Oleh:
Ayu lestari
Nim: 030200050
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
KETUA DEPARTEMEN
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
selalu merindukanku. Untuk kedua nenekku yang melihatku dari jauh. Buatnya
Ankchie, good luck. Henny dan Firman, mantan-mantanku, buat lisa dan
keluarga, Keluarga Besar Siregar, Keluarga Besar Mr. Wong, Keluarga Besar
Darmono, Keluarga Besar Walikota Langsa, Pak Zulkifli, buatnya Croco als
April, buatnya Ayu n Ari, buatnya anak-anak EFPaMas kost, buatnya Dedi 04,
buatnya Roy, buatnya Ina, Fitri, Lia.. thanks very much.
Buat angkot 123, 120, 26 n 37. Abang-abang becak Kampung Susuk,
thanks juga ya. 88 ZV (Adit), 77 XT (Noel),, truz 168 PQ (Papa), BK 18 E
(ankchie). I Love You
Buat semua yang pernah mengisi hari-hariku dari kecil hingga gede.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Runtung
SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak
Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH selaku PD I FH USU. Buat Bapak Sutiarnoto, SH. M.
Hum selaku Ketua Jurusan dan Doping I Gue, makaci, Bang Arif yang lucu ,
buatnya Bang Mahmul selaku Doping II and seluruh pengajar Departemen
Hukum Internasional.. and juga seluruh Stb 03..
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi amal shaleh bagi penulis
dalam ranah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum.
Ayu lestari
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAKSI .....................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
12
G. Sistematika Penulisan.................................................................
14
BAB II
BAB III
TINJAUAN
UMUM
TENTANG
WOLD
TRADE
ORGANIZATION ...........................................................................
16
16
20
23
26
29
31
31
34
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
C. Penyelesaian
Sengketa
Internasional
Melalui
Badan
40
TINJAUAN
HUKUM
INTERNASIONAL
PENYELESAIAN
SECARA
DAMAI
42
SENGKETA
TERHADAP
46
46
B. Keterlibatan
Indonesia
dalam
Penyelesaian
Sengketa
Perdagangan...............................................................................
53
54
56
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................
60
B. Saran..........................................................................................
61
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran negara-negara baru dan munculnya kekuatan dunia ketiga
merupakan salah satu aspek timbulnya perubahan dalam hukum perdagangan
internasional. Sebagaimana diketahui, munculnya negara-negara sosialis yang
diawali dengan revolusi sosialis 1917 telah menimbulkan pergeseran prinsip
hukum
internasional.
Hal
ini
dikarenakan
munculnya
kekuatan
yang
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
Syahmin AK., Peranan Hukum Kontrak Internasional pada Era Pasar Bebas, Course
Materials, Fakutlas Hukum Universitas Sjakhyakirti, Palembang. 2000.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
penyelesaian
sengketa
perdagangan
internasional
sejak
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa
hal yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu:
a. Bagaimana Fungsi dan tujuan dibentuknya organisasi perdagangan dunia
(World Trade Organization, WTO)?
b. Bagaimana bentuk-bentuk penyelesaian sengketa internasional yang
dikenal di dunia internasional?
c. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa GATT dan WTO
pengetahuan,
khususnya
pada
mekanisme
penyelesaian
sengketa
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
11
D.
Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada penelitian
mengenai masalah mekanise penyelesaian sengketa GATT dan WTO ditinjau dari
segi hukum penyelesaian sengketa internasional belum pernah dilakukan dalam
topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut asli dan
sesuai dengan asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini
merupakan implikasi etis dan proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga
penelitian ini dapat dipertaggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Tujuan Hukum Perdagangan Internasional
Dalam upaya negara-negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
mereka, dewasa ini mereka cenderung membentuk blok-blok perdagangan baik
bilateral, regional, maupun multilateral. Dalam kecenderungan ini pun perjanjian
internasional menjadi semakin penting.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
12
Meningkatkan
pemanfaatan
sumber-sumber
kekayaan
dunia
dan
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
13
GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan sistem
pengambilan keputusan.
World Trade Organization (WTO) memiliki status sebagai organ khusus
PBB seperti halnya IMF dan IBRD. WTO memiliki fungsi mendukung
pelaksanaan administrasi dan menyelenggarakan persetujuan yang telah dicapai
untuk mewujudkan sasaran. Persetujuan-persetujuan tersebut merupakan forum
perundingan bagi negara anggota mengenai persetujuan-persetujuan yang telah
dicapai, termasuk keputusan-keputusan yang ditentukan kemudian dalam
pertemuan tingkat menteri, mengadministrasi pelaksanaan ketentuan mengenai
penyelesaian sengketa perdagangan, mengadministrasikan mekanisme peninjauan
kebijakan di bidang perdagangan. Menciptakan kerangka kerja sama internasional
dengan IMF dan Bank Dunia, serta badan-badan lain yang terafiliasi.
Dengan terbentuknya WTO sebagai suatu organisasi perdagangan
multilateral, peranannya akan lebih meningkat dibandingkan GATT, yakni:
a. mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan Putaran
Uruguay di bidang barang dan jasa, baik multilateral maupun plurilateral,
serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif
maupun nontarif;
b. mengawasi praktik-praktik perdagangan internasional dengan secara
reguler meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan
melalui prosedur nontifikasi;
c. sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan
mekanisme konsiliasi guna mengatur sengketa perdagangan yang timbul;
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
14
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
15
16
Biasanya pula kelalaian para pihak untuk menentukan forum ini akan
berakibat pada kesulitan dalam penyelesaian sengketanya karena dengan adanya
kekosongan pilihan forum tersebut akan menjadi alasan yang kuat bagi setiap
forum untuk menyatakan dirinya berwenang untuk memeriksa suatu sengketa.
