Cermin Dunia Kedokteran PDF
Cermin Dunia Kedokteran PDF
Cermin
Dunia
Kedokteran
Majalah triwulan
diterbitkan dengan bantuan
Daftar isi
4
EDITORIAL
ARTIKEL
Alamat Redaksi :
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN
P.O. Box 3105 Jakarta
Penanggung Jawab : dr. Oen L.H.
Dewan Redaksi
dr. Oen L.H., dr. Bambang Suharto
dr. S. Pringgoutomo, dr. E. Nugroho
Pembantu Khusus
dr. S.L. Purwanto, Dr. B. Setiawan Ph.D.
Drs. Johannes Setijono,
Tata Rias : Joewono Rahardjo.
No. Ijin : 151/SK/DITJEN PPG/STT/1976
tanggal 3 Juli 1976.
AMOEBIASIS
13
16
21
25
PROCTOCOLITIS
34
OBAT HEPATOTOXIK
35
RUANG BIOFARMASI
BIOAVAILABILITY OBAT PADA PEMAKAIAN PER ORAL
37
PENGALAMAN PRAKTEK
KERTAS PERCOBAAN YANG KURANG BERMUTU ?
38
41
42
CATATAN SINGKAT
43
44
Kali ini Cermin Dunia Kedokteran terbit dengan topik utama : Penyakitpenyakit/kelainan-kelainan traktus gastrointestinalis, yang merupakan bagian penting dalam ilmu kedokteran.
Kalau di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, penyakitpenyakit infeksi traktus gastrointestinalis merupakan masalah utama, maka di
negara-negara dengan tingkat kesehatan yang lebih tinggi, para dokter dalam
pekerjaan sehari-hari tidak menghadapi penyakit infeksi, aka,t tetapi penyakitpenyakit seperti ulkus peptikum, kolitis dan karsinoma.
"
Dengan ditemukannya " fiber-optics maka para gastro-enterolog sekarang mempunyai alat yang ampuh untuk menegakkan diagnosa untuk kelainan-kelainan
ditempat-tempat yang sulit dicapai dan dilihat.
Perbedaan geografik untuk beberapa penyakit seperti kanker lambung, kolitis,
cirrhosis hepatis dan hepatoma merupakan tantangan bagi para penyelidik un tuk menemukan sebab-sebabnya.
Semoga pembahasan-pembahasan dalam nomor ini dapat menyegarkan dan
menambah pengetahuan para teman sejawat.
Dalam nomor berikut Cermin Dunia Kedokteran akan membahas masalah penyakit kulit/kelamin, untuk mana kami mengharapkan sumbangan berupa karangankarangan dari teman-teman sejawat.
Redaksi
FK
karena virus dapat diisolasikan, misalnya adenovirus, daripada usap tenggorok sewaktu anak menderita diare. Dengan demikian etiologi diare non-spesifik menjadi lebih kompleks. Tidak hanya untuk daerah, tetapi untuk center
kota besar pun, penentuan diagnosis
etiologik masih tetap sukar. Secara kultur feses pun tetap sukar, oleh karena
kultur yang hanya sekali negatif belum
dapat dipercaya; selain itu jawaban datang selalu terlambat, sedangkan pengobatan yang tepat harus segera dilaksanakan. Etiologi diare non-spesifik menjadi lebih kompleks lagi, sejak diketahui beberapa macam malabsorpsi yaitu 'lactose intolerance' dan ' fat malabsorbtion' yang frekwensinya terdapat
tinggi di lndonesia. Belum lagi candidiasis
Secara praktis dapat diajukan 3 stadium, ialah : (i) stadium ringan, (ii)
stadium sedang dan (iii) stadium berat.
Nasehat mengenai air teh ialah semata-mata oleh karena kita ketahui
bahwa air teh itu telah dimasak terlebih dulu. Saya nasehatkan juga
pemberian glucose ( di pasaran berupa glucolin [glaxo] ) sebanyak
satu sendok makan peres untuk secangkir (150 ml) bila ada di rumah
atau orang tua dapat membelinya.
Peranan glucose ialah selain penambah enersi dan pencegahan hipoglikemi, juga memudahkan resorpsi elektrolit sebagai gabungan glucoseelektrolit. Namun, dalam pengalaman saya penambahan glucose bukan 6
III.
OBAT-OBATAN
PROGNOSIS
Prognosis diare sebaiknya jangan ditentukan pada hari-hari pertama dan
diceritakan pada orang tua. Pengalaman membuktikan bahwa penderita pada
hari pertama digolongkan ringan, namun pada hari-hari berikutnya terjadi
asidosis. Sebaliknya, yang pada pemeriksaan pertama digolongkan berat namun perawatan di rumah sakit ditolak
orang tua, beberapa hari kemudian dengan cara oral kembali dan sembuh
sama sekali sehingga membuat dokter
terperanjat.
PUBLIC HEALTH
ramuan itu tahan 2 bulan, tidak menggumpal atau berubah warna, tidak ada
rasa istimewa sehingga dalam larutan
air atau susu dapat diterima dan diminum oleh bayi atau- anak. Di poliklinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak
R.S.C.M. telah dicoba pada para penderita, lengkap dengan follow-upnya.
Hasilnya yang baik akan disajikan oleh
dr.SUNOTO. Secara pribadi dalam praktek swasta kristal diare telah dipakai
selama kurang lebih 2 tahun dan tidak
ada satu pun penderita yang perlu diteruskan ke rumah sakit untuk dirawat.
Hanya kristal diare memang relatif masih mahal di Jakarta. Komponen yang
MenurtHIRS termahal ialah glucose.
CHHORN (1973) harga di Amerika Serikat sebagai cairan per liter ialah hanya 2,5 Cents US $ atau kurang lebih Rp. 15,-. Namun, ada kabar baik
ialah Dr. WATANABE dari WHO headquarters di Geneva yang terkesan sekali
pada oral rehydration
di Indonesia
dan mengunjungi Bagian Anak RSCM
pada permulaan bulan ini, menyanggupi mengirim glucose ke Dep-Kes atas
permintaan, dengan harga semurah-murahnya.
Apa yang telah diuraikan ialah pengalaman dan cara pribadi sejauh ini.
Tanpa hubungan saling, akhir-akhir ini
N. HIRSCHHORN dkk. (I973) mengajukan pengalaman dan cara yang kurang lebih sama. Hanya mereka mengajukan cara yang lebih praktis dan komplit yang telah dipakai yang berwenang dalam menanggulangi diare terutama di daerah. Botol plastik mengandung 1 L air steril didistribusi ke rumah
sakit, puskesmas. Di samping itu pula KESIMPULAN
kantong plastik mengandung kristal e- Diare yang ringan dan sedang dapat
lektrolit-elektrolit yang oleh orang tua diatasi dengan cairan tertentu secara
perlu dicampurkan dengan 1 L air ste- oral ad libitum untuk mencegah terril tersebut sebelum diminumkan pada jadinya diare berat dengan asidosis atau
anaknya secara ad libitum.
shock. Diare berat dengan asidosis atau
Kantong-kantong plastik itu berisi :
shock harus dirawat langsung di rumah
NaCI_______ sendok teh peres ( rata)
sakit atau puskesmas untuk mendapat
KCI
'/4 sendok teh peres
cairan dan elektrolit secara intravena
Na bicarbonate sendok teh peres
dan perawatan secara kontinyu.
Glucose
2 sendok makan peres
Secara demikian dalam 1 L cairan terdapat 8I. millimol Natrium, 18 Kalium,
KEPUSTAKAAN
71 Chloride, 28 Bicarbonate, I39 Glucose; konsentrasi terletak di tengah anHIRSCHHORN N. et al : Ad libitum oral
tara kehilangan terberat pada kolera
glucose electrolyte therapy for acute diardan diare teringan. "Tonicity" nya serhoea in Apache children. J Ped Vol 83
October 1973, no.4.
dikit hipotonik. Oleh karena pada umumnya diare di Indonesia ialah isotonik, kiranya dengan cairan tersebut
tidak akan terjadi perubahan tonicity
plasma yang berbahaya. Ramuan elektrolit dan glucose itu oleh sebuah apotik di Jakarta telah dapat dibuat dan
dinamakan " kristal diare " Orang lain
menamakannya GOS (gastroenteritis oral solution) atau oralit (oral electrolytes) atau bubuk garam diare. Dalam
pengepakan kertas plastik yang tebal
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976
AMOEBIASIS
Prof. P.J.Zuidema
Bagian Penyakit Tropik
Koninklijk Instituut voor de Tropen
Amsterdam.
bahwa ia menderita amoebiasis usus. Perlu dibedakan seorang pembawa amoeba dari seorang penderita amoebiasis
kronik.
