Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

PENGARUH JUMLAH KONSUMSI SEMUT JEPANG


(TENEBRIO MOLITOR) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DALAM DARAH PADA MENCIT DENGAN
DIABETES GESTATIONAL

Oleh :
YAYUK ELIYANA

PROGRAM STUDI S2 KEBIDANAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
CURRICULUM VITAE
BIODATA
Nama
Tempat/ TanggalLahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat

: Yayuk Eliyana, S.ST


: Pamekasan, 18 Agustus 1988
: Perempuan
: Islam
: Dusun Tengah RT 003/RW 002
Desa Sumedangan Kecamatan Pademawu
Kabupaten Pamekasan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.
2.
3.
4.
5.

SDN Sumedangan II
:
SMPN I Pademawu
:
SMAN I Pamekasan
:
AKBID Ngudia Husada Madura
:
DIV Kebidanan Ngudia Husada Madura:

Lulus tahun 2001


Lulus tahun 2003
Lulus tahun 2006
Lulus tahun 2009
Lulus tahun 2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul
PENGARUH JUMLAH KONSUMSI SEMUT JEPANG (TENEBRIO
MOLITOR) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH
PADA MENCIT DENGAN DIABETES GESTASIONAL proposal ini sebagai
salah satu persyaratan ujian masuk program studi S2 kebidanan di Universitas
Brawijaya Malang.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari adanya kekurangan dan
keterbatasan namun berkat bantuan bimbingan, petunjuk serta dorongan dari
semua pihak akhirnya proposal ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya, memberi
semangat, dan dukungan sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan.

2. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan proposal
penelitian ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis dalam perbaikan di
masa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Malang, Maret 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes merupakan merupakan penyakit dimana tubuh penderita sudah
tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam darah. Penderita mengalami
gangguan metabolisme pada proses penyerapan gula oleh tubuh, karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara normal. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Penurunan
hormon insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah yang dikonsumsi
dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan
oleh kerusakan pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin. Kerusakan
pankreas ini disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak sel-sel
pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi.
Diabetes juga berpotensi terjadi pada ibu hamil. Diabetes pada ibu hamil
bisa terjadi karena memang sebelum hamil ibu sudah menderita diabetes
melitus, atau bisa terjadi pada masa kehamilan walaupun sebelumnya ibu
belum pernah menderita diabetes melitus. Menurut Tandra 2008, beberapa
diantara penderita diabetes baru mengetahui sakit yang diderita ketika sudah

mengalami komplikasi. Ketidaktauan ini disebabkan karena kebanyakan


penyakit diabetes terus berlangsung tanpa keluhan sampai beberapa tahun dan
disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh masyarakat tentang
penyakit diabetes melitus itu sendiri.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam
jumlah penderita diabetes militus dunia. Pada tahun 1995, jumlah penderita
diabetes mencapai 5 juta, pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000 jiwa,
pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797 juta jiwa, pada tahun 2005 sekitar
24 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun yang
akan datang (Soegondo, 2008). Sedangkan angka kejadian diabetes melitus
pada ibu hamil di indonesia berkisar antara 1,9-3,6 %.
Faktor resiko terjadinya diabetes gestational antara lain bisa dilihat dari
kejadian keguguran pada ibu hamil, riwayat melahirkan anak mati tanpa
sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi 4000 gram, umur ibu hamil
> 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, pernah mengalami diabetes
gestational pada kehamilan sebelumnya, obesitas, berat badan ibu waktu lahir
> 5 kg, infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil.
Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh rumah sakit di Inggris, Wales,
dan Irlandia Utara pemeriksaan terhadap penderita diabetes yang sedang
hamil meskipun kesadaran terhadap kebutuhan kontrol gula darah yang baik
meningkat, tetap saja dari hasil penelitian tersebut bayi dari ibu penderita
diabetes melitus mempunyai resiko 5 kali cenderung meninggal saat
persalinan, dua kali lipat cenderung memiliki kelainan bawaan, dua kali
cenderung memiliki berat badan lebih dari 4 kg.
Pengobatan diabetes melitus telah dilakukan dengan berbagai cara antara
lain pengelolaan non farmakologis berupa perencanaan makan dan kegiatan

jasmani, pengelolaan farmakologis dilakukan jika langkah-langkah non


farmakologis tidak tercapai umumnya yaitu dengan penyuntikan insulin
(Soegondo, 2013). Ibu yang berpotensi mengalami diabetes mellitus harus
memantau kadar glukosa darahnya minimal dua kali dalam seminggu atau
dapat periksa lagi 2-4 minggu sekali, lalu lebih sering lagi saat mendekat
persalinan hingga kadar glukosa darah dapat menurun pada angka <105 mg/dl
atau <120 mg/dl. Untuk mencapai angka tersebut sangatlah disarankan
melakukan perencanaan makan yakni sesuai kebutuhan gizi.
Seiring perkembangan zaman, pasien penderita diabetes banyak
melakukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah didalam
tubuh untuk tetap stabil, padahal suntikan insulin hanya berperan sebatas
menjaga gula darah bisa turun setelah makan. Masalahnya, turunnya gula
darah selalu dibawah batas normal yang sangat jauh sehingga membuat
pasien lemas dan tidak bertenaga. Salah satu upaya mengatasi penyakit
diabetes melitus yaitu terapi gizi dengan penekanan pada pengendalian
glukosa, lipid dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori
biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi
meningkatkan kontrol metabolik jangka panjang. Untuk memperbaiki kadar
glikemik dalam tubuh bisa dilakukan dengan mengkonsumsi semut jepang
yang dapat menurunkan kadar gula darah dari zat yang terkandung
didalamnya yaitu Protein, Asam Amino, Asam Laktat, Asam Hialuronat
(hyaluronic acid), Enzym hmes.
Namun sampai saat ini pengaruh jumlah konsumsi semut jepang terhadap
penurunan kadar gula darah belum dapat dijelaskan. Kandungan zat yang
terkandung dalam semut jepang diharapkan mampu menurunkan kadar gula

darah tapi tidak sampai dibawah batas normal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh jumlah konsumsi semut jepang
terhadap penurunan kadar gula darah. Oleh karena penelitian ini tidak bisa
dilakukan pada manusia, maka penelitian ini dilakukan pada model hewan
coba mencit hamil yang mengalami diabetes yaitu didiabetkan dengan cara
menginjeksikan larutan dingin aloksan secara intraperitonial dengan dosis
150 mg/ kg BB. Mencit diberi makan pellet dan minum yang mengandung
glukosa 10 % selama dua hari setelah pemberian aloksan.
1.2. Identifikasi Penyebab Masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes gestasional

1.
2.
3.
4.

Gen diabetes dalam


keluarga
(Kurniadi, 2014) Masih ada wanita yang
mengalami
diabetes
Insulin Gambar 1.2. Identifikasi Penyebab
Masalah
gestasional
obesitas
Asma dan KB

1.2.1. Gen diabetes dalam keluarga


Diabetes termasuk kedalam penyakit yang bisa diwariskan. Gen
merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orang tua kepada
keturunannya. Pembawaan diabetes tipe 2 memang belum dapat
dipastikan, tetapi kecenderungan penurunan sifat diabetes tipe 2 diketahui
lebih kuat ketimbang tipe 1. Apabila kedua orang tua menderita diabetes
tipe 2, maka anak memiliki resiko terkena diabetes sebesar 30 %, begitu
juga jika kedua orang tua menderita diabetes tipe 1. Gen yang
dimaksudpun tidak selalu berasal dari orang tua kandung, tetapi bisa
berasal dari kakek, nenek atau generasi diatasnya.
1.2.2. Insulin

Makanan memegang peranan dalam peningkatan kadar gula darah.


