PENDAHULUAN
Transportasi merupakan turunan dari kegiatan sosial-ekonomi dan/atau pola penggunaan
lahan di suatu kawasan. Tarikan dan bangkitan perjalanan serta kebutuhan akan sarana-prasarana
penunjangnya berdampak pada gangguan lalu lintas dan lingkungan semisal peningkatan resiko
kecelakaan, jumlah dan kadar/intensitas serta durasi paparan polutan dan tingkat kebisingan.
Dengan demikian, seharusnya sejak aspek perijinan, dampak negatifnya sudah harus dipantau
dan dikelola.
UPL/UKL
DAN
AMDAL
DARI
SISI
1. ANDALALIN
Ruang lingkup kajian ANDALALIN diatur di Pasal 99 ayat 2 UU No 22 tahun 2009. Luaran
ANDALALIN menggambarkan kondisi tingkat pelayanan jaringan dan/atau bagian jaringan jalan
akibat lalu lintas eksisting maupun akibat perubahan tarikan dan bangkitan lalu lintas yang
ditimbulkan oleh perubahan pola pemanfaatan lahan. Parameter tingkat pelayanan jalan yang
biasanya digunakan adalah derajat kejenuhan, kecepatan perjalanan, waktu perjalanan, tundaan
perjalanan, peluang dan/atau panjang antrian, serta biaya perjalanan. Resiko kecelakaan dan
polusi udara serta kebisingan tidak dimasukkan sebagai parameter tingkat pelayanan jaringan
dan/atau bagian jaringan jalan.
2. UPL/UKL
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) biasanya
merupakan langkah taktis untuk mengidentifikasi potensi dampak lingkungan akibat berbagai
aktivitas sosial-ekonomi dalam skala kecil-menengah (tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi
maupun pasca operasi). Tidak semua produk UPL/UKL mengakomodir pengaruh perubahan arus
lalu lintas (volume, kecepatan dan kepadatan) terhadap perubahan kualitas lingkungan. Sejak
2010, ANDALALIN menjadi sebagai salah satu syarat kelengkapan pengurusan IMB, namun
kajian tentang keselamatan, polusi dan kebisingan belum dibahas, terutama akibat kendala
normatif tersebut.
3. AMDAL
Pekerjaan penyusunan AMDAL berisi tentang deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan
serta kondisi fisik dan non fisik kawasan yang diprakirakan akan dipengaruhi dan memengaruhi
rencana usaha dan/atau kegiatan dimaksud. Evaluasi dampak penting yang ditimbulkannya
menggunakan model risk analysis yang merupakan fungsi dari peluang (opportunity) dan
dampak (consequences). Walaupun kewajiban penyusunan ANDALALIN telah diberlakukan
sejak tahun 2009 namun selama ini, tidak ada kewajiban pelaksanaan ANDALALIN sebagai
salah satu persyaratan penyusunan dokumen AMDAL. Kalaupun ANDALALIN dibuat, namun
indikator lingkungan alamiah tidak dibahas. Akibatnya Tidak Semua Dokumen AMDAL
memperhitungkan pengaruh perubahan arus lalu lintas terhadap kualitas lingkungan secara
memadai. Kalaupun dikaji, namun parameter kinerja lingkungan transportasi dan/atau metoda
analisisnya tidak lengkap (terutama karena tidak melibatkan ahli teknik sipil sebagai anggota
penyusun AMDAL). Di sisi lain, pedoman penilaian dokumen AMDAL yang disiapkan bagi
anggota Komisi Penilai AMDAL juga tidak mewajibkan ANDALALIN sebagai bentuk kajian
lingkungan transportasi sebagai substansi analisis utama dalam dokumen AMDAL.
AKTUALISASI PENERAPAN KONSEP KEBERLANJUTAN DALAM PENYUSUNAN
DOKUMEN ANDALALIN DAN AMDAL SERTAUPL/UKL
1. Agar tidak terjadi overlapping substansi pembahasan, maka isi dokumen ANDALALIN harus
dijadikan input analisis atau menjadi bagian integral dari dokumen AMDAL dan UPL/UKL.
