METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan analisis secara kuantitatif dimana hasil penelitian terutama yang
didapat dari hasil kuesioner diolah dengan data statistik berupa tabel tunggal dan
persentase dari modus jawaban responden,
dianalisis dan dijelaskan tentang keterkaitan penerapan TPP dan peranannya dalam
meningkatkan
Provinsi Sumatera Utara ditambah dengan hasil wawancara dengan key informan.
beban kerja atau tempat bertugas atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau
prestasi kerja.
Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai individu yang disesuaikan
dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, dihubungkan dengan suatu
ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan tempat individu bekerja. Komponen
dari kinerja karyawan adalah : Kualitas kerja dan Kuantitas kerja. Kualitas kerja
meliputi keterampilan, ketelitian/kecermatan, kerapian, kerjasama, tanggungjawab,
prakarsa, dan absensi. Kuantitas kerja meliputi hasil yang diproses, jumlah waktu
yang digunakan, dan jumlah kesalahan.
a. Populasi
Menurut Sugiono (dalam Riduwan, 2004) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Riduwan (2004) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik
atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian.
Populasi adalah seluruh unit yang akan diteliti dan memiliki sedikitnya sifat
yang sama (Neuman, 2000; Sugiarto dkk., 2003) sedangkan sampel adalah sebagian
anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasinya (Neuman, 2000; Sugiarto dkk., 2003).
Dalampenelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai yang ada pada
Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara.
b. Sampel
Sampel adalah sebahagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili
populasi untuk menjadikan sumber informasi atau sumber data suatu penelitian. Total
pegawai Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara berjumlah 128 orang.
Dalam menentukan jumlah sample untuk kuesioner penulis menggunakan
rumus Taro Yamane, yaitu :
N
N (d ) 2 1
Keterangan :
= Jumlah Sampel
= Jumlah Populasi
128
128 (0,1)2 + 1
n=
128
2,28
n = 56
Sampel yang diambil adalah berjumlah 56 orang, dengan teknik pengambilan
sampel dilakukan secara acak (random).
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini maka digunakan teknik sebagai
berikut :
a. Wawancara (interview)
Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dalam bentuk penyajian
melalui Analisis Tabel Tunggal, yang menurut Singarimbun (2002: 263) bahwa
Analisis Tabel Tunggal adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Jadi analisis tabel tunggal digunakan untuk
membagi indikator-indikator variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan
persentase dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan melalui penyebaran
kuesioner.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara
Masing masing Biro dikepalai oleh seorang Kepala Biro dan membawahi 4
Kepala Bagian kecuali Biro Keuangan membawahi 5 Kepala Bagian dan Biro
Pembangunan membawahi 3 Kepala Bagian.
Selanjutnya Kepala Bagian membawahi Kepala Sub Bagian yang sebahagian besar
Bagian membawahi 3 Sub Bagian kecuali Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan
Keluarga Berencana masing - masing Bagian membawahi 2 Sub Bagian dan beberapa
Bagian di Biro Pembangunan membawahi 2 Sub Bagian.
Jumlah PNS dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 981 orang yang terdiri dari golongan I sebanyak 38 orang ; golongan II
sebanyak 347 orang ; golongan III sebanyak 532 orang dan golongan IV sebanyak
64 orang. Dan dari sisi pendidikan, PNS dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi
Sumatera Utara terdiri dari SD 28 orang, SLTP 15 orang, SLTA 512 orang,
Diploma III / Sarjana Muda 52 orang, S1 316 orang, S2 57 orang dan S3 1 orang.
Dengan demikian diketahui bahwa Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri
dari 1 orang Sekretaris Daerah, 4 orang Asisten, 11 orang Kepala Biro, 44 orang
Kepala Bagian dan 124 orang Kepala Sub Bagian, yang pada saat penelitian ini
dilakukan belum seluruhnya diisi sesuai Perda No. 7 Tahun 2008 yang merupakan
pelaksanaan PP No. 41 Tahun 2007.
perundang-undangan
sekurang-kurangnya
meliputi
perencanaan,
pengembangan
kualitas,
penempatan
promosi,
penggajian
e. Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan
norma standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundangundangan.
f. Penyiapan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
Daerah sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
g. Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai ketentuan dan
standar yang ditetapkan.
h. Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Utara dan
Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.