Pada proses makan, makanan yang dikonsumsi akan dicerna didalam
saluran cerna dan kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang
disebut glukosa. Selanjutnya gula akan diserap oleh dinding usus, beredar
di dalam aliran darah, dan kemudian akan didistribusikan ke sel-sel tubuh.
Inilah alasan akan terjadi kenaikan kadar gula didalam darah sesudah
makan.
1.2.3. Kegemukan (obesitas) dan resistensi insulin
Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak yang menggemuk akan
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang
jumlahnya lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat itulah
yang menyebabkan resistensi terhadap insulin. Sel lemak yang paling
banyak menghasilkan adipositokin adalah yang melapisi organ-organ
didalam perut. Oleh karena itu, ukuran obesitas yang berdampak buruk
terhadap diabetes dapat ditentukan dengan mengukur lingkar pinggang
yang besar. Akibat resistensi insulin itu, gula darah akan kesulitan masuk
kedalam sel sehingga gula didalam darah tetap tinggi (hiperglikemi) dan
terjadilah diabetes, khususnya diabetes tipe 2. Logika sederhana adalah
dengan mengurangi kegemukan dan menurunkan lemak, maka resiko
diabetes akan berkurang.
1.2.4. Asma, KB dan diabetes
Penderita asma yang mengkonsumsi obat asma juga akan memicu
terjadinya diabetes, hormon yang digunakan pada obat asma tersebut
adalah steroid yang bekerja berlawanan dengan insulin yang menaikkan
gula darah. Steroid dengan dosis tinggi menyebabkan diabetes dan
biasanya diabetes akan hilang ketika konsumsi dihentikan.

Pil kontrasepsi juga merupakan salah satu obat yang mengandung


hormon steroid dengan antiinsulin rendah. Selain beberapa hormon
tersebut, obat cair (diuretik) mungkin mempunyai reaksi antiinsulin dan
bisa memperburuk diabetes.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas maka peneliti membatasi
masalah pada analisa pengaruh jumlah konsumsi semut jepang (Tenebrio
Monitor) terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit dengan diabetes
gestational
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.4.1. Bagaimana gambaran kadar gula darah pada mencit dengan diabetes
1.4.2.

gestational sebelum diberi semut jepang?


Bagaimana gambaran kadar gula darah pada mencit dengan diabetes
gestational setelah diberi semut jepang jumlah kurang dari dosis

1.4.3.

normal?
Bagaimana gambaran kadar gula darah pada mencit dengan diabetes

1.4.4.

gestational setelah diberi semut jepang jumlah sesuai dosis normal?


Bagaimana gambaran kadar gula darah pada mencit dengan diabetes
gestational setelah diberi semut jepang jumlah lebih dari dosis

1.4.5.

normal?
Apakah ada perbedaan efek jumlah konsumsi semut jepang terhadap

penurunan kadar gula darah pada mencit dengan diabetes gestational?


1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh jumlah konsumsi semut jepang
dengan penurunan kadar gula dalam darah pada mencit dengan
1.5.2.

diabetes gestational.
Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran kadar gula darah pada mencit dengan


diabetes gestational sebelum mengkonsumsi semut jepang
b. Mengidentifikasi gambaran kadar gula darah pada mencit dengan
diabetes gestational sesudah mengkonsumsi semut jepang dengan
jumlah kurang dari dosis normal
c. Mengidentifikasi gambaran kadar gula darah pada mencit dengan
diabetes gestational sesudah mengkonsumsi semut jepang dengan
jumlah sesuai dosis normal
d. Mengidentifikasi gambaran kadar gula darah pada mencit dengan
diabetes gestational sesudah mengkonsumsi semut jepang jumlah
lebih dari dosis normal
e. Menganalisis perbedaan efek dari jumlah konsumsi semut jepang
terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit dengan diabetes
gestational.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
khususnya tentang diabetes melitus
1.6.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Wanita hamil
Melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai terapi yang bisa
dimanfaatkan untuk mengurangi resiko komplikasi pada ibu hamil
dengan diabetes gestasional
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Melalui penelitian ini diharapkan dapat dketahui manfaat dari semut
jepang sebagai salah satu terapi untuk diabetes gestasional sehingga
dapat mengurangi komplikasi pada ibu hamil dengan diabetes
gestasional
c. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman
peneliti dalam melaksanakan penelitian serta dapat mengembangkan

ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan manfaat semut jepang


untuk menangani diabetes gestasional.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsep Dasar tentang Diabetes Melitus
2.1.1. Pengertian Penyakit Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia). Kadar
glukosa darah tinggi ini disebabkan jumlah hormon insulin kurang atau
jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif
(resistensi insulin) (Soewondo, 2007).
2.1.2. Patofisiologi
Pankreas adalah kelenjar yang berada diperut bagian belakang dan
dihubungkan langsung dengan saluran yang menuju usus. Fungsi utama
pankreas adalah mengeluarkan enzim-enzim dalam proses pencernaan
makanan (Kurniadi, 2014). Pada pankreas terdapat kumpulan sel yang
berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin, yang sangat
berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Tiap pankreas mengandung
lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta.
Disamping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang
bekerja sebaliknya dari insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah,
juga ada sel delta yang mengeluarkan somastomatin.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel.
Untuk kemudian didalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada (DM tipe 1) atau bila insulin itu kerjanya
tidak baik seperti dalam keadaan resistensi insulin (DM tipe 2), maka
glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat akan tetap berada didalam
pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam
keadaan seperti ini badan akan jadi lemah karena tidak ada sumber energi
didalam sel (Soegondo, 2013).
Dalam keadaan normal, kadar insulin cukup dan sensitif, insulin akan
ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk sel
untuk kemudian dibakar menjadi energi, akibatnya kadar glukosa dalam
darah normal.
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau
pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun
insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan didalam sel itu
sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga
glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya
glukosa tetap berada diluar sel, hingga kadar glukosa dalam darah
meningkat (Soegondo, 2013).
2.1.3. Penyebab diabetes
a. Gen diabetes dalam keluarga
Diabetes termasuk kedalam penyakit yang bisa diwariskan. Gen
merupakan sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orang tua kepada
keturunannya. Pembawaan diabetes tipe 2 memang belum dapat
dipastikan, tetapi kecenderungan penurunan sifat diabetes tipe 2

diketahui lebih kuat ketimbang tipe 1. Apabila kedua orang tua


menderita diabetes tipe 2, maka anak memiliki resiko terkena diabetes
sebesar 30 %, begitu juga jika kedua orang tua menderita diabetes tipe
1. Gen yang dimaksudpun tidak selalu berasal dari orang tua kandung,
tetapi bisa berasal dari kakek, nenek atau generasi diatasnya.
b. Insulin dan gula darah
Makanan memegang peranan dalam peningkatan kadar gula darah.
Pada proses makan, makanan yang dikonsumsi akan dicerna didalam
saluran cerna dan kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula
yang disebut glukosa. Selanjutnya gula akan diserap oleh dinding usus,
beredar di dalam aliran darah, dan kemudian akan didistribusikan ke
sel-sel tubuh. Inilah alasan akan terjadi kenaikan kadar gula didalam
darah sesudah makan.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta (sel )
dipankreas. Dimana produksi itu dipengaruhi oleh tingginya kadar gula
darah. Makin tinggi gula didalam darah, maka tinggi pula insulin yang
akan diproduksi. Kadar gula didalam darah bergantung pada asupan
makanan dengan kadar tertinggi tercapai pada 2 jam sesudah makan.
Dua jam setelah makan gula didalam darah akan mencapai kadar paling
tinggi, normalnya tidak akan melebihi 180 mg per 100 cc darah (180
mg/dl). Kadar 180 mg/dl disebut sebagai nilai ambang ginjal. Ginjal
tempat membuat urine, hanya dapat menahan gulajika kadarnya hanya
sampai angka tersebut. Lebih tinggi dari itu, ginjal tidak dapat menahan
gula dan kelebihan gula akan keluar bersama urine menjadi kencing
manis.

Gula merupakan bahan baku utama untuk pembentukan energi


didalam tubuh. Pada penderita diabetes terdapat masalah dengan
insulin, mungkin karena jumlah insulin yang kurang atau efek kerja
insulin dalam hal memasukkan gula ke dalam sel tidak sempurna. Gula
darah sangat tinggi yang menjadi ciri khas diabetes. Apabila gula yang
masuk ke sel tidak mencukupi kebutuhan metabolisme sehingga tidak
bisa mendapatkan energi yang cukup, tubuh akan mengolah lemak dan
protein dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Penggunaan lemak
dan protein inilah yang dapat menyebabkan turunnya berat badan.
c. Kegemukan (obesitas) dan resistensi insulin
Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak yang menggemuk
akan

menghasilkan

beberapa

zat

yang

digolongkan

sebagai

adipositokin yang jumlahnya lebih banyak daripada keadaan tidak


gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Sel lemak yang paling banyak menghasilkan adipositokin adalah yang
melapisi organ-organ didalam perut. Oleh karena itu, ukuran obesitas
yang berdampak buruk terhadap diabetes dapat dtentukan dengan
mengukur lingkar pinggang yang besar. Akibat resistensi insulin itu,
gula darah akan kesulitan masuk kedalam sel sehingga gula didalam
darah tetap tinggi (hiperglikemi) dan terjadilah diabetes, khususnya
diabetes tipe 2. Logika sederhana adalah dengan mengurangi
kegemukan dan menurunkan lemak, maka resiko diabetes akan
berkurang.
d. Asma, KB dan diabetes
Penderita asma yang mengkonsumsi obat asma juga akan memicu
terjadinya diabetes, hormon yang digunakan pada obat asma tersebut

adalah steroid yang bekerja berlawanan dengan insulin yang menaikkan


gula darah. Steroid dengan dosis tinggi menyebabkan diabetes dan
biasanya diabetes akan hilang ketika konsumsi dihentikan.
Pil kontrasepsi juga merupakan salah satu obat yang mengandung
hormon steroid dengan antiinsulin rendah. Selain beberapa hormon
tersebut, obat cair (diuretik) mungkin mempunyai reaksi antiinsulin dan
bisa memperburuk diabetes.
2.1.4. Gejala diabetes
a. Poliuri
Kadar gula darah yang melebihi nilai ambang ginjal (>180 mg/dl),
maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang
keluar tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urine sehingga urine keluar dalam volume yang banyak dan
kencingpun menjadi sering. Dalam keadaan normal, urine akan keluar
sekitar 1,5 liter per hari, tetapi penderita diabetes yang tidak terkontrol
dalam memproduksi 5 kali jumlah itu.
b. Polidipsi
Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau
dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan menimbulkan rasa
haus sehingga orang ingin selalu minum terutama yang dingin, manis,
segar dan banyak.
c. Polifagi
Insulin yang bermasalah, pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh kurang
sehingga energi yang dibentuk kurang. Inilah sebabnya orang merasa
kurang tenaga. Selain itu, sel menjadi miskin gula sehingga otak juga
berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh pun
kemudian

berusaha

meningkatkan

asupan

makanan

dengan

menimbulkan alarm rasa lapar, maka timbullah perasaan selalu ingin


makan.
d. Berat badan turun
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula
karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan
protein yang ada didalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Apabila
hal tersebut berlangsung cukup lama, maka orang akan tampak kurus
dan berat badannnya akan turun karena massa lemak dan protein yang
tersimpan dijaringan otot dan lemak menyusut. Dalam sistem
pembuangan urine, penderita diabetes yang tidak terkendali bisa
kehilangan sebanyak 500 gram glukosa dalam urine per 24 jam (setara
dengan 2000 kalori per hari hilang dari tubuh). Hal ini tentu saja akan
banyak mengurangi berat badan.
e. Gejala lain
Penderita diabetes dewasa dan berusia lanjut seringkali tidak
menunjukkan gejala klasik yang jelas. Gejala yang ditunjukkan karena
komplikasi dan yang paling sering dikeluhkan adalah kaki kesemutan,
gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh. Paling merisaukan
adalah gatal didaerah selangkangan, keluhan yang sama dapat terjadi
pada laki-laki ketika ujung penis menjadi terasa sakit. Maslah yang
terjadi pada alat kelamin merupakan hasil dari proses infeksi jamur
terutama candida, yang berkembang karena konsentrasi tinggi glukosa.
2.1.5. Tipe-tipe diabetes
a. DM Tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya mengenai anak-anak dan remaja. Diabetes
ini dulu pernah disebut sebagai juvenile diabetes (diabetes usia muda).
Namun karena ternyata diabetes tipe ini juga dapat terjadi pada orang
dewasa, maka orang lebih suka memakai istilah diabetes tipe 1.

Untuk dapat bertahan hidup, penderita diabetes tipe 1 bergantung


pada pemberian insulin dari luar. Oleh karena itu, istilah yang dipakai
dimasa lalu adalah insulin dependent diabetes militus (IDDM). Jumlah
kejadian hanya 1-10 % dari semua penderita diabetes di dunia. Di
indonesia jumlahnya kurang lebih sekitar 1 % dari semua diabetes.
Faktor penyebab diabetes tipe 1 adalah infeksi virus atau reaksi
auto imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel
penghasil insulin, yaitu sel pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh
karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak menghasilkan
insulin. Untuk bertahan hidup, insulin harus diberikan dari luar dengan
cara disuntikkan. Sampai sekarang, belum ada cara lain karena insulin
akan dirusak asam lambung jika diminum.
Biasanya gejala dan tanda pada diabetes tipe 1 muncul secara
mendadak. Tiba-tiba cepat merasa haus, sering kencing (anak-anak jadi
sering mengompol), badan mengurus dan lemah. Apabila insulin tidak
segera diberikan, penderita bisa cepat tidak sadarkan diri, disebut juga
koma ketoasidosis atau koma diebetik (Kurniadi, 2014)
b. DM Tipe 2
Dari seluruh penderita diabetes, jumlah penderita diabetes tipe 2
adalah yang paling banyak yaitu sekitar 90-99 %. Diabetes tipe 2 juga
disebut diabetes life style karena selain faktor keturunan, juga
disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 berkembang
sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu tanda dan
gejala seringkali tidak jelas. Penderita diabetes tipe 2 biasanya memiliki
riwayat keturunan diabetes.
Penderita diabetes tipe 2 tidak mutlak memerlukan suntikan insulin
karena pankreasnya masih menghasilkan insulin. Insulin tersebut masih

diproduksi tetapi jumlahnya tidak mencukupi atau kerja insulin yang


tidak efektif karena adanya hambatan pada kerja insulin (resistensi
insulin).
Sebenarnya resistensi insulin mendahului terjadinya penurunan
produksi insulin. Selama resistensi insulin belum diperbaiki, pankreas
harus bekerja keras menghasilkan insulin sebanyak-banyaknya untuk
dapat menggempur resistensi tersebut agar gula juga bisa masuk.
Namun karena gejalanya minim, maka semakin lama pankreas tidak
mampu lagi memproduksi insulin. Oleh karena itu, obat yang diberikan
pada diabetes tipe 2 tidak hanya obat untuk memperbaiki resistensi
insulin, tetapi juga obat untuk membantu pankreas meningkatkan
kembali produksi urine.
c. DM pada ibu hamil
Selain jenis diabetes tipe 1 dan tipe 2, ada jenis diabetes dalam
keadaan khusus

yaitu diabetes yang munculnya hanya pada masa

kehamilan itulah yang disebut diabetes gestasional.diabetes ini muncul


pada minggu ke 24 (bulan ke 6). Diabetes gestasional biasanya
menghilang sesudah melahirkan. Namun hampir disetengah angka
kejadiannya, diabetes kemudian akan muncul kembali. jumlah angka
lahir mati terutama pada kasus dengan diabetes tak terkendali dapat
terjadi 10 kali dalam normal. Diperkirakan kejadian diabetes dalam
kehamilan adalah sekitar 0,7 %. Tetapi seringkali sukar ditemukan
1)
a)
b)
c)
d)
e)

karena rendahnya kemampuan deteksi kasus.


Faktor resiko
Beberapa kali keguguran
Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
Riwayat pernah melahirkan bayi 4000 gram
Umur ibu hamil > 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga

f)
g)
h)
i)

Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya


Obesitas
Berat badan ibu waktu lahir > 5 kg
Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

2) Tanda dan gejala


Seperti yang terjadi pada penderita diabetes pada umumnya, gejala khas
yang dialami adalah makin sering makan, kencing dan selalu merasa
kehausan . itulah yang sebenarnya menjadi tanda dan gejala pada
penderita diabetes gestasional. Namun yang perlu dicermati, gejala
sering makan menjadi ambigu dengan kewajaran seorang ibu hamil
yang memang menjadi lebih rakus karena harus memenuhi kebutuhan
dua tubuh. Oleh karena itu, pemeriksaan gula darah dan penelusuran
riwayat kesehatan oleh tenaga kesehatan menjadi keharusan.
3) Komplikasi
a) Giant baby
Jika tidak dikendalikan dengan baik, diabetes yang disertai kehamilan
akan berdampak buruk terhadap bayi dan ibu. Bayi dapat tumbuh lebih
besar dari besar normal (makrosomia), yaitu berat lahirnya lebih dari 4
kg.
Jika selama kehamilan kadar gula darah ibu meninggi, maka glukosa
akan melintasi plasenta kedalam sirkulasi bayi dan menyebabkan bayi
menjadi gemuk. Hal ini terjadi karena pankreas bayi memproduksi
insulin, meskipun pankreas ibu tidak memproduksinya. Insulin tersebut
nantinya akan mengubag glukosa menjadi lemak. Akibatnya bayi
tumbuh besar selama kehamilan dan persalinan harus dilakukan lebih
awal untuk menghindari komplikasi.
b) Cacat lahir

Kurangnya kontrol diabetes pada saat pembuahan dapat memengaruhi


proses pembelahan dan perkembangan telur menjadi janin. Pada tahap
ini, semua organ dan anggota badan janin terbentuk dalam hitungan
menit. Keadaan ini terkadang mengakibatkan kelainan bawaan seperti
spina bifida, timbulnya lubang abnormal dijantung, dan bibir sumbing.
Risiko ini dapat dikurangi seminimal mungkin dan bahkan dihilangkan
dengan memastikan HbA1c

normal sebelum kehamilan. Penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi HbA1c pada

saat pembuahan,

semakin tinggi pula resiko bayi memiliki abnormalitas.


Sebuah bukti ilmiah menunjukkan bahwa perkembangan cacat pada
bayi disebabkan oleh kontrol gula darah yang rendah pada beberapa
minggu pertama kehamilan. Resiko ini dapat dkurangi dengan
memastikan kontrol yang sempurna saat kehamilan, yakni dengan
menargetkan HbA1c kurang dari 7,5 %. Resiko cacat bawaan hanya
terbatas pada tahap awal kehamilan. Awal kehamilan merupakan tahap
ketika berbagai komponen tubuh bayi mulai berkembang. Penting untuk
difahami bahwa resiko untuk bayi meningkat sejalan dengan
peningkatan HbA1c.
c) Lahir prematur
Seperti halnya penderita diabetes lainnya, serangan hipoglikemik yang
mungkin terjadi selama kehamilan dapat membahayakan jiwa penderita
termasuk

juga

janin

yang

dikandungnya.

Perkembangan

dan

pertumbuhan bayi dapat terganggu oleh kontrol gula darah yang rendah.
Jika bayi harus dilahirkan lebih awal karena ukurannya yang besar, ia
akan lahir prematur dan beresiko mengalami banyak masalah yang
biasa dimiliki bayi prematur.

Jika persalinan dini direncanakan, ibu akan diberi suntikan steroid


sebelum melahirkan untuk membantu mematangkan paru-paru bayi dan
mengurangi resiko sindrom gangguan pernafasan. Kekurangannya
adalah steroid meningkatkan kadar gula darah sehingga diperlukan
insulin selama beberapa hari sampai efek steroid habis.
d) Bayi lahir kuning
Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes lebih beresiko menjadi
kuning. Hal ini bisa disebabkan oleh kelahiran dini, meskipun
terkadang bayi yang lahir cukup bulan juga bisa menjadi kuning. Alasan
untuk hal ini masih belum jelas tetapi biasanya masalahnya ringan dan
penyakit kuning dapat diatasi dengan pengobatan.
e) Hidramnion
Hidramnion adalah jumlah cairan yang berlebihan disekitar janin dan
lebih sering terjadi pada ibu penderita diabetes. Keadaan ini berkaitan
dengan cara si ibu mengontrol diabetes selama kehamilan, untuk
mengurangi resiko terjadi lagi pada kehamilan berikutnya, jagalah
HbA1c dan kadar gula darah sedekat mungkin dengan nilai normal sejak
awal kehamilan.

4) Tindakan untuk mengantisipasi ancaman diabetes ibu hamil


a) Suplemen asam folat untuk mengurangi resiko spina bifida
Semua perempuan yang merencanakan kehamilan disarankan untuk
mengonsumsi suplemen asam folatyang dapat mengurangi resiko spina
bifida. Dosis asam folat yang direkomendasikan untuk penderita
diabetes lebih besar dari yang disarankan bagi perempuan tanpa
diabetes yaitu sebesar 5 mg setiap hari sebelum kehamilan. Hal ini

cukup menjadi alasan untuk meminum asam folat sebelum hamil dan
selama masa kehamilan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
perempuan yang kekurangan asam folat dapat meningkatkan resiko
kelainan bawaan, seperti bibir sumbing dan kelainan langit-langit
mulut. Diantara beberapa makanan yang mengandung asam folat adalah
alpukat, pisang, buah kiwi.
b) Pengontrolan ketat kadar gula darah untuk pencegahan makrosomia dan
kelainan kongenital
(1) Mengatur diet
Diet yang dianjurkan pada ibu hamil DMG adalah 30-35 kal/ kg
BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan
pembatan konsumsi natrium. Penambahan berat badan ibu hamil
DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/ bln, serta konsumsi kalsium dan
vitamin D secara adekuat. Hal yang perlu diperhatikan dalam diet
DM sebagai berikut:
(a) Diet DM harus
mempertahankan

mengarahkan
glukosa

darah

BB

ke

sekitar

berat
normal,

normal,
dapat

memberikan modifikasi diet sesuai keadaan penderita misalnya


penderita DMG, makanan disajikan menarik dan mudah
diterima
(b) Diet diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali
makanan antara (snack) dengan interval 3 jam
(c) Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya
pepaya, pisang, apel, tomat, semangka dan kedondong.
(d) Dalam melaksanakan diet sehari-hari hendaknya mengikuti
pedoman 3 J yaitu:
J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis
J2 : jadwal diet harus diikuti sesuai dengan interval
J3 : jenis makanan yang manis harus dihindari

Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/


menyusui secara empirik dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
(TB-100) x 30 T1 + 100 T3 + 300 T2 + 200 L + 400
TB
: tinggi badan
T1/ T2/ T3 : TM 1/ TM II/ TM III
L
: laktasi/ menyusui
(2) Penanggulangan obstetri
Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan
insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya
kehamilan 36-37 minggu. Lebih- lebih bila kehamilan disertai
komplikasi, maka dipertimbangkan untuk induksi atau seksio
sesarea dengan terlebih dulu melakukan amniosentesis.
(3) Harus selalu kontrol dan dibawah pengawasan dokter
Perawatan kehamilan modern biasanya terbagi antara dokter
spesialis diabetes dan dokter spesialis kandungan. Sehingga dokter
kemudian dapat membahas waktu dan metode persalinan yang
sesuai sehingga kesulitan dalam proses dalam persalinan terakhir
bisa dihindari.
(4) Mempertahankan kondisi normoglikemia mulai kehamilan hingga
persalinan
Selama kehamilan, plasenta menghasilkan sejumlah besar hormon
yang menghambat kerja insulin. Biasanya, seorang perempuan
memerlukan insulin sebanyak 2-3 kali dosis normal pada masa
paruh kedua kehamilan. Meskipun dosis insulin secara keseluruhan
lebih besar, kadar gula darah dapat lebih mudah dikontrol dengan
fluktuasi lebih sedikit. Setelah kelahiran, kadar hormon turun yang
berarti dosis insulin kembali ketingkat sebelum kehamilan. Pada
banyak perempuan, dosis yang dibutuhkan pada hari-hari pertama

setelah melahirkan bahkan lebih rendah dari sebelum kehamilan.


Saat sedang menyusui, dosis insulin yang diperlukan biasanya
semakin turun, anda harus siap menurunkan dosis insulin sebanyak
yang diperlukan untuk menghindari hipo.
(5) Tetap menyusui
Semua perempuan disarankan untuk menyusui karena Air Susu Ibu
memberikan bayi nutrisi terbaik dan perlindungan terhadap infeksi.
Diabetes tidak menghalangi ibu untuk menyusui. Bayi tidak akan
dirugikan jika kadar gula darah ibu tinggi. Namun, gula darah yang
terus-menerus tinggi dapat mengakibatkan ibu mengalami dehidrasi
yang dapat menghambat produksi ASI. Untuk hasil terbaik saat
menyusui, jagalah asupan cairan tetap tinggi dan cobalah
memeriksakan kadar gula darah ibu untuk memastikan tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Sebaiknya ibu tidak terlalu ketat dalam
mengontrol diabetes agar terhindar dari hipo karena akan sangat
sulit untuk merawat bayi jika ibu terus-menerus hipo.
2.1.6. Komplikasi Diabetes
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut adalah komplikasi yang datang secara mendadak tanpa
ada aba-aba. Jenis komplikasi akut adalah infeksi yang sulit sembuh,
koma

hiperglikemik

(koma

diabetik),

hipoglikemi

dan

koma

hipoglikemik.
1) Infeksi yang sulit sembuh
Terkadang penderita diabetes juga dapat mengalami infeksi, yaitu
memasukkan kuman kedalam tubuh seperti flu, borok atau radang paruparu. Pada keadaan hiperglikemi, kuman gram positif akan tumbuh
lebih subur. Pada keadaan normal, kuman yang masuk kedalam tubuh

akan dilawan dan dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh yaitu


leukosit. Pada diabetes, pada waktu kadar gula darah tinggi lebih dari
200 mg/ dl, kekuatan sel darah putih untuk pergerakan, penempelan,
fagositosis sel dan kemampuan membunuh kuman akan berkurang.
Oleh karena itu, kuman yang masuk menjadi lebih sukar untuk dibunuh
dan justru terus berkembang biak sehingga infeksi menjadi lebih sukar
untuk sembuh.
2) Koma hiperglikemik
Kadar gula darah yang sangat tinggi disebut hiperglikemi. Hal tersebut
bisa dari hasil cek gula darah yaitu diatas 200 mg/ dl. Keadaan
hiperglikemik bisa menyebabkan koma pada penderitanya. Penyebab
hiperglikemik antara lain karena kurangnya dosis insulin atau obat.
Asupan makanan yang terlalu banyak dilanjutkan dengan lupa
mengkonsumsi obat atau insulin juga dapat mengakibatkan kondisi
hiperglikemi.
Biasanya gejala yang terjadi sebelum koma adalah keluhan khas
diabetes yang bertambah berat yaitu semakin cepat haus, semakin
banyak minum dan badan semakin lemah serta nafas akan tercium bau
aseton sebagai tanda keracunan aseton. Aseton sendiri adalah produk
sisa metabolisme protein dan lemak dalam tubuh yang terpaksa
digunakan karena karbohidrat dalam tubuh sudah habis. Selain itu
penderita juga akan mengalami mual, gelisah dan kram otot. Jika tidak
cepat diobati dan gula darah cepat diatur, maka penyakit ini bisa
menjadi lebih berat lagi dan terjadilah penurunan kesadaran atau koma.
3) Hipoglikemi dan koma hipoglikemik

Seseorang dikatakan mengalami hipoglikemi ketika kadar gula darah <


60 mg/dl. Beberapa gejala yang biasanya muncul ketika terjadi
hipoglikemi adalah banyak berkeringat, palpitasi atau berdebar-debar,
angina atau nyeri dada, cemas, gemetar, lapar, penglihatan kabur, sakit
kepala, bicara tidak jelas, kejang dan bingung. Hipoglikemi bukanlah
komplikasi murni diabetes, melainkan komplikasi pengobatan karena
hanya dapat dialami oleh penderita diabetes yang mendapat obat
penurun gula, khususnya golongan sulfonilurea atau suntikan insulin.
Hipoglikemi terjadi apabila pasien yang sudah minum obat golongan
sulfonilurea atau suntikan insulin lalu terlambat makan, lupa makan,
makan tetapi jumlahnya kurang, tiba-tiba muntah atau tiba-tiba harus
melakukan kerja fisik berat. Penyebab lainnya karena penderita
mengonsumsi obat atau menyuntikkan insulin dengan dosis yang
berlebihan. Jika gejala hipoglikemik terjadi tapi tidak segera ditangani
maka kesadaran akan menurun dan bahkan sampai akhirnya tidak
sadarkan diri (koma).
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis khas diabetes sendiri disebabkan karena kelainan
pada pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil serta susunan saraf
1) Kompikasi kronis yang disebabkan kelainan pembuluh darah halus
(mikroangiopati) dapat bermanifestasi/ terwujud pada organ mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati yang pada akhirnya perlu cuci darah)
a) Masalah pada mata
Hal ini disebabkan karena buruknya kontrol gula darah sehingga
peredaran di pembuluh darah mata terganggu, dengan tidak tersuplainya

darah pada organ akan membuat mata menjadi mengalami gangguan


fungsi.
(1) Retinopati
Retinopati adalah kelainan yang mengenai pembuluh darah halus
pada retina. Retina terdapat didalam bola mata sebelah belakang
dan kerjanya adalah menangkap cahaya yang datang dari luar
setelah menembus lensa mata. Bersifat seperti kamera film, yaitu
menangkap gambar yang ada dihadapannya. Jika terjadi kerusakan
pada pembuluh darah retina, maka fungsi retina akan terganggu
sehinggaterjadilah gangguan penglihatan. Biasanya gejala retinopati
berjalan lambat sehingga sering tidak terdeteksi. jika masih dini,
kelainan ini masih dapat diobati dengan tehnik fotokoagulasi
dengan memakai laser. Namun jika terlambat, kemungkinan paling
buruk yang bisa terjadi adalah kebutaan.
(2) Katarak
Katarak merujuk pada kondisi menjadi buramnya lensa mata. Lensa
berada disebelah depan mata yang berfungsi untuk meneruskan
sinar ke retina. Katarak menyebabkan cahaya tidak sampai pada
retina sehingga orang tidak bisa melihat (buta). Pada katarak dapat
dilakukan operasi pengangkatan lensa yang sudah rusak dan
menggantinya dengan lensa baru.
(3) Glaukoma
Glaukoma terjadi karena meningkatnya tekanan dalam bola mata.
Keluhannya adalah rasa nyeri pada mata dan penglihatan berkurang.
Apabila diobati dengan segera, glaukoma tidak akan menyebabkan
kebutaan.
b) Komplikasi pada ginjal
(1) Nefropati diabetik