Lazimnya dalam sistem hukum (Common Law) dikenal dengan konsep
long arm jurisdiction. Dengan konsep ini, pengadilan dapat menyatakan
kewenangannya untuk menerima setiap sengketa yang dibawa ke hadapannya
meskipun hubungan antara pengadilan dengan sengketa tersebut tipis sekali.
Misalnya badan peradilan di Amerika Serikat dan Inggris kerap kali selalu
menerima sengketa yang para pihak serahkan ke hadapannya meskipun hubungan
atau keterkaitan sengketa dengan badan peradilan sangatlah kecil. 6
Di samping forum pengadilan atau badan arbitrase, para pihak dapat pula
menyerahkan sengketanya kepada cara alternatif penyelesaian sengketa, yang
lazim dikenal sebagai ADR (Alternative Dispute Resolution) atau APS (Alternatif
Penyelesaian Sengketa). Pengaturan alternatif di sini dapat berupa cara alternatif
di samping pengadilan. Bisa juga berarti alternatif penyelesaian secara umum,
yaitu berbagai alternatif penyelesaian sengketa yang para pihak dapat gunakan,
termasuk alternatif penyelesaian melalui pengadilan. 7
Apabila timbul sengketa, maka GATT mempersiapkan suatu mekanisme
dengan prosedur tersendiri untuk menangani sengketa tersebut. Mekanisme ini
telah mengalami evolusi sejak tahun 1947. Dengan adanya paket hasil
perundingan Uruguay Round yang juga membentuk lembaga baru, World Trade
17
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau
disebut juga dengan metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah
penelitian hukum dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder
yang berkaitan dengan perlindungan industri dalam negeri dalam kerangka WTO.
2. Sumber Data
Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data
sekunder yang dimaksud ialah:
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Agreement on Implementasi of
Article VI of GATT 1994, Article XIX of GATT 1994 Agreement on Safeguard,
UU No.7 tahun 1994 tentang Ratifikasi pembentukan WTO.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang
berkaitan dengan mekanisme penyelesaian sengketa GATT dan WTO, seperti :
18
elektronik,
peraturan
perundang-undangan.
c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
19
4. Analisa Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan
induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan
berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dengan skripsi ini, sehingga
diperoleh kesimpulan yang sesui dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, pembahasan harus
dilakukan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini diperlukan
adanya sistematis penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab perbab yang
saling berangkai satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
BAB I
BAB II
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
20
BAB IV
Bab
ini
akan
mengulas
mengenai
Tinjauan
Hukum
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
21
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WORLD TRADE ORGANIZATION
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
22
Kanada, Inggris, Perancis dan negara-negara Benelux. Tugas komisi ini adalah
mencari rumusan baru untuk merancang suatu organisasi perdagangan baru.
Komisi ini baru mengadakan pertemuan kedua yang berlangsung di Lake
Succes, New York dari tanggal 20 Januari sampai 25 Februari 1947. Pertemuan
ini membahas masalah-masalah tertentu dan terbatas saja. Pertemuan tidak
membahas hal-hal penting.
Pertemuan penting diadakan di Jenewa dari bulan April sampai November
1947. Dari tanggal 10 April sampai 22 Agustus, panitia persiapan melanjutkan
tugasnya membuat rancangan Piagam ITO. Sementara panitia pelaksana
melaksanakan tugasnya, dan dari tanggal 10 April sampai 30 Oktober,
perundingan-perundingan bilateral berlangsung antar negara-negara anggota
komisi, antara lain Brazil, Burma, Ceylon, Pakistan dan Rhodesia Selatan.
Hasil perundingan mengenai konsesi timbal balik di bidang tarif
(reciprocal tarrif concession) dicantumkan ke dalam GATT yang ditandatangani
pada tanggal 30 Oktober 1947. Hasil perundingan tersebut berisi pula suatu
kodifikasi sementara mengenai hubungan-hubungan perdagangan di antara
negara-negara penandatangan. Berdasarkan persyaratan-persyaratan protokol
tanggal 30 oktober 1947, GATT ditetapkan sebagai suatu kesepakatan sementara
sejak tanggal 1 Januari 1948 hingga berlakunya ITO.
Kemudian pada tanggal 21 Nopember 1947 sampai dengan 24 Maret 1948
diadakan suatu pertemuan yang berlangsung di Havana. Pertemuan ini membahas
piagam ITO oleh delegasi dari 66 negara. Pertemuan berhasil mengesahkan
piagam Havana. Namun sampai dengan pertengahan tahun 1950 negara-negara
peserta menemui kesulitan dalam meratifikasi piagam ITO. Hal ini disebabkan
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
23
karena negara-negara waktu itu tidak memiliki keinginan politis untuk menerima
atau meratifikasi Piagam tersebut. Amerika Serikat, pelaku utama perdagangan
dunia, pada tahun 1958, menyatakan bahwa negaranya tidak akan meratifikasi
Piagam tersebut. Sejak itulah ITO secara efektif menjadi tidak berfungsi sama
sekali. Dengan kegagalan ITO dijadikan realitas maka telah dibentuk apa yang
dinamakan dengan GATT (General Agreement on Tarifs and Trade).
GATT sendiri sebenarnya menjelma setelah pada akhir Perang Dunia II,
negara-negara yang telah menang perang ini tidak berhasil mendirikan apa yang
mereka namakan Internasional Trade Organization. Menurut tujuannya semula,
maka ITO ini akan dibentuk sebagai Specialized Agency dari PBB. ITO ini
semula diharapkan agar dapat membangun kembali sistem ekonomi moneter
sebelum perang dunia dengan mengatasi kekurangan yang telah dikemukakan
tehadap perdagangan bebas. 10
Sejarah GATT dipengaruhi oleh berbagai faktor politis, baik ekonomi
maupun institusional di negara penadatanganan perjanjian. Dalam proses ke arah
terwujudnya GATT dapat dicatat bahwa inisiatif utama untuk mengambil langkah,
yang akhirnya sampai pada pembentukan GATT diambil Amerika Serikat dan
sekutunya terutama Inggris, pada waktu Perang Dunia II masih melanda.
GATT yang telah ditandatangani pada 30 Oktober 1947 oleh 23 negara,
bukanlah merupakan suatu konstitusi atau anggaran dasar tetapi merupakan suatu
Common Code Coducy untuk internasional. GATT merupakan alat untuk
stabilisasi secara progresif dari tarif bea masuk dan merupakan forum untuk
konsultasi, forum perundingan untuk bicara secara berkala antara Negara-negara
10
24
Hal
ini
yang
dilakukan
berlangsung
untuk
mencegah
terulangnya
yang
praktik
memukul
perekonomian dunia. 11
GATT mendirikan usaha di Palais Des Nation dari Liga Bangsa-bangsa
lama yang digantikan oleh PBB. Palais tersebut berada di Jenewa, dimana GATT
sejak saat itu mendirikan bangunan kantor pusat untuk menempatkan
sekretariatnya.
Untuk mengurangi tarif dan rintangan perdagangan lainnya, perundingan
GATT diselenggarakan dalam delapan putaran yang dimulai pada tahun 1947
Sebagai hasil dari kesimpulan perundingan GATT Putaran Uruguay yang berhasil,
pada tanggal 1 Januari 1995 maka WTO menggantikan Sekretariat GATT dan
mulai mengatur sistem hukum perdagangan internasional.
11
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
25
ini
merupakan
kerangka
bagi
diadakannya
berbagai
12
Syamin AK, Hukum Dagang Internasional (Dalam Kerangka Studi Analisis), (PT.
Raja Grafindo: Jakarta, 2005), hal. 51
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
26
13
27
rintangan-rintangan
pada
perdagangan
lainnya
dan
menghilangkan
diskriminasi dalam perdagangan internasional. Dengan memperhatikan tujuantujuan di atas sangat umum sifatnya, yang mana rencana itu ditujukan untuk dapat
memberikan sumbangannya secara tidak langsung pada tujuan ini melalui
promosi perdagangan yang bebas dan multilateral.
Jadi WTO adalah satu-satunya instrument multilateral di bidang
perdagangan Internasional yang disepakati bersama dengan negara-negara
anggotannya (Contracting Parties). Disamping pedoman bagi hubungan
Internasional, WTO juga merupakan forum dimana negara anggotannya dapat
membahas dan menggulangi masalah-masalah perdagangan yang dihadapi.
Sesuai dengan fungsinya, WTO sebagai lembaga internasional yang
mengatur sistem dan mekanisme perdagangan internasional yang telah
menciptakan kerangka kerja dalam Uruguay Round Tujuan dari putaran atau
perundingan
ini
bertujuan
untuk
mempercepat
liberalisasi
perdagangan
internasional.
Putaran perundingan perdagangan ini mempunyai keuntungan-keuntungan
sebagai berikut: 15
a) Perundingan perdagangan memungkinkan para pihak secara bersama-sama
dapat memecahkan masalah-masalah perdagangan yang cukup luas.
15
Ibid., hal. 99
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
28
b) Para
pihak
akan
lebih
mudah
membahas
komitmen-komitmen
pembentukan
organisasi
World
Trade
Organization
Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek hukum dari WTO), (PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 2004), hal 50.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
29
17
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
30
18
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
31
D. Organ-organ WTO
Ministrial
Confrence,
General
Council
juga
akan
20
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
32
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
33
Badan
ini
di
menyelenggarakan
bawah
Ministrial
mekanisme
Confrence
pemantauan
yang
kebijakan
bertujuan
di
bidang
34
dasar
22
perdagangan
bebas
yang
hakikatnya
merupakan
prinsip
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
35
23
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
36
BAB III
TINJAUAN TERHADAP HUKUM PENYELESAIAN
SENGKETA INTERNASIONAL
24
37
memiliki dua bentuk utama, yaitu bilateral dan multilateral. Negosiasi dapat
dilangsungkan melalui saluran diplomatik pada konferensi internasional atau
dalam suatu lembaga atau organisasi internasional. Cara ini dapat pula digunakan
untuk menyelesaikan setiap bentuk sengketa, apakah itu sengketa ekonomi,
politik, hukum, sengketa wilayah, keluarga, suku, dan lain-lain. Bahkan, apabila
para pihak telah menyerahkan sengketanya kepada suatu badan peradilan tertentu,
proses penyelesaian sengketa melalui negosiasi ini masih dimungkinkan untuk
dilaksanakan.
b. Pencarian fakta
Suatu sengketa kadangkala mempersoalkan konflik para pihak mengenai
suatu fakta. Meskipun suatu sengketa berkaitan dengan hak dan kewajiban, namun
acapkali permasalahannya bermula pada perbedaan pandangan para pihak
terhadap fakta yang menentukan hak dan kewajiban tersebut. Penyelesaian
sengketa demikian, karenanya bergantung pada penguraian fakta-fakta para pihak
yang tidak disepakati.
Oleh sebab itu, pemastian kedudukan fakta yang sebenarnya danggap
sebagai bagian penting dari prosedur penyelesaian sengketa. Dengan demikian,
para pihak dapat memperkecil masalah sengketanya dengan menyelesaikannya
melalui metode pencarian fakta yang menimbulkan persengketaan.
c. Jasa-jasa baik
Jasa-jasa baik adalah cara penyelesaian sengketa melalui atau dengan
bantuan pihak ketiga. Pihak ketiga ini berupaya agar para pihak menyelesaikan
sengketanya dengan negosiasi. Jadi, fungsi utama jasa baik ini adalah
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
38
39
dalam dua kategori, yaitu pengadilan permanen dan pengadilan ad hoc atau
pengadilan khusus.
B. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Diplomatik
1. Penyelesaian Sengketa dalam Piagam PBB
Tujuan dibentuknya PBB, yaitu menjaga kedamaian dan keamanan
internasional tercantum di dalam pasal 1 Piagam, yang berbunyi:
To maintain international peace and security, and to that end: to take
effective collective measures for the prevention and removal of threats to
the peace, and for the suppression of acts of aggression or other breaches
of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with
the principles of justice and international law, adjustment or settlement of
international disputes or situations which might lead to a breach of the
peace
Kedamaian dan keamanan internasional hanya dapat diwujudkan apabila
tidak ada kekerasan yang digunakan dalam menyelesaikan sengketa, yang
ditegaskan dalam pasal 2 ayat (4) Piagam. Penyelesaian sengketa secara damai
ini, kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 33 Piagam yang mencantumkan
beberapa cara damai dalam menyelesaikan sengketa, diantaranya:
a. Negosiasi;
b. Enquiry atau penyelidikan;
c. Mediasi;
d. Konsiliasi
e. Arbitrase
f. Judicial Settlement atau Pengadilan;
g. Organisasi-organisasi atau Badan-badan Regional.
Dari tujuh penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Piagam, dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penyelesaian sengketa secara hukum
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
40
Boer Mauna, Hukum Internasiona: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2003, hlm. 188.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
41
a) Negosiasi
Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang cukup
lama dipakai. Sampai pada permulaan abad ke-20, negosiasi menjadi satu-satunya
cara yang dipakai dalam penyelesaian sengketa. 27
Sampai saat ini cara penyelesaian melalui negosiasi biasanya adalah cara
yang pertama kali ditempuh oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian
sengketa ini dilakukan secara langsung oleh para pihak yang bersengketa melalui
dialog tanpa ada keikutsertaan dari pihak ketiga. Dalam pelaksanaannya,
negosiasi memiliki dua bentuk utama, yaitu bilateral dan multilateral. Negosiasi
dapat dilangsungkan melalui saluran diplomatik pada konferensi internasional
atau dalam suatu lembaga atau organisasi internasional. 28
Dalam praktek negosiasi, ada dua bentuk prosedur yang dibedakan. Yang
pertama adalah negosiasi ketika sengketa belum muncul, lebih dikenal dengan
konsultasi. Dan yang kedua adalah negosiasi ketika sengketa telah lahir.
Keuntungan yang diperoleh ketika negara yang bersengketa menggunakan
mekanisme negosiasi, antara lain:
(1) Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan penyelesaian sesuai
dengan kesepakatan diantara mereka
(2) Para pihak mengawasi dan memantau secara langsung prosedur
penyelesaiannya
(3) Dapat menghindari perhatian publik dan tekanan politik dalam negeri.
27
28
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
42
(4) Para pihak mencari penyelesaian yang bersifat win-win solution, sehingga
dapat diterima dan memuaskan kedua belah pihak
b) Enquiry atau Penyelidikan
J.G.Merrills menyatakan bahwa salah satu penyebab munculnya sengketa
antar negara adalah karena adanya ketidaksepakatan para pihak mengenai fakta.
Untuk menyelesaikan sengketa ini, akan bergantung pada penguraian fakta-fakta
para pihak yang tidak disepakati. Untuk menyelesaikan sengketa tersebut, para
pihak kemudian membentuk sebuah badan yang bertugas untuk menyelidiki faktafakta yang terjadi di lapangan. Fakta-fakta yang ditemukan ini kemudian
dilaporakan kepada para pihak, sehingga para pihak dapat menyelesaikan
sengketa diantara mereka. 29
Dalam beberapa kasus, badan yang bertugas untuk menyelidiki fakta-fakta
dalam sengketa internasional dibuat oleh PBB. Namun dalam konteks ini, enquiry
yang dimaksud adalah sebuah badan yang dibentuk oleh negara yang bersengketa.
Enquiry telah dikenal sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa
internasional semenjak lahirnya The Hague Convention pada tahun 1899, yang
kemudian diteruskan pada tahun 1907.
c) Mediasi
Ketika negara-negara yang menjadi para pihak dalam suatu sengketa
internasional tidak dapat menemukan pemecahan masalahnya melalui negosiasi,
intervensi yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah sebuah cara yang mungkin
untuk keluar dari jalan buntu perundingan yang telah terjadi dan memberikan
29
www.pirhot-nababan.blogspot.com/2007/07/tinjauan-umum-penyelesaian-sengketa,
senin, 23 Juli 2007.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
43
solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.9 Pihak ketiga yang
melaksanakan mediasi ini tentu saja harus bersifat netral dan independen.
Sehingga dapat memberikan saran yang tidak memihak salah satu negara pihak
sengketa.
Intervensi yang dilakukan oleh pihak ketiga ini dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk. Misalnya, pihak ketiga memberikan saran kepada kedua belah
pihak untuk melakukan negosiasi ulang, atau bisa saja pihak ketiga hanya
menyediakan jalur komunikasi tambahan.
Dalam menjalankan tugasnya, mediator tidak terikat pada suatu hukum
acara tertentu dan tidak dibatasi pada hukum yang ada. Mediator dapat
menggunakan asas ex aequo et bono untuk menyelesaikan sengketa yang ada.
Pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa internasional diatur
dalam beberapa perjanjian internasional, antara lain The Hague Convention 1907;
UN Charter; The European Convention for the Peaceful Settlement of Disputes.
d) Konsiliasi
Sama seperti mediasi, penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi
menggunakan intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini
biasanya adalah negara, namun bisa juga sebuah komisi yang dibentuk oleh para
pihak. Komisi konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak dapat saja terlembaga atau
bersifat ad hoc, yang kemudian memberikan persyaratan penyelesaian yang
diterima oleh para pihak. Namun keputusan yang diberikan oleh komisi konsiliasi
ini tidak mengikat para pihak. 30
30
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
44
31
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
45
32
Prof. Sanwani Nasution, SH, Dkk, Arbitrase Dalam Hukum Internasional, Fakultas
Hukum USU, Medan, hal. 26
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
46
2. Perjanjian/Klausul Arbitrase
Jika kedua belah pihak yang bersengketa sepakat untuk menyerahkan
sengketanya kepad suatu badan arbitrase, maka perjanjian (klausul) penyerahan
sengketa tersebut harus dibuat. Perjanjian tersebut merupakan dasar hukum bagi
yurisdiksi badan arbitrase guna menerima dan menyelesaikan sengketa. Dalam
studi hukum internasional, perjanjian tersebut tunduk pada prinsip-prinsip dan
aturan-aturan hukum perjanjian internasional.
Perjanjian arbitrase yang menyatakan kesepakatan para pihak untuk
menyerahkan sengketa mereka kepada badan arbitrase dapat dibagi dalam dua
golongan. Pertama, klausul yang menunjuk kepada badan arbitrase yang sudah
terlembaga. Kedua, klausul arbitrase yang sifatnya khusus dan yang umum.
Klausul arbitrase khusus adalah klusul yang menyatakan bahwa suatu sengketa
tertentu yang timbul dari suatu perjanjian akan diserahkan kepada badan arbitrase.
Sedangkan klausul arbitrase umum adalah klausul yang biasanya berkaitan
dengan semua sengketa yang timbul di antara para pihak atau mengenai
penafsiran dan pelaksanaan (perjanjian) yang berlaku di antara mereka. 33
3. Kompetensi/Yurisdiksi Arbitrase
Badan arbitrase baru akan berfungsi apabila ada dalam kesepakatan dan
penunjukan dari para pihak. Kesepakatan para pihak pulalah yang akan
menentukan kompetensi atau yurisdiksi badan peradilan arbitrase. Tujuan dan
33
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
47
masalah atau sengketa yang harus diselesaikan atau diputus badan arbitrase juga
ditentukan oleh para pihak. Penunjukan dan kompetensi arbitrase biasanya
dituangkan dalam akta kompromi dan kesepakatan atau perjanjian para pihak
yang ditentukan kemudian.
4. Putusan Arbitrase
Putusan arbitrase pada umumnya mengikat para pihak. Pentaatan
terhadapnya dianggap tinggi. Biasanya putusannya bersifat final dan mengikat.
Dalam hal-hal khusus, upaya banding terhadap putusan arbitrase kepada
Mahkamah Internasional masih dimungkinkan. Beberapa alasan yang dapat
dijadikan alasan untuk melakukan upaya banding adalah:
1. excess de puvoir, yaitu manakala badan arbitrase telah melampaui
wewenangnya.
2. tidak tercapainya putusan secara mayoritas, yaitu berakibat tidak adanya
kekuatan hukum pada putusan yang dikeluarkannya.
3. tidak cukupnya alasan-alasan bagi putusan yang dikeluarkan pada
prinsipnya, suatu putusan badan arbitrase harus didukung oleh argumenargumen hukum yang memadai. Suatu alasan, meskipun dinyatakan secara
relatif singkat, namun jelas dan tepat, sudahlah cukup. 34
34
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
48
Pasal 34 (1), menyatakan hanya negara yang dapat menjadi pihak dalam
perkara perkara di muka Mahkamah. Negara yang dimaksud, dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Semua anggota PBB yang berdasarkan pasal 93 (1) Piagam PBB, ipso
facto, adalah peserta statuta Mahkamah.
b. Negara negara yang bukan anggota, akan tetapi berkeinginan berasosiasi
tetap dengan Mahkamah dan menurut pasal 93 (2) telah menjadi anggota
Statuta menurut syarat syarat yang ditentukan dalam tiap tiap kasus
oleh Majelis Umum berdasarkan Dewan Keamanan. Syarat syarat itu
adalah penerimaan negara yang bukan anggota atas Statuta, penerimaan
kewajiban kewajiban (pasal 94 Piagam PBB) dan melaksanakan suatu
pemberian sumbangan anggaran Mahkamah seperti yang dimuat dalam
resolusi majelis Umum tanggal 11 Desember 1946, hal ini telah dikenakan
kepada Switzerland pada tahun 1947 dan kepada Liechtenstein tahun
1950.
c. Negara-negara yang bukan anggota PBB namun ingin tampil di muka
Mahkamah sebagai pihak-pihak dalam sengketa tertentu atau kelompok
sengketa tertentu namun tanpa menjadi peserta Statuta. Menurut pasal 35
(2) Statuta dan Resolusi Dewan Keamanan 15 Oktober 1946,
dimungkinkan mengenakan persyaratan-persyaratan terhadap negara itu,
yaitu bahwa negara-negara tersebut harus mematuhi keputusan-keputusan
Mahkamah dan menerima syarat-syarat dalam pasal 94 Piagam PBB.