j. Pemberian masukan yang perlu kepada Gubernur dan Sekretaris Daerah sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
k. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada
Gubernur melalui
B. Sekretaris Badan
administrasi
umum,
kepegawaian,
keuangan,
penataan
Untuk
melaksanakan
tugasnya,
Kepala
Bidang
Pengembangan
dan
pelaksanaan
pengkajian
kebutuhan
ujian
divas
PNS,
melaksanakan
tugasnya,
Kepala
Bidang
Mutasi
Pegawai
menyelenggarakan fungsi :
d. Mempersiapkan Daftar Urut Kepangkatan PNS, daftar PNS yang akan naik
pangkat per periode, daftar PNS yang mencapai Batas Usia Pensiun dan daftar
pengangkatan CPNS menjadi PNS sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai bidang tugas dan
fungsinya.
f. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Badan sesuai bidang tugas dan
fungsinya
g. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada
Kepala Badan sesuai standar yang ditetapkan.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara
maka Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur
penunjang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah.
Adapun susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera
Utara adalah sebagai berikut :
A. Kepala Badan
B. Sekretaris Badan dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Umum
b. Kepala Sub Bagian Keuangan
c. Kepala Sub Bagian Program
C. Kepala Bidang Pengadaan dan Pembinaan dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bidang Formasi dan Pengadaan
b. Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Disiplin
c. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan
D. Kepala Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bidang Pendidikan dan Latihan
b. Kepala Sub Bidang Jabatan Struktural dan Fungsional
E. Kepala Bidang Mutasi
a. Kepala Sub Bidang Kepangkatan dan Penggajian
b. Kepala Sub Bidang Pemindahan dan Pensiun
F. Kepala Bidang Informasi
a. Kepala Sub Bidang Arsip Pegawai
b. Kepala Sub Bidang Pengolahan Data (Struktur Organisasi dapat dilihat dalam
lampiran tesis ini)
Jumlah Pegawai yang mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 125 orang, dengan
komposisi sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah dan Komposisi Pegawai Pada BKD Provsu
Komposisi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Sumatera Utara
Pejabat Struktural
17 Orang
Pejabat Fungsional
7 Orang
Pejabat Administrasi
101 Orang
Jumlah
125 Orang
1
4
55
16
46
3
125
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Golongan IV
8 Orang
Golongan III
86 Orang
Golongan II
29 Orang
Golongan I
2 Orang
Jumlah
125 Orang
Kepegawaian
Daerah,
maka
kelengkapan
berkas
tersebut
IS 1
Staf
IS 2
Staf
IS 3
Staf
IISB 1
Staf
IISB 2
Staf
IISB 3
Staf
IIISB 1
Staf
IIISB 2
Staf
IVSB 1
Staf
IVSB 2
Staf
VSB 1
Staf
VSB 2
Staf
Sekretaris I
Kabid Pengembangan
dan Pemberdayaan
Pegawai III
Kabid Mutasi IV
Kabid Informasi V
Dari gambar tersebut diatas dapat diuraikan fungsi tiap bagiannya sebagaimana
tertuang dalam tabel berikut :
Kasubbag Umum
Kepala
Badan
Kepegawaian Daerah
Kasubbag
Kasubbid
dan
Fungsi
3
1. Atasan langsung memberikan permohonan meneliti berkas dan
mengajukan ke pimpinan unit kerja setelah dipersiapkan surat usul
dan diparaf
2. Pimpinan unit kerja menandatangani surat usul untuk diteruskan ke
Gubernur C.q. Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera
Utara
1. Menerima berkas usulan dan melampirkan lembar disposisi
2. Menomori dan mengagendakan
3. Mengirimn surat keputusan hasil proses
1. Mendisposisikandalam lembar disposisi
2. Menugaskan staf untuk meneruskan ke Kepala Badan Kepegawaian
Daerah
1. Memberi petunjuk dengan disposisi dalam surat usul tersebut.
2. Menugaskan staf administrasinya untuk mendistribusikannya ke
masing-masing kasubbag/kasubbidnya
3. Menandatangani surat yang telah selesai diproses bidang dan
sekretaris
1. Memberi petunjuk dengan disposisi dalam surat tersebut mengacu
kepada petunjuk Kepala Badan Kepegawaian Daerah.
2. Menugaskan staf administrasi masing-masing untuk diteruskan ke
masing-masing kasubbag/kasubbidnya.
3. Menandatangani surat-surat yang menjadi kewenangannya,
misalnya pengembalian berkas yang tidak lengkap.