Sejumlah besar glukosa dalam urine membuat ginjal beresiko


terkena infeksi yang dapat menyebar dari kandung kemih (sistitis
atau pielonefritis) ke ginjal (nefropati). Nefropati diabetik
disebabkan oleh kelainan pembuluh darah halus pada glomerolus
ginjal. Pada keadaan normal, protein yang terkandung didalam
darah tidak akan bisa menebus ginjal. Namun, jika sel didalam
ginjal rusak, beberapa molekul protein yaitu albumin, bisa melewati
dinding pembuluh darah halus dan masuk ke saluran urine.
Pertanda adanya kelainan nefropati adalah terdapatnya albumin
didalam urine. Selain memeriksa albumin dalam urine, biasanya
dokter juga akan memeriksa pertanda kelainan ginjal lainnya seperti
kadar ureum dan kreatinin darah untuk melihat tingkat gangguan
kerja ginjal. Seorang pasien dinyatakan mengalami nefropati
diabetik jika pada dua dari tiga pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
bulan ditemukan mikroalbumin 30 mg.
Jika tidak segera diatasi, nefropati diabetik bisa menyebabkan gagal
ginjal. Untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan cangkok
ginjal, sebelum dilakukan transplantasi ginjal dapat dilakukan upaya
sementara dengan melakukan cuci darah atau haemodialisis. Jadi
cuci darah merupakan tindakan sambil menunggu kesempatan
cangkok ginjal.
2) Komplikasi yang disebabkan

kelainan

pembuluh

darah

besar

(aterosklerosis) dapat terwujud sebagai penyakit kardiovaskuler pada


organ jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung, otak bisa
menyebabkan stroke dan ditungkai bawah.
a) Komplikasi pada tungkai dan kaki

Kelainan ini disebabkan oleh penebala dinding pembuluh darah besar


(makroangiopati) atau yang lazim disebut aterosklerosis. Akibat
penebalan tersebut, aliran darah ketungkai dan kaki menjadi tidak
lancar dan berkurang sehingga menimbulkan beberapa keluhan seperti
kaki terasa dingin, kram otot tungkai dan kulit kering.
Keadaan ini sering didapati bersamaan dengan komplikasi neuropati.
Makroangiopati dan neuropati pada kaki diabetes sering juga disebut
diabetik foot. Neuropati yang berperan pada komplikasi ini terutama
neuropati pada kaki yang menyebabkan mati rasa. Mati rasa
menyebabkan penderitanya tidak merasakan apa-apa walaupun kakinya
terluka parah. Jika tidak cepat diatasi, maka kaki yang luka tersebut bisa
menjadi borok parah dan bisa terancam diamputasi.
Penggolongan komplikasi ulkus DM/ gangren terdapat lima grade ulkus
diabetikum antara lain:
(1) Grade 0
Tidak ada luka
(2) Grade I
Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(3) Grade II
Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(4) Grade III
Terjadi abses atau pembengkakan
(5) Grade IV
Gangren pada kaki
(6) Grade V
Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
b) Masalah pada jantung dan otak
Komplikasi jantung disebabkan oleh aterosklerosis dan penyempitan
pada pembuluh darah besar yang menyuplai darah ke jantung (arteri
koronaria) atau yang dalam istilah medis dikenal dengan nama penyakit
jantung koroner. Pembuluh darah yang sempit memudahkan terjadinya

penggumpalan darah yang akan menyumbat aliran darah sehingga


pasokan kesuatu daerah dijantung akan terhenti dan matilah bagian
jantung itu yang disebut dengan infark miokard atau serangan jantung.
Gejalanya berupa nyeri tiba-tiba disebelah dada kiri yang bisa menjalar
pada lengan kiri sampai kelingking dan terus-menerus.
Jika penyumpatan ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka akan
muncul adalah stroke. Peyempitan pembuluh darah ke jantung dan ke
otak adalah penebalan dinding pembuluh tersebut. Faktor yang dapat
memperburuk penebalan dinding pembuluh darah adalah kegemukan,
hipertensi, dislipidemi, kebiasaan merokok, dan stress.
3) Komplikasi yang disebabkan kelainan syaraf disebut neuropati biasanya
tampak dibeberapa organ saja meski pembuluh darah dan saraf ada
dimana-mana.
a) Neuropati pada tungkai dan kaki
Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki seperti
kesemutan. Pada stadium lebih lanjut dapat terjadi kebas/ mati rasa,
nyeri berdenyut terus-menerus, terasa panas. Jika kondisinya demikian,
maka biasanya tidurpun akan terganggu.
b) Neuropati pada saluran pencernaan
Neuropati pada saluran cerna dapat menyebabkan diare. Diare ini
biasanya terjadi pada malam hari sehingga disebut nocturnal diarrhe
(diare malam hari). Neuropati pada saluran cerna juga dapat
menyebabkan konstipasi.
c) Neuropati kandung kemih
Neuropati pada kandung kemih dapat menyebabkan kencing tidak
lancar, keluhan ini makin berat jika disertai infeksi disaluran tersebut.
4) Disfungsi seksual
Selain pada kaki, neuropati dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
ereksi (impoten). Keadaan ini juga didasari oleh penyempitan pembuluh

darah halus dengan kelainan syaraf. Disfungsi ereksi bisa juga


disebabkan oleh beban psikologis dan karena obat tertentu. Pada
perempuan, disfungsi seksual juga dapat terjadi walaupun tidak jelas
yaitu berkurangnya cairan pelumas, nyeri waktu berhubungan seksual,
kadang terjadi anorgasme, menurunnya keinginan untuk berhubungan.
5) Komplikasi pada hati
Pada penderita diabetes dapat terjadi perlemakan hati. Selama gula
darah dalam kondisi baik, maka komplikasi ini tidak akan cepat
memburuk. Kunci penjagaannya adalah pengendalian gula darah yang
baik.
6) Kebotakan dan diabetes
Penderita diabetes dengan aterosklerosis mungkinjuga mengalami
rambut rontok. Hal ini terjadi karena ada penebalan dinding pembuluh
darah arteri yang sempit kesluruh tubuh, termasuk kulit. Pembuluh
darah sempit berarti kekurangan oksigen yang menyebabkan gejala
seperti kehilangan rambut, kulit mengkilap dan menebal.
2.2.
Konsep Dasar tentang Semut Jepang
2.2.1. Taxonomy dari serangga Tenebrio Molitor
Kingdom
:Animalia (animals)
Phylum
: Arthropoda (arthopods)
Class
: Insecta (insect)
Order
: Coleoptera (Beetles)
Suborder
: Polyphaga (water, Rove, Scarab, Longhorn, Leaf and
Snout beetles
Superfamily : Tenebrionoidea (Fungus, Bark, Darkling, Beetles)
Family
: Tenebrionidae (Darkling Beetles)
Subfamily
: Tenebrioninae
Tribe
: Tenebrionini
Genus
: Tenebrio (Mealworm beetles)
Spesies
: Tenebrio Molitor (yellow mealworm)
2.2.2. Kandungan semut jepang
Semut jepang mempunyai kandungan gizi dan zat yang mengandung obat
antara lain protein, asam amino, asam laktat, asam hialuronat (hyaluronic
acid), enzym hmes (sumber: semutjepangkotamadiun.blogspot.com).

