DISUSUN OLEH:
Karinadintha Marsya R., S.KH
061523143022
061523143006
M. Ardiansyah, S.KH
061523143075
061523143010
061523143058
Sterilisasi alat:
Membuat daftar jumlah alat dan jumlah media yang akan digunakan di laboratorium
kemudian alat dan media tersebut disterilisasi. Membuat diagram prosedur kerja.
Alat-alat laboratorium yang disterilisasi antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
BGBB
BPW
EMBA
NA
1 ml (pipet I)
1 ml (pipet II)
BPW 225 ml
10-
1 ml
BPW 9ml
10-1
BPW 9
10-2
(pipet 2)
1 ml (pipet 3)
1 ml (pipet III)
10-3
1 ml (pipet 4)
10-1
10-2
EMBA diinkubasi 37C selama 24 jam
1 ml (pipet 2)
10-1
1 ml (pipet 5)
TPC
10-3
10-2
10-3
BPW 9ml
BPW 9ml
BPW 9ml
10-4
10-5
10-6
1 ml (pipet 5)
Staphylococcus
1 ml (pipet 6)
1 ml (pipet 7)
1 ml (pipet 4)
BPW 9ml
Kontrol
1 ml (pipet 8)
MSA
Salmonella
10-1
TTB
BSA
: Susu
Diambil dari
Jumlah sampel
: 1 liter
3
TSIA
: 23 Agustus 2016
Hasil Pemeriksaan :
Sampel : 200 ml susu
1. Uji Organoleptis
Warna
: putih susu
Bau
: khas susu
Rasa
: gurih
Kekentalan
Uji kebersihan
2. Uji Didih
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
3. Uji Alkohol
Tidak terdapat gumpalan pada susu , reaksi (-)
4. Berat Jenis Susu
Temperatur susu : 260 C
Skala Laktodensimeter : 1,027
BJ =
26 C
27,5 C
76 cmHg = 1,027
100
50
x 5,4 ml = 10,8 SH
5 x 0,009
17,5
x 100% = 0,09%
6. Pemeriksaan Enzimatis
a. Uji Reduktase
Setelah diamati setiap jam sekali selama 5 jam susu tidak mengalami perubahan
warna, masih terlihat warna biru
sampai
akhir
cm.
7. Pemeriksaan Kadar Lemak Metode
Skala yang ditunjukkan = 2% (2 g
Gerber
lemak dalam 100 g susu)
= titrasi kedua
titrasi blanko
= 6,8 ml 5 ml
= 1,8 ml
% Kadar Protein = 1,83 x ml titrasi formol
= 1,83 x 1,8 ml
= 3,29 % kandungan protein normal (3,2%)
5
titrasi formol
g bahan x 10
x N.NaOH x 14,008
1,8
10 x 10 x 0,1 x 14,008 = 0,025 %
: Daging sapi
Diambil dari
: Pasar Mulyosari
Jumlah susu
: 25 gram
Pengambilan sampel
: 23 Agustus 2016
Pemeriksaan susu
: 23 Agustus 2016
1. Untuk uji MPN, suspesi sampel daging diambil 1 ml kemudian dibuat pengenceran 10-2,
10-3 pada larutan BPW 9 ml pada setiap pengenceran menggunakan pipet steril yang
berbeda.
2. Pada setiap pengenceran diinokulasi per ml ke dalam 5 tabung raksi berisi 9 ml BGBB
dengan menggunakan pipet steril (tiap pengenceran terdiri dari 5 tabung reaksi beserta
tabung Durham yang berisi BGBB) lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C.
3. Untuk uji Salmonella, dari pengenceran 10-1 diambil 1 ml dengan menggunakan pipet
steril dan dimasukkan ke media Tetrathionate Broth (TTB) lalu diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37C.
4. Untuk uji Staphylococcus, dari pengenceran 10-2 diambil 0,1 ml dengan menggunakan
pipet steril untuk ditanam pada media MSA (dengan metode sebar) kemudian di ratakan
dengan hockey stick cara ini lebih dikenal dengan metode sebar, dengan posisi terbalik di
dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37C.
5. Untuk uji TPC metode tuang dari pengenceran 10-3 diencerkan lagi sampai 10-4, 10-5 dan
membuat kontrol yang diisi dengan BPW sebanyak 9 ml.
6. Pada pengenceran 10-4, 10-5 dan kontrol masing-masing diambil 1 ml lalu dimasukkan ke
dalam cawan petri yang steril. Setelah itu menuangkan media steril NA sebanyak 15 ml.
kemudia cawan petri digerakkan secara berputar horizontal agar media merata, biarkan
media memadat, kemudian inkubasi dengan posisi terbalik di dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 37C.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel susu yang telah kami lakukan, secara umum
kualitas susu masih bagus. Hal ini terlihat pada hasil pemeriksaan organoleptis, alkohol, berat
jenis, derajat keasaman, reduktase, dan lemak. Pada pemeriksaan organoleptis, rasa susu
segar yang normal adalah sedikit manis karena mengandung kerbohidrat yaitu laktosa dan
sedikit asin karena kandungan klorida. Pada hasil pemeriksaan organoleptis susu terasa gurih
dan warnanya putih kekuningan. Pada pemeriksaan alkohol menunjukkan reaksi negatif tidak
7
adanya koagulasi. Hal ini menunjukkan bahawa kualitas susu masih baik. Derajat keasaman
susu dengan metode Soxhlet Henkel menunjukkan hasil 10,8 0SH, di atas standar SNI yang
ditetapkan (60-70SH). Keasaman susu yang tinggi kemungkinan dapat diartikan bahwa susu
diambil dari sapi yang terkena mastitis. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar padatan total
dan padatan tanpa lemak. Pada pemeriksaan berat jenis susu, menunjukkan hasil berat jenis
susu 1,0267. Berat jenis susu tersebut hampir mendekati SNI berat jenis susu (1,028).
Keragaman berat jenis susu disebabkan kandungan air, kandungan laktosa, kandungan lemak
dan mineral.
Pada pemeriksaan enzimatis reduktase dengan menambahakan Methylen Blue pada
susu, perubahan warna menjadi putih membutuhkan waktu lebih dari lima jam, sehingga
dapat diartikan nilai susu 10. Uji reduktase digunakan untuk menilai mutu susu berdasarkan
jumlah bakteri di dalam susu dengan prinsip kuman di dalam susu menghasilkan enzim
reduktase yang dapat merubah warna Methylen Blue menjadi putih. Maka dari pemeriksaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah bakteri yang terkandung dalam susu sangat sedikit
jumlahnya karena perubahan warna biru menjadi putih membutuhkan waktu yang lama.
Pada pemeriksan kadar lemak dengan metode Gerber, menunjukkan hasil kadar lemak
susu tersebut 2% yang artinya terdapat 2 gram lemak yang terkandung dalam 100 gram susu.
Pada pemeriksaan kandungan protein, menunjukkan hasil kandungan protein susu tersebut
3,29% yang menunjukkan bahwa kandungan protein susu normal (3,2%), sedangkan
pemeriksaan kadar kasein susu tersebut 2,934% yang menunjukkan bahwa kadar kasein susu
tinggi (2,7%).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh hasil pemeriksaan sampel susu tersebut
bahwa sampel susu mempunyai kualitas yang baik dan dapat dikonsumsi karena mengandung
kandungan gizi yang cukup.