1. Memberi petunjuk kepada staf dengan mengacu kepada petunjuk
atasan dan peraturan yang berlaku mengenai proses penyelesaian
surat usul / berkas yang diterima.
2. Menugaskan staf administrasi untuk mendistribusikan kepada
masing-masing staf pengelola sesuai dengan bidang tugasnya
3. Meneliti dan memaraf surat-surat yang diajukan staf yang diproses
4. Meneruskan surat yang diproses staf tersebut ke Kepala Bidang /
Sekretaris
1. Menerima surat yang akan diproses dari Kasubbag / Kasubbid
2. Mengecek kelengkapan berkas sesuai dengan persyaratan jenis
urusan
3. Mengkonsep dan mengetik surat sebagai hasil proses jenis surat
yang diproses
4. Mengajukan kepada Subbag/Subbid surat yang telah selesai
diproses dan diketik
5. Mengagendakan surat tersebut sebelum diajukan ke atasan.
Sangat mengetahui
56
100%
mengetahui
0%
Tidak mengetahui
0%
Ragu-ragu
0%
Jumlah
56
100 %
juga ditegaskan dalam wawancara dengan Rizal Efendi Nasution usia 54 tahun
(Kasubid Formasi dan Pengadaan). Dia menegaskan bahwa :
Kami seluruh pegawai pemprovsu khususnya pegawai BKD sangat
mengetahui tentang adanya ketentuan tambahan penghasilan pegawai.
Ketentuan itu pastinya terdapat dalam Peraturan Gubernur Sumatera
Utara nomor 13 Tahun 2008 tentang TPP
Tabel 6. Pandangan
Responden tentang Pengaruh antara Tambahan
Penghasilan Pegawai (TPP) dengan Kinerja Pegawai
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
49
87%
Setuju
13%
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100 %
7.
Peningkatan
Kinerja
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
48
85 %
Setuju
15%
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100 %
Pegawai
pengaruh kinerja mereka dengan adanya TPP. Artinya TPP ternyata memberikan
pengaruh yang positif bagi peningkatan kinerja pegawai.
Hasil wawancara dengan salah seorang narasumber yang bernama Alimuddin
Saragih usia 52 tahun (Kasubbid Keuangan) semakin menegaskan keterkaitan antara
pemberian TPP dengan kinerja, seperti yang diungkapkannya bahwa :
sejak diberlakukannya TPP, maka kami melihat ada peningkatan kinerja
pegawai. Kalau sebelum diberlakukannya TPP, pegawai BKD khususnya
bekerja tidak dengan semangat, selalu loyo. Tapi sejak adanya TPP, paling
tidak pegawai sudah bisa ceria dalam bekerja. Dan kami rasakan bahwa
salah satuf faktor utama terjadinya peningkatan kinerja pegawai disebabkan
adanya TPP ini
Hasil penelitian yang didapat baik melalui angket dan wawancara semakin
menguatkan bahwa pemberlakukan kebijakan pemberian insentif melalui TPP ini
ternyata sangat positif dalam meningkatkan tidak saja performa organisasi tetapi juga
performa pegawai di dalamnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hasil riset yang dilakukan Ru Supriyono (2000;163) terhadap insentif
menunjukan bahwa para individu cenderung lebih termotivasi oleh insentif positif
daripada insentif negatif sehingga sistem pengendalian manajemen sebaiknya
berorientasi pada insentif positif dan insentif sangat memotivasi para pegawai untuk
berpartisipasi secara aktif beserta para atasannya dalam menyusun anggaran, standar,
atau tujuan. Dengan partisipasi tersebut mungkin pegawai berpendapat bahwa
anggaran, standar, atau tujuan tersebut adil sehingga menimbulkan komitmennya.
Kinerja Pegawai
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
56
100%
Ragu-ragu
Jumlah
56
100 %
diberlakukannya kebijakan TPP ini membuat kinerja para pegawai semakin menurun,
malah kebalikannya yang terjadi. Hal ini juga ditegaskan dalam wawancara dengan
Ahmad Sofyan Lubis usia 42 tahun (Kasubbid Program). Dia menegaskan bahwa :
dengan adanya TPP justru kami para PNS sangat terbantu. Apalagi yang
masih sifatnya staf biasa. Dengan adanya TPP maka yang terjadi adalah
peningkatan. Hal itu bisa dilihat dari berbagai aspek, mulai tingkat
kehadiran,
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
49
87%
Setuju
8%
Tidak Setuju
5%
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
saya setuju saja jika TPP itu diberikan sesuai berdasarkan golongan.