5. Amoeba appendik secara klinik sering tak dapat dibedakan dengan appendicitis.
6. Amoeboma jarang sekali ditemukan. Pada amoebiasis yang
kronik dapat terjadi bahwa dinding usus disekitar luka
amoeba yang besar, menjadi tebal oleh jaringan otot dan
penebalan lokal ini disebut amoeboma. Dapat timbul pada
sigmoid, rectum dan sectum. Gejala-gejala/keluhan-keluhan : nyeri pada perut, diare, darah dengan najis. Ditemukan pada + 25% dari semua bbstruksi usus. Sering
didiagnosa sebagai karsinoma.
7. Colitis post-disentri. Setelah disentri amoeba residif dapat
timbul colitis oleh infeksi sekunder yang tetap ada setelah pengobatan amoebiasis.
8. Pengaruh kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid untuk
jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan sesuatu infeksi oleh Entamoeba histolitika yang manifes atau menyebabkan disentri amoeba yang lebih buruk.
Pengobatan
Dapat dibedakan amoebisida jaringan dan amoebisida kontak. Obat-obat ini berkhasiat amoebisida langsung. Ada kalanya dipergunakan antibiotika akan tetapi ini tidak berkhasiat
amoebisida langsung. Obat amoebisida jaringan dapat membunuh amoeba berbentuk histolitik dalam jaringan-jaringan;
tergolong didalamnya emetine dan chloroquin. Emetine membunuh amoeba histolitik diseluruh tubuh; chloroquin hanya
bekerja atas amoeba histolitik dalam hepar.
Obat amoebisida kontak membasmi bentuk minuta di dalam liang
usus sehingga mencegah terjadinya residif. Antibiotika bekerja
secara tak langsung dengan mengatasi infeksi dengan bakteri,
akan tetapi tidak berkhasiat pada amoeba hati. Akhir- akhir
ini telah beredar sejenis obat yang aktip terhadap amoeba
dalam jaringan dan amoeba minuta yaitu metronidazol.
Obat amoebisida jaringan
I.
Metronidazol
2. Dehydro-emetine.
Obat sintetik , kurang toksis dibanding dengan emetine.
Untuk dosis orang dewasa : 80 mg sehari selama 10 hari,
diberikan secara intramuskuler.
Obat-obat amoebisida jenis kontak
I. Deriyat-derivat Hydroxychinoline
1. Chiniofon (Yatren, meditreen).
Diberikan per os. Efek dampingan : diare tanpa nyeri,
atau kejang. Dapat bersifat serius juga; perlu diberitahukan kepada penderita dan jangan diberikan dosis maximum sekaligus. Oleh karena obat ini mengandung jodium jangan diberikan kepada hyperthyreoid atau mereka yang hipersensitip terhadap jodium. Walaupun penyerapan oleh usus tak seberapa akan tetapi sebagian
kecil diserap juga.
Dosis : 3 x sehari I g selama 10-14 hari. Dimulai dengan 1-1 g sehari.
2. Dijodohydrochinoline
Dosis : 3 x sehari 1 tablet ' a 0,650 g selama 20 hari.
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976
11
3. Jodochloorhydroxychinoline (Enterovioform).
Dosis 3 x sehari 1 tablet 'a 0,250 g selama 10 hari.
Enterovioform sering diberikan untuk berbagai bentuk
colitis tanpa etiologi yang jelas. Banyak sekali dipakai untuk pengobatan dan pencegahan diare para turis.
Akhir-akhir ini banyak dilaporkan, terutama di Jepang,
kelainan-kelainan neurologik setelah penggunaan enterovioform. Kelainan-kelainan ini timbul setelah penggunaan obat yang lama atau setelah dosis yang tinggi.
Gejala-gejala dari subakut myelo-optico-neuropathia (S
MON) adalah diare, ataxia, paresthesia dan gangguan
visus, karena atropi nervus opticus. Di negeri Belanda
telah ditemukan beberapa kasus.
Kesimpulam : Jangan memberikan enterovioform untuk
pengobatan atau pencegahan diare turis. Indikasi tunggal penggunaan enterovioform ialah sebagai obat amoebisida jenis kontak. Dalam dosis yang disebut diatas
tak perlu ditakuti/dikuatirkan gejala-gejala neurotoxik.
Tak diketahui dengan pasti apakah derivat-derivat hydroxychinoline yang lain juga bersifat neurotoxik. Pada
dasarnya dosis-dosis yang disebut diatas jangan dilampaui.
II. Senyawa-senyawa berunsur arsenikum.
1. Carbarsen berisi arsen bervalensi 5. Diserap dengan baik.
Dosis yang tinggi dapat menimbulkan keracunan As.
Jangan diberikan kepada penderita dengan gangguan
hati dan ginjal. Obat ini juga berkhasiat, walaupun
sedikit, terhadap bentuk histolitik. Pada amoebiasis
usus yang kronik sering diberikan tanpa emetine.
Dosis : 3 x sehari 0,250 g selama 10 hari. Selama kuur
diberi istirahat.
Antibiotika
Setelah perang dunia II ditemukan bahwa pemberian kombinasi penicilline dan succinylsulfathiazol berhasil baik atas
disentri amoeba. Kemudian ternyata bahwa banyak antibiotika berkhasiat amoebisida. Yang sering dipergunakan ialah
Chlortetracycline (aureomycine) dan oxytetracycline (terramycine). Pada disentri akut diare akan berkurang dengan
cepat. Amoeba setelah beberapa hari tak diketemukan lagi
dan pada rektoskopi terlihat penyembuhan ulsera yang cepat.
Juga untuk pembasmian bentuk-bentuk minuta diperoleh hasil yang cukup baik.
Kekurangan-kekurangan :
1. Sering residif, jadi antibiotikum perlu dikombinasikan dengan lain amoebisida jenis kontak dan dengan chloroquin.
2. Harga yang mahal.
Indikasi : perlu dibatasi penggunaan antibiotika untuk kasuskasus yang hebat seperti amoeba disentri dengan
gangren atau untuk penderita-penderita yang tak
dapat ditolong dengan obat-obat biasa. Tidak berkhasiat terhadap amoebiasis hati.
Petunjuk-petunjuk pengobatan amoebiasis usus.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
12
berbaring
diet (makanan halus)
kuur metronidazol
oleh karena setelah kuur metronidazol dapat diketemukan kista-kista entamoeba histolytica dalam najis
lagi, maka perlu diobati dengan kuur enterovioform.
3.
Pendahuluan
KANKER
SALURAN
CERNA
13
14
USUS HALUS
Kanker usus halus lebih jarang dibandingkan dengan kanker
lambung atau usus besar. Dapat merupakan karsinoma atau
sarkoma. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa keganasan
usus bagian proksimal biasanya bersifat karsinoma sedang
bagian distal bersifat limfoma.
Karsinoma : Biasanya tumbuh melingkar dinding, jarang
polipoid karena itu baru menimbulkan keluhan bila stadium
sudah lanjut. Secara histologik, tumor ganas ini biasanya
bersifat adenokarsinoma. Penyebaran ke dalam hati, paru
dan organ-organ jauh lain.
Limfoma : Dapat merupakan tumor primer dalam jaringan
li mfoid usus halus atau merupakan sebagian dan penyebaran
dari proses umum dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh.
Limfoma primer dalam saluran cerna paling sering ialah
lambung, kedua ileum. Histologik dapat merupakan segala
macam tipe dari limfoma. Dapat multiple sepanjang usus,
dapat berulkus dan berperforasi.
Sarkoma-sarkoma biasanya tumbuh membesar lebih cepat
dan mencapai ukuran lebih besar daripada karsinoma.
Carcinoid : 2 hal yang menarik pada tumor ini ialah :
(1) Membentuk bermacam-macam zat bersifat catecholamine
terutama serotonin, (2) menimbulkan sindroma carcinoid,
terdiri atas perubahan warna kulit menjadi merah tetapi
hanya sekilas, dapat hanya beberapa menit atau jam, oiasanya
di kulit muka. Selain itu cyanosis, daire, bronchospasme,
tekanan darah yang menurun tiba-tiba, oedema dan ascites.
Secara gross tumor dapat hanya merupakan penebalan pada
mukosa, besarnya sampai 4-5 cm, kadang-kadang multiple,
membentuk ulkus, dan menyebar ke mesenterium dan kelenjar-kelenjarnya. Penampang kuning. Histologik terdiri atas
sel-sel poligonal, sama besar, teratur karena itu memberikan
gambaran monotoni. Meskipun gambarannya seperti tumor
jinak tetapi aggressif invasif.
USUS BESAR DAN ANUS
Kanker dapat terjadi di seluruh bagian dari usus besar,
tetapi paling sering adalah direktum dan sigmoid (75%).
Sisanya dicoecum, kolon ascendens, kolon descendens, kolon
transversum dan flexura-flexura.
Di USA kanker kolon merupakan sebab kematian terpenting
sesudah paru dan payudara. Secara histologik kanker kolon
merupakan adenokarsinoma (95%). Sisanya adalah squamouscell carcinoma dan sarkoma, termasuk sarkoma, melanoma
dan carcinoid. Menarik sekali adalah persoalan apakah polip
dapat dianggap prekanker. Polip kolon ada 3 macam :
(1) pedunculated polyp, (2) villous atau sessile adenoma
dan (3) heredofamilial polyposis.
Pedunculated polyp : meskipun jenis ini mudah ditetapkan
PALING EFEKTIF
Karena
1. Menghancurkan sputum sehingga menjadi encer dan mudah
dikeluarkan.
2. Menormalisasikan sekresi kelenjar bronchial.
PALING AMAN
Karena : 1. Tidak ada efek samping yang
berarti.
2. Tidak ada kontra indikasi.
3. "Safety margin " yang lebar.
INDIKASI :
1. Sesak napas karena
penyumbat
an saluran pernapasan oleh
sputum.
2. Batuk batuk karena hiper
sekresi sputum.
3. Gangguan sputum lainnya yang
tidak purulen (contoh
: pada
perokok).
15
PERKEMBANGAN ENDOSKOPI
Dl BIDANG GASTROENTEROLOGI
dr. Sujono Hadi
Kepala Sub-bagian Gastroenterologi
Bagian Penyakit Dalam
FK-UNPAD / R.S. Hasan Sadikin
Bandung.
Perkembangan bidang gastfoenterologi memang terasa sekali pesatnya baik dalam diagnostik maupun terapeutiknya.
Salah satu alat diagnosa yang banyak membantu perkembangan gastroenterologi ialah endoskopi. Yang meliputi endoskopi
di bidang gastroenterologi ialah : esofagoskopi, gastroskopi,
duodenoskopi, panendoskopi, kolonoskopi, rektosigmoidoskopi, laparoskopi atau peritoneoskopi dan choledoskopi.
SEJARAHNYA
Endoskop adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ-organ di dalam badan secara visuil, sehingga
dapat dilihat sejelas-jelasnya setiap kelainan yang timbul pada
organ yang diperiksa. Jadi jelas bahwa endoskop adalah suatu
alat untuk membantu menegakkan diagnosa. Dengan ditemukannya endoskop, lebih-lebih lagi setelah periode ke III
yaitu periode fiber-optic endoscope, maka ilmu kedokteran
umumnya, dan bidang gastroenterologi khususnya mengalami
kemajuan yang pesat. Bahkan pada tahun 1966 untuk yang
pertama kalinya diadakan Kongres Internasional Gastrointestinal Endoskopi di Tokyo, yang bersamaan waktunya dengan
Kongres Internasional Gastroenterologi.
KEPUSTAKAAN
1. BERRY L : Gastrointestinal Pan-Endoscopy. Charles Thomas Publ.
1974.
2. HOON J.R : Improving diagnosis of stomach lesions with intragastric photography, cytology and biopsy. Amer. J. Gastroent.
49 : 488, 1958.
17
Gas
dalam saluran cerna
Dr. E.Nugroho
Scientific Departement - P. T. Kalbe Farma
Kepercayaan bahwa gas dalam perut dapat menyebabkan berbagai penyakit atau berbagai gejala
tersebar luas di seluruh dunia. Di dalam masyarakat Indonesia, baik dalam golongan berpendidikan
rendah maupun tinggi, dikenal istilah " masuk angin", yang meskipun kurang " il miah" , bila ditelusur
kembali berpangkal pada kenyataan bahwa berbagai penyakit dapat menyebabkan pengumpulan gas di
dalam perut (flatus), lebih-lebih pada anak-anak.
Sebenarnya sejarah telah menunjukkan bahwa persoalan ini telah dikenal sejak berabad-abad yang
lalu. Hippocrates, dalam bukunya The Flatuosities, menulis beraneka ragam manifestasi penyakit
akibat gas yang terkumpul dalam perut secara berlebihan. Pada tahun-tahun sekitar 40 AD, masyarakat
Romawi kuno mengalami masa-masa di mana membuang "angin" di tempat-tempat umum dinyata kan terlarang oleh undang-undang ! Untunglah bahwa Kaisar Claudius kemudian merubah undangundang tersebut, suatu hal yang menurut para ahli sejarah mungkin disebabkan karena kaisar itu
sendiri sering buang angin. Di dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku ini
masalah gas tersebut juga menduduki tempat yang penting dalam adat istiadat. Konon kabarnya ada
adat di daerah tertentu yang menyatakan bahwa bila seorang calon menantu membuang angin sehingga
terdengar oleh calon mertua, maka sang mertua akan segera memutuskan hubungan dengan menantunya.
Dari segi kedokteran, walaupun masalah gas ini telah diperbincangkan sejak jaman Hippocrates,
pengetahuan tentang hal ini masih termasuk " primitip " . Penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan
sampai saat ini relatip masih sedikit sekali, hal mana tercermin dari kesulitan penulis artikel ini dalam
mencari bahan-bahannya dari Cummulated Index Medicus, yang memuat penyelidikan kedokteran
dari hampir seluruh dunia.
METODA PENYELIDIKAN
Salah satu pertanyaan penting yang masih sulit dijawab ialah apakah seorang pasien yang mengeluh
perut kembung benar-benar kelebihan gas dalam perutnya ? Dengan memasang semacam " tube " pada
rektum, didapatkan bahwa dalam keadaan normal setiap orang membuang 400 - 1200 cc gas setiap
hari. Tetapi dalam klinik yang penting bukanlah masalah apakah seseorang membuang sedikit atau
banyak gas, melainkan rasa nyeri dan perut kembung yang diakibatkan tekanan gas yang berlebihan,
yang tidak dibuang melalui anus. Jadi penyelidikan yang terpenting ialah berapa volume gas di dalam
usus yang menyebabkan perut kembung.
Ada 3 macam cara penyelidikan volume gas dalam usus. Cara pertama ialah dengan menempatkan
orang yang diperiksa dalam suatu plethysmograph berbentuk kotak yang menutup perutnya. Dengan
mengukur perubahan-perubahan volume, volume gas dalam perut dapat diperhitungkan. Cara kedua
serupa dengan yang pertama, tetapi orang yang diperiksa dimasukkan dalam air sampai setinggi dada.
Cara ketiga, yang kurang menyenangkan bagi subyek penyelidikan, ialah dengan memasukkan gas
argon ke dalam usus sehingga dengan demikian gas-gas yang berada di dalam usus terdorong keluar
melalui anus dan dapat dianalisa. Ternyata dalam usus orang normal, rata-rata terdapat 100 ml gas.
Persoalannya sekarang : sampai volume berapa seseorang akan mulai mengeluh perut kembung ?
Penyelidikan dengan sinar X mengungkapkan bahwa volume gas dalam perut kadang-kadang tidak
menunjukkan hubungan yang konsisten dengan keluhan; dapat terjadi bahwa gas hanya sedikit atau
bahkan tak terlihat dalam foto rontgen tetapi ada keluhan, sebaliknya kadang-kadang banyak gas
terkumpul dalam usus tetapi tidak ada keluhan. Demikianlah maka timbul suatu hipotesa bahwa
keluhan perut kembung bukan secara primer disebabkan oleh kelebihan gas di dalam perut, melainkan
karena kelainan (disorder) pergerakan/motilitas usus yang tidak memungkinkan pembuangan kelebihan gas melalui anus.
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976
21
Metana ( CH4 )
HCO3-
H 2 0 + CO2
Seperti halnya dengan CO2, oksigen cepat mencapai keseimbangan dengan oksigen dalam darah.
Kadar gas ini dalam usus sangat sedikit, hanya kira-kira
1/30 dari konsentrasinya di udara. Keadaan ini memungkinkan pertumbuhan bakteri-bakteri anerobik dalam colon.
Nitrogen ( N2 )
Nitrogen biasanya merupakan gas yang terbanyak dalam
flatus, kadarnya dapat mencapai 80% (terutama pada , nonproduser metana). Biasanya nitrogen dianggap berasal dari
udara yang tertelan, akan tetapi kemungkinan bahwa gas ini
berasal dari difusi dari darah tidak boleh diabaikan saja.
Dari data-data yang ada sampai sekarang ini masih fidak
mungkin untuk membedakan nitrogen yang tertelan dan
yang berasal dari difusi gas.
Gas-gas lain seperti H 2 S, skatol dsb, meskipun memberi bau
yang hebat pada feses, relatip sedikit sekali jumlahnya.
MANIFESTASI KLINIK & TERAPI
Tanpa adanya patologi yang jelas seperti obstruksi usus,
pengumpulan gas dapat menimbulkan keluhan-keluhan perut
kembung, nyeri perut yang difus, meteorisme, nek, mulesmules, dyspepsia dan berbagai keluhan lain. Demikian kompleksnya gejala-gejala ini sehingga sering disalah-tafsirkan
sebagai penyakit organik seperti batu empedu, atau ulkus
peptikum. Gas yang terkumpul di dalam lambung atau
'
splenie flexure' dapat mendorong hemi-diaphragma keatas
dan menekan jantung. Ini dapat menimbulkan gejala-gejala
nyeri pada perut kiri atas, nyeri pada daerah pectoralis,
precordium yang kadang-kadang menjalar ke leher, sehingga
menyerupai gejala angina pectoris atau penyakit jantung
iskemik. Tetapi biasanya tempat rasa nyeri adalah di sebelah
kiri dan tidak tepat midsternal seperti pada angina pectoris.
Karena pada sebagian besar penderita tidak ditemukan
kelainan organik, terapi dengan sendirinya hanya bersifat
empirik. Kalau etiologi pada seorang kasus dapat diketahui
dengan jelas, misalkan perut kembung bila memakan kacang,
kol atau lobak, terapi akan sangat sederhana, yaitu mengeliminasi makanan tersebut dari dietnya. Sayang bahwa pada
sebagian besar penderita makanan yang dapat menimbulkan
gejala-gejala tersebut sangat banyak macamnya, sehingga terapi
dengan mengendalikan diet menjadi tidak praktis. Penderita
yang menunjukkan anxietas berlebihan memerlukan tranquilizer dan dorongan moril bahwa penyakitnya tidak berbahaya
PETUNJUK-PETUNJUK
BAGI PENGIRIM KARANGAN
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN dapat memuat kiriman karangan-karangan yang berupa :
a. pembahasan satu topik yang aktuil (tak lebih dari 2500
kata)
b. pengalaman dalam praktek yang sangat mengesankan
atau yang dapat dipergunakan sebagai pelajaran bagi
dokter lain (tak lebih dari 500 kata)
c. humor ilmu kedokteran (tak lebih dari 200 kata)
d. abstrak-abstrak (tak lebih dari 200 kata)
q Karangan-karangan tersebut harus belum pernah dimuat
didalam majalah lain.
q Karangan ditulis dalam bahasa lndonesia secara ringkas
dan diketik diatas kertas putih dengan memberi cukup
ruang pinggir serta dua spasi diantara garis-garis.
dan hanya bersifat fungsionil. Bila dicurigai adanya kekurangan sekresi enzim-enzim pencernaan, dapat diberikan berbagai preparat suplemen enzim (Vitazym , Librozym dsb),
Pada situasi akut, intubasi mungkin diperlukan.
Peranan obat-obat absorben, seperti arang ( eharcoal,
Norit ) kini sangat diragukan kegunaannya. Mungkin ini
tak lebih daripada plasebo belaka. Akhir-akhir ini obat yang
menonjol untuk mengatasi gangguan perut oleh gas ialah
dimetil-polisiloxan (simethicone), suatu derivat silikon yang
tidak toksik, aman dan tidak dirusak oleh enzim-enzim
pencernaan. Zat ini dapat diberikan sebagai preparat tersendiri (Mylicon ) atau dalam kombinasi dengan obat lain
(Promag suspensi/tablet mengandung 25 mg/5 ml atau per
tablet ; Mylanta mengandung 20 mg/5 ml). Sebelum dipakai dalam bidang kedokteran, derivat-derivat silikon telah
banyak dipakai dalam industri untuk mencegah pembentukan
busa dan menghancurkan busa yang telah terbentuk. Sifat
ini diakibatkan oleh aktifitasnya terhadap permukaan gelembung gas (menurunkan tegangan permukaan) sedemikian sehingga gelembung-gelembung gas pecah atau berkumpul menjadi gelembung yang besar sehingga mudah pecah.
CH 3
CH 3
CH3 Si O --- Si C H 3
|
|
CH 3
n
CH 3
Pada sistem pencernaan manusia, kesulitan pembuangan
gas sebagai flatus antara lain memang disebabkan oleh karena
gas berada dalam gelembung-gelembung kecil yang menyerupai busa. Pembentukan gelembung ini ternyata dibantu oleh
lendir/mukus dalam saluran pencernaan. Peranan mukus ini
telah dibuktikan dalam berbagai percobaan : (i) subyeksubyek percobaan yang diminta meminum mukus ternyata
mengalami gejala-gejala yang serupa dengan gangguan karena
pengumpulan gas dalam perut, (ii) telah dibuktikan ada
korelasi antara kekentalan mukus dalam perut dan tingkat
beratnya keluhan penderita, (iii) stress dan anxietas terbukti
23
BARU !
Rp. I500,-
NEUROLOGI PRAKTIS
oleh : Soemarmo Markam
Lektor dalam Ilmu Penyakit Saraf - FKUI & Akademi Perawat RSCM- Jakaria.
Tebal : I20 halaman.
Rp 1000,-
Buku ini berguna bagi para dokter maupun mahasiswa sebagai pegangan praktis dalam menghadapi kasus-kasus neurologik. Sebagai
pengajar pada Akademi Perawat, dalam buku ini beliau menekankan juga segi-segi perawatan/management penderita penyakit saraf,
sehingga disediakan bab-bab khusus yang antara lain membahas masalah perawatan penderita yang harus berbaring lama, dekubitus,
fisioterapi, kompres, gangguan miksi & defekasi, gizi, infus, shock peredaran darah, koma dan sebagainya.
KALMAN Jl. Cikini Raya 63 -- Jakarta Pusat.
24
No. 7, 1976
PROCTOCOLITIS
dr. B. Marpaung
Kepala Sub-bagian Gastroenterologi
Bagian Penyakit Dalam FK-USU
Medan.
PENDAHULUAN
Faktor keturunan
Alergi terhadap susu
Penyakit autoimun
Faktor psikologik
Faktor infeksi bakteri atau virus.
Alergi terhadap faktor yang tidak diketahui.
Gambaran klinik dari penyakit ini menunjukkan serangserangan penyakit dengan menceret, berak berlendir dan
berdarah, dan mempunyai masa-masa bebas serangan penyakit
pada waktu-waktu tertentu di antara serang-serangan penyakit.
Gambaran penyakit bisa berbentuk ringan sekali, tidak sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari, tetapi penyakit yang berat
menunjukkan gejala-gejala toksis, dehidrasi dan demam tinggi,
diikuti oleh menceret darah dan lendir yang terus menerus
sehingga mengakibatkan kekurangan protein tubuh dan gangguan elektrolit seperti hipokalemia. Perasaan sakit di .perut
kiri bawah, kejang perut, perut gembung sering didapati pada
penderita proctocolitis.
Secara klinik proctocolitis dapat dibagi atas proctocolitis ringan, sedang, dan berat seperti terlihat pada tabel
dibawah ini.
PEMBAGIAN KLINIK DARI PROCTOCOLITIS
Gejala/Tanda-tanda
Menceret/24 jam
darah pada tinja
Suhu badan
Anemia
Elektrolit
Laju endap darah
Berat
6 x atau lebih
nyata
lebih 37,8C
jelas
terganggu
> 30 mm/1 jam
Ringan
3 x atau kurang
hanya sedikit
normal
sedikit
normal
( 30 mm/1 jam
25
DIAGNOSTIK
KEPUSTAKAAN
1. BONNEVIE OP and P, ANTHONIESEN : An epidemiological study
of ulcerative colitis in Copenhagen Country. Scandinar J Gastrocnt
3 : 432 - 438, 1968.
2. MARPAUNG B, LUKMAN HAKIM ZEIN, SUGITO HUSODOWIJOYO : Proctocolitis di rumah sakit umum
pusat Propinsi
Sumatra Utara Medan. KOPAPDI III Bandung 1975.
Chines 3. CHUTTANI KK et al : Non spesific ulecrative colitis in
and Indians in Singapore. Med J Austr 2 : 361 - 365, 1971.
4. JONES FA, GUMMER JWP, and LENNARD-JONES JE : Clinical
Gastroenterology. Blackwell, Oxford, 1968.
5. MIRANDA M et al : Uleerative colitis in Costa Rica. Gastroenterology 56 : 310 - 315, 1969.
6. RANDHAWA et al : Ulcerative colitis in West Pakistan. Brit J Clin
Pract 16 : I35, 1962.
7. SPIRO H M : Ulcerative colitis in Clinical Gastroenterology. Collin
Mac Millan Ltd 1970, 575.
8. THOMSON TJ : Ulcerative colitis, in Gastroenterology : An
integrated Course. Churchill-Living Stone. Chapter x : 198.
tinjauan kepustakaan :
Aspek Epidemiologi
Hepatoma
Hepatoma atau karsinoma hati primer merupakan jenis kanker yang banyak terdapat di Indonesia. Berman
pada tahun 1951 melaporkan bahwa insidens hepatoma di Sumatra dan Jawa merupakan insidens yang
tertinggi di dunia, yaitu 1,31% dari jumlah autopsi. Ini menarik perhatian untuk menyelidiki secara lebih
mendalam tentang hepatoma.
Dalam mempelajari faktor-faktor etiologik suatu penyakit dapat diambil beberapa jalan. Percobaanpercobaan pada binatang mempunyai suatu kekurangan yaitu bahwa hasil yang didapat pada binatang tidak
selalu sesuai dengan hasil pada manusia. Cara kedua ialah mencoba menginduksi suatu penyakit pada manusia.
Untuk kanker hati, percobaan untuk menimbulkannya pada manusia secara moril tak dapat dipertanggung-jawabkan, karena ini masih merupakan penyakit yang tak dapat disembuhkan. Jadi rupanya cara ketiga
yaitu cara epidemiologiklah yang dapat kita perdalam.
I NSIDENS & DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Karsinoma hati primer sering ditemukan di daerah-daerah
Asia dan Afrika, sebaliknya jarang dijumpai di Amerika
Serikat, Eropa, Uni Soviet dan Australia. Pada kepustakaan
yang lama disebutkan bahwa karsinoma hati primer terdapat
pada 1 dalam 400 pemeriksaan autopsi (0,25%) dengan jarak
('range') antara 0,02 sampai 1,05% (1). Angka 1,05% tersebut
(1 : 100) menunjukkan frekwensi yang lebih besar di beberapa daerah di Asia dan Afrika (0,74 sampai 1,05%). Dikatakan bahwa insidens lebih besar pada ras kulit berwarna
dibanding dengan ras kulit putih. Tetapi ternyata ini hanya
berlaku untuk ras tersebut yang tinggal di daerah asalnya,
seperti terbukti bahwa insidens bagi orang-orang Negro di
Amerika adalah jauh lebih kecil dari pada insidens bagi
orang-orang Negro di daerah asalnya, Afrika. Variasi berdasarkan ras ini akan dibicarakan lebih lanjut (di bagian belakang).
Angka insidens yang tinggi sekali dilaporkan oleh BERMAN
(2) yang mengumpulkan data-data karangan SNIJDERS &
STRAUB (1923), KOUWENAAR (1932) dan BONNE (1935)
pada penyelidikan-penyelidikan di Sumatra dan Jawa. Karsinoma hati didapatkan pada 1,31% dari 8235 autopsi pada
penyelidikan tersebut. Sampai saat ini, inilah insidens tertinggi yang pernah dilaporkan. Variasi insidens hepatoma
berdasarkan distribusi geografik dapat dilihat pada Table I,
II dan III. ELKINGTON dkk. (3), dan PEQUIGNOT (4)
mengatakan bahwa insidens hepatoma pada beberapa puluh
tahun terakhir ini telah meningkat dengan nyata. Penyelidikan
PATTON & HORN berdasarkan autopsi di berbagai rumah
sakit di Amerika menyokong hal ini. Sebagai contoh, tahun
1916 sampai 1955 insidens hepatoma di rumah sakit Henry
Ford adalah 0,34% ; angka tersebut menjadi 2 kali lipat
dalam jangka waktu tahun 1956 sampai 1963 (5),
Dibandingkan dengan seluruh kanker organ tubuh lain,
SCHIFF mengumpulkan data-data bahwa hepatoma merupakan 1,5% dari seluruh kanker (1). Angka inipun menunjukkan
variasi geografik yang besar sekali, dari 1,2% di Eropa sampai
50,9% di Afrika Selatan (Tabel I). Untuk Indonesia, BONNE
mendapatkan angka 16,5%, suatu angka yang tertinggi dibandingkan kanker pada alat-alat lain. Penyelidikan yang lebih
baru oleh RUKMONO dkk. tahun 1960 memberikan angka
1,6% untuk orang-orang Indonesia dan 2,4% untuk orang-
orang Tionghoa (6). Tahun 1968 KUSUMAWIDJAJA melaporkan insidens sebesar 3,91% (7) ; Hepatoma yang dalam
laporan BONNE menduduki tempat teratas pada penyelidikan
ini hanya menduduki tempat ke 8. Sebab-sebabnya masih
belum diketahui dan sedang dalam penyelidikan.
Hepatoma jauh lebih sering didapatkan pada laki-laki dari
pada wanita. SCHIFF (1) memberikan perbandingan 6:1,
tetapi angka ini tidak berlaku untuk daerah Amerika dan
Eropa. HIGGINSON (8) mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dari insidens berdasarkan kelamin
bagi kedua daerah tersebut (Tabel II dan III). Perbedaan ber,
dasarkan kelamin dan ras terlihat jelas pada daerah-daerah
Afrika dan Asia. Penyelidikan SHARPER (9) di Uganda memberi data bahwa penduduk laki-laki Rwanda tiga kali lebih
sering menderita hepatoma dari pada penduduk laki-laki suku
Baganda, sedang untuk penduduk wanita tidak ada perbedaan
antara suku Rwanda dan Baganda.
Hepatoma jarang sekali ditemukan pada anak-anak dan
bayi. Golongan umur di mana didapatkan frekwensi tertinggi berbeda-beda pada tiap-tiap daerah. Bila insidens berdasarkan golongan umur dibandingkan pada beberapa daerah,
terdapat perbedaan yang besar sekali pada golongan umur
tertentu. Insidens relatip tertinggi yang pernah dilaporkan
ialah pada penduduk laki-laki Bantu, Mozambique, di mana
untuk golongan umur 25 - 34 tahun angkanya 500 kali dari
pada angka tersebut di Amerika Serikat (156 : 0,3). Meskipun
demikian, untuk golongan umur 65 - 74 tahun angka tersebut
TABEL I*
Jumlah
autopsi
Eropa
Amerika Serikat
Afrika Selatan
Cina
Filipina
lndia
Jepang
Jawa
248.053
108.632
8.068
23.764
13.876
14.768
15.565
8.253
%
hepatoma
0,14
0,27
1,1
0,90
0,44
0,32
0,97
1,31
kanker pada
seluruh organ
24.537
5.602
2.796
456
275
222
4.146
262
%
hepatoma
1,2
2,5
50,9
33,0
22,2
17,5
7,5
41,6
27
TABEL II
INSIDENS DARI KARSINOMA HATI PRIMER DI AMERIKA
SERIKAT DAN AFRIKA
( angka/100.000)
laki-laki
Gol.
USA
USA
Umur
kulit
putih
kulit
berwarna
28
0,4
0,0
1,2
3,1
13,0
16,0
1 6,2
32,4
0,6
2
10
22
37
45
127
59
Mozambique
15
114
1 56
227
101
111
53
Uganda
1,6
8,6
11,8
18,9
3,7
15,2
13,9
TABEL III
INSIDENS DARI KARSINOMA HATI PRIMER DI AMERIKA
SERIKAT DAN AFRIKA
0,2
0,2
0,3
0,8
4,4
21,1
23,5
38,3
015 25 35 45 55 65 75 -
Johannesburg
(angka/100.000)
wanita
Gol.
USA
Umur
kulit
putih
0
15
25
35
45
55
65
75
0,1
0,1
0,1
0,5
4,5
13,0
20,8
46,6
USA
kulit
Johannesburg
Mozambique
Uganda
berwarna
0,4
0,6
1,0
1,7
5,2
10,4
8,7
8,1
0
0,7
2,5
3,4
7,2
75,5
49,7
49,4
4
32
36
56
36
66
55
0,8
2,5
5,2
6,3
5,0
1. mineral-mineral : tahun 1960 HADDOW mengemukakan bahwa besi dapat merupakan zat karsinogenik. Hal ini
menarik perhatian karena pada orang-orang Bantu ditemukan
hemosiderin dalam jumlah besar, yang mencapai 4 - 5% berat
kering dari hati. Tetapi banyak daerah-daerah lain dengan
insidens tinggi di mana siderosis jarang ditemukan. Dilaporkan
bahwa dalam jaringan kanker hati kadar logam seng (Zn) dan
cobalt menaik, sedang kadar molybdenum menurun banyak.
Makna daripada penemuan ini masih belum diketahui.
2. Obat-obat penduduk asli dan zat-zat hepatotoksik :
Zat-zat hepato-karsinogenik yang telah dibuktikan pada percobaan-percobaan dengan binatang ada berpuluh-puluh jumlahnya, misalkan : golongan aromatic amine, aromatic amide,
zat warna azo, nitrosamine, ethionine, thiourea, alkaloid
pyrrolizidine dan sebagainya. Apakah zat-zat tersebut juga
karsinogenik bagi manusia masih merupakan pertanyaan.
Misalkan kita anggap bahwa zat-zat tersebut ada 'dalam obatobat asli penduduk, sukar diterangkan bagaimana mungkin
bahwa zat tersebut demikian luas distribusinya, dari Asia sampai Afrika dalam masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang kebudayaannya. Di Jamaica sering ditemukan penyakit hati "veno-occlusive". akibat alkaloid senecio, sedang
lasiocarpine yang terdapat di dalam alkaloid tersebut dalam
dosis tunggal dapat menyebabkan kerusakan luas pada hati
tikus. Meskipun demikian di daerah tersebut tidak ada kenaikan insidens karsinoma hati. Alkohol jelas dapat menyebabkan
kerusakan hati ; dan misalkan diambil asumsi bahwa kerusakan ini merupakan predisposisi untuk timbulny karsinoma,
mengapa di Amerika Serikat dan Eropa di mana alkohol
sering diminum insidens kanker hatinya justru jauh lebih
kecil dari pada di Afrika ?
3. Pengaruh pencemaran lingkungan : zat-zat pencemar
lingkungan telah dipikirkan sebagai faktor penyebab hepatoma. SAMUEL (14) mengemukakan bahwa herbisida Maleichydrazide sangat hepatokarsinogenik untuk tikus. Akibat
kontaminasi ini, dalam setahun seseorang dapat memakan
zat ini dalam dosis sebesar 12 kali dosis yang diperlukan
untuk menyebabkan kanker. Tetapi inipun dapat dianggap
tak berpengaruh di Afrika di mana pencemaran alam masih
sedikit sekali.
4. Parasit-parasit : HOU (15) melaporkan kemungkinan
Clonorchis sinensis sebagai parasit penyebab karsinoma hati
di Tiongkok selatan, tetapi kelainan yang didapati terutama
adalah adenokarsinoma saluran empedu intrahepatik. Tingginya insidens hepatoma di daerah Tumen oleh SHAIN (16)
dihubungkan dengan infestasi yang luas dari parasit Opistorchis.
5. Pengaruh malnutrition : diet tertentu dapat mempeagaruhi efek karsinogenik berbagai zat pada percobaan-percobaan ; diet tanpa cholin saja dapat menimbulkan kanker hati
pada binatang percobaan. Data-data ini dan fakta bahwa
hepatoma banyak ditemukan pada masyarakat dengan diet
yang jelek, membuat kita berpikir apakah malnutrition sendiri
dapat menyebabkan hepatoma pada manusia. Hipotesa ini disokong oleh data bahwa kwashiorkor ditemukan secara
meluas di daerah-daerah di mana insidens hepatoma tinggi.
Selain itu telah diketahui bahwa kwashiorkor dapat menyebabkan perlemakan hati yang luas, sehingga ada yang memikirkan kemungkinan rangkaian malnutrition perlemakan
hati cirrhosis kanker. Ini adalah pendapat yang salah
karena perlemakan hati akibat kwashiorkor tidak pernah
menyebabkan cirrhosis (s). Disamping itu sejauh ini tidak
ditemukan korelasi geografik antara tingkat gizi, defisiensi zat
makanan khusus dan kanker hati. Sebagai contoh, di banyak
daerah di India dan Amerika Latin ditemukan malnutrition
yang luas, tetapi sedikit ditemukan karsinoma hati.
6. Pengaruh Aflatoxin : aflatoxin adalah sejenis toksin
yang dihasilkan oleh jamur-jamur Aspergilus danPennicilium.
Aflatoxin ini ditemukan dalam kacang tanah pada tahun
1960 di Inggris yang menyebabkan kematian 100.000 ekor
kalkun. Pada penyelidikan belakangan didapatkan bahwa
aflatoxin adalah suatu zat hepatokarsinogenik yang kuat sekali, dapat menimbulkan hepatoma pada berbagai jenis binatang. Dari sini diambil hipotesa bahwa zat inilah yang menyebabkan karsinoma hati pada berbagai daerah. Hal yang
menyokong hipotesa ini adalah ditemukannya aflatoxin dalam
dosis tinggi dalam berbagai jenis makanan sehari-hari : beras,
jagung, ubi kayu, kacang tanah, oncom, tembakau, susu dan
sebagainya. Penyelidikan di Bogor menyokong hal ini.CAMPBELL dan SALAMAT (17) melaporkan bahwa di Filipina
di daerah-daerah yang insidens hepatomanya tinggi terdapat
konsumsi dari peanut butter dan jagung yang terkontaminasi.
Di Thailand, SHANK dan WOGAN (18) menunjukkan hubungan yang erat antara frekwensi kanker hati dan distribusi
makanan yang terkontaminasi aflatoxin di pasar-pasar. Meskipun aflatoxin sampai saat ini dipandang sebagai salah satu
zat hepatokarsinogenik yang terkuat dan telah ditunjukkan
hubungannya dengan distribusi makanan terkontaminasi di
berbagai daerah, namun hubungan langsung antara karsinoma
hati dan konsumsi aflatoxin masih belum dapat dibuktikan.
Seandainya belakangan nanti memang terbukti bahwa aflatoxinlah penyebab kanker hati pada manusia, akan dapat
31
tologik. Kelainan ini, meskipun bukan langsung bersifat kanserogenik, menunjukkan bahwa ada kemungkinan terjadinya
kerusakan metabolisme lebih lanjut. Apakah pada keadaan
tersebut infeksi virus hepatitis merupakan "promoting agent"
atau merupakan "initiating agent" masih belum diketahui.
NBOK
KSEARVLlCM
HEAD OFFICE :
Jl. Jend. A Yani (Pulo Mas) . Ph. 40549 Jkt.
BOOKSHOPS :
Jl. Cikini Raya 63, Jakarta
TERLENGKAP DALAM BIDANG KEDOKTERAN &
FARMASI
TERMURAH DALAM HARGA.................................
by Bellville J.W.
532 pp.
Rp. 8.000,
Australia Antigen pertama kali ditemukan oleh BLUMBERG dkk. pada tahun 1965 (21), dan kemudian diajukan
beberapa nama lain untuknya yaitu Hepatitis-Associated Antigen (HAA), serum hepatitis antigen, dan hepatitis antigen.
Hubungan antara HAA dengan hepatitis kronik ditemukan
pada penyelidikan pasien-pasien dengan sindroma Down pada
tahun 1966 (22). Pada penyelidikan itu ternyata bahwa seorang penderita yang pada test permulaan tidak mempunyai
HAA pada test berikutnya menunjukkan hasil positif, Ini
merupakan bukti pertama bahwa HAA bisa didapat. Penderita
tersebut kemudian menunjukkan gejala-gejala hepatitis-anicteric pada penyelidikan biopsi hati dan test-test biokimia.
Kemudian dilakukan penyelidikan pada penderita-penderita
hepatitis akut yang telah sembuh, penderita hepatitis kronik
dan penderita hepatitis akut yang diikuti hepatitis kronik.
Bila didapatkan HAA, HAA akan didapatkan dalam waktu
yang sebentar saja pada hepatitis akut, sedang pada hepatitis
kronik HAA akan didapatkan secara persisten, terus menerus,
SUTNICK(23) melaporkan bahwa dari 762 penderita hepatitis
kronik, 25 atau 30% mempunyai HAA. Hal ini menyokong
pendapat bahwa adanya suatu agen infeksius secara terus
menerus merupakan faktor penting pada perkembangan pepyakit itu. Meskipun terdapat bukti-bukti yang banyak sekali
tentang hubungan hepatitis virus dengan HAA, masih belum
dapat dibuktikan apakah HAA itu virus ataukah hanya produk dari sel hati yang rusak, hanya diketahui bahwa HAA
ini dapat ditularkan meskipun tanpa kontak parenteral. Karena eratnya hubungan HAA dengan hepatitis virus, dipikirkan hubungannya dengan hepatoma. Untuk ini SMITH (24)
mengambil serum dari 65 penderita hepatoma di Hong Kong,
Afrika Timur dan Amerika Serikat, dan dilakukan test terhadap HAA. Ternyata frekwensinya tidak berbeda dengan
frekwensi yang didapatkan pada penduduk setempat. Tetapi
belakangan ini ternyata di berbagai laboratorium didapatkan
frekwensi yang tinggi pada penderita-penderita hepatoma ;
di Taiwan, TONG (25) melaporkan bahwa 80% dari pende rita hepatoma yang diselidikinya mempunyai HAA, Variasi
geografik dari hubungan HAA dengan hepatoma dapat dilihat
di tabel IV.
TABEL IV
FREKWENSI HAA PADA HEPATOMA DIBERBAGAI DAERAH
daerah
SINGAPURA
JEPANG
UGANDA
SENEGAL
INDIA
TAIWAN
HONG KONG
AMERIKA
VIETNAM
penyelidik
Simon N.J.
Okochi K.
Vogel C.L.
Prince A.M.
Anand S.
Tong N.J.
Anthony KY.
Alpert E.
Welsh J.D.
penderita
114
19
11
55
80
51
26
% HAA
positif
3%
5%
40 %
42 %
63 %
80 %
1,3%
5,9%
0 %
dr. E. Nugroho
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
HIGGINSON J
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
33
Obat Hepatotoxik
dr. B. Suharto
Bagian Farmakologi FKUI
Jakarta
2 Obat antidepressi :
3.
Amitriptyline HCI
l mipramine HCI
Desipramine HCI
Nortriptyline HCI
Senyawa trisiklik
Carbamazepine
Chlorpromazine dan garamnya
Fluphenazine (garam)
Haloperidol
Phenothiazines
Promethazine HCI
Trimeprazine tartrate
Chlordiazepoxide dan garamnya
Chlormeranone
4. Obat anabolik :
Anabolik steroids
Androgens
5.- Obat antikonvulsan (anti kejang)
7.
Obat antihiperlipidemia :
Niacin
Aluminium Nicotinate
8.
Lain - Lain :
Hydantoin
Phenytoin (= Diphenylhydantoin)
Carbamazepine
Kontraseptif oral
Antimon Kalium Tartrate
Azathioprine
Carbarsone
Chlormezanone
Chloroform
Chlorzoxazone
Cyclophosphamide
lndomethacin
l odine
Mercaptopurine
Oxyphenisatin acetate
Phenacemide
Phenindione
Phenylbutazone
lain
Ruang Biofarmasi :
BIOAVAILABILITY OBAT
PADA PEMAKAIAN PER ORAL
drs. Nurul Hadi Mufti
Pada tahun 1970 di Australia terjadi kasus-kasus keracunan pada beberapa penderita epilepsi yang memakan kapsul
phenytoin (= nama baru untuk diphenylhydantoin). Hal yang
menarik ialah bahwa mereka, pada waktu-waktu sebelumnya,
telah memakan obat tersebut dalam dosis yang sama, cara
pemakaian dan merek obat yang sama pula tanpa efek
samping yang berarti. Kadar obat di dalam kapsul, pada
pemeriksaan ternyata masih memenuhi sarat. Setelah diusut
lebih lanjut, ternyata bahWa memang ada perubahan dalam
kapsul phenytoin tersebut, bukan dalam dosis obat aktip nya, melainkan penggantian bahan penambah kalsium-sulfat
dengan laktosa. Perubahan formulasi yang semula dianggap
tidak banyak berpengaruh itu, telah menyebabkan kenaikan
kadar obat dalam darah hingga melampaui dosis toksik.
Sejak itu peranan ' bioavailability' mulai lebih diperhatikan.
Dari kasus di atas dan banyak kasus lain, telah terbukti
bahWa sediaan farmasi yang memiliki bentuk dan mengandung
bahan aktip yang sama (generie equivalent) tidak selalu
memberi efek terapeutik yang sama, bila formula/pabrik
yang membuatnya berbeda (3,4). Kini, yang menjadi masalah
ialah apakah dengan demikian setiap formula harus diuji
dengan percobaan klinik (clinical trial) ? Sebaiknya demikian,
akan tetapi jelas bahwa suatu pereobaan klinik memakan
waktu yang lama dan beaya yang besar, jadi perlu dicari
cara-eara lain. Cara yang paling tepat untuk meyakinkan
efek terapeutik yang baik adalah dengan percobaan 'bioavailability' obat pada manusia atau binatang dengan menb
ukur kadar obat dalam urin dan darah (I).
Istilah ' bioavailibility ' ( =biological availability/physiologi eal availability) didefmisikan sebagai : kecepatan dan jumlah/
kadar obat yang dapat di absorpsi ke dalam sirkulasi sistemik
(1,2,3,4). Masalah ini mencakup bidang-bidang fisiologi, kimiafisik, dan tehnologi farmasi yang merupakan bahan per-
35
Gambar 1
Gambar 2
36
Proses yang mempengaruhi absorpsi obat berbentuk tablet pada pemakaian per oral
(dikutip dari Aust J Pharm 55 (Feb) : 45 - 49, 1974).
emptying time ' , dan 'intestinal transit time ' dapat mempengaruhi absorpsi obat secara drastis. Seperti kita ketahui,
perubahan-perubahan fisiologik itu dapat dipengaruhi oleh :
keadaan umum penderita, usia, suhu makanan, komposisi
diet, kadar lemak/kadar serat dalam diet dsb (5,7).
Enzim dan zat kimia yang terkandung di dalam cairan
usus juga mengadakan interaksi dengan molekul-molekul obat
dan dalam beberapa hal menyebabkan peningkatan ke arutan
obat (fermentasi oleh enzim atau pengaruh pH/ionisasi),
sedangkan untuk senyawa lain menimbulkan pengendapan,
sehingga memperlambat kelarutan obat (3,6) (lihat Gambar 3).
17 : 67 - 69, 1971.
OLH
Cermin Dunia Kedokteran No. 7, 1976
37
Puskesmas Ngumut
Tulungagung Jatim.
Di Bali masih cukup luas anggapan, bahwa salah satu penyebab sakit
adalah : bikinan orang lain (blackmagic). Salah satu anggapan mereka dalam hal ini, adalah dengan cara : orang yang benci kepada seseorang menaruh suatu benda di tempat-tempat yang sering dilalui/dipakai oleh lawannya, agar dengan demikian lawannya jatuh sakit. Umumnya benda ini
berupa bubuk yang dibungkus dengan kain kasa putih dan diikat dengan
benang.
Nah, suatu hari saya memberikan obat kepada seorang pasien yang
menderita tuberculosis paru-paru. Selain obat suntik, kami berikan juga
resep : R/ Isoplex tablet no 100, dengan cara pemakaian yang telah saya
jelaskan. Pada hari ke duapuluh, pasien datang dengan rasa ketakutan yang
sangat, diantar oleh beberapa anggota keluarganya. Dikatakan bahwa di dalam botol obatnya telah ada yang menaruh " sesuatu " , sehingga kemarin
tanpa minta ijin dulu dari saya, dia telah datang kepada seorang dukun
dengan maksud supaya dukun menolak khasiat buruk "sesuatu" tadi,
dengan harapan obat-obat yang telah saya berikan dapat berfungsi sebaikbaiknya. Saya agak heran akan hal ini, dan "sesuatu" tadi saya minta, yang segera dikeluarkannya dari gulungan ikat pinggangnya, lengkap
dengan bunga-bunga pemberian dukun kemarin. Setelah saya teliti, ternyata
"
sesuatu " tadi adalah................................bubuk higroskopik yang dibungkus
dengan kain kasa, dan pinggirnya dijahit. Akhirnya dengan susah payah
saya dapat meyakinkan bahwa benda tadi memang telah ada sebelumnya,
diisi oleh pabrik obat agar obatnya tidak rusak. Akhirnya si pasien dan
keluarganya tertawa terpingkal-pingkal, demlkian juga saya dan suami saya.
Selanjutnya saya selalu menjelaskan perihal bungkusan di dalam botol ini
kepada pasien-pasien saya yang lain
dr. Ny. S. Wiadnyana
Denpasar
Bali
Jawaban-jawaban Ruang Penyegar dan Penambah llmu Kedokteran
1.
A,C,D.
4.
7.
2.
5.
8.
3.
6.
9.
41
Catatan singkat
BRUXISME ( mengadu gigi sehingga menimbul-
Kecemburuan secara berlebihan, yang kadang-kadang oleh penderitanya sendiri disadari bahWa
hal tersebut tidak memiliki dasar yang kuat,
dapat digolongkan dalam kecemburuan yang patologik (pathological jealousy). HERCEG N. berhasil mengobati dua kasus demikian dengan memberikan thiothixene 5 - 10 mg/hari. Dalam 4 - 6
minggu kemudian telah terlihat perbaikan yang
nyata pada penderita-penderita tersebut.
Med J Aust 1 : 569, 1976.
42
I095,
1976,
Sesuai dengan tema utama CDK kali ini, maka dalam ruang
penyegar dan penambah ilmu kedokteran telah dipilihkan
pertanyaan yang menyangkut penyakit-penyakit/kelainan-kelainan traktus gastro-intestinalis. Jawaban yang benar mungkin
lebih dari satu. Jawaban pada halaman 41.
