Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA PUSKESMAS LUBUK KILANGAN


PADANG

Oleh:
Aulia Rahmi
1210312039

Preseptor:
dr. Yuniar Lestari, M.Kes

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1..................................................................................................... Latar Belakang
...........................................................................................................................1
1.2............................................................................................... Rumusan Masalah
...........................................................................................................................2
1.3.................................................................................................. Tujuan Penulisan
...........................................................................................................................2
1.4..................................................................................................Metode Penulisan
...........................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Campak .............................................................................................4
2.2. Imunisasi Campak ..........................................................................................11
2.3. KIPI ................................................................................................................15
BAB 3 ANALISIS SITUASI
3.1. Kondisi Geografis Lubuk Kilangan................................................................21
3.2. Kondisi Demografis Lubuk Kilangan.............................................................22
3.3. Cakupan Imunisasi di Kecamatan Lubuk Kilangan.......................................23
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................................................24
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................26
5.2 Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2

:
:
:

Halaman
Patogenesis Infeksi Campak
5
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2015
22
Cakupan Imunisasi Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan 23
tahun 2015

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1

:
:
:
:

Karakteristik Campak
Jadwal Imunisasi Anak umur 0-18 tahun
Vaksin Campak
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

iii

Halaman
7
13
15
22

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan
suatu Negara. Masalah kesehatan yang dihadapi dunia antara lain adalah penyakit
campak. Campak dan polio adalah penyakit yang sangat potensial untuk
menimbulkan wabah.1
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,
sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum muncul
ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.2 Campak timbul karena
terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program imunisasi campak
dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali meningkat.3
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang
dari 5 tahun. Di Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147
kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.2 Berdasarkan laporan DirJen
PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan
jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173
kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia
pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi

pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun
(3383 kasus).3
Menurut Permenkes RI No 75 tahun 2015, Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Program pengendalian dan pencegahan penyakit merupakan
upaya kesehatan masyarakat esensial dimana salah satunya adalah penyakit campak.
Salah satu upaya untuk mengurangi penyakit campak adaalah dengan menggalakkan
imunisasi campak.5
Dari data Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2014 dan 2015, didapatkan
perbandingan cakupan imunisasi campak mengalami peningkatan dari 77,40%
menjadi 94,30%.4 Namun, angka cakupan campak ini mengalamin penurunan pada
dua kelurahan yaitu koto lalang dan padang besi. Berdasarkan uraian diatas, penulis
tertarik untuk mengetahui cakupan imunisasi campak di Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana
penyakit campak dan pencegahannya dengan imunisasi campak?
1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah memberikan gambaran bagaimana

pencegahan penyakit campak dengan imunisasi campak.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pelaksanaan program imunisasi campak Puskesmas
Lubuk Kilangan.
2. Untuk mengetahui pencapaian imunisasi campak dalam program
pengendalian dan pencegahan penyakit di Puskesmas Lubuk Kilangan.
3. Untuk mengetahui kendala dan permasalahan imunisasi dalam upaya
pencegahan campak di Puskesmas Lubuk Kilangan
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur dan laporan Puskesmas Lubuk Kilangan, analisis dan diskusi
bersama pemegang program imunisasi Puskemas Lubuk Kilangan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Campak


2.1.1
Definisi
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita.2
2.1.2

Etiologi dan Patogenesis

Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus,famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus
gondongan (mumps), virus parainfuenza, virus human metapneumovirus, dan RSV
(Respiratory Syncytial Virus).6
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat,
apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar
virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari. Tanpa media
protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar
ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile karena
selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama
10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit.7
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran
ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe.
Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5

sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan
saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah, saluran
pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang.
Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan
makrofag.6
Tabel 2.1 Patogenesis infeksi campak7
Hari
0

1-2
2-3
3-5

5-7
7-11
11-14
15-17

Patogenesis
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
permukaan epitel nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi
terjadi di sel epitel dan virus bermultiplikasi
Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat
pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial regional dan
kemudian menyebar.
Viremia sekunder
Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ
tubuh lain.
Viremia berkurang dan menghilang.

