PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam tubuh manusia banyak terdap system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng
dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya
adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan
karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang
dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada
dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak
normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau
maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai
diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit
yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi
Sylvia & Wilson) dan 80 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan
memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini
cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk Memahhami Teoritis dan Asuhan Keperawatan dari Gastritis
2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk memahami teoritis dari Gastritis ( Defenisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Fisik dan WOC)
b. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk
penderita gastritis
c. Untuk memahami tugas yang diberikan dosen pembimbing
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
1. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Kapita Selecta Kedokteran,
Edisi Ketiga hal 492)
2.
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Ilmu Bedah
,Edisi Revisi hal 749)
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1. Gambaran hispatology
Atrofi lambung
Metaplasia intestinal
b. Distribusi anatomi
Gastritis
tipe
AB
Anatominya
menyebar
keseluruh
gaster
dan
B. ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis
(Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol,
dan merokok.
Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang
peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga
akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi
tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
C. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obatobatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan gastritis meliputi(Soeparman, 1999, hal : 96) :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan (www.google penanganan
penyakit gastritis.com):
1. Gastritis akut
a. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
c.
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
b. Mengurangi stress
c. H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin , amoxillin) dan
gram bismuth (pepto-bismol).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1
Endoskopi,
khususnya
gastroduodenoskopi.
Hasil
pemeriksaan
akan
Obat-obatan AINS
(Analgetik dan Anti Imfflamasi)
Menghambat prostatglandin
Lambung kosong
Kuman
(Helicobacter pylorus )
Stress
Z.
AA.
AB. GASTRITIS AKUT
AC.
AD.
AE. HCL meningkat
AG.
AH.
Sensasi Kenyang
Iritasi
Menekan refleks muntah
AI.
AJ.
AK.
Anoreksia
eksfeliasi (pengelupasan)
mual
AL.
MK : kekurangan volume
AM.
cairan
AN.
Penurunan nafsu makan
Erosi lapisan mukosa
AO.
AP.
Perdarahan lambung
AQ. MK: Kebutuhan
nutrisi kurang
MK : Nyeri
gangguan pencernaan
AR.
AS.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
AT. Pengkajian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Januari 2008 jam 09.00 di
Ruang Ar-Rizal RSI Sultan Agung Semarang. Dengan:
1. Identitas klien
AU.
3. Pemeriksaan Fisik
a. KU : lemah, kesadaran composmentis.
b. Kepala : bentuk mesocepal, bersih tidak ada lesi.
c.
d. Hidung : bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan
pada hidung. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
e. Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid.
f. Mulut : bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan gusi.
g. Abdomen : 1 : simetris, datar, Au : peristaltik 4 x/mnt, Pa : adanya nyeri
tekan pada abdomen (ulu hati), Pe : tympani.
h. Paru : 1 : simetris Pa : teraba gerakan takstil premitus sama, Pe : sonor, Au :
vesikuler. Jantung : 1 : ictus cordis tidak tampak, Pa : ictus cordis teraba,
ICS (intercostals) 5 Pe : pekak, Au : terdengar suara murni 1, 2.
i. Muskuloskeletal : ekstremitas atas, klien terpasang infus RL 20 tpm (tetes
per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem, ekstremitas bawah : tidak
terdapat oedem.
BC.
4. Pemeriksaan Penunjang
BD.
BE.
BF.
5. Pola aktivitas
a. Kebutuhan nutrisi : sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari
dengan komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1 porsi.
Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, klien
minum 6-7 gelas jenis air putih setiap hari. Selama sakit : klien mengatakan
pagi ini klien makan bubur habis 1 porsi (makanan dari rumah sakit : nasi
tim, sayur dan lauk pauk tidak dimakan). Klien minum air putih habis 5-6
gelas / hari.
b. Kebutuhan eliminasi : sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari
pada waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan
tidak ada keluhan dalam BAB. Klien BAK 2-6 X sehari dengan warna
kuning, bau khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit :
klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan
frekuensi 1 X sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna
hitam, bau khas dan klien mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK
nya, klien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna
kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
c. Kebutuhan istirahat dan tidur : sebelum sakit : klien mengatakan tidur
malam mulai pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang tidur
siang. Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul 21.00,
kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, klien bangun
pukul 06.00 WIB.
d. Kebutuhan aktivitas dan latihan : sebelum sakit : klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Selama
sakit : klien mengatakan bisa melakukan aktivitas seharihari sesuai
kemampuan, klien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, klien mengatakan
lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat
bergerak.
e. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap
penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas
dan kemeng-kemeng, klien terlihat bingung terhadap penyakit yang
dideritanya sekarang. Dan yang dipikirkan klien saat ini adalah kesembuhan
klien.
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
BG. BH.
PENGKAJIAN
BI. ETIOLOGI
BJ.MASALAH
DO:
BN.
BO.
N
BK. BL.
1
Peradangan
Gangguan
pada dinding
rasa nyaman :
mukosa
Nyeri dengan
lambung
skala 7 dari
(gaster)
rentang skala
(0-10)
DS:
DS:
BS.Pemenuhan
BT.Gangguan
nutrisi tidak
pola makan:
adekuat
kurang dari
kebutuhan
tubuh
BZ.
Konstipasi
DS:
DO:
CE.
Kurang
CF.Kurang
Informasi
Pengetahuan
terhadap penyakitnya
CC.
DS:
CD.
Berdasarkjan analisa data diatas maka diagnosa prioritas dari Tn S adalah :
C. INTERVENSI
CH.
CI. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
CM. CN.
1
Gangguan rasa
CJ.TUJUAN/
CK.
KRITERIA HASIL
CP.Rasa Nyeri klien
INTERVENSI
CL.
RASIONAL
nyaman : Nyeri
berhubungan dengan
(skala 0-10)
Peradangan pada
CQ.
dinding mukosa
CR.
lambung (gaster)
waktu 2 x 24 jam
CS.
dengan kriteria:
CT.
DJ.
CO.
meningkatkan atau
menurunkan nyeri
CU.
DL.
hati)
pasien
CV.
CW.
CX.
DM.
CY.
DN.
4.
aktif / pasif
CZ.
ketidaknyamanan.
DA.
DO.
posisi)
DB.
dapat meningkat
DC.
DD.
DP.
Kolaborasi
DQ.
DE.
DR.
DS.
misal : Antasida
DT.
DF.
DU.
DG.
Antikolinergik (misal :
belladonna, atropin)
menetralisir kimia
DH.
DV.
DI.
DW. DX.
2
Gangguan pola
DZ.
nokturnal sehubungan
1. mengevaluasi keefektifan atau
kebutuhan tubuh
cukup memenuhi
EA.
berhubungan dengan
kebutuhan nutrisi
EB.
EL.
Pemenuhan nutrisi
dalam waktu 2 x 24
tidak adekuat
EC.
ED.
berkembangnya komplikasi
EE.
EM.
DY.
indikasi
lambung
EF.
EG.
saat makan.
EH.
EN.
membentuk gas.
EI.
EP. EQ.
3
Konstipasi
EJ.
EO.
EK.
1. ajarkan alih baring setiap 2
pembatasan cairan
1. Banyak aktivitas bisa merangsang
berhubungan dengan
Kurang Aktivitas
aktivitas (banyak
ET.
EZ.
ER.
dealam waktu 2 x 24
jam dengan kriteria :
1. Feses lunak (normal)
2. mudah proses defekasi
jam sekali,
gerakan peristaltik
feses
EU.
FA.
EV.
EW.
konsistensi feses
EX.
FB.
laksatif.
FC. FD.
4
Kurang
EY.
1. Kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakitnya
Pengetahuan
berhubungan dengan
dengan memberikan
FG.
Kurang Informasi
informasi terhadap
FH.
penyuluhan
FI.
FL.
FE.
x 24 jam dengan
kriteria :
1. Tn.S tahu tentang
tentang penyakitnya,
FM.
FJ.
FN.
salah persepsi
pendidikan kesehatan,
FK.
4.
klien
FO.
BAB IV
FP.PENUTUP
A. KESIMPULAN
FQ. Gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis
hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi
yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu : Gastritis akut dan gastritis kronik
FR. Gastritis penyebabnya adalah stres, koonsumsi alkohol dan obat-obatan
dan juga diet yang tidak baik, gastritis akut bisa berkembang menjadi kronik jika
pola makan tidak diatur dengan baik dan jika ini dibioarkan maka tidak tertutup
kemungkinan bisa berkembang menjadi Ca gater (kanker lambung)
FS.
B. SARAN
FT.Gastritis adalah penyakit yang lazim atau sering diderita, umumnya adalah
mahasiswa karena kesibukan membuat tugas dan mahasiswa juga rentan stres.
Selain itu diet yangsalah juga pemicu terjadi gastritis untuk itu pendidikan untuk
meperbaik persepsi yang salah terhadap diet perlu dilakukan
FU.
FV.DAFTAR PUSTAKA
FW.
FX.
Jakarta.
FY.Hadi, Soejono, 1999, Gastroenterologi, penerbit Alumni, Bandung.
FZ.Reevest, Charlene. J., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 1, Salemba
GA.
Medika, Jakarta.
GB.
GC.
GD.
Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
GE.
GH.
Jakarta
GI.
GJ.
GK.