Berarti, deskripsi rona awal transportasi dalam AMDAL dan UPL/UKL (pra konstruksi) dan
proyeksi kualitas lingkungan pada saat masa konstruksi, operasi dan pasca operasi serta
dampaknya terhadap lingkungan alamiah dijadikan dasar penyusunan rencana pemantauan
dan/atau pengelolaan dampaknya.
Dengan demikian indikator dan/atau output analisis studi ANDALALIN harus berkaitan
dengan:
a. Upaya pengurangan resiko kecelakaan baik akibat pengaruh kondisi geometrik dan
lingkungan jalan (termasuk ketersediaan dan kondisi fasilitas pelengkap jalan), maupun
akibat pengaruh kondisi fisik kendaraan serta perilaku pengguna (pilihan kecepatan dan
pola mengemudi/agresivitas pengemudi, pilihan jarak antar kendaraan dan lain
sebagainya).
b. Upaya pengurangan resiko gangguan kesehatan melalui prediksi kadar polutan (polusi
udara) akibat emisi gas buang dan/atau partikel kenalpot kendaraan bermotor. Untuk itu,
informasi tentang jumlah dan jenis (komposisi kendaraan bermesin diesel) kendaraan
bermotor dalam ANDALALIN agar dalam format kend/jam.
c. Upaya pengurangan gangguan ketidaknyamanan lingkungan akibat peningkatan
kepadatan (kemacetan) dan kebisingan lalu lintas. Dengan demikian, karena tingkat
kebisingan berkorelasi langsung dengan karakteristik arus lalu lintas (volume, komposisi
kendaraan bermesin diesel, kecepatan kendaraan) dan jarak antara sumber bising ke
penerima serta kondisi lingkungan (kerapatan vegetasi dan bangunan, kondisi angin dan
Sangat Kecil
(1)
Kecil
(2)
Menengah
(3)
Besar
(4)
Sangat Besar
(5)
10
15
20
25
12
16
20
12
15
10
Ukuran
Penting
Dampak
Luas
wilayah
persebaran dampak
Lamanya
berlangsung
Intensitas Dampak
dampak
Ukuran
Penting
Dampak
Banyaknya komponen
lingkungan lain yang
terkena dampak
3
4
5
6
Kriteria
Jumlah manusia
yang terkena
dampak
Luas wilayah
persebaran
dampak
Lamanya
dampak
berlangsung
Intensitas
dampak
Sifat kumulatif
dampak
Berbalik atau
tidaknya dampak
Banyaknya
komponen lain
yang terkena
dampak
1
Tidak Penting
Skala
3
4
Penting
< 10 %
sangat sedikit
11-20%
Sedikit
21-30%
Sedang
31-50%
Banyak
>50 %
Sangat banyak
Sangat sempit
Sempit
Sedang
Luas
Sangat luas
Sangat singkat
Singkat
Sedang
Panjang
Sangat panjang
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
Tidak kumulatif
Kumulatif lama
Kumulatif sedang
Kumulatif
singkat
Kumulatif
sangat singkat
Sangat cepat
berbalik
Cepat berbalik
Berbalik sedang
Berbalik lama
Tidak berbalik
Tidak ada
(0komponen)
Sedikit
(1komponen)
Sedang
(2komponen)
Banyak
(3komponen)
Sangat banyak
(lebih dari
3komponen)
Teknik penilaian dan/atau evaluasi besaran peluang, dampak maupun tingkat resiko untuk
berbagai komponen transportasi tersebut seluruhnya dapat didekati dengan cara berikut, dengan
catatan bahwa fungsi dari parameter peluang dan dampak pada formulasi dasar tersebut
disesuaikan terhadap masing-masing obyek kajian, sebagai berikut:
a) Kecelakaan
Resiko kecelakaan dinyatakan sebagai:
R = P x D .. (2)
dengan:
R = Tingkat Resiko Kecelakaan
P = Peluang terjadinya kecelakaan
D = Prakiraan dampak keparahan akibat kecelakaan dimaksud
Peluang kejadian kecelakaan dihitung berdasarkan % penyimpangan karakter arus dan
komponen lalu lintas terhadap kriteria desain dan standar pelayanan mnimum yang
ditetapkan. Makin besar % penyimpangannya makin tinggi nilai peluang kejadian
kecelakaan tersebut (yang dinyatakan dalam skala 1-5). Adapun nilai keparahan
kecelakaan ditentukan berdasarkan prakiraan dampak yang ditimbulkan apabila
peluang kejadian tersebut menjadi nyata (kecelakaan) yang ditetapkan berdasarkan
klasifikasi dampak kematian, luka berat, luka ringan dan kerusakan harta benda
(property damage only/PDO).