a. Protein
Peneliti luar negeri, Li Yi ran, Jiang Yu xin, Li Chao pin (Department of
Human

Parasitology Wannan

Medical

College,

Wuhu, Anhui

menyatakan protein pada tenebrio molitor adalah protein alami


berkualitas tinggi, namun perkembangannya dan pemanfaatan terbatas
dalam perawatan kesehatan. Kandungan semut jepang yang berupa
protein didalam tubuh semut jepang dapat berfungsi bagi kesehatan
tubuh manusia antara lain:
1) Kandungan semut jepang yang berupa protein didalam tubuh semut
jepang berfungsi sebagai zat pembangun yang berfungsi dalam
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang
telah mati aus terpakai sebagai protein struktural.
2) Kandungan semut jepang yang berupa protein didalam tubuh semut
jepang berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai
mikroba dan zat toksik lainnya yang datang dari luar dan masuk ke
dalam tubuh
3) Kandungan semut jepang yang berupa protein didalam tubuh semut
jepang adalah sebagai zat pengatur berfungsi dalam pengaturan proses
metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Proses metabolik dan
reaksi biokimia diatur dan dilangsungkan tas pengaturan enzim.
Sedangkan aktivitas enzim diatur oleh hormon agar terjadi hubungan
yang harmonis antara proses metabolisme yang satu dengan yang
lainnya.

4) Dalam kromosom, kandungan semut jepang yang berupa protein


didalam tubuh semut jepang berfungsi dalam menyimpan dan
meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes. Dalam genes ini
tersimpan codon untuk sintesa protein enzim tertentu sehingga
prosesmetabolsme diturunkan dari orang tua kepada anaknya dan
diteruskan kegenerasi berikutnya secara berkesinambungan
b. Asam amino
Kandungan semut jepang yang lain adalah berupa asam amino,
beberapa manfaat asam amino dalam semut jepang antara lain meliputi:
1) Kandungan semut jepangberupa asam amino bermanfaat dalam
membantu

mencegah

rambut

rontok

sekaligus

menghambat

pertumbuhan tumor dan kanker.


2) Kandungan semut jepang berupa asam amino dapat membantu
meningkatkan proses detoksifikasi amonia oleh hati sehingga
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
3) Kandungan semut jepang berupa asam amino bisa memastikan
keseimbangan nitrogen yang dibutuhkan untuk kelancaran sistem
reproduksi.
4) Kandungan semut jepang berupa asam amino bermanfaat membantu
meningkatkan massa otot dan meningkatkan berat badan. Asam amino
juga mempercepat penyembuhan dan membantu memperbaiki kulit dan
jaringan ikat.
5) Kandungan semut jepang berupa asam amino sangat penting jika anda
ingin memiliki kulit, rambut dan kuku yang sehat.

6) Defisiensi/

kekurangan

asam

amino

dapat

menyebabkan

ketidakseimbangan enzim dan hormon. Kandungan semut jepang


berupa asam amino dapat memicu pelepasan insulin dan dengan
demikian membantu keseimbangan tingkat gula darah.
7) Kandungan semut jepang berupa asam amino bisa berperan merangsang
produksi hormon pertumbuhan dan memperkuat tulang serta kolagen.
8) Kandungan

semut

jepang

berupa

asam

amino

membantu

menghindarkan kelelahan dan meningkatkan stamina


9) Makanan kaya asam amino (kandungan semut jepang berupa asam
amino) membantu kesehatan jantung, membantu menghindari depresi,
dan meningkatkan daya ingat.
c. Asam laktat
Kandungan semut jepang yang berupa asam laktat dapat menjadi bahan
bakar untuk pembentukan energi dalam tubuh dan kandungan semut
jepang yang berupa asam laktat dapat memperlambat terjadinya
kelelahan dan meningkatkan kemampuan dalam berolahraga.
d. Asam hialuronat
Kandungan semut jepang yang lain adalah berupa Hyaluronic Acid atau
Restiaid Asam hialuronat atau Hyaluronan atau hyaluronic acid atau
hyaluronate (atau disingkat HA) adalah suatu zat yang terdapat pada
seluruh jaringan tubuh manusia, yang berfungsi mengikat air.
Kepentingan akan Hyaluronic Acid tidak dapat dianggap remeh. Jadi
HA adalah polisakarida alami yang menyusun jaringan ikat. Fungsi
utama molekul ini adalah untuk menstabilkan struktur interseluler

(bagian dalam sel) dan membentuk matriks fluida untuk tempat


pengikatan kolagen dan serat elastik. Keberadaan air dan Hyaluronic
Acid pada tubuh adalah sangat penting. Karena apabila kandungan
kedua zat tersebut tercukupi, maka masalah yang selalu ditakuti setiap
orang, kini telah terjawab. Hidup sehat dan awet muda dengan
Hyaluronic Acid.
e. Enzym Hmes
Yang Zhao-Fen; Lin Yue-Xin; Zhang Dong-Chi; Chen Yin-Shan
(Bioengineering College of Fujian Normal University, Fuzhou 350007,
China). Menyatakan bahwa Tenebrio molitor mengandung enzim yang
disebut HME atau HMES, dan HMES itu sendiri adalah Hepatic
Microsomal Enzyme System yang berfungsi seperti antikoagulan atau
anti pembekuan darah. Fungsi enzim sebagai katalis atau senyawa
yang bisa mempercepat terjadinya proses reaksi tanpa dirinya sendiri
habis karena proses reaksi. Zat penting ini untuk melepaskan molekul
uap air dalam tubuh, pelepasan unsur dan zat kimiawi lainnya,
melepaskan molekul-molekul, gugus amin serta banyak lagi. Semua
itu bertujuan untuk memperlancar proses pencernaan serta metabolisme
pada tubuh. Enzim bisa mengolah zat-zat baru yang masuk kedalam
tubuh sehingga ada proses lainnya yang berubah. Enzim yang berfungsi
sebagai penghancur makanan ketika sedang mengunyahnya didalam
mulut. Seluruh kinerja organ tubuh dibantu oleh adanya enzim. Enzym
hmes didalam tubuh manusia berfungsi untuk memperlancar peredaran
darah.

2.2.3. Ciri-ciri semut jepang


Hewan Tenebrio Molitor memiliki beberapa siklus fase kehidupan
(metamorfosa). Mulai dari telur, lalu menetas menjadi larva, setelah
mencapai ukuran maksimal, larva akan berubah menjadi pupa atau
kepompong, fase kepompong berkisar selama satu bulan hingga menjadi
serangga dewasa Tenebrio Molitor. Ciri-ciri semut jepang meliputi:
a. Berbadan keras berkaki 6
b. Bersayap tapi tidak bisa terbang
c. Hidup berkelompok/ berkoloni
d. Bukan termasuk kanibal (pemakan sesama)
e. Suka reproduksi
2.2.4. Manfaat semut jepang
a. Menurunkan kadar gula dalam darah, sehingga dapat mencegah dan
menyembuhkan penyakit diabetes melitus
b. Menurunkan kadar asam urat dalam darah
c. Mencegah/ memperingan penyakit jantung
d. Menambah vitalitas dan daya tahan tubuh
e. Menyembuhkan penyakit asma
2.2.5. Cara membudidayakan semut jepang
a. Siapkan bibit semut jepang, setidaknya 10 ekor
b. Siapkan tempat atau wadah (toples atau baskom) yang tertutup tapi
diberi lubang kecil untuk sirkulasi udara
c. Masukkan bibit semut jepang pada wadahnya dan berikan pula ragi tape
sebagai pakannya
d. Semut jepang sangat cocok pada lingkungan dengan suhu 30 derajat
e. Masukkan kapas secukupnya (sesuaikan dengan wadah). Kapas ini
sebagai tempat tidur/ istirahat semut jepang
f. Semut merupakan jenis spesies nokturnal (aktif dimalam hari) maka
akan lebih baik jika toples wadah semut tersebut ditempatkan ditempat
yang gelap

2.3.