Diambil dari
Jumlah susu
: 135 ml
Sampel diambil
: 23 Agustus 2016
Periksa susu
: 24 Agustus 2016
Hasil Pemeriksaan :
1. Uji Organoleptis
Warna
: putih susu
Bau
: khas susu
Rasa
: gurih
Kekentalan
: encer
Uji kebersihan
2. Uji Didih
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
3. Uji Alkohol
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
4. Uji Titrasi Keasaman
- Metode Soxhlet Henkel
Jumlah NaOH 0,25 N yang digunakan adalah 6 ml
SH =
-
100
50
x 6 ml = 12 SH
13 x 0,009
17,5
x 100% = 0,67%
5. Pemeriksaan Enzymatis
a. Uji Reduktase
Setelah diamati setiap jam sekali, susu mengalami perubahan warna menjadi putih
setelah 5 jam nilai susu 10
b. Uji Katalase
Jumlah udara yang terbentuk di puncak tabung setinggi 0,4 cm.
10
= titrasi kedua
titrasi blanko
= 10,7 ml 7,8
ml
= 2,9 ml
% Kadar Protein = 1,83 x ml
titrasi formol
= 1,83 x 2,9 ml
= 5,307 % kandungan protein tinggi (>3,2%)
% Kadar Kasein = 1,63 x ml titrasi formol
= 1,63 x 2,9 ml
= 4,727 % kandungan kasein tinggi (>2,7%)
%N
titrasi formol
g bahan x 10
x N.NaOH x 14,008
2,9
10 x 10 x 0,1 x 14,008
= 0,0406 %
11
: 48,4 ml
: 0,5 ml
: 1 ml
100
5
= Ax
filtrat
100
= 0,0684 x
48,4
100
= 0,1324 gram
: daging sapi
Diambil dari
: pasar Mulyosari
Jumlah sampel
: 25 gram
12
100
25
gram
100
25
gram
Sampel diambil
: 23 Agustus 2016
Periksa
: 24 Agustus 2016
Keterangan:
Pengenceran
10-1
10-2
10-3
13
Uji Salmonella
Hasil inokulasi pada media TTB menunjukkan hasil (+) tumbuh warna keruh
Melanjutkan uji Salmonella:
-
Menginokulasi bakteri dengan menggunakan ose dari media TTB untuk ditanam ke
media BSA lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C.
14
Uji Staphylococcus
Pada media MSA, bakteri yang tumbuh adalah Staphylococcus aureus yang ditunjukkan
dengan adanya zona berwarna kuning pada media.
Hasil perhitungan jumlah koloni pada media MSA :
Jumlah Koloni pada MSA
Keterangan
2 x 102 CFU/ml
Uji TPC
Melihat hasil penanaman bakteri di media NA lalu dihitung jumlah koloni yang ada
Hasil perhitungan jumlah koloni pada media NA :
Jumlah Koloni per Pengenceran
Kontro
-3
-4
-5
10
10
10
l
Tbud
tbud
56
tbud
15
Keterangan
Pembahasan :
Pemeriksaan organoleptis terhadap sampel susu yang telah disimpan didalam kulkas
menunjukkan hasil yang normal yaitu warna putih khas susu, rasa susu gurih, bau khas susu,
dan kondisi susu bersih tidak terdapat kotoran. Pada pemeriksaan alkohol dan uji didih
menunjukkan hasil negatif tidak terdapat gumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
susu masih baik.
Derajat keasaman susu diuji dengan metode Sohxlet Henkel menunjukkan hasil 12 0SH,
di atas standar SNI yang ditetapkan (6 0-70SH). Keasaman susu yang tinggi kemungkinan
dapat diartikan bahwa susu diambil dari sapi yang terkena mastitis. Pemeriksaan enzimatis
reduktase dengan menambahakan Methylen Blue pada susu, perubahan warna menjadi putih
membutuhkan waktu lebih dari lima jam, sehingga dapat diartikan nilai susu 10. Bakteri di
dalam susu yang normal pada pemeriksaan reduktase butuh 2-5 jam untuk methylen blue
dapat direduksi oleh enzim reduktase yang menunjukkan angka 4-10. Maka dari hasil
pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah bakteri yang terkandung dalam susu
16
sangat sedikit jumlahnya karena perubahan warna biru menjadi putih membutuhkan waktu
yang lama.
