Anda di halaman 1dari 7

KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Definisi dari KIE
adalah:
a. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada pihak lain
untuk mendapatkan tanggapan
b. Informasi sebagai data dan fakta untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja,
sementara
c. Edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan
(pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan) seseorang, kelompok dan masyarakat.
Pemberian KIE pada umumnya terkait mengenai penyakit, pola hidup yang tepat dan
cara penggunaan obat yang benar bagi pasien tersebut.
a. Nama obat yang tertulis pada resep/label dan jumlahnya. Beritahukan Golongan obat
tersebut, apakah termasuk obat bebas atau obat keras.
b. Untuk indikasi apa obat tersebut digunakan. Jelaskan secara Umum indikasi kegunaan
obat, jangan melakukan diagnosa penyakit.
c. Kapan obat tersebut digunakan. Jelaskan kapan dan frekuensi, penggunaan obat sesuai
label. Jelaskan juga apakah obat tersebut. Digunakan sebelum, sewaktu atau setelah
makan.
d. Bagaimana cara menggunakan obat.
e. Jelaskan bentuk sediaan obat (tablet, kaplet, suspensi/sirup dan sebagainya) dan
bagaimana cara menggunakannya : apakah ditelan, disisipkan dibawah lidah, dioles,
dimasukkan kelubang anus dan sebagainya
f. Hal penting yang seharusnya diperhatikan selama menggunakan obat. Misalnya ; Halhal spesifik yang perlu diperhatikan terutama dalam penggunaan obat. Informasikan pula
bahwa bila tidak terjadi perubahan pada penyakit, pasien dianjurkan untuk kembali
kedokternya. Jangan biarkan mereka memperpanjang sendiri pengobatannya .
g. Apa yang harus dilakukan bila lupa menggunakan obat : Informasi yang diberikan
tergantung pada jenis obat dan indikasinya
h. Apa efek samping obat dan bagaimana menyikapinya
i. Bagaimana cara menyimpan obat : Informasikan bahwa mutu dan keamanan obat juga
ditentukan oleh bagaimana obat itu disimpan.
j. Hal-hal lain yang harus diperhatikan selama menggunakan suatu obat : sampaikan pada
pasien untuk memberitahukan kondisinya kepada dokter Termasuk hal-hal seperti alergi
obat (misal antibiotik, sedang hamil terutama trisemester pertama/menyusui keluhan
gastritis dan lain-lain).
Pada soal pemicu ini terdapat tiga penyakit yang menjadi pokok dari KIE yang akan
diberikan, yaitu DM, Hipertensi, dan CKD.
1. KIE Diabetes Melitus (DM)
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin.
Tujuan pendidikan kepada pasien adalah untuk memberikan pengetahuan dan
kemampuan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatannya. Penelitian
menunjukkan bahwa pasien yang tidak pernah mendapat pendidikan mengenai diabetes,
resiko untuk komplikasi major meningkat 4 kali lipat. Berikut ini adalah materi inti untuk
pendidikan yang komprehensif yang dapat diberikan kepada pasien diabetes (Sumber:
National Standard for diabetes self-management education, Diabetes Care 2005).

a. Definisi diabetes, proses penyakit, dan pilihan pengobatan


b. Terapi nutrisi
c. Aktivitas fisik
d. Penggunaan obat
e. Memonitor kadar gula sendiri
f. Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi-komplikasi akut dan kronis
g. Target untuk mencapai hidup sehat
h. Menyesuaikan sendiri perawatan dalam kehidupan sehari-hari (problem solving)
Pendidikan kepada pasien dapat diberikan dalam 3 tahap, yaitu :
a. Tahap I :
Segera dilaksanakan setelah pasien di diagnosa dengan DM sehingga dapat membantu
mengatasi kebingungan, syok, terkejut dan lain sebagainya. Apoteker berusaha
membantu pasien memahami dan menerima diagnosis.
b. Tahap II :
Memberikan informasi yang lebih dalam, dengan berfokus pada masalah yang telah
teridentifikasi sewaktu menilai pasien (misalnya peripheral neuropathy) dan hal-hal
lain yang mungkin dapat diantisipasi (misalnya mengatasi reaksi hipoglikemi).
Kegunaan dan cara minum obatyang benar (misalnya obat hipoglikemik oral, obat
antidislipidemia, obat antihipertensi, aspirin) harus dijelaskan
c. Tahap III :
Memberikan pendidikan berkelanjutan untuk menekankan konsep, meningkatkan dan
menjaga motivasi , dan berupaya agar pasien dapat mengurus dirinya dan peduli
terhadap kesehatannya
Konseling dalam penatalaksanaan diabetes sangat penting sebab diabetes merupakan
penyakit yang sangat erat hubungannya dengan gaya hidup. Konseling diberikan kepada
penderita untuk mendapatkan hasil penatalaksanaan diabetes yang maksimal. Keberhasilan
penatalaksanaan diabetes sangat bergantung pada kerja sama penderita dan keluarganya
dengan petugas kesehatan. Kepatuhan penderita terhadap program penatalaksanaan sangat
bergantung pada tingkat pemahamannya tentang penyakit tersebut. Penderita DM yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang DM umumnya dapat mengendalikan perilakunya
sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Pengaturan gaya hidup bagi penderita DM terkait pada pola makan dan kegiatan fisik.
a. Pola makan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan
fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan.
Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber
lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam
lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya
diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak
mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,
makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi
rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral.

b. Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar guladarah tetap
normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk
mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya,
tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat
bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical,
Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran
75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau
lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak
dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit
dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah
dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
Secara umum, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan penyuluhan
atau konseling kepada penderita diabetes dan keluarganya antara lain:
1. Agar penderita DM memiliki harapan hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang
optimal. Kualitas hidup sudah merupakan keniscayaan. Seseorang yang dapat bertahan
hidup tetapi dengan kualitas hidup yang rendah, akan menggangggu kebahagiaan dan
ketenangan keluarga.
2. Untuk membantu penderita DM agar dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi
yang mungkin timbul dapat diminimalkan, selain itu juga agar jumlah hari sakit dapat
ditekan.
3. Agar penderita DM dapat berfungsi dan berperan optimal dalam masyarakat
4. Agar penderita DM dapat lebih produktif dan bermanfaat
5. Untuk menekan biaya perawatan, baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluarga ataupun
negara.
2. KIE Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah di
atas normal atau kronis (dalam waktu yamg lama). Jenis-jenis hipertensi adalah :
a. Hipertensi primer (essensial)
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Oleh karena itu, upaya penanganan
hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Peninggian tekanan darah tidak jarang
merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi primer. Bergantung pada tingginya
tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda, kadang-kadang hipertensi
primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada
organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung.
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid
atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan
kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung atupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah
Terapi ini dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seseorang. Semua pasien dan
individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu dinasehati mengenai gaya hidup, seperti
menurunkan kegemukan, asupan garam (total, < 5g/hari), asupan lemak jenuh dan alkohol
(pria < 21 unit

dan perempuan < 14 unit per minggu), banyak makan buah dan sayuran, tidak merokok dan
berolah raga yang teratur, semua ini terbukti dapat merendahkan tekanan darah dapat
menurunkan penggunaan obat-obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006). Modifikasi gaya
hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan
untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik;
dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan
darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan
dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah diterima
adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang
gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan
pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30
menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan
kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda,
dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai
penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Strategi
konseling untuk meningkatkan adherence terapi obat antihipertensi adalah sebagai berikut :
Nilai adherence pada setiap kunjungan
Diskusikan dengan pasien motivasi dan pendapatnya
Libatkan pasien dalam penanganan masalah kesehatannya
Gunakan keahlian mendengarkan secara aktif sewaktu pasien menjelaskan masalahnya
Bicarakan keluhan pasien tentang terapi
Bantu pasien dengan cara tertentu untuk tidak lupa meminumobatnya
Sederhanakan regimen obat (seperti mengurangi frekuensi minum, produkmkombinasi)
Minum obat disesuaikan dengan kebiasaan pasien sehari-hari
Berikan informasi tentang keuntungan pengontrolan tekanan darah
Beritahukan perkiraan efek samping obat yang mungkin terjadi
Beritahukan informasi tertulis mengenai hipertensi dan obatnya bila memungkinkan
Petimbangkan penggunaan alat pengukur tekanan darah di rumah supaya pasien dapat
terlibat dalam penanganan hipertensinya
Berikan pendidikan kepada keluarga pasien tentang penyakit dan regimen obatnya
Libatkan keluarga dan kerabatnya tentang adherence minum obat dan terhadap gaya hidup
sehat
Yakinkan regimen obat dapat dijangkau biayanya oleh pasien
Bila memungkinkan telepon pasien untuk meyakinkan pasien mengikuti rencana
pengobatannya
Beberapa topik penting untuk edukasi ke pasien tentang penanganan hipertensi:
Pasien mengetahui target nilai tekanan darah yang dinginkan
Pasien mengetahui nilai tekanan darahnya sendiri
Sadar kalau tekanan darah tinggi sering tanpa gejala (asimptomatik)
Konsekuensi yang serius dari tekanan darah yang tidak terkontrol
Pentingnya kontrol teratur
Peranan obat dalam mengontrol tekanan darah, bukan menyembuhkannya
Pentingnya obat untuk mencegah outcome klinis yang tidak diinginkan
Efek samping obat dan penanganannya
Kombinasi terapi obat dan non-obat dalam mencapai pengontrolan tekanan darah
Pentingnya peran terapi nonfarmakologi
Obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang mengandung ginseng, nasal
decongestan, dll)

3. KIE Chronic Kidney Disease (CKD)


Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal atau
laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 mL/menit dalam waktu 3 bulan atau lebih. 1-7
Penurunan fungsi ginjal terjadi secara berangsur-angsur dan irreversible yang akan
berkembang terus menjadi gagal ginjal terminal. Klasifikasi CKD menjadi beberapa
stadium untuk tujuan pencegahan, identifikasi awal kerusakan ginjal dan penatalaksanaan,
serta untuk pencegahan komplikasi CKD

Tabel 1. Stadium CKD


Manifestasi klinis CKD sangat bervariasi, tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Bila glomerulonefritis merupakan penyebab CKD, maka akan didapatkan
edema, hipertensi, hematuria, dan proteinuria. Anak dengan kelainan kongenital sistem
traktus urinarius, seperti
renal dysplasia atau uropati obstruksi akan ditemukan gagal tumbuh, gejala infeksi saluran
kemih berulang, dan gejala nonspesifik lainnya. Penderita CKD stadium 1-3 (GFR > 30
mL/min) biasanya asimtomatik dan gejala klinis biasanya baru muncul pada CKD stadium 4
dan 5. Kerusakan ginjal yang progresif dapat menyebabkan:
Peningkatan tekanan darah aibat overload cairan dan produksi hormon vasoaktif
(hipertensi, edem paru dan gagal jantung kongestif)
Gejala uremia (letargis, perikarditis hingga ensefalopati)
Akumulasi kalium dengan gejala malaise hingga keadaan fatal yaitu aritmia
Gejala anemia akibat sintesis eritropoietin yang menurun
Hiperfosfatemia dan hipokalsemia (akibat defisiensi vitamin D3)
Asidosis metabolik akibat penumpuan sulfat, fosfat, dan asam urat
Terapi spesifik, berdasarkan diagnosis
Evaluasi dan penanganan kondisi komorbid
Memperlambat kerusakan fungsi ginal
Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular
Pencegahan dan terapi penyakit komplikasi (hipertensi, anemia,gagal tumbuh)
Penggantian fungsi ginjal dengan dialisis atau bahkan transplantasi ginjal
Anemia
Anemia pada penyakit ginjal kronis teradi akibat produksi eritropoietin yang menurun
dan massa sel tubular renal yang berkurang. Kompensasi jantung terhadap anemia
menyebabkan hipertrofi ventrikel dan kardiomiopati sehinga meningkatkan risiko terjadinya
gagal jantung atau penyakit jantung iskemik. Rekomendasi KDOQI menyebutkan target
hemoglobin 11 hingga 12 g/dL pada penderita CKD, dan penderita dengan kadar feritin
serum < 100 ng/mL harus mendapat suplementasi besi.

