Disusun oleh:
Ferina Dwi Marinda
1118011115
1118011064
1118011107
Perceptor:
dr. Sri Indah, Sp. Rad
KATA PENGANTAR
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Sindrom Aspirasi
Mekonium tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri Indah, Sp.Rad yang telah meluangkan
waktunya untuk kami dalam menyelesaikan referat ini. Kami menyadari banyak
sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk
saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. Etiologi
terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung
mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar di dalam kandungan bila
terjadi stres / kegawatan intrauterin. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan
penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi
gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,
mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang terwarna-mekonium
ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup
bulan atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia aspirasi, dimana
30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal.
Kegawatan janin dan hipoksia terjadi bersama dengan masuknya mekonium ke dalam
cairan amnion. 1,2,3
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui definisi, insidensi, etiologi, faktor resiko, patofisiologi,
gambaran
klinis,
pemeriksaan
penunjang,
diagnosis,
diagnosis
banding,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Insidensi Sindroma Aspirasi Mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam saluran pernafasan
bayi. Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling
sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun postterm. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar, dan
pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. Cairan amnion mekonial
terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi
SAM terjadi pada 4-10% dari bayi-bayi ini, dan sepertiga diantara membutuhkan
bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada
kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait, meningkat
ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa
bayi yang dilahirkan dengan cairan amnion yang mekonial memperlihatkan distres
pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang terlihat dibawah korda vokalis
setelah kelahiran. Pada beberapa bayi, aspirasi mungkin terjadi intrauterine, sebelum
dilahirkan.1,3
2.2 Etiologi Sindroma Aspirasi Mekonium
Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang
mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterin)
bila terjadi stres / kegawatan intrauterin. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan
penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi
gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,
mekonium juga berakibat pada iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. 3
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis surfaktan.
Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti asam palmitat,
asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih tinggi dari pada
5
Gas darah
diambil dari darah arteri) atau kondisi asam basa (jika sampel
diambil dari kapiler)
Glukosa darah
Hipoglikemia dapat menyebabkan atau memicu takipnea
Radiografi dada
Digunakan untuk membedakan berbagai jenis distres pernapasan
Hitung
darah Leukositosis atau bandemia yang menunjukkan stress atau infeksi
lengkap
hitung jenis
Pungsi lumbal
Pulse oximetry
oksigen tambahan
Tabel 2.1 Evaluasi Laboratorium untuk Distres Pernafasan (Clark, 2010)
Kondisi asam-basa:2
V-Q mismatch dan stres perinatal sering terjadi dan sangat dibutuhkan
pemeriksaan kondisi asam-basa
Elektrolit serum: 2
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan kalsium dilakukan setelah bayi yang
mengalami SAM berusia 24 jam karena sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada stres perinatal
Nantinya, pada kasus SAM, setelah kondisi bayi cukup stabil, pemeriksaan radiologis
otak seperti MRI, CT scan, atau USG cranial, diindikasikan jika pemeriksaan
neurologis bayi menunjukkan adanya kelainan. Ekokardiografi perlu dilakukan pada
kasus-kasus
berat
seperti
distress
pernafasan
yang
berkepanjangan
untuk
udara
pneumomediastinum,
sering
terjadi
menyebabkan
pneumopericardium,
terjadinya
dan/atau
pneumothoraks,
pulmonary
interstitial
Gambar 2.1 Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium tanpa komplikasi. Gambaran
radiologis menunjukkan perselubungan perihilar pada paru, yang lebih berat pada daerah kanan
berbanding kiri4.
10
Gambar 2.2 Gambaran radiologis menunjukkan aspirasi mekonium yang berat. Gambaran radiologis
diatas menunjukkan perselubungan yang kasar pada parenkim paru dengan hiperekspansi yang berat.
Terdapat pneumomediastinum di kanan paru (ditunjukkan dengan panah), di batasi oleh lobus kanan dari
thymus (T)4.
Gambaran 2.3 Gambaran radiologis follow-up pada pasien diatas. Hasil didapatkan setelah memasukkan
bilateral thoracostomy tubes pada pneumotoraks dan menunjukkan pneumoperikardium (panah) and
gambaran yang sangat luscent dari paru. Hasil menunjukkan pada pasien ini terjadi pulmonary interstitial
emphysema4.
11
Gambar 2.4 Gambaran radiologis pasien yang diterapi dengan extracorporeal membrane oxygenation
(ECMO). Gambaran radiopaque pada paru karena pulmonary bypass. Kanula (panah) masuk dari leher
kanan sampai atrium kanan menunjukkan vena-vena ECMO. Endotracheal tube, nasogastric tube, dan
arteri umbilikalis kateter pada tempatnya4.