43
ABSTRAK-ABSTRAK
PENGARUH DIET TRIMESTER KETIGA PADA IBU DAN JANIN
OBSTETRI-
Menarik sekali untuk mengetahui apakah penambahan berat badan ibu disertai
dengan penambahan berat atau besar janin.
Oleh dr. SOFOEWAN dkk. dari Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, ditemukan bahwa penambahan berat
badan ibu pada trimester ketiga tidak selalu disertai dengan penambahan bcrat atau
besar janin.
Pada 2 ibu dengan kenaikan berat badan lebih dari 500 gr per minggu, berat
lahir janinnya kurang dari 2500 gr, meskipun kehamilannya aterm.
OLH
Kongres Obstetri dan Ginekologi.
OPHTHALMO LOGI
Xerophthalmia pada tingkat permulaan atau pada tingkat yang ringan kadangkadang sulit dikenal oleh mereka yang kurang ahli dalam bidang ini. Diagnosis
kasus-kasus tersebut dapat dipermudah oleh peWarnaan vital pada mata dengan zat
Warna Rose Bengal (1%) atau Lissamine Green (1%).
1 tetes zat Warna tersebut diteteskan pada mata dan ditunggu beberapa saat.
Dalam beberapa menit xerosis conjuctiva, yang pada anak-anak merupakan tanda
spesifik dari defisiensi vitamin A, akan tampak jelas. Pada xerosis dalam tingkat
awal atau yang ringan, pada sisi kornea (1 sisi saja, atau kedua sisi) tampak segi tiga
berwarna kemerahan (pink) atau hijau tua. Pada xerosis yang moderat, dacrah yang
berwarna lebih luas dan Warnanya juga lebih jelas. Pada kasus-kasus yang berat, tampak
jalur lebar yang berwarna disekeliling limbus kornea.
Hasil pewarnaan dengan Rose Bengal terlihat dengan jelas oleh mata biasa, sedang
dengan Lissamine Green warna tersebut bahkan dapat terlihat dalam jarak beberapa
meter. Warna tersebut hilang dalam 10 sampai 30 menit.
Bercak Bitot pada conjunctiva bulbar tidak menyerap warna, tetapi sekitarnya
menunjukkan daerah yang berwarna.
Sterilitas cairan zat warna tersebut harus benar-benar dijaga karena ia merupakan
medium yang baik buat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
E.N.
SAUTER J J M, Tropical Doctor
6 : 91, 1976.
K.B.
Dewasa ini obat suntik kontrasepsi yang beredar dan cukup digemari ialah
Depo-Provera (depo medroxy progesterone acetate = DMPA) dengan dosis 150 mg
setiap 90 hari.
Oleh dr. S. KOETSAWANG dari Family Planning Research Unit, Dept. of
Obstetrics and Gynaecology, Faculty of Medicine, Mahidol University, Siriraj Hospital,
Bangkok, telah ditemukan suatu obat suntik kontrasepsi baru dengan susunan
25 mg DMPA dan 5 mg oestradiol cypionate dalam 0,5 ml larutan air yang diberikan
tiap bulan. Cara ini ternyata lebih disukai oleh wanita-wanita tertentu diatas pemakaian pil kontrasepsi tiap hari.
OLH
Kongres Obstetri dan Ginekologi. Medan 7 - 11 Juni, 1976.
44
ILMU BEDAH
Kasus 1 Seorang anak, berumur 9 tahun, masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas.
Pada pemeriksaan fisik, penderita tampak sesak nafas. Terlihat exkoriasi pada dada sebelah
kanan dan di epigastrium. Abdomen sedikit mengembung dan nyeri tekan. Pemeriksaan rontgen
menunjukkan hemopneumothorax sebelah kanan dan terlihat dilatasi lambung yang hebat
dengan ' ffuid level '. ' Nasogastric tube ' segera dipasang dan keluarlah sejumlah besar gas, pada
aspirasi keluar cairan jernih. Segera setelah itu, terjadi perbaikan secara drastis pada penderita tersebut. Nyeri perut hilang, frekwensi pernafasan menurun, abdomen lemas dan nyeri tekan
hilang. Hemopneumothorax diatasi dengan pemasangan ' drainage' . Dalam 36 jam kemudian
dilatasi terjadi lagi tetapi dapat dikontrol dengan pemasangan ' nasogastric tube ' .
Kasus 2 Seorang anak, berumur 8 tahun, dibawa ke rumah sakit segera setelah dilanggar
mobil anak tersebut tampak gelisah. Pemeriksaan abdomen menunjukkan nyeri tekan dan
'
defence musculair' , Pemeriksaan rontgen memperlihatkan dilatasi lambung yang hebat. Pemasangan ' nasogastric tube ' segera diikuti oleh perbaikan gejala-gejala. Akan tetapi karena masih
dicurigai adanya kerusakan organ-organ intraabdominal, dilakukan juga laparotomi explorasi,
yang ternyata tidak menunjukkan abnormalitas. Penyembuhan berlangsung dengan baik.
Kemungkinan dilatasi lambung secara akut harus selalu dipikirkan pada setiap
trauma tumpul abdomen. Pemeriksaan rontgen dapat memastikan diagnosis.
EN
KASENALLY A.T. et al : Acute gastric dilatation after trauma,Brit Med J 2 : 21, 1976
GASTRO
ENTEROLQGI
Masalah umum pada penderita ulcus duodeni ialah sakit diwaktu malam hari
karena tingginya sekresi asam lambung, disamping itu biasanya waktu malam hari
perut kosong. THOMPSON dkk, London, telah berhasil mengurangi keasaman ini
dengan metiamide 400 mg dosis tunggal sebelum tidur. pH yang mula-mula kurang
dari 2 , naik menjadi lebih dari 6 , dan pada banyak penderita tetap diatas 5 paling
sedikit untuk 5 jam.
Pemakaian antasid dan susu plus alkali sama sekali tidak menolong mengurangi
asam diwaktu malam ini. Diambil kesimpulan bahwa metiamide besar jasanya dalam
pengelolaan penderita ulcus duodeni, khususnya untuk keluhan sakit diwaktu malam.
q
SDMD
THOMPSON G.J. dkk, Lancet 1 ; 963 , 1974.
GIZI
Kini oleh ilmu kedokteran makin disadari betapa pentingnya kadar serat (dietary
fiber) dalam makanan sehari-hari. Dietary fiber ini adalah serat dalam makanan
sehari-hari yang tak dapat dicerna oleh traktus gastrointestinal.
Anggapan kini ialah : makanan yang kurang akan serat dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit gastrointestinal seperti diverticulitis, kolitis dan karsinoma
kolon. Serat dalam sayuran mempunyai beberapa kegunaan, antara lain membuat
tinja lebih lembek dan mencegah penyerapan kholesterol, sehingga waktu untuk
melewati usus (intestinal transit time) lebih pendek.
Oleh Unit Diponegoro Balai Penelitian Gizi Dep. Kes. telah diselidiki kadar serat
4 jenis sayuran yang lazim ditemukan dalam makanan sehari-hari di Indonesia, yaitu
bayam, kangkung, daun singkong, dan daun katuk. Ditemukan bahwa daun-daun
tersebut berturut-turut berkadar serat 1,48 gr, 1,89 gr, 5,11 gr dan 26,2 gr per 100 gr
sayur segar.
Lain sumber dietary fiber ialah beras tumbuk, tempe, dan oncom. Jenis buah
yang banyak mengandung serat ialah mangga kwini.
OLH
LIE GOAN HONG, OEI KAM NIO, G. SIHOMBING & J. HERLINDA : Unit Diponegoro
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan, Dep. Kes.
45
KONTRASEPSI PASCA-KOITUS
K.B.
OBSTETRI
RADIOLOGI
Pada terapi dengan sinar X,efek-efek dampingan yang timbul sering mengganggu
penderita.
Oleh dokter-dokter dari London's Royal Marsden Hospital telah diberikan aspirin
dalam bentuk tersangga (=buffered) pada wanita-wanita yang mengalami efek dampingan, seperti rasa mual, diarrhoea, sakit perut dan rasa perut kembung, akibat terapi
sinar untuk kanker rahim.
Ternyata pemberian aspirin ini memberi hasil yang sangat memuaskan. Telah diketahui bahwa terapi dengan sinar X dapat menyebabkan pembentukan prostaglandin
yang berlebih-lebihan dan ini dapat berwujud gejala-gejala gastrointestinal. Diperkirakan bahwa aspirin berkhasiat mengurangi sintesa prostaglandin didalam tubuh.
OLH
IMS PHARMACEUTICAL
46
MARKET LETTER
2 (46) : Nov.24,1975.