Pasien Anemia hendaknya melakukan terapi non farmakologi untuk membantu


penyembuhan, yaitu dengan cara sebagai berikut (Wells et al., 2006) :
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran, daging, ikan dan
unggas.
b. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin B 12 dan asam folat
sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
c. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah merah.
Pengaturan pola makan pada penderita CKD adalah sangat penting karena penderita
rentan terhadap malnutrisi dan hipoalbuminemi. Rekomendasi KDOQI menganjurkan
asupan protein 0.8 hingga 1 g/kgBB/hari dan asupan kalori sebesar 30-35 kcal/kgBB/hari
pada anak CKD. Pada CKD stadium 1-4, asupan natrium dibatasi 2000 mg/hari, kalsium
1200 mg/hari, dan kalium serta fosfat dinilai berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pada CKD
stadium 5 asupan kalium, fosfat, kalsium, natrium dan cairan perlu dibatasi.
Edukasi bagi pasien yang memiliki penyakit pemicu terjadinya gagal ginjal yakni
hipertensi adalah :

Kurangi asupan garam (Natrium)

Tidak Merokok

Berolahraga

Makan buah-buahan dan sayur-an

Obat-obat Penurun TD (Diuretik dan Antihipertensi)

Diet rendah protein

Tambahan Vitamin B dan C untuk pasiet diet ketat/dialisis

Asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar natrium/ garam
dalam darah.

Makanan kaya kalium harus dihindari (Hiperkalemia sangat berbahaya karena


meningkatkan resiko terajdinya gangguan irama jantung (penaganan Na Polistiren
Sulfonat untuk mengikat kalium, sehingga dapat keluar bersama tinja

Membatasi asupan makanan kaya fosfat (produk olahan susu, hati dan kacangkacangan) (pemberian obat yang mengikat fosfat, kalsium karbonat, kalsium asetat)
KIE yang wajib diberikan kepada pasien CKD adalah sebagai berikut :
a.
Informasikan kepada pasien tentang kemungkinan komplikasi Ginjal, sehingga
pasien akan mengontrol dietnya dan dapat meningkatkan aktifitas fisiknya.
b.
Informasikan kepada pasien untuk terus rajin
mengontrol tekanan darah dan
Kreatinin. Kadar kalium dan fosfat pasien juga perlu diperhatikan mengingat komplikasi
ginjal yang tidak terbatas.
c.
Berikan informasi kepada pasien tentang pentingnya kepatuhan dalam
mengkonsumsi obatnya.
d.
Jelaskan kepada pasien untuk bersikap koperatif
khususnya informasikan kepada
petugas jika pasien merasakan gejala-gejala seperti ruam, infeksi yang tidak sembuh,
rasa panas dianggota tubuh, gangguan pendengaran ataupun indra penciuman .
e.
Berikan informasi kepada pasien tentang
pentingnya kepatuhan
dalam
mengkonsumsi obatnya.
f.
Jelaskan kepada pasien untuk bersikap koperatif
khususnya informasikan kepada
petugas jika pasien merasakan gejala-gejala seperti ruam, infeksi yang tidak sembuh,
rasa panas dianggota tubuh, gangguan pendengaran ataupun indra penciuman

Daftar Pustaka :
Dirjen Binfar dan Alkes. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta : Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
Dirjen Binfar dan Alkes. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta :
Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
Wells, Barbara G., DiPiro, Joseph T., Schwinghammer, Terry L., Hamilton, Cindy W. 2006.
Pharmacotherapy Handbook, 6th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Zahara, F. 2012. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa
Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai