Anda di halaman 1dari 8

Daerah Prospek Air Tanah Untuk Mencegah Bencana Kekeringan Di

Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung,


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Guritno Safitri1, Putra Herianto2*, Muhammad Isnain Al-Rizqi3, Wahyu Wilopo2
1

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter


Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
3
Program Studi Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*) corresponding author : putra.herianto@mail.ugm.ac.id
2

ABSTRAK
Bencana alam merupakan suatu hal yang sangat umum terjadi di Indonesia, salah satunya yang sering
dijumpai adalah bencana kekeringan. Daerah yang sering terkena bencana kekeringan umumnya
berada pada dataran dengan litologi batuan kristalin, contohnya adalah Pulau Belitung. Di Pulau
Belitung, salah satu daerah yang tersusun oleh Granit adalah desa Padang Kandis. Desa tersebut
memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.221 jiwa, dan total minimum kebutuhan air bersih di desa
tersebut mencapai 73.260 liter per hari, sedangkan diketahui bahwa daerah tersebut merupakan
daerah dengan kekeringan ekstrim (lebih dari enam puluh hari tanpa hujan berturut-turut). Oleh
karena itu, dilakukan pemetaan kedalaman muka air tanah, dan analisis kuantitatif dan kualitatif air
tanah selama bulan Juli-Agustus 2015 untuk menghasilkan peta potensi air tanah. Hasilnya
menunjukkan bahwa aliran air tanah relatif mengalir menuju Barat, dengan kedalaman muka air tanah
antara 0,138 meter di bawah permukaan laut. Didapatkan juga bahwa nilai total dissolved solids
(TDS) antara 29376 mg/L dan pH antara 3,14,8. Akhirnya, diketahui bahwa daerah Padang Kandis
bagian Barat Laut merupakan lokasi yang paling memiliki prospek air tanah. Diharapkan hasil
pemetaan potensi air tanah ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar ataupun pemerintah
Kabupaten Belitung sebagai master plan peninjauan kandidat lokasi pengeboran sumur bor
selanjutnya sebagai salah satu upaya pencegahan bencana kekeringan di desa Padang Kandis.
Kata kunci: Hidrogeologi, Solusi Kekeringan, Padang Kandis, Belitung.

Pendahuluan
Desa Padang Kandis terletak di
Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung,
Kepulauan Bangka Belitung. Desa Padang
Kandis terdiri dari tiga dusun, lima rukun
warga dan sembilan rukun tetangga. Luas
wilayah desa Padang Kandis sebesar 50,12 km
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 428
kepala keluarga dan jumlah penduduk
mencapai 1.221 jiwa. Secara geografis daerah
ini merupakan daerah pesisir, rawa-rawa dan
daratan rendah dengan karakteristik tanah yang
didominasi oleh berbagai mineral yang
umumnya berukuran pasir. Karakteristik tanah
tersebut merupakan salah satu potensi sumber
daya alam yang ada di desa Padang Kandis,
yaitu terdapatnya mineral yang kaya akan
timah. Keterdapatan mineral bijih timah ini
tidak hanya di Desa Padang Kandis saja,
melainkan di daerah lain di Kepulauan Bangka
Belitung, yang menjadikan Kepulauan Bangka
Belitung sebagai penghasil timah terbesar di
Indonesia.
2

Akan tetapi, di samping memiliki


potensi sumber daya mineral, Desa Padang
Kandis juga memiliki kecenderungan untuk
mengalami bencana kekeringan. Sumber air
utama di daerah ini merupakan air tanah yang
berasal dari air hujan yang meresap masuk ke
dalam tanah. Secara umum, curah hujan ratarata bulanan yang diterima Kabupaten
Belitung cukup tinggi, yaitu 163 mm. Akan
tetapi jumlah curah hujan tersebut tidak
konstan sepanjang tahun. Pada musim
kemarau, curah hujan menurun drastis. Pada
bulan September 2015, Kabupaten Belitung
tidak mengalami hujan sama sekali dan
termasuk daerah dengan kekeringan ekstrim
karena tidak mendapat hujan selama lebih dari
60 hari secara berturut-turut (BMKG Klas I
Pangkal Pinang, 2015). Debit air tanah
Kabupaten Belitung pada tahun 2010
mencapai 86.067 liter per detik (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Belitung, 2015), namun
jumlah tersebut menurun seiring datangnya
musim kemarau. Kecenderungan untuk

