Anda di halaman 1dari 12

20 Agustus 2009

Kristaloid lawan Koloid ??


Perbandingan kristaloid dan koloid1
Pemilihan koloid atau kristaloid untuk resusitasi volume telah lama menjadi bahan
perdebatan di kalangan praktisi, disebabkan kedua bentuk terapi memiliki data-data
pendukung. Pada tahun 1998, British Medical Journal mempublikasi suatu metaanalisis pemakaian albumin pada pasien-pasien sakit kritis; 30 uji klinik acak
dengan kontrol (RCT) yang melibatkan 1419 pasien dianalisis. Kesimpulannya
adalah: albumin meningkatkan mortalitas (Timothy Evans,MD). Tinjauan ini
berdampak terhadap praktik kedokteran, mempengaruhi klinisi mengurangi
penggunaan albumin, tetapi kemudian dikritik karena tinjauan-tinjauan berikutnya
tidak bisa menjelaskan kesimpulan para penulis.
Belum lama berselang, kajian SAFE (Saline versus Albumin Evaluation)
telah membuka wacana baru tentang isu ini. Dengan tersedianya berbagai koloid
dengan sifat fisikokimia yang berbeda, kontroversi kristaloid atau koloid menjadi
isu yang kembali hangat.
Berikut adalah ringkasan keunggulan dan kekurangan koloid maupun kristaloid.
Tabel 3, Koloid1
Keunggulan

Kekurangan

1. Ekspansi volume Plasma


tanpa disertai ekspansi volume

1. Kemungkinan Anafilaksis

interstisial
2. Ekspansi volume lebih besar
dibandingkan volume sama
kristaloid

2. Mahal

3. Albumin bisa memperburuk depresi miokard


3. Masa kerja lebih panjang

pada pasien syok, karena berikatan dengan Ca ++,


yang pada gilirannya menurunkan ion kalsium

4. Oksigenasi jaringan lebih

4. kemungkinan koagulopati dan mengganggu

baik

uji silang golongan darah

5. Gradien alveolar-arterial O2
lebih kecil
Tabel 4, Kristaloid1
Keunggulan
1. Tersedia di mana-mana

Kekurangan
1. Efek volume lebih lemah dan singkat
dibandingkan koloid

2. Komposisi menyerupai

2. Oksigenasi jaringan tidak sebaik koloid karena

Plasma (acetated ringer,

jarang antara pembuluh darah dan jaringan lebih

lactated ringer)

besar

3. Mudah disimpan pada suhu


kamar
4. Bebas reaksi anafilaksis
5. Ekonomis
Walaupun edema interstisial merupakan komplikasi yang lebih potensial setelah
resusitasi dengan kristaloid, sampai saat ini tidak ada bukti fisiologis, klinis dan
radiologis bahwa koloid lebih baik daripada kristaloid dalam penyulit edema paru.
Keunggulan teoritis dari albumin telah disebutkan, termasuk:
Sifat-sifat anti-radang dan antioksidan
Mengurangi permeabilitas paru pada pasien ALI dan ARDS (adult respiratory
distress syndrome).

Albumin berfungsi sebagai plasma expander hiperonkotik dan bila digabung


dengan furosemid, bisa memperkuat perpindahan cairan. Pada suatu telaah dari 37
pasien ALI, furosemid dan albumin yang diberikan sekaligus, menghasilkan
penurunan berat badan dan meningkatkan rasio pO2/FIO2. Namun tidak diamati
perbedaan dalam mortalitas.
Ekspansi Volume pada Pasien ALI (Acute Lung Injury) merupakan komplikasi
lazim setelah kehilangan darah atau sepsis, sebagaimana dicatat oleh Arthur
Slutsky, MD. ALI berhubungan dengan peningkatan produksi sitokin peradangan
dan pelepasan radikal bebas oksigen. Sepsis berat dan kehilangan darah massif bisa
menyebabkan hipotensi dan pasien membutuhkan intubasi endo-trakea, namun
tidak jelas cairan apa yang optimal untuk resusitasi volume pada pasien ALI.
Efek berbagai koloid dan larutan hipertonik pada mikrosirkulasi 1
Perubahan-perubahan permeabilitas kapiler bisa mengubah volume plasma dan
mempengaruhi derajat edema. Kinetika kristaloid dan koloid yang dibahas
sebelumnya mengacu pada pembuluh darah yang utuh. Pada penyakit-penyakit
dengan permeabilitas kapiler yang meningkat, terapi cairan yang adekuat sangat
penting untuk mencegah hipovolemia. Mekanisme perbedaan-perbedaan dalam
efektivitas berbagai plasma expander untuk memulihkan volume plasma yang
rendah dan gangguan mikrosirkulasi masih belum dipahami dengan jelas.

Pengaruh Berbagai Koloid Terhadap Fungsi Ginjal1


Semua koloid, termasuk albumin manusia hiperonkotik (HA 20% atau 25%) dapat
menginduksi gagal ginjal akut (ARF) dengan cara meningkatkan tekanan osmotik
koloid plasma. Kondisi ini diberi nama hyperoncotic ARF. Pasien dehidrasi yang
mendapat koloid hiperonkotik dalam jumlah bermakna tanpa penambahan
kristaloid sangat rentan untuk mengalami hyperoncotic ARF.
Beberapa kajian histologis telah memperlihatkan pembengkakan sel tubulus
ginjal setelah pemberian beberapa sediaan HES, yang kemungkinan disebabkan
reabsorpsi makromolekul. Pembengkakan sel tubulus menyebabkan obstruksi

tubulus dan iskemia medula. Pada pasien dengan kreatinin serum > 2-3 mg/dl,
HES harus digunakan dengan hati-hati. HES generasi ketiga (BM 130 kd; DS 0,4)
memiliki profil berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Namun, walaupun
ada publikasi bahwa HES 130 tidak memperburuk fungsi ginjal, tidak ditemukan
kajian prospektif besar dan terkontrol.
Tabel 6, Perbandingan kristaloid dan koloid 2,6

Efek volume
intravaskuler

Kristaloid

Kolloid

Lebih baik (efisien,


volume lebih kecil,
menetap lebih lama

Efek volume interstisial Lebih baik

Sembab paru

Keduanya sama-sama potensial menyebabkan


sembab paru

Sembab perifer

Sering

Jarang

Koagulopati

Dekstran > kanji


hidroksi etil

Aliran urine

Lebih besar

GFR menurun

Reaksi-reaksi

Tidak ada

Jarang

Harga

Murah

Albumin mahal, lainnya


sedang
Penggunaan kristaloid dalam tatalaksana demam berdarah dengue
Terdapatberbagaipendapatmengenaipemilihanjeniscairanyangpalingtepat
untukdigunakandalamtatalaksanaDBD.Haliniterkaitefektivitas,efeksamping,
waktupemberian,hinggapertimbangansegiekonomis.Secaragarisbesarterdapat
duajeniscairanyangsaatinidigunakandalampraktik.Yaitukristaloiddankoloid.
WalaupundalamprotokolyangdikeluarkanWHO1999dikatakanbahwa

koloidhanyadigunakansetelahterbuktipemberiankristaloidtidakefektif,namun
berbagaipenelitianterbarumenyebutkanbahwaefektivitaskoloidsamadengan
kristaloidpadaDBDdenganataupuntanpasyok.3,4,5Bahkanpenggunaankoloid
dapatmengurangihariperawatandirumahsakitjikadibandingkandengan
penggunaankristaloid.3,4

Referensi
1. Darmawan, Iyan, MD, Kontroversi Koloid vs Kristaloid: Beberapa informasi
tambahan, Medical Departement PT. Otsuka Indonesia, diunduh dari
www.otsuka.co.id/viewarticle/987661. Diakses tanggal 12 Juni 2008.
2. Darmawan, Iyan, MD, Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan : Ringer Asetat,
Medical Departement PT. Otsuka Indonesia, Simposium Alternatif Baru Dalam
Terapi Resusitasi Cairan. Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus
1999
3. Ngo NT, Cao XT, Kneen R, Wills B, Nguyen VM, Nguyen TQ, Chu VT, Nguyen
TT, Simpson JA, Solomon T, White NJ, Farrar J. Acute management of dengue
shock syndrome: a randomized double-blind comparison of 4 intravenous fluid
regimens in the first hour. Clin Infect Dis. 2001 Jan 15;32(2):204-13. Epub 2001
Jan 15.
4. Dung NM, Day NP, Tam DT, Loan HT, Chau HT, Minh LN, Diet TV, Bethell DB,
Kneen R, Hien TT, White NJ, Farrar JJ. Fluid replacement in dengue shock
syndrome: a randomized, double-blind comparison of four intravenous-fluid
regimens. Clin Infect Dis. 1999 Oct;29(4):795-6.
5. Pohan HT, Lie KC, Santoso WD, Eppy. An open pilot study of the efficacy and
safety of polygeline in adult subjects with dengue haemorrhagic Fever. Acta Med
Indones. 2009 Apr;41(2):47-53.
6. Martin, Gregory S, MD, MS. An Update on Intravenous Fluids. 2005. Diunduh
dari http://cme.medscape.com/viewarticle/503138. Diakses tanggal 12 Juni
2009.

Posted by EIDCP at 13.29


Labels: Acute Lung Injury, cairan, demam berdarah, efek samping, ginjal, koloid, kristaloid,
mikrosirkulasi, resusitasi, stabilisasi
Links to this post
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

5th Emergency in Daily Clinical Practice


(EIDCP)
EIDCP mempersembahkan blog ini bagi para dokter umum, dokter spesialis, mahasiswa
kedokteran dan tenaga medis yang ingin mengetahui update terbaru pengetahuan ataupun
kemampuan manajemen keadaan kegawatdaruratan medis. Semua artikel telah di review oleh
dewan Ilmiah EIDCP bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia.
Diberdayakan oleh Blogger.

Support

join grup facebook

home

EIDCP 2011

jadwal

simposium

workshop

registrasi

sponsorship

kapita selekta

Acute Lung Injury (1)

AHA 2010 (1)

AINS (1)

airway management (1)

akut (2)

alkalosis (1)

anion gap (1)

antepartum (2)

arteri (2)

asam basa (2)

asidosis (2)

bedah (2)

buerger (1)

burn injury (1)

cairan (5)

cardiac (1)

dasar (5)

definisi (2)

demam berdarah (1)

diabetes (1)

diagnosis (2)

efek samping (1)

elektrolit (7)

emboli (1)

endokrin (1)

epidemiologi (2)

FFP (1)

ginjal (1)

glaukoma (1)

HAP (1)

hemoptisis (1)

henderson hasselbalch (1)

hiperkalemia (2)

hipernatremia (2)

hipokalemia (2)

indikasi (2)

insulin (1)

intubasi (1)

jantung (1)

KAD (1)

kalium (5)

kebutuhan cairan basal (1)

keseimbangan (2)

keton (1)

klasifikasi (1)

klinis (3)

koloid (2)

kompartemen (1)

koreksi (1)

kriopresipitat (1)

kristaloid (2)

kronik (1)

layanan primer (1)

luka bakar (1)

manifestasi klinis (2)

mata (1)

metabolik (3)

mikrosirkulasi (1)

naproxen (1)

natrium (3)

neonatus (1)

nsaid (1)

oklusi (1)

Parkland (1)

patofisiologi (1)

penyakit dalam (1)

perdarahan (3)

perdarahan antepartum (2)

perdarahan pada kehamilan (1)

pertolongan pertama (1)

plasenta (1)

plasenta previa (1)

plasma (1)

postpartum (1)

resiko (1)

respirologi (1)

resusitasi (3)

risk (1)

rule of nines (1)

ruly rahadianto (2)

sel darah merah (4)

stabilisasi (1)

tatalaksana (5)

terapi (1)

transfusi (9)

trombosit (2)

trombus (1)

vaskuler (1)

video (1)

Wallace (1)

Sponsors
Share on Facebook

Twitter Updates 2.2: FeedWitter


video
Blog archives

2011 (4)

2010 (5)

2009 (28)
o Desember (2)
o November (8)
o September (8)
o Agustus (10)

Asidosis metabolic

Jenis cairan : Koloid

jenis cairan : kristaloid

Dasar-dasar keseimbangan cairan

Kristaloid lawan Koloid ??

KAD atau SHH??

Manajemen Luka Bakar

Hemoptisis

Gangguan Kesetimbangan Asam Basa (Pendekatan Hend...

Welcome Words

Links

Lorem ipsum

Dolor sit

Turpis egestas

Commodo

Eget non

About me

@ng_gara

EIDCP

Blogger templates maker

Anda mungkin juga menyukai