Tabel 4. Nilai Peluang (P) Defisiensi Keselamatan Penyebab Kecelakaan
Defenisi Peluang
Kompleksitas
Kondisi
Nilai
Kejadian
Perilaku
Arus Lalu
Lingkungan
Hambatan Samping Jalan
Kecelakan
Pengguna
Lintas
Jalan
Lahan kosong,
Penyeberang jalan < 25 org/jam
Amat
Tidak
tidak ada
Kendaraan parkir < 50 kend/jam
1
20%
Amat Teratur
jarang
disiplin
pohon tepi
Kend keluar-masuk persil< 100
jalan,
kend/jam
Guna lahan
Penyeberang jalan > 25-< 80 org/jam
Kurang
tidak padat,
Kendaraan parkir >50-100kend/jam
2
Jarang
> 20% - 40%
Teratur
Disiplin
kerapatan
Kendaraan keluar-masuk persil/akses
pohon rendah
100- 200 kend/jam
Kepadatan
Penyeberang jalan > 200-< 500 org/jam
Cukup
sedang,
Kendaraan parkir >100-300 kend/jam
3
Sedang
> 40% - 60%
Cukup teratur
Disiplin
kerapatan
Kendaraan keluar-masuk
pohon sedang
persil/akses>200- 500 kend/jam
Kepadatan
tinggi,
Penyeberang jalan >500-<1300 org/jam
kerapatan
Kendaraan parker>300 - < 700kend/jam
4
Sering
< 60% - 80%
Disiplin
Semrawut
pohon tinggi,
Kendaraan keluar-masuk persil/akses
sebagian besar
>500- 800 kend/jam
bangunan
berpagar
Guna lahan
kepadatan
sangat tinggi,
Penyeberang jalan > 1300 org/jam
sebagian besar
Amat
Amat
Amat
Kendaraan parkir > 700kend/jam
5
> 80%
halaman
sering
disiplin
semrawut
Kendaraan keluar-masuk persil/akses >
berpagar,
800 kend/jam
kerapatan
pepohonan
sangat tinggi
Sumber : Modifikasi Direktorat Jendral Bina Marga (2007) dan Mulyono, et.al (2008) dalam da Costa (2012)
Penyimpangn
terhadap
Standar
Tabel 5. Nilai Dampak (D) Keparahan Defisiensi Keselamatan yang Menyebabkan Kecelakaan
Nilai
Defenisi Dampak Keparahan Kecelakaan
1
10
Nilai
1-50
50-100
Rendah
100-250
250-350
Sedang
Tinggi
>350
Ekstrim
Sumber : Modifikasi Direktorat Jendral Bina Marga (2007) dan Mulyono, et al (2008) dalam da Costa (2012)
Nilai dampak sebesar 5 diberikan bila resiko kecelakaan bersifat ekstrim (hampir
pasti memicu kematian),
Nilai 4 bila resiko tinggi (luka berat, cacat tetap),
Nilai 3 bila luka cukup berat (cacat tidak tetap),
Nilai 2 bila luka ringan (tanpa cacat) dan
Nilai 1 bila hanya terjadi kerugian harta benda.
Parameter
Waktu
Pemaparan
SO2
(Sulfur Dioksida)
1 Jam
24 Jam
1 Thn
CO
(Karbon Monoksida)
1 Jam
24 Jam
1 Thn
NO2
1 Jam
24 Jam
1 Thn
O3 (Oksidan)
1 Jam
1 Thn
400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3
235 g/Nm3
50 (g/Nm3
3 Jam
160 (g/Nm3
Flame Ionization
24 Jam
150 (g/Nm3
Gravimetri
Gas
Chromatografi
Hi Vol
24 Jam
1 Thn
24 Jam
1 Thn
65 (g/Nm3
15 (g/Nm3
230 g/Nm3
90 g/Nm3
Gravimetri
Gravimetri
Hi Vol
Hi Vol
Gravimetri
Hi Vol
24 Jam
1 Thn
2 g/Nm3
1 g/Nm3
Gravimetri
Ekstraktif
Pengabuan
Hi Vol
Gravimetric
Conister
5
6
7
8
HC
(Hidro Karbon)
PM 10
(Partikel 10 (m)
PM 2,5
(Partikel 2,5(m)
TSP
(Debu)
Pb
(Timah Hitam)
Baku mutu
900g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3
30.000g/Nm3
10.000 g/Nm3
Metode
Analisis
Perarosanilin
Peralatan
Spektrofotometer
NDIR
NDIR Analyzer
Saltzman
Spektrofotometri
Chemiluminescent
Spektrofotometri
AAS
Dustfall
(Debu Jatuh)
30 Hari
10 Ton/Km2/Bulan
(Pemukiman)
20 Ton/Km2/Bulan
(Industri)
10
Total Fluorides
(as F)
24 Jam
90 Hari
3 g/Nm3
0,5 g/Nm3
Spesific ion
Ekectrode
Impinger atau
Continous
Analyzer
Colourimetri
Limed Filter
Paper
Spesific ion
Electrode
Impinger atau
Continous
Analyzer
11
Fluor Indeks
30 Hari
40 g/100 cm2
dari kertas limed
filter
12
Khlorin &
Khlorin Dioksida
24 Jam
150 g/Nm3
Lead
Peroxida Candle
Perubahan kualitas udara dapat dihitung melalui pendekatan konversi ISPU (Indeks
Standar Pencemaran Udara) yang berpedoman pada keputusan Kepala BAPEDAL
No.Kep.107-/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta
informasi ISPU sebagai berikut.
Tabel 8. Batas ISPU dalam satuan SI (pada T = 25 0 C dan 760 mm Hg)
Indeks Standar
24 jam PM10
24 jam SO4
8 jam CO
1 jam 03
1 jam NO3
Pencemaran Udara
(g/m3)
(g/m3)
(g/m3)
(g/m3)
(g/m3)
50
50
80
5
120
(2)
100
150
365
10
235
(2)
200
350
800
17
400
1130
300
420
1600
34
800
2260
400
500
2100
46
1000
3000
500
600
2620
57,5
1200
3750
Ket. :
1. Pada 25 C dan 760 mmHg
2. Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka pemaparan pendek
Rentang
Baik
0 50
Sedang
51 100
Tidak sehat
101 199
200 299
Berbahaya
300 lebih
Keterangan
Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan
manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan
ataupun nilai estetika.
Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive, dan
nilai stetika
Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun
kelompok hewan yang SiasStive atau Sias menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika.
Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang terpapar.
Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan
kesehatan yang serius pada populasi.
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Derajat Kejenuhan
(Degree of Saturation) V/C
0,00 0,20
0,21 0,44
0,45 0,74
0,75 0,80
0,81 1,00
1,00
Morlok
(1985)
dan
MKJI97
mensyaratkan nilai
DS yang masih
dapat
diterima
adalah 0,75 sedangkan kecepatan yang masih dapat diterima sebagai 0,5 x kecepatan rencana
ruas jalan arteri (kecepatan rencana 60 km/jam) ataupun kolektor (kecepatan rencana 50 km/jam).
`Dengan demikian pemberian nilai dampak penting aspek kinerja jaringan dan.atau
bagian jaringan jalan didasarkan pada hubungan antara LoS dan kecepatan berikut:
Skala kualitas lingkungan 5 untuk LoS F, dan bila kecepatan mendekati nol (<10 km/jam),
Skala kualitas lingkungan 4 untuk LoS E, dan bila bila kecepatan 10-20 km/jam,
Skala kualitas lingkungan 3 untuk LoS D dan C, dan bila kecepatan 20-30 km/jam,
Skala kualitas lingkungan 2 untuk LoS B dan bila kecepetan 30-45 km/jam.