12
Gambar 2.5 Radiografi dada SAM. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi mekonium encer
dalam jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer
dalam jumlah sedang. C). Infiltrasi menyeluruh pada lapang paru yang tersebar tidak merata,
menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar. D). Atelektasis sebagian lobus kiri
atas dengan hiperaerasi paru kanan, menandakan aspirasi mekonium partikel besar dan kental. Bayi
sering mengalami kegagalan perkembangan pernapasan dan membutuhkan terapi pernapasan yang luas. 5
13
kasar).
Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: (1) Analisa gas darah
(menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO 2 dan peningkatan pCO2);
(2) Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).
14
efusi pleura jarang terjadi. Sindrom ini biasanya terjadi pada bayi preterm yang
berbeda dengan sindroma aspirasi mekonium 3.
Diagnosa banding untuk kasus sindroma aspirasi mekonium antara lain :3
Sepsis
15
C
Gambar 2.6 Radiografi dada pada TTN. A). Gambaran radiografi pada neonatus yang berusia 6 jam.
Aerasi yang berlebihan, bergaris-garis, bilateral, gambaran radiopaque pada interstitial pulmonal,
perihilar interstitial markings dan kardiomegali ringan. B). Gambaran radiografi pada neonatus yang
berusia 2 hari. Kardiomegali telah hilang dan gambaran abnormalitas parenkim paru mulai menghilang
namun perihilar markings masih ada. C). Gambaran radiografi pada neonatus yang berusia 4 hari.
Ukuran jantung dan gambaran paru yang normal dapat terlihat.
16
C
Gambaran 2.7 Radiografi dada pada pneumonia neonatus. A). Terdapat gambaran air
bronchogram yang prominen di distal. B). Terdapat gambaran infiltrat padat dan kasar yang menutupi
jantung. Didapatkan juga gambaran air bronchogram yang prominen. C). Terdapat penumpulan sinus
phrenicostalis, garis radiodense tipis sepanjang hemithoraks kanan lateral dan garis cairan pada fissura
mayor kanan yang konsisten dengan efusi pleura.
Untuk membedakan antara gambaran TTN, RDS, dan SAM, dapat dilihat pada tabel
dibawah:
Tabel 2.2 Perbedaan TTN, SDR, dan SAM3
Pembeda
Etiologi
TTN
Cairan paru persisten
RDS
Defisiensi surfaktan
Paru
SAM
Iritasi dan obstruksi
belum paru
berkembang
Waktu
persalinan
Faktor resiko
sempurna
Preterm
Kapan saja
Section
asma
atau
term
cessarea, jenis kelamin laki- Cairan
makrosomia,
kelamin
Aterm
amnion
laki-laki, ibu,
pada
post-
kelahiran post-term
ibu, preterm
17
Gambaran
klinis
tanpa
Temuan
maupun sianosis
infiltrat
pada infiltrat homogenus, Patchy
radiologis
parenkim,
toraks
hipoksia sianosis
siluet air
jantung,
atelectasis,
bronchogram, konsolidasi
volume
paru,
penumpukan
cairan
Terapi
intralobar
Suportif,
Pencegahan
prenatal
operasi
ventilasi, surfaktan
Kortikosteroid
sebelum prenatal
sesar
jika resiko
kehamilan
jika
ventilasi, surfaktan
Jangan
menunda
ada suctioning
setelah
kelahiran kelahiran,
(usia amnioinfusi
tidak
24-34 bermanfaat
minggu)
Keterangan :
TTN = takipneu transien pada neonatus (transient tachypnea of the newborn = TTN);
SDR = sindroma distres respirasi (RDS = respiratory distress syndrome); SAM =
sindroma aspirasi mekonium (MAS = meconium aspiration syndrome)
18
faktor
predisposisi
maternal
yang
dapat
menyebabkan
3.
tekanan 100 mmHg. Ventilasi tekanan positif harus dihindari jika memungkinkan,
hingga pengisapan trakea dilakukan. 8
C. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium. Neonatus dengan
mekonium yang terdapat di bawah korda vokalis berpotensi mengalami hipertensi
pulmonal, sindrom kebocoran udara, da pneumonitis serta harus diobservasi
secara ketat untuk melihat adanya tanda-tanda distres pernapasan.
1.
Penatalaksanaan respirasi
a.
Pembersihan paru (pulmonary toilet). Jika pengisapan trakea belum
mampu membersihkan sekret secara maksimal, dapat disarankan untuk
membiarkan pipa endotrakeal tetap terpasang untuk pembersihan paru
pada neonatus dengan kasus simtomatik. Fisioterapi dada setiap 30-60
menit, semampunya, dapat membantu membersihkan jalan napas.
Fisioterapi dada dikontraindikasikan pada neonatus dengan kondisi labil
b.
c.
d.
e.
20
telah diperoleh. 8
Oksigen tambahan. Salah satu tujuan utama pada kasus-kasus SAM
adalah mencegah episode hipoksia alveolar yang akan mengarah pada
vasokonstriksi pulmonal dan menjadi PPHN. Oleh karena itu, oksigen
tambahan
diberikan
sebanyak-banyaknya
dengan
tujuan
intervensi pasien. 8
Ventilasi mekanik. Pasien pada kasus-kasus berat yang terancam gagal
napas yang disertai hiperkapnia dan hipoksemia persisten membutuhkan
ventilasi mekanik. Neonatus yang tidak membaik dengan ventilasi
konvensional harus diuji coba menggunakan ventilasi berfrekuensi
tinggi (HFV = high frequency ventilation).
i.
Pengaturan kecepatan. Ventilasi harus disesuaikan dengan individu
masing-masing pasien. Pasien-pasien SAM umumnya membutuhkan
tekanan inspirasi dan kecepatan yang lebih tinggi dibanding pasien
dengan HMD (hyaline membrane disease). Lebih diutamakan
menggunakan model ventilasi yang memungkinkan pasien mengatur
frekuensi napasnya (ventilasi yang hanya mendampingi atau
menyokong tekanan). Masa inspirasi yang relative singkat
memungkinkan ekspirasi yang adekuat pada pasien yang rentan
ii.
i.
j.
penyulingan surfaktan. 8
Nitrit oksida inhalasi. Hipertensi pulmonal dapat diterapi secara efektif
dengan inhalasi nitrit oksida. Terjadi vasodilatasi arteriol pulmonal yang
selektif akibat nitrit oksida yang bekerja langsung pada otot polos
vascular, yaitu dengan mengaktivasi guanilat siklase, sehingga
meningkatkan siklik guanosin monofosfat. Karena diberi per inhalasi,
efek yang timbul hanya bersifat lokal. Hal ini terjadi karena nitrir oksida
akan diinaktivasi oleh hemoglobin begitu mencapai pembuluh darah.
Oleh karena itu, pengaruhnya pada sistem-sistem lain dalam tubuh
k.
Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot yang lemah dan
usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction trakea langsung setelah
kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih dari 5 detik. Jika tidak
didapatkan cairan mekonial, jangan ulangi intubasi dan suction. Sebaliknya,
jika didapatkan cairan mekonial tanpa adanya bradikardi, lakukan reintubasi
dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan positif dan rencanakan
23
sesuai kebutuhan.
Pedoman ini terus diperbaharui sesuai evidence-base terbaru.
Distres perinatal dan distres napas yang berat merupakan halangan untuk
pemberian makanan.
Terapi cairan intravena dimulai dengan infuse dekstrosa yang adekuat untuk
mencegah hipoglikemi.
Beri tambahan elektrolit, lipid, dan vitamin secara progresif untuk
memastikan asupan nutrisi yang adekuat serta untuk mencegah defisiensi
asam amino esensial dan asam lemak.
24
kehamilan
dengan
komplikasi
oligohidramnion
dan
gawat
25
4. PPHN
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk
menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya.
Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru.
Dengan demikian, prognosis jangka panjang tetap baik. Bayi yang menderita SAM
sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga
menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang
terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian.
Konsekuensi lebih lanjut sebagai dampak dari asfiksia antara lain : 9
1) Konsekuensi Kardiovaskular
a. Hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan proses hipoksemia
b. Disfungsi miokard yang berkaitan dengan hipoksemia
2) Konsekuensi Pulmonal
a. Penurunan produksi surfaktan
b. Edema paru
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
3) Konsekuensi Renal
a. Nekrosis tubular dan medular
b. Paralisis kandung kemih
4) Konsekuensi Sistem Saraf Pusat
a. Ensefalopati hipoksik-iskemik
b. Perdarahan intrakranial
2.12 Prognosis Sindroma Aspirasi Mekonium
Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas
yang lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan aspirasi
mekonium biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Sisa
masalah pada paru jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk bergejala, mengi, dan
hiperinflasi persisten selama 5-10 tahun. Prognosis akhir bergantung pada luasnya
27
jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperi
adanya sirkulasi janin. 1
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak.
Vol. 1 Edisi 15. ECG : Jakarta. 2000. h. 600-601.
2. Mathur,
NC.
Meconium
Aspiration
Syndrome.
2007.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION
%20SYNDROME.pdf. Diakses tanggal 6 Agustus 2015
3. Clark, M.B. Meconium Aspiration Syndrome. 2010. www.medscape.com/
http:// portal neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium
Aspiration Syndrome.pdf Diakses tanggal 6 Agustus 2015
4. Leu M. Meconium Aspiration Imaging, 2011 http://emedicine.medscape.com/
article/410756-overview#a22. Diakses tanggal 6 Agustus 2015
5. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. Respiratory Distress in the Newborn.
Am Fam Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.
http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html. 2007. Diakses tanggal 6
Agustus 2015
6. Yeh TF, Harris V, Srinivasan G, Lilien L, Pyati S. Roentgenographic findings
in infants with meconium aspiration syndrome. JAMA. 2000. H. 603
7. Yeh, TF. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome: Pathogenesis and
Current
Management.
American
Association
of
Pediatrics.
29