Kerangka Konseptual

Gangguan pada
pankreas
Defisiensi insulin

Kadar gula dalam darah


meningkat
Hiper osmolalitas
Poli dipsi

Poli uria

Poli phagia

Semut jepang

GambarKadar
2.1. gula
Kerangka
dalam Konseptual
darah
(Maryunani,
2013)
menurun
Pada gambar dijelaskan bahwa jika terjadi gangguan pada pankreas akan
mengakibatkan penurunan fungsi oleh insulin. Berkurangnya insulin atau aktivitas
insulin menyebabkan glukosa tidak dapat digunakan oleh sel, disamping itu
terjadi peningkatan glukosa dalam darah sehingga mengakibatkan hiperglikemia.
Peningkatan glukosa dalam darah menyebabkan osmolalitas dalam darah
meningkat sehingga cairan banyak tertarik kedalam tubulus ginjal dan
mengakibatkan poli uria, poliphagia, polidipsi.

BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Notoatmodjo, 2005). Pada bab ini akan diuraikan tentang metode yang
akan digunakan dalam penelitian meliputi jenis dan rancangan penelitian, unit
penelitian dan jumlah ulangan, variabel, definisi operasional variabel, alat dan
bahan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian, analisa data,
alur penelitian.
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan penelitian True Experimental Randomized Posttest Only Control
Group Design (Zainuddin, 2011).
R1
X1
O1
R2
X2
O2
R3
X3
O3
R4
O4
Keterangan:
R1,R2,R3 ,R4
: Kelompok yang dipilih secara random
X1,X2,X3
: Kelompok yang diberi perlakuan
O1,O2,O3,O4
: Pengaruh adanya perlakuan

3.2. Kerangka Operasional penelitian


Mencit hamil didiabetkan

Kelompok
kontrol

Perlakuan 1:
Perlakuan 2:
Diberi semut
Diberi semut
jepang kurang
jepang sesuai
dosis normal
dosis
Pemeriksaan kadar
gulanormal
dalam darah pada mencit
hamil minggu 1- 6 minggu

Perlakuan 3:
Diberi semut
jepang lebih
dosis normal

Analisa
data
Gambar 3.1. Kerangka
Operasional
Penelitian
Uji
statistik:
T test
3.3. Unit Penelitian dan jumlah ulangan
3.3.1. Unit Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan coba yaitu mencit hamil.
3.3.2. Jumlah Ulangan
Jumlah pengulangan atau replikasi ditentukan berdasarkan rumus Frederer

yang dikutip dalam Supranto, 2000:


(r-1) (t-1) 15
(r-1) (4-1) 15
3 (r-1) 15
3r-3 15
3r 15+3
r 18/3
r6
keterangan:
t (treatment)
: Kelompok ( 1 kontrol dan 3 perlakuan)
r (replication)
: replikasi (6 kali)
Berdasarkan rumus diatas jumlah replikasi setiap kelompok adalah 6 kali,
dengan cadangan 10 % untuk mengantisipasi adanya kematian pada
sampel, sehingga setiap kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Pada
penelitian ini terdiri dari 4 kelompok (1 kelompok kontrol 3 kelompok
perlakuan) sehingga jumlah sampel keseluruhan yang digunakan adalah
4x6 = 24 mencit.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok yang

lain (Notoatmojo, 2005). Dalam penelitian variabel yang digunakan adalah


variabel dependen (variabel bebas) dan variabel independen (Variabel
terikat).
1. Variabel bebas: semut jepang
2. Variabel tergantung: diabetes gestasional
3.5. Definisi Operasional
Definisi

operasional

adalah

mendefinisikan

variabel

secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan


peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008)
1. Semut jepang
Merupakan hewan yang memberikan manfaat untuk menurunkan kadar
gula dalam darah.
2. Diabetes gestational
Suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan gula darah tinggi
yang menetap sewaktu kehamilan pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita diabetes sebelum hamil.
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Persiapan percobaan hewan diabetes
Sebelum digunakan hewan diaklimatisasi selama 1 minggu dengan
diberi makan dan minum yang cukup. Hewan dinyatakan sehat jika tidak
mengalami perubahan berat badan lebih dari 10 % dan secara visual
menunjukkan perilaku normal (Anonymous, 1979). Mencit yang akan
diinduksikan diabetes dipuasakan selama 16 jam (air minum tetap
diberikan). Kemudian mencit didiabetkan dengan cara menginjeksikan
larutan dingin aloksan secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/ kg BB.
Mencit diberi makan pellet dan minum yang mengandung glukosa 10 %
selama dua hari setelah pemberian aloksan. Pada hari kedua dan

seterusnya glukosa 10 % diganti dengan air minum biasa, setelah 5 hari


diukur glukosa darahnya. Mencit dipindahkan kekandang metabolit yang
berisi satu ekor mencit tiap kandang. Mencit yang akan digunakan untuk
uji antidiabetes adalah mencit yang telah dinyatakan diabetes dengan kadar
glukosa darah puasanya lebih besar dari 150 mg/dl.
3.6.2. Cara kerja penelitian
a. Setelah hewan coba didiabetkan lakukan pengukuran awal kadar gula
b.
c.

dalam darah pada mencit


Memastikan bahwa mencit memiliki kadar gula lebih dari 150 mg/dl
Masing-masing kelompok terdiri dari 7 mencit, dengan pembagian
kelompok 1 diberikan terapi semut jepang dengan jumlah kurang dari
normal, kelompok 2 diberikan terapi sesuai dosis normal, kelompok 3
diberi terapi semut jepang lebih dari dosis normal, kelompok 4

d.

sebagai kelompok kontrol


Setiap hari diberikan dosis yang sama sesuai kelompok masing-

e.

masing
Pada hari ke 3, ke 7, ke 14 dilakukan pengukuran kadar gula dalam

darah pada mencit serta perubahan-perubahan yang terjadi.


3.7. Etika Penelitian
Implikasi etik pada hewan, pengelolaan binatang coba pada penelitian
ini mengikuti animal ethics. Hal yang perlu dilaksanakan sesuai dengan etik
antara lain perawatan dalam kandang, pemberian makan minum, aliran
udara dalam ruang kandang, perlakuan saat penelitian, menghilangkan rasa
sakit, pengambilan unit analisis penelitian dan pemusnahannya.
3.8. Analisis data
3.8.1 Aanalisa Univariat
Analisa univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan presentase dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005). Dengan menggunakan


tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilkukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2005). Data diatas dan
dilakukan sekedar untuk mempermudah penggabungan dua variabel,
kemudian sesudah terdapat hasil akhir lalu di kualifikasikan kembali
(Arikunto, 2006). Untuk mengatahui perubahan penurunan kadar gula
dalam darah sebelum atau sesudah diberikan semut jepang sesuai dosis
masing-masing kelompok. kemudian dilakukan uji beda dengan T test.

Lampiran 1
FORMAT PENGUMPULAN DATA
LEMBAR OBSERVASI

Judul penelitian

: Pengaruh Jumlah Konsumsi Semut Jepang terhadap


Penurunan Kadar Gula Darah Pada Mencit dengan

Diabetes gestational
Tabel 1.1. Lembar Observasi Kadar Gula darah Pada Mencit hamil dengan
diabetes
N
O

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tanggal
Pengamata
n

Mencit 1
Kada
r
gula

perubaha
n

Mencit 2
Kada
r
gula

perubaha
n

Mencit 3
Kada
r
gula

perubaha
n

Anda mungkin juga menyukai