pada dasarnya bersifat simtomatis dan suportif.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik golongan asetaminopen,
eukinin, atau dipiron dapat diberikan, namun jangan berikan asetosal karena bahaya
perdarahan. Parasetamol di rekomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis
10-15 mg/kgBB/kali.
Jika terdapat kejang, dapat diberi antikonvulsan seperti luminal dengan dosis: anak
umur < 1 tahun 50 mg, anak umur > 1 tahun 75 mg, jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal dapat diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Atau anak dibawah 1
tahun 30mg, diatas 1 tahun diberi 50 mg, dengan memperhatikan adannya depresi
fungsi vital.
Antibiotik dapat diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Therapi cairan
Kebutuhan cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat peradangan. Rasa haus dan
keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah, maka klien
perlu diberi minum banyak + 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama, dapat berupa air teh,
susu atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat di atasi, berikan cairan rumatan 80-100
ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya.
Pemberian cairan infus pada klien DBD tanpa renjatan dilakukan apabila:
1). Klien terus menerus muntah, sehingga tidak memungkinkan pemberian cairan
peroral yang dapat mengancam terjadinya dehidrasi.
2). Nilai Hematokrit yang cenderung meningkat > 40 vol %
Dalam keadaan mengalami renjatan berat:
Berikan cairan RL secara cepat (diguyur) selama 30 menit. Apabila syok tidak
teratasi dan/atau keadaan klinis memburuk, ganti cairan dengan koloid 10-20 ml/kgBB,
dengan jumlah maksimal 30ml/kgBB, setelah ada perbaikan segera cairan ditukar kembali
dengan kristaloid (tetesan 20ml/kgBB/jam).
Bila dengan cairan koloid dan kristaloid syok belum teratasi sedangkan kadar Ht
tetap, diduga telah terjadi perdarahan, maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar.
Apabila Ht tetap > 40 vol% berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB/jam, tetapi bila
terjadi perdarahan masif berikan 20 ml/kgBB/jam.
Bila renjatan tidak berat:
Berika cairan dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Bila renjatan sudah teratasi, nadi
sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 80 mmhg atau lebih,
maka kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam.
Cairan intravena dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40 vol %, jumlah
urine 12 ml/kgBB/jam atau lebih, menandakan keadaan sirkulasi membaik. Umumnya
cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam sejak syok teratasi.
Tindakan keperawatan
a). Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam
- Observasi intake-output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam ,
periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam, beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri
kompres
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
Nama, tempat/tanggal lahir, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, alamat,
agama, suku bangsa, pendidikan ayah, pendidikan ibu.
2. Keluhan utama
Demam
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal, seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
10
berwarna merah.
g). Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, turgor menurun pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit, apabila renjatan terjadi kulit teraba dingin.
b. Diagnosa keperawatan
1. Aktual; Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi
virus dengue (viremia).
2. Aktual; Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
3. Potensial; Terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
4. Potensial;
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual, muntah dan
nafsu makan yang menurun
5. Resiko; Terjadi penurunan kesadaran b.d syok hipovolemik
c. Rencana perawatan
DK.1 : Peningkatan suhu tubuh (hipertermie) berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue (viremia)
Tujuan : Peningkatan suhu tubuh dapat diatasi dan suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : - Suhu tubuh antara 36 37
- Nyeri otot hilang
Intervensi :
1). Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam
2). Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien
3). Berikan/ anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
4). Beri kompres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
12
5). Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut dan menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat
Rasional: pakaian tipis mudah menyerap keringat dan membantu mengurangi
penguapan/ pengeluaran keringat berlebih.
6). Kolaborasi : Pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang
tinggi. Obat diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul.
DK 2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria : - Input dan output seimbang
- Vital sign dalam batas normal (TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler,
pulsasi kuat)
- Tidak ada tanda presyok
- Akral hangat
- Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a). Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b). Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
c). Observasi intake dan output serta catat warna urine dan konsentrasi BJ
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Adanya penurunan haluaran urine dengan warna pekat
dan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d). Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e). Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan dan memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh.
DK. 3. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
13
hipovolemik
Tujuan : Tidak terjadi penurunan kesadaran
Kriteria :
Intervensi :
a). Observasi vital sign dan kesadaran klien
Rasional : Perawat perlu terus mengobservasi vital sign dan tingkat kesadaran klien
untuk memastikan keadaan umum.
b). Monitor tetesan infus
Rasional : Pada kondisi klien dengan renjatan pembuluh darah vena dapat menjadi
kolap sehingga aliran infus dapat tidak lancar.
c). Kolaborasi : Pemberian O2
Rasional : Pemberian O2 sangat membantu dalam mensuplai kebutuhan O2 ke otak,
akibat dari kebocoran plasma pada paru sehingga terjadi pengumpulan cairan dalam
rongga pleura yang menyebabkan dispnea.
d). Kolaborasi : Pemeriksaan laboratorium untuk Hb, Ht, Trombosit, PCV (Packed Cell
Volume) dan AGD (analisa Gas darah)
15
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma, dan keseimbangan asam basa
yang dialami pasien dan serta untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. ketiga jilid 1 dan 2.
Jakarta; EGC
Doenges, Marilyn E. dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3 (I made Kariasa
& Ni Made Sumarwati. Penerjemah). Jakarta; EGC
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC
Suriadi & Yuliani (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.2, Jakarta; Sagung
Seto
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Ed.4 (Monica Ester.
Penerjemah). Jakarta; EGC
16