Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Farmasi merupakan cabang keilmuan yang membahas tuntas tentang
cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi,

mengidentifikasi,

mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan


juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara
aman. Dalam mendalami ilmu kefarmasian tidak menoton cabang
keilmuan yang menjadi pendukung utama adalah kimia, karena tidak
hanya kimia, farmasi juga ada hubungannya dengan cabang ilmu lain,
seperti biologi, fisika, dan cabang ilmu lainnya.
Dalam farmasi ada ilmu khusus yang mempelajari hubungan ilmu
farmasi dengan ilmu fisika, yaitu farmasi fisika, dimana dalam ilmu ini
kita fokus mempelajari segala hal yang ada hubungan dengan keefektifan
suatu zat yang digunakan dalam sedian. Salah satunya adalah ukuran
partikel suatu zat ( Sinko, 2006 ).
Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran
partikel ini cukup kecil. Mikromeritik dapat didefinisikan sebagai cabang
ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel kecil. Masalah seperti
ukuran partikel ini dalam bidang farmasi sangat diperhitungkan sekali atau
dapat dikatakan sangat penting. Pengetahuan dan pengendalian ukuran,
serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran,
dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan
secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat.
Secara

klinik

ukuran

partikel

suatu

obat

dapat

mempengaruhi

penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral,


parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi,
emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga
bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut.
Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel
1

penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan


pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat seorang
farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik
yang baik ( Martin, 1994).
Pokok bahasan ini dibahas dalam mikromeritik, dimana seperti
yang kita ketahui mikromeritik adalah ilmu yang khusus membahas
tentang ukuran partikel suatu zat baik dari ukuran dan sifat-sifat zat.
Menegetahui dan menguasai ilmu ini sangat penting bagi seorang farmasi,
karena kebanyakan bahan dasar pembuatan sediaan dalam farmasi bentuk
awalnya adalah serbuk, dan serbuk ini yang akan diformulasikan menjadi
suatu sediaan.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dilakukan percobaan untuk
menentukan ukuran partikel dari Laktosa dan Mg Stearat dengan
menggunakan metode ayakan.
I.2

Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan


Untuk mengetahui dan memahami cara pengukuran diameter
partikel suatu zat dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengukur diameter partikel dari Laktosa dan Mg Stearat
dengan metode ayakan .
I.3

Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan
residu yang tertiggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada
ayakan dari nomor Mesh terendah ke nomor Mesh tertinggi yang
digerakkan dengan tangan dengan waktu dan kecepatan tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Ilmu dan teknologi partikel kecil disebut mikromeritik oleh Dalla
Valle. Pengetahuan dan pengendalian ukuran serta kisaran ukuran partikel
sangat penting dalam farmasi. Jadi, ukuran dan karenanya juga luas
permukaan dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat
kimia, fisika dan farmakologi dari suatu obat.Secara klinik, ukuran partikel
suatu obat dapat mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan
yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal.(Alfred,1993).
Mikromeritik adalah ilmu atau teknologi untuk mengukur
keseragaman ukuran partikel. Banyak metode tersedia untuk menentukan
ukuran partikel. Diantaranya ada 3 metode utama yang sering digunakan
dalam bidang farmasi serta metode yang merupakan ciri dari suatu prinsip
khusus, metode-metode tersebut yaitu :
1. Mikroskopis optik.
Mikroskopis optik adalah metodeyang digunakan untuk
mengukur partikel yang ukurannya berkisar dari 0,2 m sampai kirakira 100 m. sediaan yang diukur partikelnya menggunakan metode ini
yaitu suspensi dan emulsi. Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi
atau suspensi, diencerkan dan dinaikan pada suatu slide.Di bawah
mikroskop tersebut, pada tempat dimana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.Hasil yang
terlihat dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa
dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar
untuk diukur (Alfred, 1993).
Dalam metode mikroskopis pengkuran diameter rata-rata dari
sistem diperoleh dengan pengukuran partakel secara acak sepanjang
garis yang ditentukan. Partikel yang tersusun secara acak diatur
diameternya dengan frekuensi yang sama dalam berbagai arah,