Yuridiksi wajib dalam persengketaan hukum atau Compulsary juridiction,
di dalam statuta dinyatakan bahwa negara-negara yang bersengketa mempunyai
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
49
35
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
50
dalam sumber hukum utama atau primer. Dua lainnya adalah sumber hukum
tambahan atau subsider. 36
Hukum kebiasaan internasional yang ditetapkan Mahkamah dapat berupa
dua macam:
1) prinsip-prinsip yang telah mapan sebagai suatu hasil penerimaan dan
penerapan oleh negara-negara yang kemudian dianggap sebagai kaidahkaidah hukum kebiasaan internasional; dan
2) kaidah-kaidah serupa yang juga berkembang dan diterapkan di dalam
suatu region tertentu (hukum internasional regional). 37
Menurut piagam PBB, asas-asas hukum umum tidak mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat dalam lingkup internasional. Tetapi ia
mengacu kepada prinsip-prinsip hukum umum yang terdapat dalam hukum
nasional atau yang terefleksikan dalam konsep-konsep dasar dari tertib hukum
negara-negara yang sitem hukumnya dianggap berasal dari negara-negara
beradab.
36
51
BAB IV
TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
SECARA DAMAI TERHADAP SENGKETA GATT DAN WTO
konteks
hukum
internasional
secara
umum,
masyarakat
52
a. kegagalan
negara
peserta
lain
untuk
melaksanakan
kewajiban-
39
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
53
2. Pembentukan Panel
Dengan dibentuknya sistem panel maka apabila suatu sengketa tidak dapat
diselesaikan melalui konsultasi dan konsiliasi bilateral, jalan keluar yang tersedia
adalah didirikannya suatu panel. Sejak dibentuknya sistem panel, banyak masalah
GATT yang telah diselesaikan melalui panel. Pada masa mendatang, dalam WTO,
jumlah panel akan lebih banyak lagi dan masalah yang akan ditangani juga
semakin lebih luas sehingga memerlukan jaringan panel yang lebih luas. 42
Jika suatu anggota tidak memberikan jawaban untuk meminta diadakan
konsultasi dalam waktu sepuluh hari atau jika konsultasi gagal untuk diselesaikan
41
42
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
54
dalam waktu enam puluh hari, prinsip dapat meminta ke DSB untuk membentuk
suatu panel untuk menyelesaikan masalah pembentukan panel. Prosedur ini
menuntut DSB untuk segera membentuk panel, selambat-lambatnya pada sidang
kedua dari permintaan panel. Jika tidak, maka diputuskan secara konsensus. Hal
ini dimaksudkan adalah negara yang digugat tidak boleh menghalangi
pembentukan panel. Dalam hal ini penentuan term of reference dan komposisi
panel juga diajukan. Panel harus segera disusun dalam waktu tiga puluh hari
pembentukan.
Sekretariat WTO akan menyarankan tiga orang panelis yang potensial
pada pihak-pihak sengketa. Jika pihak-pihak tersebut tidak setuju terhadap panelis
dalam waktu dua puluh hari dari pembentukan panel, direktur jenderal melakukan
konsultasi kepada kedua DSB dan ketua dewan akan menunjuk panelis. Para
panelis akan melayani sesuai dengan kapasitasnya dan tidak berpegang pada
instruksi-instruksi dari negara yang bersangkutan.
3. Prosedur-prosedur Panel
Pengertian ini menunjukkan bahwa periode dimana panel melaksanakan
pengujian masalah, selanjutnya term of reference dan komposisi panel disetujui,
kemudian panel memberikan laporan kepada para pihak yang bersengketa tidak
boleh lebih dari enam bulan. Dalam hal-hal yang penting, termasuk untuk barangbarang yang mudah rusak, aktu dapat dipercepat menjadi tiga bulan. Apabila tidak
ada masalah, waktu pembentukan ke sirkulasi laporan kepada anggota tidak boleh
lebih dari sembilan bulan.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
55
keputusannya
untuk
menarik
atau
konsensus
terhadap
5. Peninjauan Kembali
Suatu gambaran baru dari mekanisme penyelesaian sengketa di WTO
memberikan kemungkinan penarikan terhadap salah satu pihak dalam suatu
berlangsungnya panel. Semua permohonan akan didengar oleh suatu badan
peninjau (Appellate Body) yang dibentuk oleh DSB. Badan ini terdiri dari tujuh
orang yang merupakan perwakilan dari keanggotaan WTO yang akan melayani
dalam termin empat tahun. Mereka harus merupakan orang yang ahli di bidang
hukum dan perdagangan internasional, dan tidak berafiliasi dengan negara
manapun.
Tiga orang anggota Appellate Body mendengarkan permohonanpermohonan mereka dapat membela, mengubah, atau membatalkan hasil
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
56
kesimpulan panel sesuai aturan, namun pengajuan permohonan tidak lebih dari
60-90 hari. Tiga puluh hari sesudah pengeluaran, laporan dari Appelate Body
harus diterima oleh DSB dan tanpa syarat diterima oleh pihak-pihak yang
bersengketa jika tidak, konsensus akan diberlakukan terhadap pengesahan ini.
Segera setelah laporan panel atau laporan appellate body diadopsi, pihak
yang tersangkut sengketa harus menotifikasikan niatnya mengenai implementasi
dari rekomendasi yang telah diadopsi. Apabila ada kesulitan untuk melaksanakan
apa yang direkomendasikan, maka pihak yang bersangkutan diberi waktu yang
dianggap wajar.
Penentuan mengenai batas waktu yang dianggap wajar dapat ditempuh
melalui persetujuan antara pihak yang bersengketa dan direstui oleh DSB, dalam
45 hari setelah adopsi DSB, atau ditentukan melalui arbitrase, dalam waktu 90
hari setelah adopsi DSB. Dalam implementasi, DSB harus senantiasa melakukan
hingga masalahnya selesai.
Mengenai kompensasi dalam retalisasi, perjanjian baru ini menentukan
bahwa dalam kurun waktu yang ditentukan, pihak yang bersengketa dapat
mencapai kesepakatan tentang kompensasi yang diberikan. Jika hal ini belum
berhasil disetujui, pihak yang bersengketa dapat meminta kepada otorisasi dari
DSB untuk membatalkan konsepsi yang pernah diberikan kepada mitra yang
melanggar.
DSB memberikan otorisasi untuk membatalkan konsesi kepada pihak yang
bersalah dalam 30 hari setelah hangus waktu implementasi yang disepakati.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
57
Apabila ada sengketa mengenai tingkah pembatalan konsesi yang akan diambil,
hal itu dapat diserahkan pada arbitrase. 43
6. Implementasi
Kebijaksanaan menekankan bahwa peraturan dari DSB sangat penting
agar mencapai resolusi yang efektif dari persengketaan-persengketaan yang
bermanfaat untuk sema anggota. Pada pertemuan DSB berlangsung dalam waktu
tiga puluh hari dari adopsi panel, pihka bersangkutan harus menyatakan niat untuk
menghargai implementasi dari rekomendasi-rekomendasi. Bila hal itu tidak
berguna untuk segera menyetujui, anggota akan diberikan suatu periode waktu
yang beralasan yang ditentukan oleh Dispute Settlement Body (DSB).
Bila hal itu gagal dalam waktu yang telah ditentukan itu, diwajibkan untuk
mengadakan negosiasi dengan penggugat untuk menentukan kompensasi yang
diterima kedua belah pihak yang bersengketa. jika dalam waktu dua puluh hari
tidak ada kompensasi yang memuaskan yang dapat disetujui, penggugat dapat
memohon otorisasi dari DSB untuk menangguhkan konsensi-konsesi atau
obligasi-obligasi terhadap pihak tergugat. Prosedur menentukan bahwa DSB
menjamin otorisasi ini dalam waktu tiga puluh hari dari batas waktu reasonable
periode of time. Jika konsensus akan diberlakukan. Jika anggota yang
bersangkutan menolak/berkeberatan terhadap tingkat suspensi, hal tersebut
diteruskan pada arbitrase. Hal ini akan diselesaikan oleh anggota-anggota panel
asli. Bila hal ini tidak mungkin dilakukan oleh arbitrator yang ditunjuk oleh
Jenderal WTO. Arbitrase harus selesai dalam waktu enam puluh hari dari batas
43
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
58
waktu, dan hasi keputusan harus diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan
sebagai final, dan tidak diteruskan kepada arbitrase lainnya. DSB selanjutnya
memberikan kuasa suspensi dari konsesi-konsesi secara konsisten dari hasil
penyelesaian arbitrator. Jika tidak, maka diadakan konsensus.
B. Keterlibatan Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan
Selama menjadi negara peserta GATT 1947 dan sebagai negara anggota
WTO Indonesia belum pernah memanfaatkan mekanisme formal bagi
penyelesaian sengketa sebagai penggugat ataupun tergugat, baik dalam GATT
1947, maupun WTO.
Dengan demikian hingga saat ini secara langsung Indonesia belum terlibat
dalam proses penyelesaian sengketa GATT berdasarkan pasal XXII dan XXXIII
ataupun prosedur lain dalam rangka GATT, dan juga dalam sistem WTO. Namun
hal ini tidak berarti Indonesia belum pernah berselisih dengan mitra dagangnya.
Menurut suatu sumber di departemen perdagangan, kasus-kasus perselisihan
dagang antara Indonesia dengan negara-negara lain akhir-akhir ini telah
diselesaikan secara bilateral di luar kerangka GATT. Misalnya dalam
persengketaan antara Indonesia dan MEE mengenai rotan, Indonesia dan Amerika
Serikat mengenai tarif dan non-tarif (1989). Begitu pula persengketaan mengenai
subsidi dengan Amerika Serikat (1985) telah diselesaikan melalui konsultasi
bilateral. Dalam penyelesaian sengketa demikian jelas sebagai pihak yang lemah,
Indonesia telah menjadi korban tekanan bilateral dari negara maju yang menjadi
mitra dagangnya. Salah satu contoh lemahnya posisi Indonesia dalam melakukan
konsultasi bilateral dengan negara maju adalah ketika Amerika Serikat berhasil
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
59
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
60
Hata, Perdagangan Internasional: dalam Sistem GATT dan WTO, Refika Aditama:
Bandung. Hal. 181.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
61
yang
biasa
juga disebut
sebagai
fungsi pemaksa
(enforcement functin). Satu persoalan yang terkait dengan hal ini adalah
pengenaan sanksi dalam hukum internasional.
3. Creative Function: sekalipun review creative function merupakan bagian
pokok dari pengawasan, namun pengawasan juga dapat berfungsi kreatif,
terutama dalam hukum internasional. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya semacam eksekutif dan judikatif. Tindakan-tindakan legislatif
seringkali abstrak atau tidak jelas. Oleh karena itu usaha untuk
memperjelas norma-norma hukum internasional ini merupakan bagian dari
fungsi pengawasan yaitu fungsi kreatif. Jadi fungsi kreatif ini berupa
penafsiran atas aturan-aturan hukum internasional yang belum jelas. 45
Secara normatif GATT dan WTO menyediakan sejumlah ketentuan
pengawasan di dalamnya. Misalnya, dalam GATT pasal X mengandung ketentuan
tentang pengawasan secara umum. Pasal ini mewajibkan negara-negara
menerbitkan
aturan-aturan
nasional
yang
terkait
dengan
perdagangan
45
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
62
63
64
Dalam arti lain, inquiry adalah suatu pengaturan institusional yang dipilih oleh
negara dengan maksud untuk menyelidiki persoalan yang disengketakan secara
bebas dalam bentuk kelembagaannya dalam hukum internasional dikenal dengan
Commission of Inquiry dan mulai diperkenalkan dalam Konvensi Den Haag 1899.
Inquiry dalam arti yang kedua yakni dalam bentuk suatu komisi biasanya
dibentuk oleh dua negara yang berselisih untuk mencari kebenaran dari suatu
fakta dalam suatu sengketa internasional secara tidak memihak.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
65
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara, negara
dengan individu, atau negara dengan organisasi internasional tidak selamanya
erjalin dengan baik. Acap kali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara
mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber
potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam,
kerusakan lingkungan, perdagangan, dan lain-lain. manakala hal demikian itu
terjadi, hukum internasional memainkan peranan yang tidak kecil dalam
penyelesaiannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang
cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20. Upaya-upaya
ini ditujukan untuk menciptakan hubungan antar negara yang lebih baik
berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.
Suatu sengketa terjadi apabila ada pertentangan misalnya karena adanya
pelanggaran ketentuan GATT yang menimbulkan kerugian salah satu fihak. Di
dalam GATT mengatur tingkah laku perdagangan untuk mencapai harmonisasi
antara peraturan internasional dengan kebijaksanaan internasional dengan
kebijaksanaan nasional.
Peran yang dimainkan hukum internasional dalam penyelesaian sengketa
internasional adalah memberikan cara bagaimana para pihak yang bersengketa
menyelesaikan sengketanya menurut hukum internasional. Dalam perkembangan
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
66
sengketa,
institusional sejak
didirikannya GATT dan WTO, telah tersusun suatu sistem dan tata cara yang
semakin berbentuk. Dalam kata lain, dengan telah berjalannya sistem tata yang
telah tersusun sejak empat puluh tahun lamanya, maka telah tercipta suatu
institutional memory yang menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan
penyelesaian sengketa.
Konsultasi, konsiliasi dan penyelesaian sengketa merupakan salah satu
segi fundamental yang terpenting dari pekerjaan sehari-hari GATT sebagai suatu
lembaga internasional. Negara anggota GATT dan WTO baik yang besar maupun
yang kecil dapat menggunakan GATT sebagai forum untuk mencapai
penyelesaian bila negara tersebut merasa bahwa haknya yang diperoleh dan sesuai
dengan ketentuan GATT telah diganggu akibat tindakan atau kebijaksanaan
negara anggota lainnya.
2. Saran
Berdasarkan kajian terhadap mekanisme penyelesaian sengketa dalam
WTO, penulis kemukakan beberapa saran yang penulis anggap perlu bagi
perbaikan mekanisme penyelesaian sengketa dalam WTO, yakni sebagai berikut:
1. WTO sebagai organisasi perdagangan internasional dalam menyelesaikan
sengketa-sengketa perdagangan
internasional
harus selalu
bersifat
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
67
(WTO),
Indonesia
harus
turut
aktif
ikut
dalam
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
68
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009
69
Mauna, Boer Hukum Internasiona: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2003.
Nasution, Sanwani, SH, Dkk, Arbitrase Dalam Hukum Internasional, Fakultas
Hukum USU, Medan.
Riyanto, Astim, World Trade Organization (organisasi perdagangan dunia),
(Bandung:: Yapemendo, 2003).
Wiradipradja, E. Saefullah, Konsekuensi Yuridis Keanggotaan Indonesia dalam
WTO, Makalah, Bahan Ceramah pada Prapasca Program Pascasarjana
UNPAD 2000/2001, Bandung, 25 September 2000.
www. Dprin.go.id. WTO dan Sistem Perdagangan Dunia, diakses Selasa 21
Agustus 2007
www.wto.org, World Trade Organization Organisasi Perdagangan Dunia,
Diakses Selasa, 21 Agustus 2007
www.pirhot-nababan.blogspot.com/2007/07/tinjauan-umum-penyelesaiansengketa senin, 23 Juli 2007.
Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional Secara Damai, 2007.
USU Repository 2009