Pada pemeriksaan kadar lemak dengan metode Gerber menunjukkan hasil kadar lemak
susu tersebut 1,5% yang artinya terdapat 1,5 gram lemak yang terkandung di dalam 100 gram
susu. Lemak pada susu tersebut menurun jika dibandingkan dengan pengujian kadar lemak
yang dilakukan pada saat susu tersebut belum dipasteurisasi dan disimpan dalam kulkas. Pada
pemeriksaan kandungan protein, menunjukkan hasil kandungan protein susu tersebut 5,307%
yang menunjukkan bahwa kandungan protein susu tinggi (3,2%), sedangkan pemeriksaan
kadar kasein susu tersebut 4,727 % yang menunjukkan bahwa kadar kasein susu tinggi
(2,7%).
Pemeriksaan kadar laktosa susu menunjukkan hasil 0,1324 gram laktosa dalam 100 ml
susu. Hal ini menunjukkan kandungan laktosa dalam susu tersebut rendah. Susu dengan
kandungan laktosa yang rendah menyebabkan rasa susu agak asin. Laktosa merupakan
bentuk karbohidrat yang terdapat dalam susu. Kadar laktosa normal pada susu sapi adalah
4,6% dan ditemukan dalam keadaan larut. Hasil pemeriksaan terhadap sampel susu yang
telah disimpan dalam kulkas kurang lebih selama 24 jam dapat disimpulkan bahwa kualitas
susu masih baik dan memiliki kandungan gizi yang cukup, sehingga masih dapat dikonsumsi.
Pemeriksaan kualitas sampel daging dengan uji Eber menunjukkan hasil negatif yaitu
tidak terbentuknya kabut NH4Cl, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa daging masih
dalam kondisi yang baik, belum terjadi adanya pembusukan daging.
Pemeriksaan mikrobiologi dari sampel daging, pada uji MPN, hasil inokulasi suspensi
daging dengan pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 pada media BGBB menunjukkan terdapat gas
(tabung durham terangkat naik) dan warna media menjadi keruh pada semua tabung. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dan
17
menghasilkan gas, sehingga diperkirakan bakteri yang tumbuh adalah positif koliform.
Selanjutnya, dilakukan penanaman pada media EMBA untuk pengujian terhadap koliform.
Pemeriksaan Salmonella dari inokulasi suspensi daging pengenceran 10-1 pada media
TTB (Tetrathionat Broth) menunjukkan warna media berubah menjadi keruh dan terdapat
endapan warna putih. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri. TTB
merupakan media cair yang memiliki efek menghambat atau menekan pertumbuhan bakteri
koliform, tetapi Salmonella sp. dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya suspensi koloni dari
media TTB diinokulasikan pada media BSA.
Pemeriksaan Staphylococcus dari inokulasi suspensi daging pengenceran 10 -2 pada
media MSA menunjukkan terdapat zona berwarna kuning pada media dan terlihat
pertumbuhan koloni bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri yang
dapat memfermentasi manitol yaitu bakteri Staphylococcus sp. Jumlah koloni pada media
MSA yaitu 2 x 102. Menurut Standar Nasional Indonesia (2000), jumalah maksimum cemaran
Staphylococcus sp. pada daging sapi adalah 1 x 102. Sehingga hasil pemeriksaan
Staphylococcus sampel daging tersebut melebihi batas maksimum SNI.
Pemeriksaan mikrobiologi dari sampel daging, pada uji TPC, hasil inokulasi suspensi
daging dengan pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5 pada media NA menunjukkan terdapat koloni
bakteri yang berwarna putih kekuningan. Pada uji TPC digunakan media NA yang
diinokulasi dengan media BPW sebagai kontrol. Pada media NA kontrol terdapat
pertumbuhan bakteri. Hal tersebut dikarenakan terjadi kontaminasi pada proses pembuatan
media atau penuangan media pada plate. Hasil uji TPC pada ampel daging tersebut adalah
5,6x106 CFU / ml. Menurut Standar Nasional Indonesia (2000) batas maksimum TPC pada
daging sapi adalah 1x104 CFU/gram. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hasil TPC sampel
daging melebihi batas maksimum SNI dan menunjukkan sampel daging tersebut kualitasnya
rendah.
18
Diambil dari
Jumlah susu
: 135 ml
Sampel diambil
: 23 Agustus 2016
Periksa susu
: 25 Agustus 2016
Hasil Pemeriksaan :
1. Uji Organoleptis
Warna
: putih susu
Bau
: khas susu
Rasa
: gurih
Kekentalan
: encer
Uji kebersihan
2. Uji Didih
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
3. Uji Alkohol
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
19
100
50
x 6 ml = 12 SH
4,5 x 0,009
17,5
x 100% = 0,231%
5. Pemeriksaan Enzymatis
a. Uji Reduktase
Setelah diamati setiap jam sekali, susu mengalami perubahan warna menjadi putih
setelah 5 jam nilai susu 10
b. Uji Katalase
Jumlah
udara
yang
Metode Gerber
20
titrasi formol
g bahan x 10
x N.NaOH x 14,008
6,5
10 x 10 x 0,1 x 14,008
= 0,091 %
21
Keterangan:
(+) = bakteri berwarna hijau
metalik
(-) = bakteri tidak berwarna
hijau metalik
Setelah bakteri ditanam pada media EMBA, selanjutnya dilakukan inokulasi pada
media Buffer Pepton Water dengan menggunakan ose runcing lalu diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37C.
Uji Salmonella
Hasil inokulasi pada media BSA terlihat pertumbuhan bakteri, membentuk koloni
berwarna keabu-abuan hampir kehitaman.
22
Setelah bakteri ditanam pada media BSA, selanjutnya dengan menggunakan ose
runcing dilakukan penanaman dengan cara ditusuk tegak pada media TSIA lalu
diinkubasi di dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37C.
Telur Ayam B
Telur Puyuh
Telur Puyuh
Ukuran
-
Berat
59,4 gram
61,2 gram
12,7 gram
11,5 gram
Panjang
5,64 cm
5,91 cm
3,31 cm
3,22 cm
Lebar
4,33 cm
4,32 cm
Coklat
Coklat
2,64 cm
Putih bercak
2,56 cm
Putih bercak
Lonjong
Tebal
Bersih
Lonjong
Tebal
Bersih
hitam
Lonjong
Tebal
Bersih
hitam
Lonjong
Tebal
Bersih
Warna
Bentuk
Kondisi Kulit
Kebersihan
23
Telur Puyuh
Telur Puyuh
B
2,55 cm
10,78 mm
5,8 cm
5,31 mm
Kuning
10,78
25,5 =
4,6 cm
11,36 mm
11,12 cm
5,9 mm
Kuning
11,36
=
46
4,83 cm
14,45 mm
9,56 cm
4,3 mm
Kuning
14,45
48,3 =
A
2,57 cm
10,4 mm
5 cm
4,76 mm
Kuning
10,4
25,7 =
0,25
0,3
0,404
0,422
(rendah)
5,9
111,2 =
(Rata-rata)
4,3
95,6 =
(Tinggi)
4,76
50 =
(Tinggi)
5,31
58 =
0,05
0,045
0,1
0,1
(normal)
(rendah)
(normal)
(normal)
24
3. Haugh Unit
Telur Ayam A
HU = 100 log (H + 7,57 1,7 x W0,37)
= 100 log (5,9 + 7,57 1,7 x 59,40,37)
= 100 log (5,9 + 7,57 7,701)
= 100 log (5,769)
= 76,11
Telur Ayam B
HU = 100 log (H + 7,57 1,7 x W0,37)
= 100 log (4,3 + 7,57 1,7 x 61,20,37)
= 100 log (4,3 + 7,57 7,786)
= 100 log (4,084)
= 61,108
Telur Puyuh A
HU = 100 log (H + 7,57 1,7 x W0,37)
= 100 log (4,76 + 7,57 1,7 x 12,70,37)
= 100 log (5,9 + 7,57 4,352)
= 100 log (7,978)
25
= 90,189
Telur Puyuh B
HU = 100 log (H + 7,57 1,7 x W0,37)
= 100 log (5,31 + 7,57 1,7 x 11,50,37)
= 100 log (5,31 + 7,57 4,195)
= 100 log (8,681)
= 93, 856
Pembahasan:
Pemeriksaan organoleptis terhadap sampel susu yang telah disimpan didalam freezer
menunjukkan hasil yang normal yaitu warna putih khas susu, rasa susu gurih, bau khas susu,
dan kondisi susu bersih tidak terdapat kotoran. Pada pemeriksaan alkohol dan uji didih
menunjukkan hasil negatif tidak terdapat gumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
susu masih baik.