sehingga partikel tersebut dianggap sebagai partikel yang berbentuk


bola dengan diameter yang sama. Untuk memperoleh data yang
statistik

minimal

harus

diukur

200

partikel

pada

serbuk

pharsetik.Pengukuran biasanya dengan menggunakan mikroskopik


mempunyai data pisah yang bagus.Alat optik mikroskopik harus
mempunyai jarum penunjuk yang digerakkan dengan kalibrasi
mikrometer sekrup (Robert, 2013).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang
diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi
panjang dan lebar.Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk
mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini.Untuk
jumlah yang di ukur menggunakan metode ini harus sekitar (300-500)
partikel untuk mendapatkan suatu perkiraan yang baik (Alfred, 1993).
2. Metode Ayakan
Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh The National Bureau of Standards.Ayakan umunya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika
digunakan dengan sangat hati-hati. Ayakan-ayakan tersebut bisa
digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer
(ayakan nomor 235). Menurut metode U.S.P. untuk menguji kehalusan
serbuk suatu massa atau sampel tertentu ditaruh diatas suatu ayakan
yang cocok dan digoyangkan secara mekanis. Serbuk tersebut
digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan bahan yang melalui
satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta
dikumpulkan, kemudian ditimbang. Cara lain adalah dengan
menetapkan partikel-partikel pada ukuran rata-rata aritmatik (hitung)
atau geometris dari kedua ayakan tersebut (Alfred, 1993).
Metode ayakan merupakan metode yang paling sederhana
untuk mengukur ukuran rata-rata partikel.Ayakan dapat dibuat dari
kawat dengan ukuran lubang tertentu, dimana lubang dinyatakan dalam
ukuran inci untuk mendapatkan analisis yang lebih rinci. Pada cara ini,

ayakan disusun bertingkat dimulai dari ayakan yang paling kasar


diletakkan paling atas pada mesin penggerak dilanjutkan sampai pada
ayakan paling halus yang diletakkan paling bawah. Suatu saampel
ditimbang dan ditaruh diatas ayakan dan digerakkan dengan mesin
penggerak.Sisa dari sampel yang tertinggal pada setiap ayakan diambil
untuk kemudian ditimbang.

Sampel

yang diukur partikelnya

menggunakan metode ini contohnya granul-granul tablet (Alfred,


1993).
3. Metode Sedimentasi/Pengendapan
Pada metode ini ditentukan kecepatan tenggelammnya partikel
dalam ketergantungannya dari ukuran, bobot jenis dan bentuknya
dalam bidang gaya berat (analisis pipet, timbangan sedimentasi,
fotosedimentimeter) atau dalam bidang gaya sentrifugal. Dasar dari
aturan ini adalah hukum stokes :
V=

d 2( s o)g
18

Hukum ini dapat diterapkan untuk partikel-partikel yang


berbentuk tidak beraturan dari berbagai ukuran selama seseorang
menyadari bahwa garis tengah yang diperloleh adalah suatu ukuran
partikel relatif yang ekuivalen dengan sebuah bola yang jatuh pada
kecepatan yang sama dengan pertikel-partikel yang sudah diamaati.
Beberapa metode berdasarkan sedimentasi diantaranya yang penting
adalah, metode pipet, metode timbangan dan metode hydrometer
(Alfred, 1993).
Pentingnya mempelajari mikromeritik adalah :

Menghitung luas permukaan


Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara oral,

sutikan dan topical


Pembuatan obat bentuk emulsi dan suspensi
Stabilitas obat (tergantung ukuran patikel).

Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel


adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat
dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk
menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear.
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya
harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang
ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan
yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama.
Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa
(Parrot,1970).
Jenis jenis serbuk diantaranya (Anief, 1998) :
1. serbuk sangat kasar adalah serbuk 5/8
2. serbuk kasar adalah serbuk 10/40
3. serbuk agak kasar adalah serbuk 22/60
4. serbuk halus adalah serbuk 85
5. serbuk sangat halus adalah serbuk 120
6. serbuk sangat halus sekali adalah serbuk 200/300
Metode umum untuk menentukan luas permukaan dengan dua cara yaitu :

Metode absorbsi, partikel-partkel dengan luas permukaan spesifik bear


merupakan absorben yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas
dari larutan. Absorbsi dan desrbsi dai gas nitrogen pada sampel serbu
tersebut diukur dengan suatu detektor konduktivitas panas jika suatu
campuran helium dan nitrogen dilewatkan melalui suatusel yang

mengandung serbuk tersebut.


Metode permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu
cairan, melalui suatu sumbat dari serbuk kompak adalah luas
permukaan dari serbuk tersebut. Makin besar luas permukaan per gram

serbuk, makin bear pula tahanan untuk mengalr. Selanjutnya,


permeabilitas untuk suatu tekanan yang diberikan turun sepanjang
sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan luas permukaan spesifik.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel
sangat pentingdalam farmasi.
1.

Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi


pelepasan zat aktif dariberbagai bentuk sediaan yang diberikan baik
secara oral (melalui mulut), parenteral(injeksi), rectal (melalui anus)

maupun topical (melalui kulit).


2. Di bidang pembuatan pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian
ukuran partikelsangat penting dan banyak membantu dalam mencapai
sifat aliran yang diperlukandan pencampuran yang benar dari granul
dan serbuk.
3. Suatu formulasi yang baik, yaitu sediaan (obat jadi) berupa suspensi,
emulsi, maupuntablet, dilihat dari segi kestabilannya

secara fisik

maupun farmakologik (efek, khasiatobat) akan tergantung pada ukuran


partikel yang terdapat dalam obat jadi tersebut.
II.2

Uraian Bahan

II.2.1 Alkohol(FI III, 1979)


Nama resmi

: Aethanolum

Sinonim

: Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Rumus molekul

: C2H6O

Rumus struktur

Berat molekul

: 46,07

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,
mudah terbakar dan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform


P dan dalam eter P.
7

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari


cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh


kuman.

II.2.2 Laktosa(HOPE 252-261; FI III, 1979)


Nama resmi

: Laktosa

Sinonim

: Saccharum lactis

Rumus molekul

: C12H22O11.H2O

Rumus struktur

Berat molekul

: 36,30

Pemerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak


manis.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform


P dan dalam eter P.

Kelarutan

Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian

air mendidih, sukar larut dalam etanol 95%, praktis


tidak larut dalam klorofrom P dan dalam eter P.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup biak

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan.

II.2.3 Magnesium stearat(FI IV 1995; excipients ed V, 432 )


Nama resmi

: Magnesii stearas

Sinonim

: Magnesium stearat

Rumus molekul

: C16H70MgO4

Rumus struktur

Berat molekul

: 46,07

Pemerian

: Serbuk halus putih, licin dan mudah melekat


pada kulit, bau lemah khas.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95 %


dan dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan.

BAB III
9

METODE PRAKTIKUM
III.1
III.1.1

Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu Praktikum
Hari
: Rabu
Tanggal
: 12 Oktober 2016
Jam
: 14.00 18.00 WITA
III.1.2
Tempat Praktikum
Laboratorium : Farmasetika
Kampus
: 1 (satu) Universitas Negeri Gorontalo
III.2
Alat dan Bahan
III.2.1
Alat
No