Karena memang perbedaan golongan itu juga membedakan kerja dan
tanggungjawab. Semakin tinggi, maka tanggungjawabnya semakin tinggi dan
wajar jika TPP juga diberikan lebi tinggi dibandingkan staf biasa.
Tabel 10. Pendapat Responden tentang Waktu Pemberian TPP Per Triwulan
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
5%
Setuju
11
8%
Tidak Setuju
38
81%
Ragu-ragu
6%
Jumlah
68
100%
Tabel 11. Pendapat Responden tentang Uang/gaji adalah Tujuan Utama dalam
Pekerjaan
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
5%
Setuju
18
32%
Tidak Setuju
31
55%
Ragu-ragu
8%
Jumlah
56
100%
Sangat Setuju
56
100%
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
56
100%
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Disiplin adalah persetujuan untuk mengikuti secara langsung peraturanperaturan yang telah ditentukan yang dalam pelaksanaannya diperlukan pembinaan
dari atasan kepada semua tingkat pimpinan. Disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban, yang sudah
menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau
sama sekali tidak dirasakan sebagai beban bahkan sebaliknya akan membebani
dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Menurut Prijordaminto
(1996:25) disiplin itu mempunyai tiga aspek penting yaitu :
1. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan watak.
diartikan sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian
tingkah laku dengan indikator yang dijadikan ukuran seperti waktu masuk kerja,
patuh terhadap tata tertib peraturan, patuh kepada atasan dan pengembangan diri
Tabel
14.
Tambahan
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
56
100%
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
56
100%
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Tabel 16. Pendapat Responden tentang Adanya TPP Membuat Pegawai selalu
Hadir (tidak membolos) ke Kantor
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
36
64%
Setuju
15
26%
Tidak Setuju
10%
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
33
58%
Setuju
21
37%
Tidak Setuju
5%
Ragu-ragu
0%
Jumlah
56
100%
Tabel 18. Pendapat Responden tentang Adanya TPP Membuat Pegawai bisa
Mengembangkan Diri
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
42
75%
Setuju
14
25%
Tidak Setuju
0%
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
Tabel 19. Pendapat Responden tentang Penerapan TPP telah sesuai dengan
Peraturan yang Berlaku
Jawaban
Frekwensi
Persentase
Sangat Setuju
56
100%
Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Jumlah
56
100%
yang berbentuk tunjangan, insentif, lembur dan sebagainya adalah untuk membuat
pegawai hidup lebih sejahtera. Hal ini khususnya untuk Pegawai Negeri Sipil. Untuk
organisasi non-pemerintahan seperti perusahaan, pemberian tambahan kompensasi ini
adalah agar pegawai mengabdikan hidupnya pada organisasi dalam jangka panjang.
Dengan pemberian kompensasi tambahan ini diharapkan pegawai termotivasi untuk
meningkatkan produktivitasnya.
Patologi ini terjadi sebagai konsekuensi dari keseluruhan perilaku dan gaya
manajerial yang sering digunakan oleh manajemen puncak (the strategic-apex) pada
hirarki organisasi publik. Gaya manajerial dan leadership yang bersifat feodalistik
dan paternalistik berpengaruh besar terhadap kinerja organisasi (Siagian, 1994:44)
sehingga jajaran birokrasi tingkat menengah dan bawah takut untuk melakukan dan
mengambil langkah langkah baru dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
Rendahnya keinginan melakukan perubahan dan inovasi dalam hal ini juga
disebabkan oleh gaya manajerial yang tidak kondusif bagi terciptanya birokrasi yang
responsif dan inovatif. Tidak mengherankan jika kemampuan kerja organisasi dan
jajarannya menjadi rendah. Dalam pandangan manajemen puncak pro status-quo
seperti itu, segala perubahan yang terjadi dalam hal ilmu pengetahuan, teknologi
tidak
prosedural
dalam
memberikan
pelayanan
dan
penyelenggaraan
pembangunan.
Paradigma birokrasi saat ini menuntut setiap aparatur pemerintah dapat
meningkatkan profesionalismenya, aparatur pemerintah bukan lagi sebagai orang
yang dilayani melainkan sebagai orang yang melayani. Penyelenggaraan pelayanan
umum oleh pemerintah sampai saat ini masih menjadi sorotan masyarakat, walaupun
berbagai langkah ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan terus
diupayakan oleh pemerintah, namun hasilnya belum optimal dirasakan oleh
masyarakat. Sebab itu perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus.
Pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan umum yang
menjadi asal usul timbulnya istilah pelayanan umum. Dalam perkembangan lebih
lanjut pelayanan umum dapat timbul karena adanya kewajiban sebagai proses
penyelenggaraan kegiatan organisasi
tercapai dan tidak bisa ditawar lagi dilakukan melalui proses pelimpahan wewenang
kepada pemerintah yang lebih rendah.
Organisasi publik yang dipahami sebagai penyelenggara pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat memiliki posisi strategis di dalam sistem pemerintahan.
Tanggung jawab organisasi publik terhadap pencapaian tujuan nasional sangat besar,
bahkan di beberapa hal organisasi publik sebagai pemeran utama serta memonopoli
penyelenggaraan berbagai urusan untuk masyarakat. Mengingat begitu besarnya
tanggung jawab organisasi publik, maka sangat perlu membangun kualitas
bagaimanapun juga organisasi publik berhadapan dengan masyarakat yang banyak
berharap akan pelayanan yang memuaskan. Namun dalam realisasinya, hal tersebut
tidaklah mudah terbentuk dengan sendirinya. Banyak hal yang terjadi justru adalah
sebaliknya, banyak aparatur pemerintah daerah kurang mampu menyelenggarakan
pelayanan yang baik agar memiliki kredibilitas tinggi dan proses pemerintahan dalam
konteks pelayanan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, aspiratif
serta bertanggungjawab.
Cita ideal profesionalisme aparatur tersebut tidak mudah terbentuk tanpa
dukungan kemampuan, kompetensi dan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
bidang tugasnya. Ketiga hal tersebut merupakan komponen-komponen yang saling
terkait dan berhubungan dalam membentuk sosok profesionalisme aparatur yang
mampu secara cepat merespon aspirasi dan tuntutan publik serta perubahan
lingkungan lainnya dengan cara kerja yang lebih bersahaja dan berorientasi kepada
masyarakat daripada berorientasi kepada atasan seperti yang terjadi selama ini dalam
lingkungan birokrasi publik.
Aparatur yang profesional pada dasarnya akan mampu memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat. Pelayanan yang baik memiliki hubungan yang erat
dengan kepuasan masyarakat, kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada
masyarakat untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan pemberi pelayanan.
Penyelenggaraan pelayanan yang prima merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh
setiap aparat birokrasi. Solusi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan etos
kerja adalah dengan memberikan tambahan penghasilan bagi pegawai atau TPP.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan adanya TPP telah terjadi
peningkatan kerja dan disiplin bagi pegawai di BKD Provinsi Sumatera Utara.
Sistem penggajian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberlakukan di
Indonesia mengacu kepada sistem pemberian gaji dasar yang sangat rendah, serta
tidak secara langsung menyesuaikan dinamika perubahan inflasi dan biaya hidup dari
tahun ke tahun. Selain itu, dengan tingkat inflasi Indonesia yang relatif tinggi, mata
uang rupiah terus mengalami depresiasi terhadap mata uang jangkar (US $) sehingga
berdampak terhadap semakin lemahnya daya beli masyarakat, termasuk PNS.
Dengan sistem penggajian sekarang ini, mayoritas PNS di Indonesia akan
merasa sulit untuk mendukung pemenuhan kebutuhan primer sehari-hari setiap
bulannya, walaupun dalam kategori hidup sederhana.
Sistem penggajian ini diyakini merupakan salah satu penyebab timbulnya
korupsi (corruption by need). Bentuk korupsi tersebut adalah dengan melakukan
Berdasarkan
peraturan baru yaitu Permendagri No. 13 tahun 2006, pasal 39 ayat (2) berbunyi:
Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam rangka
ketentuan
tersebut
maka
memungkinkan
bagi
pemerintah
Pendekatan
untuk
memberikan tambahan penghasilan terhadap PNS diatas sebagai salah satu solusi
yang obyektif dalam mengatasi rendahnya pendapatan PNS karena salah satu kriteria
pemberiannya didasarkan atas prestasi kerja. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dalam hal ini memandang bahwa pendekatan di atas merupakan terobosan untuk
mengatasi rendahnya pendapatan PNS, sebelum pemerintah mampu melakukan
reformasi sistem penggajian PNS secara nasional.
Dengan diberlakukannya kebijakan tambahan penghasilan bagi PNS daerah
diharapkan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan pegawai. Pemberian
tambahan penghasilan tersebut bersifat rutin diterima pegawai per-bulan sehingga
menumbuhkan keyakinan pegawai dalam menetapkan perencanaan kebutuhan
hidupnya. Disisi lain pemberian tambahan penghasilan diarahkan agar seluruh PNS
termasuk pegawai pada garis depan pelayanan agar dapat meningkatkan disiplin dan
kinerjanya dan dapat memberikan kualitas layanan sesuai standar prosedur baku
(SOP) yang ditetapkan.
Pemerintah di daerah dapat memberlakukan sanksi yang tegas bagi pegawai
yang menerima suap dalam memberikan layanan masyarakat. Studi ini diharapkan
Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai pemerintahan ditempat ia
bekerja saja. Kedua, teori Herberg lebih eksplisit khususnya mengenai hubungan
antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Tentang Herzberg ada dua faktor yang
mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang yaitu motivasi intristik
yaitu daya
dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang dan motivasi ekstrisik yaitu
daya dorong yang datang dari luar diri seseorang terutama dari organisasi tempatnya
bekerja.
Dengan demikian seseorang yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi
pekerjaannya, memungkinkan menggunakan kreatifitas dan inovasi dan tidak perlu
diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang
bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik,
cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan
kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi.
Tentang Herzberg faktor ektrinsik tidak akan mendorong para pegawai untuk
berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan dalam
berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, hal
tersebut dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Jadi Herzberg berpendapat
bahwa apabila manajer ingin memberi motivasi pada para bawahannya yang perlu
ditekaknkan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas yaitu dengan
mengutamakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intristik.
Di samping variabel motivasi, budaya kerja juga mempunyai peranan penting
dalam peningkatan kinerja pegawai dikarenakan budaya adalah seperangkat perilaku,
Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa
saja yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan tercapainya
kepuasan kerja karyawan, produktivitas pun akan meningkat. Banyak perusahaan
berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan merasa sudah
memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawannya sudah puas. Sebenarnya
kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah kesesuaian
pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan
kerja dan perilaku atasan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode yang telah digunakan
maka ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil yaitu Pertama, penerapan TPP
dapat meningkatkan kinerja pegawai BKD Provinsi Sumatera Utara sehingga pada
tataran implementasinya Penerapan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)
berpengaruh pada kinerja Pegawai.
Kedua, Pegawai BKD kini telah merasakan manfaat yang banyak dari adanya
TPP.
Ketiga, disiplin kerja juga terwujud dengan dibuktikan sebesar 100% responden
mengatakan dengan adanya TPP meningkatkan disiplin kerja pegawai.
Keempat, Kemampuan mengembangkan diri. Baik-buruknya pelayanan publik
yang diberikan oleh birokrasi sangat terkait dengan kemampuan dan kualitas dari
birokrasi itu sendiri. Kemampuan birokrat pemerintahan selain dibentuk melalui
pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan keahlian individu juga sangat
dipengaruhi oleh sistem organisasi tersebut seperti orientasi kerja, struktur organisasi,
model kepemimpinan serta renumerasi yang diterima oleh aparatur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 75% pegawai BKD mengatakan mampu untuk
mengembangkan diri seperti melalui jalur formal atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi seperti S2.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan maka rekomendasikan yang bisa diberikan
bagi kepentingan BKD Provinsi Sumatera Utara khususnya dan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara umumnya adalah:
Pertama, banyak harapan dari pegawai dimana TPP hendaknya bisa diberikan
perbulan. Hal ini dilakukan mengingat kebutuhan hidup yang semakin besar.
Kedua, kualitas dan kompetensi aparat birokrasi (lack of competencies). Oleh
karena itu, peningkatan SDM pegawai perlu dilakukan dalam bentuk pelatihan yang
lebih aplikatif dan tepat guna.
Ketiga, harus ada upaya bersama dari pemerintah dan PNS itu sendiri untuk
merubah image birokrasi yang penuh dengan kerumitan
Keempat, Profesionalisasi Birokrasi yang harus terus dilakukan. Di
kebanyakan negara-negara berkembang yang sudah mengalami transformasi ke
negara maju, reformasi birokrasi merupakan langkah awal dan prioritas dalam
pembangunan. Birokrasi menjadi sektor pembangunan (administrative Development)