Derajat keasaman susu diuji dengan metode Sohxlet Henkel menunjukkan hasil 12 0SH,
di atas standar SNI yang ditetapkan (6 0-70SH). Keasaman susu yang tinggi kemungkinan
dapat diartikan bahwa susu diambil dari sapi yang terkena mastitis. Pemeriksaan enzimatis
reduktase dengan menambahakan Methylen Blue pada susu, perubahan warna menjadi putih
membutuhkan waktu lebih dari lima jam, sehingga dapat diartikan nilai susu 10. Maka dari
hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah bakteri yang terkandung dalam
susu sangat sedikit jumlahnya karena perubahan warna biru menjadi putih membutuhkan
waktu yang lama.
Pada pemeriksaan kadar lemak dengan metode Gerber menunjukkan hasil kadar lemak
susu tersebut 2% yang artinya terdapat 2 gram lemak yang terkandung di dalam 100 gram
susu. Pada pemeriksaan kandungan protein, menunjukkan hasil kandungan protein susu
tersebut 11,895% yang menunjukkan bahwa kandungan protein susu tinggi (3,2%),
sedangkan pemeriksaan kadar kasein susu tersebut 10,595% yang menunjukkan bahwa kadar
kasein susu tinggi (2,7%). Dari hasil pemeriksaan susu yang telah diawetkan dengan
26
metode pasteurisasi dan disimpan dalam freezer maka dapat disimpulkan bahwa susu tersebut
masih mempunyai kualitas yang baik dan dapat dikonsumsi karena mengandung kandungan
gizi yang cukup.
Pemeriksaan lanjutan dari uji MPN sampel daging, pada media EMBA hasil inokulasi
dari suspensi daging pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 menunjukkan terdapat pertumbuhan
bakteri dengan koloni berwarna hijau metalik. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang
tumbuh pada media EMBA adalah bakteri Escherichia coli. Selanjutnya koloni bakteri yang
berwarna hijau metalik diinokulasi pada media Buffer Pepton Water lalu diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37C.
Pemeriksaan lanjutan uji Salmonella pada media BSA (Bismut Sulfit Agar)
menunjukkan pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan pertumbuhan koloni bakteri
berwarna abu-abu hampir kehitaman. BSA merupakan media selektif untuk bakteri
Salmonella sp. Selanjutnya koloni yang tumbuh pada media BSA ditanam pada media TSIA
lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Pemeriksaan fisik telur meliputi ukuran, warna, kondisi kulit, bentuk, dan kebersihan
kulit. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap telur-telur sampel, menunjukkan
bahwa semua telur sampel dalam keadaan yang layak, yaitu ukuran normal, warna coklat,
kondisi kulit tebal, bentuk lonjong, dan kebersihan kulit bersih.
Kesegaran isi telur dapat diukur menggunakan indeks kuning telur dan indeks putih
telur. Indeks kuning telur (IKT) telur segar = 0,33 0,50 dengan rata-rata 0,42. Standar IKT
adalah 0,22 = jelek; 0,39 = rata-rata; dan 0,45 = tinggi. Pengukuran indeks kuning telur pada
telur sampel didapatkan telur ayam A = 0,25; telur ayam B = 0,3; telur puyuh A = 0,404; dan
telur puyuh B = 0,422. Dari hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa rata-rata telur
sampel mempunyai IKT yang normal, tetapi pada telur ayam A mempunyai IKT yang rendah.
27
Indeks putih telur yang baru berkisar antara 0,050 0,174 tetapi biasanya berkisar
antara 0,090 dan 0,120. Pengukuran indeks putih telur pada telur sampel didapatkan telur
ayam A = 0,05; telur ayam B = 0,003; telur puyuh A = 0,1; dan telur puyuh B = 0,1. Dari hasil
pengukuran tersebut menunjukkan bahwa rata-rata telur sampel mempunyai indeks putih
telur yang normal, tetapi pada telur ayam B mempunyai indeks putih telur yang rendah. Hal
ini kemungkinan dikarenakan penyimpanan telur ayam B yang terlalu lama. Indeks putih
telur menurun selama proses penyimpanan karena pemecahan ovomucin yang dipercepat oleh
naiknya pH.
Telur dengan mutu yang baik mempunyai nilai HU minimal 72, dan telur yang tidak
layak konsumsi memiliki nilai HU kurang dari 30. Pada pemeriksaan kualitas telur dengan
perhitungan Haugh Unit (HU), Telur ayam A, telur puyuh A, dan telur puyuh B dapat
disimpulkan bahwa kualitas telur masih baik dan layak untuk dikonsumsi. Sedangkan, pada
nilai HU telur Ayam B kurang dari 72. Hal ini menunjukkan kualitas telur rendah,
dimungkinan telur ayam B telah disimpan dalam waktu yang lebih lama daripada telur
lainnya.
28
Diambil dari
Jumlah susu
: 135 ml
Sampel diambil
: 23 Agustus 2016
Periksa susu
: 26 Agustus 2016
Hasil Pemeriksaan :
1. Uji Organoleptis
Warna
: putih susu
Bau
: khas susu
Rasa
: gurih
Kekentalan
: encer
Uji kebersihan
2. Uji Didih
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
3. Uji Alkohol
Tidak terdapat gumpalan pada susu, reaksi (-)
4. Uji Titrasi Keasaman
- Metode Soxhlet Henkel
Jumlah NaOH 0,25 N yang digunakan adalah 5,2 ml
29
SH =
-
100
50
x 5,2 ml = 10,4 SH
4 x 0,009
17,5
x 100% = 0,205%
5. Pemeriksaan Enzymatis
a. Uji Reduktase
Setelah diamati setiap jam sekali, susu mengalami perubahan warna menjadi putih
setelah 5 jam nilai susu 10
b. Uji Katalase
Jumlah udara yang terbentuk di puncak tabung
setinggi 0,3 cm.
30
titrasi formol
g bahan x 10
x N.NaOH x 14,008
4
10 x 10 x 0,1 x 14,008
= 0,056 %
31
Melihat hasil penanaman bakteri pada media Buffer Pepton Water dengan melakukan
Tes Indol pada setiap tabung dengan meneteskan reagen Kovach.
-1
10
+
+
+
+
+
Tes Indol
10-2
+
+
+
+
+
10-3
+
+
+
+
+
32
Keterangan:
(+) = terlihat cincin merah
muda
(-) = tidak terlihat cincin
merah muda
Uji Salmonella
Melihat hasil penanaman bakteri di media TSIA :
-
Hasil penanaman bakteri pada media TSIA yaitu tumbuh koloni yang ditandai dengan
terbentuknya H2S (+), tidak terbentuk gas, bidang miring berwarna kuning, bagian
tegak berwarna kuning butt bersifat asam, slank bersifat asam.
Pembahasan :
Pemeriksaan organoleptis terhadap sampel susu yang telah disimpan didalam kulkas
menunjukkan hasil yang normal yaitu warna putih khas susu, rasa susu gurih, bau khas susu,
33
dan kondisi susu bersih tidak terdapat kotoran. Pada pemeriksaan alkohol dan uji didih
menunjukkan hasil negatif tidak terdapat gumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
susu masih baik.
Derajat keasaman susu diuji dengan metode Sohxlet Henkel menunjukkan hasil
10,40SH, di atas standar SNI yang ditetapkan (6 0-70SH). Keasaman susu yang tinggi
kemungkinan dapat diartikan bahwa susu diambil dari sapi yang terkena mastitis.
Pemeriksaan enzimatis reduktase dengan menambahakan Methylen Blue
pada susu,
perubahan warna menjadi putih membutuhkan waktu lebih dari lima jam, sehingga dapat
diartikan nilai susu 10. Maka dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah bakteri yang terkandung dalam susu sangat sedikit jumlahnya karena perubahan
warna biru menjadi putih membutuhkan waktu yang lama.
Pada pemeriksaan kadar lemak dengan metode Gerber menunjukkan hasil kadar lemak
susu tersebut 0% yang artinya terdapat 0 gram lemak yang terkandung di dalam 100 gram
susu. Lemak pada susu tersebut menurun jika dibandingkan dengan pengujian kadar lemak
yang dilakukan pada saat susu tersebut belum dipasteurisasi dan disimpan dalam kulkas atau
dapat dikatakan bahwa kadar lemak dalam susu tersebut habis. Pada pemeriksaan kandungan
protein, menunjukkan hasil kandungan protein susu tersebut 7,32% yang menunjukkan
bahwa kandungan protein susu tinggi (3,2%), sedangkan pemeriksaan kadar kasein susu
tersebut 6,52% yang menunjukkan bahwa kadar kasein susu tinggi (2,7%). Meskipun hasil
pemeriksaan kadar protein dalam susu tersebut tinggi, tetapi kadar protein susu lebih rendah
apabila dibandingkan dengan hasil pemeriksaan protein susu sebelum diawetkan dengan
pasteurisasi dan disimpan dalam kukas. Dari semua hasil pemeriksaan susu yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa susu tersebut masih mempunyai kualitas yang baik
dan dapat dikonsumsi karena mengandung kandungan gizi yang cukup.
34
Pemeriksaan lanjutan dari uji MPN sampel daging, pada media BPW (Buffer Pepton
Water) yang ditambahkan reagen Kovach menunjukkan terdapat bentukan cincin berwarna
merah muda pada permukaan media pada semua tabung. Hal ini menunjukkan bahwa
terbentuknya indol dan bakteri yang tumbuh pada media BPW adalah bakteri Escherichia
coli. Jumlah tabung BPW yang positif Escherichia coli per pengenceran yaitu 10-1 = 5
tabung; 10-2 = 5 tabung; dan 10-3 = 5 tabung. Pada tabel Mc Crady hasil perhitungan MPN
sampel daging tersebut adala >1600 CFU/gram sampel. Menurut Standar Nasional Indonesia
(2000) batas maksimum cemaran Escherichia coli pada daging sapi adalah 5x101 CFU/gram.
Hasil perhitungan MPN pada sampel daging melebihi standar maksimum SNI. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa kualitas sampel daging tersebut rendah.
Pemeriksaan lanjutan uji Salmonella pada TSIA (Triple Sugar Iron Agar) menunjukkan
pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan pada bidang miring berwarna kuning (bersifat
asam), bagian tegak berwarna kuning (bersifat asam), terbentuknya H2S, dan tidak terbentuk
gas. hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh bukan Salmonella sp.
Pertumbuhan bakteri Salmonella sp. pada media TSIA menunjukkan hasil pada bidang
miring berwarna merah (bersifat alkalis, bagian tegak berwarna kuning (bersifat asam),
terbentuk H2S, dan terbentuk gas. Menurut Standar Nasional Indonesia (2000) batas
maksimum cemaran Salmonella sp. pada daging sapi adalah negatif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel daging negatif tercemar bakteri Salmonella sp.
35