Gambar

Nama Alat

Fungsi

Ayakan mesh

Alat untuk

(44, 60,100)

mengayak
sampel

Aluminium foil

Menutupi
sampel yang
terisi di
cawan
porselen

10

Cawan porselen

Wadah untuk
meletakkan
bahan

Neraca analitik

Alat untuk
menimbang
berat bahan

Sendok tanduk

Untuk
mengambil
bahan yang
berbentuk
serbuk

III.2.1 Bahan

11

No

Gambar

Nama Alat

Alkohol 70%

Fungsi
Membersihkan
alat dari kotoran
dan
mikroorganisme

Laktosa

Sebagai sampel

Magnesium

Sebagai sampel

stearat

Tisu

untuk
membersihkan
alat

Tisu basah

Untuk
membersihkan
kotoran yang
sukar dibersihkan

12

III.3

Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan ayakan dari sisa-sisa bahan yang tertinggal sebelumnya
menggunakan alkohol 70%.
3. Disusun ayakan dari nomor ayakan 44,60,dan 100.
4. Ditimbang laktosa dan magnesium stearat sebanyak 25 gr di neraca
analitik
5. Dimasukkan bahan kedalam pengayak paling atas.
6. Ditutup dan goyang pengayak dengan kecepatan yang konstan dalam
waktu 10 menit.
7. Ditimbang bahan yang tertinggal pada masing-masing ayakan di neraca
analitik
8. Dicatat berat yang diperoleh.
9. Dihitung diameter partikelnya
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1

HASL PENGAMATAN

IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan


Jenis
Sampel

No

BobotTerti

PersenTertin

Yang

Mesh

nggal (a)

ggal (d)

44
60
100

44
60
100

3,93g
8,451g
5,449g
17,789g
2,682g
13,882g
5,33g
21,894g

15,72%
33,804%
21,796%
71,32%
10,728%
55,528%
21,32%
87,576%

axd

Diameter
Rata-rata

diuji

Laktosa

Mg
Stearat

61,779
285,677
118,766
466,222
28,772
770,839
113,635
913,246

0,866m
4,005m
1,665m
6,535 m
0,328m
8,801m
1,297m
10,426 m

IV.1.2 Perhitungan
1. % Tertinggal =

jumlahbobot tertinggal
x 100 %
jumlah seluruh bobot yang ditimbang

a. Laktosa

13

3,93
x 100 %
= 25

% Tertinggal Mesh 44

= 15,72%

8,451
x 100 %
= 25

% Tertinggal Mesh 60

= 33,804%

% Tertinggal Mesh 100

5,33
x 100 %
= 25
= 21,32%

b. Mg Stearat

2,682
x 100 %
= 25

% Tertinggal Mesh 44

= 10,728%

13,882
x 100 %
= 25

% Tertinggal Mesh 60

= 55,528%

% Tertinggal Mesh 100


axd
d

2. Diameter rata-rata =
a. Laktosa

Pada Mesh 44 D =

5,33
x 100 %
= 25
= 21,32%

61,779
71,32

= 0,866 m

285,679
Pada Mesh 60 D = 71,32
= 4,005 m

118,766
Pada Mesh 100 = 71,32
= 1,665 m

b. Mg Stearat
14

Pada Mesh 44

28,772
= 87,576
= 0,328 m
770,839
= 8 7 ,576

Pada Mesh 60

= 8,801 m
113,635
Pada Mesh 100 = 8 7,576
= 1,297 m

3. Diameter Rata-rata
a. Laktosa

( a.d )
D = d
466,222
= 71,32
= 6,537

( a.d )
b. Mg Stearat D = d
913,246
= 87,576
= 10,428
IV.2 PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini metode yang akan digunakan untuk
mengukur partikel adalah metode ayakan. Ukuran lubang ayakan yang
digunakan dalam praktikum adalah Mesh. Lubang ayakan Mesh adalah
lubang yang akan dilalui oleh partikel dari bahan yang akan digunakan.
Jika nomor Mesh rendah maka ukuran lubangnya besar sebaliknya jika
nomor Mesh makin tinggi maka ukuran lubang mesh sangat kecil. Oleh
sebab itu ayakan disusun bertingkat dengan nomor Mesh terendah yang
diletakkan pada bagian atas dan nomor Mesh yang tinggi di letakkan
paling bawah. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Sinko 2006, dimana
prinsip dari nomor Mesh yaitu semakin besar nomor Mesh maka ukuran
partikel yang dihasilkan pula semakin halus.

