PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Selama ribuan tahun, tumbuhan telah menjadi bagian penting dalam usaha manusia
mengobati berbagai penyakit. Selama itu pula tumbuhan telah menjadi pembentuk dasar
sistem-sistem pengobatan tradisional yang mengagumkan. Dalam perkembangannya, pada
beberapa dasawarsa terakhir ini, senyawa-senyawa bahan alam yang diisolasi dari tumbuhan
telah menjadi suatu sumber senyawa obat dan senyawa penuntun yang berharga.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayati, diantaranya
dengan dimilikinya hutan basah yang ditumbuhi dengan tanaman yang berkhasiat obat.
Penggunaan tanaman obat atau lebih dikenal dengan obat tradisional sebenarnya sudah
merupakan warisan nenek moyang. Hal itu dibuktikan dengan adanya jamu gendong, jamu
godog, dan ramuan- ramuan yang masih digunakan sampai saat ini. Pengobatan tradisional
saat ini sangat digemari. Hal ini dikarenakan banyaknya efek samping penggunaan obat-obat
modern atau obat sintetik. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan menyebabkan orang
sadar akan keunggulan bahan-bahan alam. Obat-obat tradisional tersebut, dalam kehidupan
sehari-hari tidak dapat digunakan sebagai obat modern karena tidak dapat diresepkan
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan kimia dari obat tersebut
dan diuji secara klinis.
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk) termasuk dalam famili Convolvulaceae.
tanaman kangkung memiliki beberapa nama daerah, antara lain rumpun (Aceh), kangkung
(Minangkau), kalayau, lalidik, kangkueng. Jawa: kangkung (Jawa Tengah), kangkong
(Madura). Bali: pangpung. Nusa Tenggara: lara (Bima), pangpung, angodono, nggongodano.
Sulawesi: kanto (Gorontalo), talanggo (Buol), namiri (Makasar), lare (Bugis), kangko, tango.
Maluku: kangko (Tidore), kako (Halmahera), kangko (Pulau Buru). Tanaman kangkung
memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah,
dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara mendatar pada
radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Secara alamiah, Tangkai
daun kangkung melekat pada buku-buku batang dan bentuk helaiannya seperti hati.
Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya bulat telur dan di dalamnya berisi 3 butir
biji (Santosa Hb, 2008).
Senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman kangkung adalah flavonoid jenis
quarcetin dan persenyawaan garam bromida, yang berfungsi sebagai anxiolitic agent dan
antioksidan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Department of Pharmacology, MJRP
College of Healthcare and Allied Sciences, MJRP University, Jaipur, India menunjukan
bahwa, kangkung mengandung senyawa major berupa flavonoid jenis quarcetin. Senyawa
tersebut diketahui sebagai senyawa aktif yang dapat dapat digunakan sebagai anxiolitic agent
dengan cara berikatan dengan reseptor 112s GABAA sehingga membuka kanal ion. Kanal
ion yang terbuka mengakibatkan meningkatnya potensial elektron sepanjang membran sel,
sel tereksitasi dan menyebabkan efek hipnotiksedatif. Selain itu, flavonoid terutama jenis
quarcetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari Low Density
Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.
Senyawa lain yang juga ditemukan pada tanaman kangkung berdasarkan penelitaian Mae
Fah Luang University yaitu: alkaloid, tannin, fenol, terpen, dan saponin juga mengandung
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin.
Produk kosmetik di pasaran saat ini sebagian besar masih didominasi oleh sediaan
losion dan krim. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel yang
mengandung zat aktif alami dari ekstrak tanaman. Gel merupakan sistem semipadat yang
pergerakan medium pendispersinya terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari
partikel-partikel atau makromolekul yang terlarut pada fase pendispersi (Allen, 2002).
Penggunaannya dilakukan setelah massage, dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata,
dan bibir. Gel banyak digunakan karena kepraktisannya. Pada umumnya, pemanfaatan
kangkung sebagian besar dikonsumsi secara oral dalam bentuk makanan dan belum ada
dalam bentuk topikal sediaan gel. Menurut penelitian Das (2009) yang memformulasikan
ekstrak tanaman herbal dalam sediaan gel, penggunaan konsentrasi ekstrak yang paling baik
adalah mengandung 2,5% ekstrak.
Ekstrak kangkung dikombinasikan dengan natural honey dapat digunakan pada
sediaan gel untuk memberikan efek sedatif serta melembutkan kulit wajah, antiaging dan
dapat memutihkan kulit. Dengan demikian, pada penelitian kali ini dilakukan pembuatan
sediaan skin gel dengan menggunakan bahan ekstrak kangkung, madu, etanol, gliserin, tween
80, karbomer, nipagin, nipasol, parfum, dan aquadest. Sediaan skin gel yang dihasilkan
selanjutnya dilakukan evaluasi uji sediaan yang meliputi uji mutu fisik (organoleptis, pH,
2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara memformulasi sediaan skin gel dari ekstrak kangkung?
Bagaimana cara pembuatan sediaan skin gel dari ekstrak kangkung?
Bagaimana cara evaluasi sediaan skin gel dari ekstrak kangkung?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui cara memformulasi sediaan skin gel dari ekstrak kangkung
Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan skin gel dari ekstrak kangkung
Untuk mengetahui cara evaluasi sediaan skin gel dari ekstrak kangkung
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tanaman Kangkung
3
Sumber : manfaat.co.id
Nama umum
Indonesia:
Inggris:
Melayu:
Thailand:
Pilipina:
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
Genus
: Ipomoea
Spesies
(www.plantamor.com)
Kangkung
(Ipomoea
aquatica
Forsk)
termasuk
dalam
famili
Convolvulaceae. tanaman kangkung memiliki beberapa nama daerah, antara lain rumpun
(Aceh), kangkung (Minangkau), kalayau, lalidik, kangkueng. Jawa: kangkung (Jawa
Tengah), kangkong (Madura). Bali: pangpung. Nusa Tenggara: lara (Bima), pangpung,
angodono, nggongodano. Sulawesi: kanto (Gorontalo), talanggo (Buol), namiri (Makasar),
lare (Bugis), kangko, tango. Maluku: kangko (Tidore), kako (Halmahera), kangko (Pulau
Buru). Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang
akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm,
dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air. Secara alamiah, Tangkai daun kangkung melekat pada buku-buku batang
dan bentuk helaiannya seperti hati. Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya bulat
telur dan di dalamnya berisi 3 butir biji (Santosa Hb, 2008).
2.1.2 kandungan kangkung
Kandungan gizi dalam 100 gram kangkung diantaranya adalah 458,00 gram
kalium dan 49,00 gram natrium. Dimana kalium dan natrium merupakan persenyawaan
garam bromida. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya
yang menekan susunan saraf pusat.
Menurut departemen kesehatan RI tahun 1981,kandungan gizi tang terdapat dalam
kangkung adalah :
mengandung
antioksidan
yang
bermanfaat
bagi
manusia.5
Antioksidanyang terkandung dalam kangkung air cukup banyak. Ekstrak kasar kangkung
air terdeteksimengandung beberapa komponen bioaktif, yaitu alkaloid, steroid, fenol dan
hidrokuinonKomponen komponen bioaktif ini diduga memiliki banyak aktivitas fisiologis
yang positif bagi tubuh manusia. Manfaat antioksidan bagi manusia di antaranya dapat
mencegah kerusakan sel akibat adanya radikal bebas. Antioksidan menetralkan radikal
bebas dengan cara menerima atau mendonorkan satu elektron untuk menghilangkan
kondisi elektron tidak berpasangan. Radikal bebas menjadi molekul stabil (tidak radikal)
saat terjadi proses penetralan molekul.Molekul antioksidan akan berubah menjadi radikal.