2.1.3
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).7
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi,terdiri dari tiga stadium:

Stadium prodromal: berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai


dengan demam yang dapat mencapai 39,50C 1,10C. Selain demam, dapat
5

timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa


rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran
pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif
terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa
buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3
demam.8 Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang,
di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini
hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya

luput saat pemeriksaan klinis.9


Stadium eksantem: timbul ruam makulopapular dengan penyebaran
sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya
ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya
memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. 7 Jika
demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan

adanya komplikasi.10
Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam
berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang
dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.7

Gambar 2.1 Karakteristik Campak11


2.1.4
Diagnosis

Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang

mulai timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh.


Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan
ruam makulopapular.
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga
dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak
hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam (Maldonado, 2012).
IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan

2.1.5

sesudah infeksi.8
Pengobatan penyakit campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat

yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan

istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak
harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan
memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan
berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi
pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat
komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul
seperti :

Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka
perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk
mengurangi oedema otak, di samping peomberian kortikosteroid, perlu

dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.


Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4
dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.

Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.


Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan

intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.8


2.1.6
Pencegahan Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak
memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua
anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang

perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling


nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk
terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktorfaktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk
mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi
juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat
beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien Campak adalah
definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan Campak, pengelolaan
Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
Campak.

Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak
dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada
bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz
vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini
diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh

diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati,

penderita leukemia.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
Edukasi dan pengelolaan Campak memegang peran penting untuk

meningkatkan kepatuhan pasien berobat.9


2.2 Imunisasi Campak
2.2.1 Definisi Imunisasi
Menurut Permenkes No 42 Tahun 2013, ada beberapa definisi yaitu,

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan.


Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,

10

protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan


menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi

tertentu.
Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi.12

2.2.2 Penanggulangan Campak


Menurut

Permenkes

RI

No.

42

tahun

2013,

Kegiatan

imunisasi

diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi
diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan
penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.12
Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit
Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/reservoir Campak hanya pada
manusia serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin
85% dan dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 15 tahun setelah eliminasi. Word
Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya eradikasi
(pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada
setiap tahap yaitu :

Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
Tahap Pengendalian Campak

11

Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi


Campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan
morbitas Campak yang tinggi.

Tahap Pencegahan KLB


Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi 80% dan merata,

terjadi penurunan tajam kasus dan kematian.


Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi 95% dan daerah-daerah dengan cakupan

imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak sudah sangat jarang
dan KLB hampir tidak pernah terjadi.

Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak

ditemukan.
Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun13

Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen


yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi
12

usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Vaksin
campak tidak usah diberikan pada saat 2 tahun kalau sudah diberikan MMR pada usia
15 bulan.13

Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada


temperature antara 2C - 8C atau 4C, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar
matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya
tahan 4 jam.
2.2.3 Cara Melakukan Imunisasi Campak
1. Persiapan
a) Cuci tangan
b) Periksa VVM dan tanggal kadaluarsa vaksin campak
c) Goyang botol atau ampul vaksin pastika semua bubuk ada pada dasar
d)
e)
f)
g)

botol
Pastikan suhu vaksin campak dan pelarut sama (2-80C) saat pelarutan
Amati ampul dan botol pelarut pastikan tidak retak
Baca label pada ampul atau botol pelarut pastikan tidak retak.
Baca label pada ampul atau botol pelarut pastikan berasal dari pabrik

yang sama dengan vaksin dan masa kadaluarsa belum lewat.


h) Buka ampul kaca (pelarut)
i) Sedot pelarut dalam semprit pencapur
j) Masukkan ke dalam ampul/ vial secara pelan-pelan agar vaksin dan
pelarut benar-benar tercampur.
2. Pelaksanaan
a) Bersihkan kulit dengan kapas kering dan air matang.
b) Tunggu hingga kering.
c) Suntikkan vaksin campak dosis 0,5 cc di lengan kiri atas luar dengan
cara subcutan.
d) Setelah vaksin campak masuk, jarum dikeluarkan.

13

e) Pada tempat bekas lokasi suntikan, kemudian ditekan dengan kapas


baru yang kering. Jangan memijat-mijat daerah bekas suntikan.
Jika ada perdarahan kapan tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga
darah berhenti
3. Penyelesaian
a)
Semua alat suntik setelah digunakan dimasukkan ke dalam kotak
b)

pengaman tanpa menutup kembali tutup jarumnya.