15

Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dibersihkan alat


pengayak dari sisa-sisa bahan yang teringgal sebelumnya, tujuannya
adalah untuk menghindari kesalahan pada saat penghitungan hasil ayakan
yang disebabkan karena adanya

zat-zat yang dipakai yang menutupi

lubang-lubang ayakan (Sinko, 2006).


Percobaan ini menggunakan laktosa dan mg stearat yang digunakan
sebagai dasar sampel yang akan diukur partikelnya, adapun caranya adalah
sejumlah zat Laktosa dan Mg stearat ditimbang masing-masing 25 gram
dan dimasukkan dalam ayakan yang telah diurutkan dengan urutan dari
nomor Mesh yang kecil kenomor Mesh yang besar, yaitu dari nomor mesh
44, 60 dan 100. Hal ini disebabkan karena semakin besar nomor Mesh
maka partikel yang dihasilkan semakin halus. Kemudian ayakan digoyanggoyangkan selama 10 menit dengan kecepatan konstan tujuannya agar
menghindari kesalahan perhitungan setelah itu partikel yang melewati
setiap nomor Mesh tersebut ditimbang dan dicatat hasilnya (Sinko,2006).
Hasil penimbangan diperoleh bobot sampel laktosa yang tertinggal
pada ayakan nomor Mesh 44 yaitu 3,93 g dengan persentase 15,72 %, pada
ayakan nomor Mesh 60 yaitu 8,451 g dengan persentase 33,804% dan
pada ayakan terakhir nomor Mesh 100 yaitu 5,449 g dengan persentase
21,796 %. Sedangkan pada penimbangan sampel Mg Stearat diperoleh
bobot yang tertinggal pada ayakan nomor Mesh 44 yaitu 2,682 dengan
persentase 10,728 %, pada ayakan nomor Mesh 60 yaitu 13,882g dengan
persentase 55,728% dan pada ayakan nomor Mesh 100 yaitu 5,33g dengan
persentase 21,32%. Dari hasil pengamatan pada penimbangan, dapat
dilihat perbandingan sampel yang melewati di setiap nomor Mesh, yakni
jumlah Mg Stearat lebih banyak melewati ayakan dengan nomor Mesh 60,
sebanyak 13,882g dibandingkan dengan sampel Laktosa yang dapat
melewati ayakan dengan nomor Mesh 60 sebanyak 8,451 g. Jadi, dari hasil
tersebut untuk sampel Mg stearat serbuk paling banyak tertinggal pada
ayakan nomor 60, hal ini disebabkan karena serbuk pada dasarnya sudah

16

halus, jadi pada saat diayak banyak serbuk yang dapat melewati ayakan
nmor 44 dan 100.
Dari hasil di atas maka diperoleh hasil dari residu sampel sebanyak
pada nomor ayakan 60 sedangkan untuk nomor ayakan 44 memiliki residu
yang paling sedikit. Diameter rata-rata partikel untuk laktosa lebih kecil
yaitu 6,573 m, sedangkan untuk Mg Stearat diperoleh 10,428 m.
Kemungkinan kesalahan yang terjadi akibat dari ketidaksesuaian
dengan teori yaitu kecepatan yang selalu berubah-ubah atau tidak konstan
dan alat yang digunakan mengalami kerusakan akibatnya ada sebagian
sampel yang tertumpah.
Adapun ketidak berhasilannya suatu pengayakan didasarkan pada
kesalahan pengayakan yang akan timbul dari sejumlah variabel termasuk
beban ayakan dan lama serta intensitas pengayakan. Oleh karena itu
diperlukan kehati-hatian yang serius, untuk menjamin dan memastikan
bahwa teknik yang digunakan dapat diulang dengan hasil yang sama
sehingga distribusi ukuran partikel yang berbeda antara satu batch dengan
batch yang lainnya dari bahan tidak disebabkan karena kondisi
pengayakan yang berbeda (Alfred, 1993).

17

BAB V
PENUTUP
V.1

Kesimpulan
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang pengukuran partikel
kecil. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan mengenai
diameter partikel laktosa adalah 6,537 m dan diameter partikel mg stearat
adalah 10,428 m.

V.2

Saran
Peningkatan mutu dan kualitas laboratorium perlu di perhatikan.
Terlebih mengenai kelengkapan alat dan bahan yang akan digunakan selama
pelaksanaan praktikum. Untuk asisten diharapkan lebih mengawasi
praktikan agar kemungkinan kesalahan yang terjadi selama praktikum dapat
diminimalisir.

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen6 halaman
    Bab 4
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Uraikan Metode Sterilisasi
    Uraikan Metode Sterilisasi
    Dokumen2 halaman
    Uraikan Metode Sterilisasi
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Wa0040
    Wa0040
    Dokumen9 halaman
    Wa0040
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis
    Dermatitis
    Dokumen25 halaman
    Dermatitis
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • BAB 1-3 Fix,,-1
    BAB 1-3 Fix,,-1
    Dokumen15 halaman
    BAB 1-3 Fix,,-1
    Sitti Nurhidayah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Lengkap
    Laporan Lengkap
    Dokumen9 halaman
    Laporan Lengkap
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Nugi
    Nugi
    Dokumen6 halaman
    Nugi
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Vina
    Bab 3 Vina
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 Vina
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Tabel Evaluasi
    Tabel Evaluasi
    Dokumen2 halaman
    Tabel Evaluasi
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Io-2
    Cover Io-2
    Dokumen2 halaman
    Cover Io-2
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Io-2
    Cover Io-2
    Dokumen2 halaman
    Cover Io-2
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Tolak RUU MD3, AMPERA Dorong Demokrasi Rakyat
    Tolak RUU MD3, AMPERA Dorong Demokrasi Rakyat
    Dokumen1 halaman
    Tolak RUU MD3, AMPERA Dorong Demokrasi Rakyat
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • STERILISASI
    STERILISASI
    Dokumen60 halaman
    STERILISASI
    Amalia Ulfa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen18 halaman
    Bab I
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Vina
    Bab 3 Vina
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 Vina
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Namebox Nuur
    Namebox Nuur
    Dokumen1 halaman
    Namebox Nuur
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen19 halaman
    Epi Lepsi
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Daily Routines
    Daily Routines
    Dokumen1 halaman
    Daily Routines
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • KELARUTAN
    KELARUTAN
    Dokumen2 halaman
    KELARUTAN
    Suwandidam
    Belum ada peringkat
  • Metode Sterilisasi
    Metode Sterilisasi
    Dokumen21 halaman
    Metode Sterilisasi
    Nizami Aziz
    Belum ada peringkat
  • Dokumen - Tips - Laporan Injeksi Famotidin 05
    Dokumen - Tips - Laporan Injeksi Famotidin 05
    Dokumen35 halaman
    Dokumen - Tips - Laporan Injeksi Famotidin 05
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Benzodiazepines Indonesian2013
    Benzodiazepines Indonesian2013
    Dokumen2 halaman
    Benzodiazepines Indonesian2013
    Tan Sri
    Belum ada peringkat
  • K100050217
    K100050217
    Dokumen22 halaman
    K100050217
    Gatut Wicaksono
    Belum ada peringkat
  • Pembatas Farfis 2
    Pembatas Farfis 2
    Dokumen10 halaman
    Pembatas Farfis 2
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Dokumen10 halaman
    Dermatitis Atopik
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • Nurr Suspensi
    Nurr Suspensi
    Dokumen36 halaman
    Nurr Suspensi
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • DIGESTIVA DAN ANTI ULCER
    DIGESTIVA DAN ANTI ULCER
    Dokumen15 halaman
    DIGESTIVA DAN ANTI ULCER
    Tya
    Belum ada peringkat
  • 11dapus Halim 10060311133 SKR 2015
    11dapus Halim 10060311133 SKR 2015
    Dokumen2 halaman
    11dapus Halim 10060311133 SKR 2015
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat
  • PDF
    PDF
    Dokumen20 halaman
    PDF
    Nur Syamsiah Laisa
    Belum ada peringkat