Molekul antioksidan yang telah berubah menjadi radikal ini biasanya kurang reaktif
dibandingkan dengan radikal bebas yang dinetralkannya. Ukuran molekul antioksidan
dapat sangat besar (untuk mengencerkan elektron tidak berpasangan), dan dapat segera
dinetralisir oleh antioksidan lain atau mempunyai mekanisme lain untuk mengakhiri
kondisi radikalnya.
Menurut penelitian Malalavidhane et al, kangkung dapat sebagai obat hypoglikemia
oral, Beberapa penelitian ilmiah telah dilakukan untuk menguji khasiat kangkung terhadap
DM. Malalavidhane et al. melaporkan bahwa ekstrak kangkung air (Ipomea aquatica) dari
Srilangka memiliki aktivitas antihiperglikemia dengan efektifitas yang sama dengan
tolbutamide dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus wistar (Malalavidhane et al.,
2000; Malalavidhane et al., 2001). [Malalavidhane et al., 2001], anti-ulcer [Dhanasekaran et
al., 2008], CNS depressant, antiepileptic, hypolipidemic effects, anti-microbial and antiinflammatory [Dhanasekaran & Palayan, 2010a, b, c], antioxidant and antiproliferatif [Omale
et al. 2009; Huang et al., 2005].
air karena merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa
dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid (Wijesekera, 1991). Jenis pelarut
pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak,
sesuai konsep like dissolve like, dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut
polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar (Wijesekera,
1991).
2.1.4 Natural honey
Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna cokelat kuning muda sampai
cokelat merah, dikumpulkan dalam indung madu lebah apis mellifera (Gunawan, 2004)
Sumber : manfaat.co.id
Menurut hasil pengkajian dari para ahli, lebih dari 180 macam senyawa atau unsur
dan zat nutrisi yang ada, terkandung di dalam madu alami. Dan jenis gula atau karbohidrat
yang terdapat di dalam madu alami yakni fruktosa, yang memiliki kadar yang tertinggi, yaitu
sedikitnya bias mencapai 38,5 gram per 100 gram madu alami. Sementara untuk kadar
glukosa, maltosa, dan sukrosanya rendah (Baharuddin, 2009).
Berikut merupakan komposisi kimia dari madu per 100 gram. (http://www.gloryhoney.com/komposisimadu.htm)
Berdasarkan hasil penelitian paling tidak terdapat empat faktor yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula yang tinggi akan
menghambat bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang. Kedua,
tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3,65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidup
bakteri, sehingga bakteri tersebut akan mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen
peroksida (H2O2) yang bersifat
adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri Yang telah teridentifikasi antara lain
polifenol, flavonoid, dan glikosida. Hal ini yang dapat menjadikan madu sebagai anti jerawat
pada wajah (Kamaruddin, 2002)
Senyawa organik yang telah teridentifikasi memiliki aktivitas antibakteri yaitu
inhibine. Berbagai mikroba ternyata sangat peka terhadap inhibine, bakteri gram negatif
lebih peka dari bakteri gram positif. Kadar inhibine dalam madu ternyata sangat bergantung
pada jenis, umur dan kondisi madu. Inhibine sangat sensitif terhadap panas suhu 60 oC ,
keaktifan inhibine dalam madu hilang hanya dalam waktu 15 menit (Winarno, 1981).
2.2 Kulit
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan melindungi tubuh
dari bahaya yang datang dari luar. Bagi wanita, kulit merupakan bagian tubuh yang perlu
mendapat perhatian khusus untuk memperindah kecantikan. Lapisan kulit pada dasarnya
sama di semua bagian tubuh, kecuali di telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Tebalnya
8
bervariasi dari 0,5 mm di kelopak mata sampai 4 mm di telapak kaki. Kulit mempunyai
berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, penyerap kelembapan, indera perasa, dan fungsi
pergetahan (Wibowo, 2005).