Cuci tangan.14
Gambar 2.3 Vaksin Campak

2.3 KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah
kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun
efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan
program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat
ditentukan.12
Klasifikasi lapangan menurut WHO Western Pasific (1999 ) untuk petugas
kesehatan di lapangan untuk memilah KIPI dalam lima kelompok penyebab, yaitu
kesalahan program, reaksi suntikan, reaksi vaksin, koinsiden, dan sebab tidak

14

diketahui. Klasifikasi lapangan ini dapat dipakai untuk pencatatan dan pelaporan
KIPI.
a. Kesalahan program / teknik pelaksanaan (programmatic errors)
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan
teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi
pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
dosis antigen (terlalu banyak)
lokasi dan cara menyuntik
sterilisasi semprit dan jarum suntik
jarum bekas pakai
tindakan aseptik dan antiseptic
kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
penyimpanan vaksin
pemakaian sisa vaksin
jenis dan jumlah pelarut vaksin
tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi
kontra dan lain-lain)
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila
terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.
Upaya untuk mencegah program error (VSQ 1996)
15

Alat suntik steril utk setiap suntikan


Pelarut vaksin yg sudah disediakan oleh produsen vaksin
Vaksin yg sudah di larutkan segera dibuang setelah 6 jam
lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain vaksin
Pelatihan vaksinasi dan supervisi yg baik
Program eror dilacak, agar tidak terulang kesalahan yg sama
b. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung dan harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing,
mual, sampai sinkop. Reaksi ini tidak berhubungan dengan kandungan yang
terdapat pada vaksin, sering terjadi pd vaksinasi masal yaitu :

Syncope /fainting
Sering pada anak > 5 tahun ,
Terjadi beberapa menit post imunisasi ,
Tidak perlu penanganan khusus.
Hindari stress saat anak menunggu,
Hindari trauma akibat jatuh/ posisi sebaiknya duduk.

Hiperventilasi akibat ketakutan

Beberapa anak kecil terjadi muntah, breath holding spell, pingsan.

16

Kadang menjerit, lari bahkan reaksi seperti kejang (penderita ini


perlu diperiksa)

Beberapa anak takut jarum, gemetar, histeria.

Penting penjelasan dan penenangan


Pencegahan reaksi KIPI Reaksi suntikan dengan :

Teknik penyuntikan yang benar


Suasana tempat penyuntikan yang tenang
Atasi rasa takut yg muncul pd anak yg lebih besar
c. Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi
terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya
ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi
anafilaktik sistemik dengan risiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi
dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai
indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan
perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin
lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana
imunisasi.
Reaksi vaksin terdiri atas :
1. Reaksi lokal :

17

Rasa sakit di tempat suntikan.


Bengkak-kemerahan ditempat suntikan sekitar 10 %
Bengkak pada suntikan DPT dan tetanus sekitar 50%
BCG scar terjadi minimal setelah 2 minggu kemudian ulserasi dan sembuh
setelah beberapa bulan.
2. Reaksi Sistemik :
o Panas pada sekitar 10%, kecuali DPT hampir 50%, juga reaksi lain seperti
iritabel, malaise, gejala sistemik.
o MMR dan campak, reaksi sistemik disebabkan infeksi virus vaksin. Terjadi
panas dan atau rash dan konjungtivitis pada 5-15% dan lebih ringan
dibandingkan infeksi campak tetapi berat pada penderita imunodefisiensi.
o

Pada mumps terjadi reaksi vaksin pembengkaan kelenjar parotis, rubela


terjadi rasa sakit sendi 15 % dan pembengkaan limfonodi.

o OPV kurang dari 1% diare, pusing dan sakit otot.


3. Reaksi vaksin berat :
a.

Kejang

b.

Trombositopenia

c.

Hypotonic hyporesponsive episode/HHE

d.

Persistent inconsolable screaming bersifat

self-imiting

dan

tidak

merupakan long-term problems


e.

Anafilaksis, potential menjadi fatal tetapi dapat disembuhan tanpa longterm effects

18

f.

Ensefalopati akibat imunisasi measles atau DTP

Pencegahan terhadap reaksi vaksin:

Perhatikan indikasi kontra.

Vaksin hidup tidak diberikan kepada anak dengan defisiensi


imunitas.

Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yg ringan dan


dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan.

Parasetamol dapat diberikan 4x sehari untuk mengurangi gejala


demam dan rasa sakit.

Mengenal dan mampu mengatasi reaksi anafilaksis.

Lainnya disesuaikan dengan reaksi ringan/berat yang terjadi


atau harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap.

d. Faktor kebetulan (koinsiden)


Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi.
Indikator faktor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik
serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.
e. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan
ke dalam salah satu penyebab.
BAB 3
19

ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis Lubuk Kilangan


Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kota Padang yang terdiri dari tujuh kelurahan dengan luas wilayah +85,99
km2.4 Tujuh kelurahan tersebut terdiri dari:
a.

Kelurahan Batu Gadang

: 19.29 Km2

b.

Kelurahan Indarung

: 52.1 Km2

c.

Kelurahan Padang Besi

: 4.91 Km2

d.

Kelurahan Bandar Buat

: 2.87 Km2

e.

Kelurahan Koto Lalang

: 3.32 Km2

f.

Kelurahan Baringin

: 1.65 Km2

g.

Kelurahan Tarantang

: 1.85 Km2

Kondisi daerah ini terdiri dari 40% dataran rendah dan 60 % dataran tinggi .
Curah hujan 471 mm / bulan dan temperatur antara 28 0 310C. Batas wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

20

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015
3.2 Kondisi Demografis Lubuk Kilangan
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7

Kelurahan
Bandar Buat
Padang Besi
Indarung
Koto Lalang
Batu Gadang
Baringin
Tarantang
Jumlah

Jumlah KK
2.743
1.610
2.632
1.550
1.489
244
439
10.707

Jumlah Jiwa
14.359
6.797
11.069
6.563
6.480
2.277
2.460
50.032

RT
43
20
44
31
21
5
7
171

RW
11
4
12
8
5
2
2
44

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan


adalah sebanyak 50.032 jiwa dengan jumlah KK 10.707, RT sebanyak 171 dan RW

21

sebanyak 44 dengan rata-rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk


489/km.
3.3 Cakupan Imunisasi Campak
Tabel 3.2 Cakupan imunisasi campak puskesmas lubuk kilangan tahun 2014 dan
2015
Kelurahan
Tahun 2014
Tahun 2015
Bandar Buat
49.60%
93.20%
Padang Besi
100%
98.60%
Indarung
73.10%
99.10%
Koto Lalang
83.10%
97.10%
Batu Gadang
83.60%
100%
Baringin
91.50%
100%
Tarantang
77.40%
94.30%
Puskesmas
75.20%
98.10%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015
Berdasarkan Laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015, pada
umumnya didapatkan peningkatan cakupan imunisasi campak pada kecamatan Lubuk
Kilangan kecuali kelurahan Padang besi. Capaian tertinggi pada tahun 2015 yaitu
pada kelurahan batu gadang dan baringin yaitu 100%. 4

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Program Imunisasi di Puskesmas Lubuk


Kilangan
22

Program Imunisasi merupakan suatu program pencegahan dan pemberantasan


penyakit dibawah program UKM esensial. Menurut Permenkes RI No. 42 Tahun
2013, Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai
tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi
(PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak,
Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa cakupan campak menunjukkan
peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 dimana terdapat dua kelurahan yang
mencapai 100% yaitu kelurahan batu gadang dan baringin. Namun, terjadi penurunan
pada kelurahan Padang Besi.
Berdasarkan diskusi dengan pemegang program, untuk menjalankan program
imunisasi campak dilakukan penyuluhan di posyandu saat turun ke lapangan, lalu
bersama kader melakukan penyuluhan dan imunisasi door to door ke rumah-rumah
warga. Pelaksanaan posyandu dilakukan pada minggu pertama dan kedua setiap
bulannya, dimana setiap bayi berumur 9 bulan dan batita umur 2 tahun akan
dilakukan imunisasi dasar dan lanjutan campak dan bisa juga datang ke puskesmas
langsung.
4.2 Gambaran Capain Imunisasi Campak Puskesmas Lubuk Kilangan
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2015,
cakupan imunisasi campak pada tahun 2015 mencapai target yaitu 98,10%.
Sedangkan, target capaian cakupan imunisasi dasar dan lanjutan campak dari Dinas
Kesehatan Kota Padang tahun 2015 adalah 92% dan 30% dari jumlah batita. Hal ini
23