Skala kualitas lingkungan 1 untuk LoS A dan kecepatan > 45-60 km/jam.
2) Kebisingan
Tabel 11 Baku Tingkat Kebisingan.
Peruntukan Kawasan /
Lingkungan Kegiatan
Perumahan dan Pemukiman
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran dan Perdagangan
Ruangan Terbuka Hijau
Industri
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
Rekreasi
Bandar Udara *)
Pelabuhan Laut *)
Cagar Budaya
Rumah Sakit dan Sejenisnya
Sekolah dan Sejenisnya
Tempat Ibadah dan Sejenisnya
Menimbulkan
Gangguan Aktivitas
Efek Kebisingan
Tuli
Nyeri
Ambang Perasaan
Pengurangan Efisiensi
Kerja
Gangguan
Fungsi
Telinga
Gangguan Bicara
Normal
Tingkat
Kebisingan
150
140
120
110
100
90
Contoh Umum
Ledakan
Pengujian Mesin
Guntur, Bunyi Senjata api
Bor Angin, Pesawat Terbang
Kereta Api Bawah Tanah
Jalan padat lalu lintas
85
70
65
60
< 60
Tabel 13. Tingkat Kebisingan Maksimum untuk Berbagai Variasi Pemaparan Harian
Nomor
Tingkat Kebisingan (dBA)
Pemaparan Harian
1
85
8 jam
2
88
4 jam
3
91
2 jam
4
94
1 jam
5
97
30 menit
6
100
15 menit
Sumber:
Nasri,
1997
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-dan-zonakebisingan, Diunduh 11 Juli 2013
Tabel 14. Zona dan Tingkat Kebisingan Maksimum yang Diijinkan untuk Variasi Aktivitas
Zona
Tingkat Kebisingan (dBA)
Keterangan
Rumah Sakit, klinik kesehatan/sosial, studio
1
35-45
penelitian dan sejenisnya
2
45-55
Perumahan, pendidikan, area rekreasi, ruang terbuka
3
55-60
Perkantoran, perdagangan, pasar
4
60-70
Industri, pabrik, stasiun KA/terminal bis
5
100-115
Perlu memakai ear plug
6
115-135
Perlu memakai ear muff
7
135-150
Harus menggunakan ear plug dan ear muff
8
>150
Daerah berbahaya dan harus dihindari
Sumber:
International
Air
Transportation
Association
(IATA)
dalam
Sastrowinoto,
1985
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-dan-zona-kebisingan, Diunduh 11
Juli 2013
Untuk penilaian dampak lalu lintas terhadap kebisingan, pemberian skala kualitas lingkungan
ditetapkan sebagai berikut:
1. Nilai dampak lingkungan 5 diberikan bila tingkat kebisingan mencapai 101-150 dBA atau >
100 dBA (sangat buruk) dalam paparan <15 menit;
2. Nilai 4 bila tingkat kebisingan berkisar 85-100 (buruk) dalam paparan 1-4 jam;
3. Nilai 3 bila tingkat kebisingan 70-84 dBA (sedang/dapat diterima) dalam paparan 4-8 jam,
4. Nilai 2 bila tingkat kebisingan 56-69 dBA (baik) dalam paparan 8-12 jam
5. Nilai 1 bila <55 dBA (sangat baik) dalam paparan >12 jam.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Alamsyah, A.A. 2008. Rekayasa Lalu Lintas. Cetakan Kedua. Malang: UMM Pres.
da Costa, D.G.N. 2012. Analisis Resiko Kecelakaan Pengguna Sepeda Motor. Simposium
Internasional Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-15. Sekolah Tinggi
Transportasi Darat. Bekasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1988. Sistem Transportasi Kota. Jakarta. Penerbit:
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1999. Rekayasa Lalu Lintas, Pedoman Perencanaan dan
Pengoperasian Lalu Lintas di Wilayah Perkotaan. Jakarta: Penerbit Direktorat Bina
Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota.
International Air Transportation Association (IATA) dalam Sastrowinoto,
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-dan-zonakebisingan, Diunduh 11 Juli 2013
1985
Teknik