Telapak tangan dan telapak kaki mempunyai kulit yang lebih tebal daripada bagian
tubuh yang lain. Ketebalan ini disebabkan oleh lebih tebalnya lapisan cornium (lapisan
tanduk) ditempat tersebut. Hal itu penting karena kulit di bagian tubuh ini lebih sering
mengalami gesekan dibanding tubuh yang lain. Lapisan cornium diperlukan untuk
melindungi kulit dari berbagai ransangan. Yang paling banyak dan yang paling sering
menyerang kulit adalah ransangan sinar matahari (Wibowo, 2005).
Kulit juga merupakan organ yang utama pada tubuh, yang dapat mengindikasikan
kesehatan seseorang. Komponen-komponen utama yang terdapat pada kulit yaitu,
karbohidrat, asam amino, lipid, dan lain sebagainya. Nutrisi yang seimbang dibutuhkan untuk
kulit agar tetap sehat, bersih dan bercahaya. Terpisah dari nutrisi yang seimbang, perubahan
hormon yang terjadi pada laki-laki maupun perempuan pada masa pubertas seringkali
menyebabkan perubahan pada kulit dan tubuh (Sowmya et al, 2015).
2.2.1 Struktur Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan
jaringan subkutan atau subkutis. Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit yang
berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh lingkungan luar. Dermis berada pada
lapisan kulit bagian dalam. Subkutis atau hipodermis yang merupakan bagian penting tempat
penyimpanan lemak tubuh.
Epidermis
Merupakan lapisan epitel squamosa yang berlapis-lapis. Sel utama yang terdapat
epidermis yaitu keratinosit, yang mana berfungsi untuk mensintesis protein keratin. Terdapat
empat lapisan yang terpisah pada epidermis yang dibentuk oleh berbagai tingkat pematangan
dari keratin. Ketebalan lapisan epidermis ini berbeda-beda mulai dari 0,05 mm pada kelopak
mata hingga 0,8-1,5 mm pada telapak kaki dan telapak tangan. Keempat lapisan epidermis
dari lapisan paling atas hingga paling bawah yaitu (Gawkrodger DJ, 2002) :
mempunyai tanduk (spina). Spina ini berfungsi sebagai penghubung dengan sel lain.
Stratum granulosum (sel granular)
Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Dalam sitoplasma sel ini
terdapat butir-butir yang disebut keratohiolin yang merupakan fase dalam
Pada telapak kaki dan tangan terdapat lapisan tambahan di atas lapisan granular yaitu
lapisan stratum lusidium atau lapisan jernih (Gawkrodger DJ, 2002)
2
Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh
lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan papiler tipis (thin papillary
layer) dan lapisan retikular tebal (thick reticular layer) (Gawkrodger DJ, 2002)
10
Lapisan papiler tipis terhubung dengan epidermis. Lapisan ini mengandung serat
kolagen. Lapisan dermis dibentuk dari fibroblas, sel yang memproduksi kolagen, elastin dan
proteoglikan. Serat kolagen menyusun 70% dari dermis, yang memberikan kekuatan dan
kekerasan pada lapisan ini. Elastin mengatur elastisitas dan fleksibilitas sel normal dan
proteoglikan memberikan kekelekatan dan kekenyalan sel. Komponen-komponen yang
terdapat pada lapisan dermis adalah pembuluh darah kulit, limfatik, sel saraf dan serat,
kelenjar keringat, akar rambut dan jumlah yang kecil dari otot lurik (Gawkrodger DJ, 2002)
3
Subkutis
Lapisan ini dibentuk dari jaringan ikat longgar dan kumpulan sel-sel lemak yang
memiliki ketebala mencapai 3 mm pada bagian perut. Kumpulan sel-sel lemak ini
membentuk suatu lapisan cincin yang tebalnya bervariasi pada laki-laki dan perempuan.
Fungsi dari lapisan lemak ini sebagai isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh (Wibowo, 2005)
2.2.2 Rambut
Rambut merupakan bagian dari derivat kulit. Rambut tersebar di seluruh permukaan
tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, dan bagian atas kaki. Rambut tumbuh dari
folikel rambut yang terletak pada lapisan dermis dan terbuka di atas permukaan kulit. Bagian
bawah folikel rambut terletak dekat dengan batas antara dermis dan subkutis. Warna dari
rambut ditentukan oleh jumlah eumelanin (coklat gelap) atau pheomelanin (kuning coklat
kemerahan) yang dikandungnya. Rambut tidak mengandung melanin yang berwarna putih
(Igarashi et al, 2005).
Manusia memiliki lebih dari 2 juta folikel rambut yang memiliki pengaruh yang
positif maupun negatif terhadap kesehatan kulit. Terjadinya kehilangan folikel rambut dan
perubahan pada produksi serat-serat rambut pada manusia secara umum bukan merupakan
kejadian yang bahaya, akan tetapi perubahan ataupun gangguan yang terjadi pada area
rambut dapat berdampak pada kualitas dan perilaku emosional seseorang. Seperti contoh,
adanya gangguan yang terjadi pada rambut merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan.
Secara fisiologis, gangguan yang terjadi pada rambut dapat diatasi dengan baik jika seseroang
tersebut melakukan terapi yang benar (McElwee et al, 2008).
2.2.3 Fungsi Kulit
11
Kulit merupakan organ metabolik aktif yang memiliki peran penting terhadap fungsi
fisiologis tubuh (Nakagawa H, 2001) :
Pelindung
Kulit merupakan sawar yang efisien terhadap mikroorganisme patogen, racun tertentu
dan pengaruh paparan sinar ultraviolet. Kulit dapat meregenerasi dan memperbaiki
2.3 GEL
Gel merupakan sediaan semi padat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes, 1995). Gel didefinisikan
sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang terususun baik
partikel anorganik yang kecil atau partikel organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel
dimaknai sebagai suatu sediaan yang mengandung makromolekul yang tersebar ke seluruh
cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fasa (Ansel,
1989).
Gel merupakan sistem dispersi koloid, yang dapat dibedakan menjadi gel fase tunggal
dan fase rangkap. Gel dengan sistem dua fase terdiri atas partikel dengan ukuran yang relatif
besar, massa gel yang seperti ini disebut magma. Gel dengan sistem fase tunggal dapat dibuat
dari makromolekul sintetik (karbomer) atau dari gom alam (tragakan). Gel dapat digunakan
untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes,
1995).
Gel dapat dikelompokkan menjadi dua jenis (Gaur et al, 2008) :
12
- lipophilic gels : gel dengan basis yag terdiri dari paraffin cair, polietilen atau minyak lemak
yang ditambah silika koloid atau sabun aluminium atau seng.
- hydrophilic gels : gel dengan basis dari air, propilen glikol, yang ditambahn dengan gelling
agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer, dan magnesium-aluminium silikat
Keuntungan sediaan gel :
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:
- kemampuan penyebarannya baik pada kulit
- efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
- tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
- kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
- pelepasan obatnya baik
Tingginya kandungan air dalam
kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan
pengawet. Untuk upaya stabilisasi dari segi mikrobial di samping penggunaan bahan-bahan
pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis ini sangat cocok pemakaian metil dan
propil paraben yang umumnya disatukan dalam bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang
diperlukan adalah perlindungan
pengeringan. Oleh karena itu untuk menyimpannya lebih baik menggunakan tube. Pengisian
ke dalam botol, meskipun telah tertutup baik tetap tidak menjamin perlindungan yang
memuaskan (Voigt, 1994).
2.3.1 skin gel
Produk kosmetik yang juga sangat dibutuhkan oleh wanita salah satunya ialah skin
gel. Skin gel yang beredar di pasaran saat ini tidak hanya menawarkan manfaat untuk
mengangkat sel kulit mati, mencerahkan wajah dan merawat kelembutan kulit, tetapi juga
menawarkan khasiat sebagai regenerasi kulit wajah. (Visvanathan C, 2007).
Skin gel adalah salah satu bentuk kosmetik yang digunakan untuk merawat kulit
wajah dengan penambahan bahan-bahan yang membantuk meregenerasi kulit dan
mencerahkan wajah, ditambah dengan sifatnya yang banyak mengandung air sehingga
pengguna merasa dingin dan tidak lengket seperti salep (Mottrem F.J, 2000).
13
14
Pewangi Semula sebagai pewangi digunakan bahan-bahan alamiah yang harum yaitu
bunga, daun atau kulit batang pohon. Ketika kebutuhan akan pewangi semakin meningkat
digunakan cara lain yaitu dengan cara identifikasi bahan aktif parfum dan membuat parfum
sintetis. Penggunaan pewangi dalam kosmetik untuk mengharumkan sediaan kosemetik.
Larutan etanol digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan kosmetik.selain
penggunaan etanol sebagai pelaru, etanol juga sering digunakan sebagai desinfektan dan
pengawet antimikrobial. Penggunaan etanol secara topikal sebagai pelarut juga membantu
penetrasi obat dalam kulit karena daya serap etanol yang cukup tinggi. Batas penggunaan
etanol sebagai pelarut dalam gel adalah 60-90% ((Handbook of Pharmaceutical Exipients eds
6th, page 17).
BAB III
METODE PENELITIAN
Konsentrasi
2,5%
60%
2%
10%
1%
5%
0,1%
Fungsi
Zat aktif
Pelarut
Emollient
Humektan
Surfaktan anionik
Basis gel
Antifungi
16
Nipasol
Parfum
Aquadest
0,08%
qs
Ad 100%
Antimikroba
Pewangi
Pelarut
17
Daftar Pustaka
Ansel Giward Cm, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi
Keempat. Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta
Depkes, 1995. Farmakope Indonesia edisi keempat. Jakarta : Depkes RI.
Gaur, R., Azizi, M., Gan, J., Hansal, P., Harper, K., Mannan, R., Panchal, A.,
Patel, K., Patel, M., Patel, N., Rana, J., Rogowska, A., 2008. British
Pharmacopoeia 2009. (Electronic version).
Gawkrodger DJ. 2002. Dermatology, An Illustrated Colour Text. 3rd ed.
Edinburgh: Churchill, Livingstone
Kuver, Shridevi, Palshikar, Gautam. 2014. Formulation and Evaluation of
Herbal Antiacne Facewash. JSPMs Jayawantrao sawant College of
Pharmacy & Research, Hadapsar, Pune. International Journal of
Phytotherapy Research.
McElwee, Kevin J, Sinclair, Rodney. 2008. Hair Physiology and Its Disorders.
Department of Dermatology and Skin Science, The University of
British Columbia, 835 West Tenth Avenue, Vancouver, BC V5Z 4E8,
Canada
Mottram, F.J., Lees, C.E., 2000, Hair Sampoos in Poucher's Perfumes,
Cosmetics and Soaps, 10th Edn, Butler, H. (ed), Kluwer Academic
Publishers. Printed in Great Britain.
Nakagawa H, editor. Dermatological disorders. In: Symphonia Medica
Nursing (Vol.19). Nakayama-Shoten; 2001. p.3
Sowmya. K.V, Darsika. C, X. Fatima Grace and S. Shanmuganathan. 2015.
Formulation and Evaluation of A Polyherbal Face Wash Gel.
Department
Ramachandra
of
Pharmaceutics,
University,
Porur,
Faculty
Chennai.
of
Pharmacy,
World
Journal
Sri
of
of
Pharmaceutics,
University,
Porur,
Faculty
Chennai.
of
Pharmacy,
World
Sri
Journal
of
McGraw-
oleh
20