juga didukung oleh Dinas Kesehatan Kota dimana, setiap 3 bulan pemegang program
akan di evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Namun, pada kelurahan Padang Besi
itu mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan, domisili penduduk yang tidak tetap.
Pada umumnya penduduk Kelurahan Padang Besi menyewa rumah dan sering
berpindah tempat.
4.3 Gambaran Kendala dan Permasalahan Imunisasi Campak di Puskesmas
Lubuk Kilangan
Dalam pelaksanaan imunisasi, kader dan pemegang program terkadang
mengalami kendala. Hal ini terkait dengan isu vaksin palsu yang membuat
masyarakat tidak percaya dengan pemberian vaksin. Masyarakat menganggap hal itu
dapat berdampak buruk pada anak mereka. Dan juga setelah pemberian vaksin
campak, ada beberapa bayi yang mengalami demam. Hal itu dianggap sebagai
keburukan dari imunisasi.
Hal yang paling ditakutkan oleh masyarakat setelah pemberian imunisasi
adalah KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). KIPI yang terjadi di Lubuk Kilangan
itu biasanya adalah pembengkakan ditempat suntikan dan demam. Namun, biasanya
hal tersebut dapat hilang setelah 24-48 jam, kalau tidak membaik dalam jangka waktu
tersebut biasanya orang tua akan membawa bayi dan balita ke puskesmas.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Puskemas Lubuk Kilangan sebagai salah satu institusi UPTD telah
melaksanakan program Imunisasi sesuai SOP.
24

2. Pencapaian Imunisasi Campak di Puskesmas Lubuk Kilangan sudah mencapat


target.
3. Kendala dalam imunisasi campak ialah dengan adanya isu vaksin palsu dan
kejadian ikutan pasca imunisasi.
5.2 Saran
1. Sebaiknya petugas puskesmas lebih gencar untuk melakukan penyuluhan dan
mengklarifikasi tentang isu vaksin palsu dan kejadian ikutan pasca imunisasi.
2. Sebaiknya pemegang program dan kader secara bersama mengatasi
permasalahan dengan mengadakan evaluasi setelah kegiatan imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes, RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
2. World Health Organization. Measles [Internet]. 2015 February [cited 2015
June
11].
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

25

3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2014. Jakarta;
2015. p. 25-7
4. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014
6. Maldonado, Y. 2012. Campak ( Rubeola). Penyakit Infeksi. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Volume 2. Jakarta: EGC. 1068-1071
7. Cherry JD. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ,
Steinbach WJ, editors. Feigin & Cherrys textbook of pediatric infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.;
2014 (Vol 2.). p. 2373-94.
8. The American Academy of Pediatrics. Measles. Early release from red book
2015 Report of the Committee on Infectious Diseases [Internet]. 2015
February 20 [cited 2015 June 11].
Available
from:
http://redbook.solutions.aap.org/DocumentLibrary/2015RedBookMeasles.pdf
9. Soegijanto S, Salimo H. Campak. In: Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro
SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman imunisasi di
Indonesia. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2011. p. 341-5.
10. Khuri-Bulos N. Measles. In: Elzouki AY, Harfi HA, Nazer HM, Stapleton FB,
Oh W, Whitley RJ, editors. Textbook of clinical pediatrics. 2nd ed. Berlin:
Springer; 2012. p. 1221-7.
11. Info Imunisasi. Campak bisa dicegah dengan imunisasi [image on the
Internet]. 2012 July 17 [cited 2016 October 11] Available from:
http://infoimunisasi.com/headline/campak-bisadicegahdengan-imunisasi/
12. Permenkes No. 42 Tahun 2013 Tentang Imunisasi
13. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI Tahun 2014
14. Standar Operasional Prosedur Program Imunisasi Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2016

26

Anda mungkin juga menyukai