terjadinya kekeringan juga disebabkan oleh


kurangnya produktivitas sumur gali, yang
diakibatkan oleh turunnya muka air tanah,
serta kurangnya jumlah sumur gali di daerahdaerah yang potensial.
Dalam rangka mengantisipasi bencana
tersebut, diperlukan informasi mengenai
daerah-daerah
yang
berpotensi
untuk
menghasilkan air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan penduduk. Daerah potensial
tersebut ditandai dengan cadangan air tanah
yang besar serta kedalaman muka air tanah
yang rendah, sehingga memudahkan untuk
dibuat sumur gali. Informasi mengenai daerahdaerah tersebut dapat tergambarkan dalam peta
potensi air tanah. Peta potensi air tanah
merupakan peta tematik yang menggambarkan
potensi air tanah berdasarkan kedalaman muka
air tanah. Diharapkan dengan adanya peta
potensi air tanah ini, dapat memberikan
pemahaman pada pemerintah maupun warga
setempat akan letak daerah-daerah yang
potensial untuk pembuatan sumur gali maupun
instalasi lainnya demi pemenuhan kebutuhan
air dan mencegah terjadinya kekeringan.
Sehingga rumusan dari penelitian ini
adalah adanya suatu peta potensi air tanah yang
selanjutnya dapat digunakan dalam master
plan pemenuhan kebutuhan air masyarakat.
Daerah yang diteliti yaitu tiga dusun di Desa
Padang Kandis yakni, Dusun Padang Kandis,
Dusun Tembelan dan Dusun Batu Lobang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui lokasi-lokasi potensial untuk
pembuatan instalasi pengambilan air bersih di
Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong,
Kabupaten Belitung. Manfaat dari penelitian
ini antara lain: untuk membantu pemenuhan
kebutuhan air layak pakai di Desa Padang
Kandis, mengungkap lokasi-lokasi yang
berpotensi untuk dibuat sumur baru, serta
memberikan pemahaman pada masyarakat
tentang lokasi potensial untuk pembuatan
instalasi pengambilan air bawah tanah.

Tujuan
1. Membuat peta kedalaman air tanah dan
potensi air tanah,
2. Mencari lokasi yang berpotensi untuk
menghasilkan debit air yang lebih
banyak dengan kedalaman muka air
tanah yang lebih dangkal,
3. Mencari
solusi
atas
bencana
kekeringan yang terjadi.
Metode
Desa Padang Kandis terletak kurang
lebih tujuh puluh kilometer dari kota Tanjung
Pandan. Perjalanan menuju desa Padang
Kandis dapat menggunakan transportasi darat
berupa mobil ataupun transportasi umum yang
menuju ke arah Selatan Tanjung Pandan
dengan memakan waktu kurang lebih dua jam.
Metode yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu studi pustaka, observasi lapangan,
pemetaan hidrologi, dan pengujian komposisi
kimia air. Pengerjaan ketiga metode ini
dilakukan dimulai pada 1 Juli 2015 dan
berakhir pada 31 Agustus 2015. Studi pustaka
yang dilakukan meliputi pencarian informasi
mengenai data kebutuhan air masyarakat
Kabupaten Belitung, potensi air yang dimiliki
Kabupaten Belitung, serta pencarian data
sekunder yang bermanfaat untuk pemetaan
hidrologi nantinya. Data sekunder yang
dimaksud mencakup informasi mengenai
kondisi geologi, kondisi geomorfologi, serta
kondisi
hidrologi
daerah
penelitian.
Selanjutnya, dilakukan observasi secara
langsung di lapangan. Pada kegiatan ini,
dilakukan pengamatan terhadap pemanfaatan
air tanah, pengamatan kenampakan fisik air,
serta pengambilan sampel untuk pengujian
komposisi kimia air nantinya. Tahap yang
ketiga yaitu pemetaan hidrologi. Alat yang
digunakan yaitu GPS, buku catatan lapangan
dan meteran. Pada tahap ini dilakukan
pengambilan data di sejumlah titik sumur,
meliputi pencatatan koordinat lokasi titik yang
diamati dan pengukuran kedalaman muka air
tanah. Hasilnya adalah jaringan titik-titik yang

mengandung data hidrologi. Dari titik-titik ini


kemudian dibuat peta kontur kedalaman muka
air tanah dalam bentuk dua dimensi maupun
tiga dimensi. Proses pembuatan peta ini
dilakukan dengan aplikasi komputer yaitu
Surfer, ArcGIS dan Corel Draw. Peta kontur
kedalaman muka air tanah yang dihasilkan
selanjutnya ditampalkan dengan peta geologi
daerah penelitian untuk kemudian dihasilkan
lokasi-lokasi
potensial
yang
dapat
direkomendasikan sebagai titik pengeboran
sumur guna mengatasi masalah kekeringan
yang terjadi. Tahapan yang terakhir yaitu
menguji aspek kimia air tanah mencakup
derajat keasaman serta kandungan unsur Fe
untuk mengetahui kualitas air tanah. Pada
tahap ini digunakan alat yaitu pH meter dan
atomic absorption Spectroscopy (AAS).
Hasil dan pembahasan
i. Geomorfologi regional
Pulau
Belitung
menurut
Van
Bemmelen (1949), merupakan salah satu pulau
dalam deretan Kepulauan Lingga yang
termasuk dalam sabuk daerah penghasil timah
terbesar. Sabuk Timah ini terentang di sebelah
barat Semenanjung Malaya, melalui Singkep,
hingga Bangka dan Belitung. Secara
morfologi, Belitung merupakan daerah dengan
topografi rendah. Morfologi mayor yang
terdapat di Belitung adalah dataran rendah dan
dataran pantai, namun juga dijumpai sejumlah
bukit. Elevasi tertinggi berkisar 500 mdpl
terletak di Gunung Tajam di Kecamatan
Badau. Terdapat banyak lembah sungai yang
membawa endapan aluvial kaya akan bijiih
timah di sekitar Belitung.
ii. Stratigrafi regional
Litologi penyusun Pulau Belitung
menurut Baharuddin and Sidarto, 1995, terdiri
dari 7 formasi dengan umur paling tua
Permian-Karbon dan yang termuda Kapur.
Daerah penelitian tersusun oleh litologi berupa
granit tipe I dan endapan aluvial. granit
tergolong dalam formasi Adamelit Baginda

(Jma). Formasi ini tersusun oleh batuan dengan


ciri-ciri:
warna
abu-abu
kehijauan,
holokristalin, ekuigranular, dan berbutir kasar
atau fanerik. Mineral primer penyusun batuan
ini antara lain kuarsa, feldspar, plagioklas,
biotit, dan hornblende, dengan mineral
sekunder meliputi klorit, karbonat, limonit, dan
besi oksida.

bagian selatan, serta daerah akuifer sedang di

iii. Struktur geologi regional


Menurut Baharuddin dan Sidarto
(1995), struktur geologi yang terdapat di Pulai
Belitung adalah lipatan, patahan, kekar, dan
kelurusan. Arah memanjangnya sumbu lipatan
umumnya Barat Laut-Tenggara, sedangkan
arah sesar umumnya Timur Laut-Barat Daya.
Aktivitas tektonik ditengarai mulai pada
Zaman Permian-Karbon dan berhenti pada
akhir Zaman Kapur.

Gambar 1. Peta geologi daerah penelitian skala 1:100.000


(Baharuddin dan Sidarto, 1995)

Keterangan:

iv. Hidrogeologi regional


Menurut Sukrisna dan Sudadi (2002)
dalam Sukrisna (2004), berdasarkan litologi
akuifernya, keterdapatan air tanah di Pulau
Belitung dapat dikelompokkan dalam tiga
sistem akuifer dengan tingkat kelulusan batuan
yang berbeda, yaitu sistem akuifer dengan
aliran melalui ruang antar butir, rekahan dan
ruang antar butir, serta rekahan atau celahan.
Sukrisna (2004) menyatakan bahwa air
tanah Pulau Belitung terdapat dalam tiga
daerah sebaran akuifer, yang masing-masing
daerah mempunyai satu atau lebih wilayah
dengan produktivitas akuifer yang berbeda.
Tiga jenis daerah sebaran akuifer tersebut
adalah daerah wilayah akuifer dengan
produktivitas sedang, wilayah setempat
akuifer dengan produktivitas kecil dan wilayah
air tanah langka.
Berdasarkan peta keterdapatan air
tanah dan produktivitas akuifer P.BangkaP.Belitung oleh Sukrisna (2004), desa Padang
Kandis termasuk daerah yang memiliki akuifer
dengan air tanah langka dengan tingkat
kelolosan batuan berupa rekahan atau celah di

bagian utara. Di bagian selatan, akuifer


memiliki harga keterusan rendah, bersifat
setempat dan debit kecil. Ditemukan rekahan
dan sesar pada batuan yang mempunyai sifat
kedap air, dengan kelolosan rendah sampai
sedang pada zona pelapukan dan rekahan.
Sedangkan di bagian utara, akuifer memiliki
nilai keterusan rendah-sedang, muka air tanah
beragam, namun umumnya kurang dari 2
mdpl.
v. Hidrologi daerah penelitian
Data primer yang didapat dari
pengukuran secara langsung sejumlah titik di
daerah penelitian meliputi: koordinat dan
elevasi lokasi pengukuran, kedalaman muka
air tanah dangkal dan elevasi muka air tanah.
Setelah didapatkan data-data tersebut, dibuat
interpolasi kedalaman muka air tanah di daerah
penelitian.
Berdasarkan titik-titik pengukuran
tersebut,
daerah
penelitian
memiliki
kedalaman air tanah berkisar antara 0 hingga
38 mdpl. Dari data kedalaman muka air tanah

tersebut kemudian di buat peta kontur muka air


bawah tanah, yaitu peta elevasi muka air
bawah tanah dari permukaan laut. Peta kontur
muka air tanah di daerah penelitian
menunjukkan bahwa arah aliran air tanah
relatif dominan dari arah selatan menuju Barat
Laut (Gambar 2).
vi. Potensi air tanah
Menurut Todd (1980) dalam Wilopo &
Ferardi (2015), potensi air tanah meliputi
kuantitas dan kualitas air tanah. Kuantitas air
tanah diketahui dari distribusi akuifer secara
vertikal maupun lateral serta nilai storativitas.
Sedangkan kualitas air tanah diketahui dari
analisis sifat fisik maupun kimia air tanah.
a. Kuantitas air tanah
Daerah penelitian secara umum dapat
dibagi menjadi tiga zona yaitu zona Dusun
Padang Kandis, Dusun Tanjung Tembelan, dan
Dusun Batu Lobang. Luas Dusun Padang
Kandis yaitu 15.683.997,184 m2, Dusun
Tanjung Tembelan 9.520.124,326 m2, dan
Dusun Batu Lobang 16.958.181,737 m2.
Berdasarkan peta geologi daerah
penelitian (gambar 1), litologi daerah
penelitian tersusun atas dua jenis litologi yaitu
batuan granit yang merupakan batuan kristalin,
serta dataran aluvial yang merupakan endapan
lepas berukuran pasir. Batuan granit dapat
digolongkan sebagai batuan kompak yang
terkekarkan atau telah mengalami retakan
akibat pelapukan terutama di bagian
permukaannya. Dari data tersebut, dapat
diketahui daerah penelitian terdiri akuifer pasir
dan akuifer granit terkekarkan. Ketebalan
akuifer pasir diasumsikan sebesar 20 m dengan
persebaran merata, mengingat endapan aluvial
memiliki ketebalan umumnya tidak lebih dari
20 m. Sedangkan ketebalan akuifer granit
terkekarkan diasumsikan setebal 30 km secara
merata, mengingat ketebalan kerak benua
sebesar 30-50 km. Nilai storativitas untuk pasir
adalah 0,23 (Todd, 1980, dalam Wilopo &
Ferardi, 2015). Nilai storativitas untuk granit

terkekarkan menurut Domenico and Mifflin,


1965 dalam Batu, 1998 adalah 6,89 x 10-5
3,28 x 10-6. Dari nilai tersebut, diasumsikan
diambil nilai paling besar yaitu 6,89 x 10-5.
Volume cadangan statis air tanah
diketahui dengan mengalikan ketebalan
akuifer, luas daerah, dan storativitas. Zona
Dusun Padang Kandis secara kasar, seperlima
luas areanya terdiri dari akuifer granit
terkekarkan, zona dusun Tanjung Tembelan
dua per tiga areanya tersusun oleh akuifer
granit terkekarkan, sedangkan zona dusun
Batu Lobang sepertiga luasannya tersusun oleh
akuifer granit terkekarkan.
Maka, volume cadangan statis masingmasing zona pada daerah penelitian dapat
diketahui dengan mengalikan ketebalan
akuifer pasir yang di setiap zona diasumsikan
sama sebesar 20 m, dengan luas zona yang
tersusun oleh litologi pasir serta nilai
storativitas yang dianggap sama sebesar 0,23.
Sehingga didapat hasil sebagai berikut:
1. Zona Dusun Padang Kandis
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer pasir) = 57.717.109,6 m3
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer granit terkekarkan) =
648.376,4 m3
Volume total = 58.365.486 m3
2. Zona Dusun Tanjung Tembelan
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer pasir) = 14.597.524 m3
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer granit terkekarkan) =
1.311.873 m3
Volume total = 15.909.397 m3
3. Zona Dusun Batu Lobang
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer pasir) = 52.005.090,7 m3
Volume cadangan statis air tanah
(akuifer granit terkekarkan) =
1.168.419 m3
Volume total = 52.173.509,7 m3

Total cadangan statis air tanah di daerah


penelitian sebesar 127.448.392 m3.
Sedangkan imbuhan air tanah
b. Kualitas air tanah
Hasil pengukuran pH di daerah penelitian
menunjukkan angka 4,5. Menurut Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002, nilai pH yang
demikian tidak layak untuk dikonsumsi,

mengingat air yang yang layak dikonsumsi


adalah yang memiliki pH antar 6,5-8,5.
Pengujian kandungan unsur berat air tanah di
lokasi penelitian menggunakan alat Atomic
Absorption
Spectroscopy
menunjukkan
kandungan unsur besi (Fe) di daerah penelitian
sebesar 0,1 dan angka tersebut menunjukkan
air masih aman dikonsumsi,

Gambar 2. Peta kedalaman Muka air tanah Desa Padang Kandis

karena jumlah maksimum Fe yang


diperbolehkan terdapat dalam air minum
adalah 0,3 (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002).
Potensi air tanah di daerah penelitian
dapat dirangkum dalam tabel seperti yang
terlihat pada tabel 1.

Potensi air tanah di daerah penelitian


digambarkan pada Gambar 3. Penarikan batas
area dilakukan berdasarkan data geologi yang
mempengaruhi karakteristik akuifer, data
aliran air tanah, serta volume cadangan air
tanah.

Tabel 1. Tabel potensi air tanah di lokasi penelitian


Lokasi Daerah
Penelitian
Dusun Padang
Kandis

Luas Area
15,68 km2

Volume
Cadangan Statis
58.365.486 m3

Dusun Tanjung
Tembelan

9,52 km2

15.909.397 m3

Dusun Batu
Lobang

16,95 km2

52.173.509,7 m3

Daerah yang sangat berpotensi air


tanah yang pada gambar 3 berwarna hijau,
memiliki kedalaman air tanah antara 0-26
meter di bawah permukaan laut dan memiliki
litologi berupa endapan pasir. Sedangkan
daerah yang berpotensi air tanah yang pada
gambar 3 yang berwarna kuning memiliki
kedalaman air tanah antara 0-26 meter di
bawah permukaan laut dan memiliki litologi
berupa granit atau memiliki kedalaman air

Kualitas Air Tanah


Air bersifat asam, perlu
dilakukan perlakuan tertentu
agar menjadi layak minum
Air bersifat asam, perlu
dilakukan perlakuan tertentu
agar menjadi layak minum
Air bersifat asam, perlu
dilakukan perlakuan tertentu
agar menjadi layak minum

tanah sampai 38 meter di bawah permukaan air


laut dan memiliki litologi berupa endapan
pasir. Kemudian, daerah yang berwarna merah
pada gambar 3 atau daerah yang kurang
berpotensi merupakan daerah yang memiliki
kedalaman air tanah 26-38 meter di bawah
permukaan air laut dengan litologi granit.

Gambar 3. Peta potensi air tanah Desa Padang Kandis

c. KESIMPULAN
Berdasarkan peta potensi muka air
tanah di Desa Padang Kandis, didapatkan tiga
daerah yang memiliki potensi sedang, tinggi,
dan sangat tinggi untuk dijadikan lokasi sumur
yang baru. Elevasi muka air tanah di daerah
padang kandis memiliki rentang antara -4
hingga 38 meter di bawah permukaan air laut.
Lokasi-lokasi yang memiliki potensi air tanah
tinggi terletak di bagian utara dan timur Desa
Padang Kandis. Potensi air tanah semakin
menurun di wilayah bagian tengah hingga
selatan desa. Daerah dengan potensi air tanah
paling tinggi terletak di bagian utara Dusun
Tembelan dengan kedalam muka air tanah
yang paling dangkal di antara yang lain. Untuk
mengatasi kekeringan yang terjadi, dapat
dilakukan pembuatan instalasi pengambilan air
baik berupa sumur gali maupun sumur bor di
daerah yang berpotensi air tanah tinggi, yaitu
di wilayah utara Desa Padang Kandis,
khususnya bagian utara Dusun Tembelan.
Untuk penelitian lanjutan dapat
dilakukan metode-metode geofisika misalnya
metode geolistrik dengan konfigurasi
Schlumberger.
Dibutuhkan
manajemen
penggunaan air tanah yang baik seperti
pengaturan jadwal menyalakan pompa air,
mematikan keran air apabila tidak digunakan,
dan mengoptimalkan penggunaan reservoir air
buatan untuk menampung dan menyimpan air
sehingga dapat digunakan saat musim
kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan


Geofisika Stasiun Meteorologi Klas I
Pangkal Pinang. 2015. Buletin

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.


Edisi Oktober 2015. Pangkal Pinang:
BMKG
Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung.
2015. Belitung Dalam Angka.
Tanjungpandan: BPS Kabupaten
Belitung
Batu, Vedat. 1998. Aquifer Hydraulics: A
Comprehensive Guide to
Hydrogeologic Data Analysis. New
York: John Wiley & Sons
Baharudin & Sidarto. 1995. Peta Geologi
Lembar Belitung. Bandung : Pusat
Survei Geologi, Badan Geologi
Bandung.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002.
Sukrisna, A. 2004. Keterdapatan Air Tanah
P.Bangka- P.Belitung Serta Prospek
Pemanfaatannya. Buletin geologi
Tata Lingkungan Vol. 14 No. 1, Juni
2004: 8-13. Bandung: Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral
Wilopo, Wahyu., Ferardi, Farma D. 2015.
Hidrogeologi Pantai Glagah-Pantai
Congot, Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Prosiding
Seminar Nasional Kebumian Ke-8
Academia Industry Linkage 15-16
Oktober 2015. Yogyakarta : Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai