Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi
garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466
pulau, nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi lebih dari 258 juta
jiwa pada tahun 2016, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa.Indonesia
berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua
dan dengan Timor Leste di Pulau Timor.Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Indonesia saat ini secara de facto terdiri dari 34 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang
berbeda (Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, Papua, dan DKI Jakarta). Provinsi
dibagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota atau 7024 daerah setingkat kecamatan[43] atau 81626
daerah setingkat desa.
Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki 13.487 pulau besar dan
kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang
memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6LU - 1108'LS dan dari
95'BT - 14145'BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua
Australia/Oseania.Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan luas perairannya
3.257.483 km.Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,
[72] dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.

1. Latar Belakang
Krisis pangan adalah masalah klasik bangsa ini, sebuah ironi bagi negara agraris yang tanahnya
subur dan gemah ripah loh jinawi.Krisis pangan saat ini terjadi dimana kebutuhan pangan
Indonesia telah tergantung kepada impor, dan harganya naik tak terkendali. Namun harus

diperhatikan, bahwa krisis pangan yang terjadi di Indonesia bukanlah sebab yang akan
berdampak pada hal lain (kemiskinan, pengangguran). Fenomena ini adalah sebuah akibat dari
kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi, dan deregulasisebagai inti dari Konsensus
Washington.Privatisasi; Akar dari masalah ini tidak hanya parsial pada aspek impor dan harga
seperti yang sering didengungkan oleh pemerintah dan pers. Lebih besar dari itu, ternyata negara
dan rakyat Indonesia tidak lagi punya kedaulatan, yakni kekuatan dalam mengatur produksi,
distribusi dan konsumsi di sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, kita telah tergantung oleh
mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.Privatisasi sektor pangan
yang notabene merupakan kebutuhan pokok rakyattentunya tidak sesuai dengan mandat
konstitusi RI, yang menyatakan bahwa Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.Faktanya, Bulog dijadikan privat, dan industri hilir pangan hingga distribusi (eksporimpor) dikuasai oleh perusahaan seperti Cargill dan Charoen Phokpand. Mayoritas rakyat
Indonesia jika tidak bekerja menjadi kuli di sektor pangan, pasti menjadi konsumen atau enduser.Privatisasi ini pun berdampak serius, sehingga berpotensi besar dikuasainya sektor pangan
hanya oleh monopoli atau oligopoli (kartel)seperti yang sudah terjadi saat ini.Dalam jangka
pendek dan menengah, masalah krisis pangan sebenarnya terkait dengan 3 halyakni (1)
produksi pangan; (2) luasan lahan; dan (3) tata niaga pangan. Dengan memperhatikan ketiga hal
tersebut, maka petani menuntut solusi jangka pendek kepada pemerintah: Mematok harga dasar
pangan yang menguntungkan petani dan konsumen.Harga tidak boleh tergantung kepada harga
internasional karena tidak berkorelasi langsung dengan ongkos produksi dan keuntungan. Harga
harus sesuai dengan ongkos produksi dan keuntungan petani dan kemampuan konsumen.
Memberikan insentif harga kepada petani komoditas pangan (terutama beras, kedelai, jagung,
singkong, gula dan minyak goreng) jika terjadi fluktuasi harga.Hal ini sebagai jaminan untuk
tetap menggairahkan produksi pangan dalam negeri. Mengatur kembali tata niaga pangan.Pangan
harus dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.Bulog
bisa diberikan peran ini, tapi harus dengan intervensi yang kuat dari Departemen Pertanian,
Departemen Perdagangan dan Departemen Keuangan. Menambah produksi pangan secara
terproyeksi dan berkesinambungan, dengan segera meredistribusikan tanah objek landreform
yang bisa segera dipakai untuk pertanian pangan. Menyediakan insentif bagi petani komoditas
pangan, terutama bibit, pupuk, teknologi dan kepastian beli. Memberikan dukungan

pelembagaan organisasi petani komoditas pangan, yakni kelompok tani, koperasi, dan ormas
tani.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana krisis pangan di Indonesia?
2) Bagaimana cara menyelesaikan masalah krisis pangan di Indonesia?
3) Bagaimana kondisi pertanian Indonesia saat ini?
4) Bagaimana masalah pembangunan pertanian di Indonesia?
5) Bagaimana peran pertanian bagi pertanian Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
1) Pembaca dapat mengetahui krisis pangan di Indonesia.
2) Pembaca dapat mengetahui strategi menyelesaikan masalah pangan di Indonesia.
3) Pembaca dapat mengetahui kondisi pertanian di Indonesia saat ini.
4) Pembaca dapat mengetahui masalah pembangunan pertanian di Indonesia.
5) Pembaca dapat mengetahui peran pertanian bagi perekonomian Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

Krisis Pangan

Pembangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa


harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa
dalam mengatasi ancaman kelangkaan pangan dunia yang dampaknya semakin terlihat nyata.

Penyebab Krisis Pangan

Secara umum, penyebab terjadinya krisis pangan yaitu, kepadatan penduduk, minimnya lahan
pertanian,distribusi pangan yang tidak merata, perubahan cuaca ekstrim, munculnya hama-hama
perusak tumbuhan, kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani, terbatasnya
penemuan tanaman varietas baru yang tahan hama, dan hasil panen Indonesia yang di ekspor
secara berlebihan. Kepadatan penduduk adalah faktor utamanya. Penduduk yang banyak
membutuhkan lahan yang banyak pula sebagai tempat tinggal maupun tempat dibangunnya
sarana dan prasarana lainnya.Sehingga lahan yang seharusnya dijadikan lahan pertanian di ubah
menjadi bangunan pensejahtera manusia. Hal ini menyebabkan menurunnya hasil panen pangan
Indonesia. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang sedang melanda Indonesia dan serangan hama
penyakit. Sehingga banyak ladang-ladang petani mengalami gagal panen.Kesejahteraan petani
pun kurang diperhatikan oleh pemerintah.Harga beli hasil panen yang sangat rendah membuat
petani lebih memilih mengekspor hasil panennya dari pada menjualnya ke distributor Indonesia.
Karena harga akan jauh lebih tinggi.
Pola Konsumsi Yang berangggapan belum makan jika belum makan nasi akhirnya pemerintah
beranggapan jika bahan utama pangan diindonesia adalah nasi yang yang bahan utamanya adalah
beras shingga sektor pertanian yang diupayakan pertanian yang diutamakan adalah padi,padahal
masih ada jenis makanan lain yang bisa dijadikan bahan makanan utama selain beras seperti
jagung dan sagu yang nilai gizinya hampir sama seperti beras.
Jumlah petani diindonesia yang semakin berkurang itu bisa dilihat dari jumlah urbanisasi setiap
tahun dari desa kekota.
Keterbatasan lahan pertanian memang sudah merupakan salah satu persoalan serius dalam
kaitannya dengan ketahanan pangan di Indonesia selama ini. Menurut staf khusus dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Herman Siregar,5lahan sawah terancam semakin cepat berkurang.

Alasannya, pencetakan sawah baru menemui banyak kendala, termasuk biayanya yang mahal,
sehingga tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak signifikan ketimbang luas areal yang
terkonversi untuk keperluan non-pertanian.
Perbaikan infrastruktur di negara maju ini terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala
penyaluran produk pertanian, yang berarti juga tidak mengganggu atau mengganggu arus
pendapatan ke petani.Irigasi (termasuk waduk sebagai sumber air) merupakan bagian terpenting
dari infrastruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, dalam pengertian tidak
hanya kuantitas tetapi juga kualitas, dapat meningkatkan volume produksi dan kualitas
komoditas pertanian, terutama tanaman pangan, secara signifikan. Jaringan irigasi yang baik
akan mendorong peningkatan indeks pertanaman (IP).
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak
langsung.Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau BBM yang digunakan oleh petani
dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor. Sedangkan tidak langsung
adalah energi yang digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya
dan alat-alat transportasi dan komunikasi Yang sering diberitakan di media masa mengenai
pasokan energi yang tidak cukup atau terganggu yang mengakibatkan kerugian bagi petani sejak
reformasi adalah, misalnya, gangguan pasokan gas ke pabrikpabrik pupuk, atau harga gas naik
yang pada akhirnya membuat harga jual pupuk juga naik. Selain itu, kenaikan harga BBM
selama sejak dimulainya era reformasi membuat biaya transportasi naik yang tentu sangat
memukul petani, yang tercerminkan dalam menurunnya nilai tukar petani (NTP).
Penyebab lainnya yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah keterbatasan
dana. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit mendapat kredit dari
perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Berdasarkan SP 2003, tercatat hanya sekitar
3,06% dari jumlah petani yang pernah mendapatkan kredit bank, sedangkan sisanya membiayai
kegiatan bertani dengan menggunakan uang sendiri.

Jenis Permasalahan Pangan

Permasalahan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh


pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik untuk sementara
waktu dalam jangka panjang. Ada dua jenis permasalahan pangan, yaitu yang bersifat kronis dan
bersifat sementara.
Permasalahan pangan kronis merupakan kondisi kurang pangan (untuk tingkat rumah tangga
berarti kepemilikan pangan lebih sedikit daripada kebutuhan dan untuk tingkat individu
konsumsi pangan lebih rendah dari pada kebutuhan biologis) yang terjadi sepanjang
waktu.Sedangkan

permasalahan

pangan

kronis

mencakup

permasalahan

pangan

musiman.Permasalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan ketersediaan pangan oleh rumah
tangga, terutama masyarakat yang berada di pedesaan.

Determinan Masalah Pangan

Permasalahan pangan terjadi jika suatu rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu
mengalami ketidak-cukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi
pertumbuhan dan kesehatan seluruh individu anggota keluarganya.
Ada tiga hal penting yang mempengaruhi tingkat permasalahan pangan, yaitu :
1. Kemampuan penyediaan pangan kepada individu/rumah.
2. Kemampuan individu / rumah tangga untuk mendapatkan pangan.
3. Proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan sumber daya yang dimiliki
oleh individu/rumah tangga.

Permasalahan pangan tidak hanya ditentukan oleh tiga pilar tersebut namun oleh sejumlah faktor
berikut:
a. Sumber Daya Lahan
Menurut staf khusus dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) (Herman Siregar), lahan sawah
terancam semakin cepat berkurang, walaupun sebenarnya lahan yang secara potensial dapat
digunakan, belum digunakan masih banyak.

Alasannya, pencetakan sawah baru menemui banyak kendala, termasuk biayanya yang mahal,
sehingga tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak signifikan dibandingkan dengan luas areal
yang terkonversi untuk keperluan non-pertanian.
Ironisnya, laju konversi lahan pertanian tidak bisa dikurangi, bahkan terus meningkat dari tahun
ke tahun, sejalan dengan pesatnya urbanisasi (yang didorong oleh peningkatan pendapatan per
kapita dan imigrasi dari perdesaan ke perkotaan), dan industrialisasi.
b. Infrastruktur
Menurut

analisis Khomsan (2008), lambannya pembangunan infrastruktur

ikut berperan

menentukan pangsa sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan.

Pembangunan

infrastruktur pertanian sangat penting dalam mendukung produksi pangan yang mantap.
Perbaikan infrastruktur pertanian seyogyanya terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala
penyaluran produk pertanian dan tidak mengganggu arus pendapatan ke petani.
Sistem dan jaringan Irigasi (termasuk bendungan dan waduk) merupakan bagian penting dari
infrastruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
volume produksi dan kualitas komoditas pertanian, terutama tanaman pangan.
c. Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Teknologi dan SDM merupakan dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan ini
berlaku di semua sektor, termasuk pertanian.Kualitas SDM di sektor pertanian sangat rendah jika
dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri manufaktur, keuangan, dan jasa.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, lebih dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori
berpendidikan rendah, kebanyakan hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini
tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologi-teknologi
baru, termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien.
d. Energi
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak
langsung.Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak (BBM) yang
digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor.

Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang digunakan oleh pabrik pupuk dan
pabrik yang membuat input-input lainnya dan alat-alat transportasi dan komunikasi
e. Modal
Keterbatasan modal menjadi salah satu penyebab rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia.
Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit mendapat kredit dari
perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Kekurangan modal juga menjadi penyebab
banyak petani tidak mempunyai mesin giling sendiri.Padahal jika petani mempunyai mesin
sendiri, artinya rantai distribusi bertambah pendek sehingga kesempatan lebih besar bagi petani
untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan. Berdasarkan SP 2003, tercatat hanya sekitar
3,06% dari jumlah petani yang pernah mendapatkan kredit bank, sedangkan sisanya membiayai
kegiatan bertani dengan menggunakan uang sendiri.
f. Lingkungan Fisik/Iklim
Dampak pemanasan global diduga juga berperan dalam menyebabkan krisis pangan dunia,
termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim hujan dan musim
kemarau yang semakin tidak menentu.
Pola tanam dan estimasi produksi pertanian serta persediaan stok pangan menjadi sulit diprediksi
dengan akurat.Pertanian pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan terhadap
dampak perubahan iklim, khususnya yang mengakibatkan musim kering berkepanjangan; hal ini
karena pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang
memerlukan banyak air.
Dampak langsung dari pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia adalah penurunan
produktivitas dan tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air karena perubahan pola
hujan dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim, dapat mengakibatkan pergeseran
waktu, musim, dan pola tanam.

Merencanakan strategi untuk menyelesaikan permasalahan pangan yang dihadapi


Indonesia :

1. Pangan merupakan hal fundamental yang dibutuhkan manusia untuk menunjang


kelangsungan hidupnya.
2. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus 2010 mencapai 237,6 juta jiwa atau 3,5
juta lebih dari prediksi sebelumnya. Ledakan jumlah penduduk ini membawa
konsekuensi luas, terutama pada kewajiban pemerintah menyediakan pangan,
permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas dasar lain yang
dibutuhkan masyarakat .
3. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan ledakan
jumlah penduduk yang terus meningkat. Jika tidak diselesaikan secara strategis dan
jangka panjang, maka akan terjadi krisis multi dimensi yang sifatnya konstruktif.
4. Model pemecahan permasalahan pangan yang dilakukan Pemerintah saat ini tidak efektif
sifatnya jangka pendek.

Model Pemecahan Masalah

Terdapat dua model pemecahan masalah untuk menyelesaikan krisis pangan dan masing-masing
model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya :
1. Model pertama ialah pemecahan masalah yang sifatnya pragmatis atau pemecahan
masalah yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan yang sifatnya mendesak, tanpa
mengkalkulasikan implikasi jangka panjang.
Hal yang disoroti dalam model ini ialah pada aspek urgensi pemenuhan kebutuhan, tetapi
sangat minimal dalam memeta potensi-potensi sumber daya internal yang bisa
dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan.
Paradigma dalam model ini ialah pemenuhan kebutuhan sangat mendesak dan tidak ada
waktu untuk memikirkan potensi-potensi internal lebih dalam, sehingga yang dipeta
adalah sumber daya mana yang sudah tersaji yang bisa langsung dioptimalkan untuk
memenuhi kebutuhan.Paradigma model pemecahan masalah ini dipakai oleh Pemerintah
dalam menyelesaikan permasalahan Beras.

2. Model kedua ialah model pemecahan masalah filosofis atau jangka panjang.Penekanan
model ini adalah pada kuatnya analisis terhadap potensi-potensi internal dan adanya
upaya pengembangan potensi potensi tersebut untuk memenuhi kebutuhan.Model yang
kedua ini lebih mengusung pada upaya kemandirian dalam memenuhi kebutuhan.
Bagaimana suatu negara bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan
cara mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam ruang lingkup negaranya, baik itu
potensi SDA maupun SDM.
Kelebihan dari model yang kedua ini ialah kuatnya negara (mandiri) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan bersifat jangka panjang. Titik tekan model kedua ialah pada upaya
pengembangan potensi sumber daya. Membutuhkan waktu untuk melakukan pengembangan.
Kebutuhan waktu yang cukup panjang dan sumber daya lain untuk menunjang pengembangan
sumber daya menjadi kelemahan pada konteks kebutuhan yang mendesak. Kelebihan metode ini
jika pada konteks negara berkembang ialah pada proyeksi masa depan yang mampu menjadikan
negara menjadi mandiri, lepas dari ketergantungan terhadap asing dalam memenuhi kebutuhan
masyarakatnya.
Model pemecahan masalah yang sifatnya filosofis jika dikontekskan pada masalah pangan
(pertanian) adalah pengintegrasian sistem pertanian dari proses produksi sampai distribusi
dengan berbasis kualitas. Misalnya dalam proses produksi, bagaimana penggunaan pengetahuan
dan alat-alat modern untuk mengolah lahan pertanian. Banyak variabel pembangunan yang harus
diperhatikan hubungan sistemiknya, sehingga menjadi formula pembangunan yang ideal
Alternatif Solusi
Dari model pemecahan masalah yang dijelaskan secara umum di atas ditegaskan ada dua model
pemecahan, yaitu yang sifatnya mendesak (pragmatis) dan jangka panjang (filosofis) dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam menyelesaikan masalah.Pemecahan
masalah hendaknya mengasumsikan penyelesaian yang sifatnya jangka pendek dan jangka
panjang.Dalam menyelesaikan masalah krisis pangan, penulis memakai kombinasi dua model
pemecahan masalah di atas dengan landasan untuk mereduksi dan menutupi kekurangan dari
masing-masing model pemecahan.Jangka pendek yang tidak memikirkan dampak jangka
panjang, begitu juga sebaliknya.

Untuk menegaskan strategi kombinasi model tersebut perlu kiranya kita memeta kondisi
indonesia secara umum sebagai pijakan untuk melakukan prosentase dari masing-masing model
pemecahan tersebut. Indonesia merupakan negara dengan brand image negara agraris.Kekayaan
alam yang melimpah, tanah yang subur, curah hujan yang baik.
Hal tersebut membuktikan bahwa indonesia memiliki modal yang sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan secara mandiri ke depannya. Permasalahan SDM yang menjadi kendala yang cukup
besar. Ketidak mampuan SDM dalam mengelola potensi kekayaan alam indonesia berimplikasi
pada minimnya produksi pangan indonesia.
Kebutuhan pangan yang mendesak yang disebabkan oleh ledakan penduduk yang kurang
produktifnya proses produksi pangan di indonesia menjadi asumsi bahwa Indonesia harus
mengambil kebijakan impor dalam jumlah yang terbatas. Orientasi impor hanya untuk memenuhi
kebutuhan.
Punya batas waktu dan kuota.Model pemecahan masalah yang sifatnya filosofis yang berbasis
pada upaya pengembangan potensi-potensi sumber daya internal sangat ditekankan.Model
pemecahan masalah filosofis harus memiliki acuan masalah yang jelas.Objek mana yang hendak
dipecahkan dengan model seperti ini. Untuk itu pembukaan konstruksi pangan di indonesia harus
dilakukan.
Jika dilihat, struktur pemenuhan pangan di Indonesia, bahwa kebutuhan pangan banyak
ditunjang dari Desa sebagai daerah yang menghasilkan pertanian (Sayur, Buah, Beras, Gula, dls).
Desa merupakan basic perekonomian nasional.Desa menunjang kebutuhan orang-orang Desa dan
Kota.
Permasalahan yang terjadi ialah banyak orang yang tidak tertarik dengan desa karena kurang
begitu

prospek

secara

ekonomi

dan

mobilitas,

sehingga

banyak

orang

memilih

urbanisasi.Dampaknya desa sebagai lumbung pangan ditinggalkan.Implikasi besarnya ialah


krisis pangan.

Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini

Sumber daya alam yang melimpah negara kita dianugrahi dengan letak wilayah yang strategis
dengan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima sepanjang tahun, suhu di
Indonesia yang sangat optimal sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Hampir segala jenis
tanaman yang ada di wilayah dunia lain dapat tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan ada
pepetah yang bilang bahwa tongkat yang ditanam di atas bumi indonesia pun akan dapat menjadi
pohon karena kesuburan tanahnya.
Luas lahan pertanian di Indonesia sekitar 17 juta hektare. Jika dibagi dengan jumlah petani
pangan sebanyak 30 juta orang, maka rata-rata lahan per petani hanya sebatas 0,5 hingga 0,6
hektare. Rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk
mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian
menjadi buruk.Lahan pertanian yang terkonveksi di Pulau Jawa mencapai 50 ribu hektare per
tahun.Khusus di DIY, mencapai 200 hektare per tahun lahan pertanian yang beralih fungsi.
Selain itu jumlah lahan yang diatur dalam perda tak sesuai dengan jumlah pada
realitanya.Kondisi tersebut membuat kesempatan alih fungsi semakin menjadi-jadi. Dengan luas
lahan 17 juta hektare Indonesia masih kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektare
untuk mengatasi kekurangan pangan yang terjadi di Tanah Air. Luas lahan pertanian dan luas
panen terlalu sempit bagi 242 juta penduduk (Prof. Sumarno).
Ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah
pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar
7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen
(6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus
menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah
layanan irigasi nasional.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi
waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau.Sepuluh waduk telah kering,
sementara 19 waduk masih berstatus normal.
Produktivitas pertanian Indonesia masih rendah akibat sempitnya lahan petani di mana rata-rata
lahan per petani hanya sebatas 0,5 hingga 0,6 hektare. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah
akibat sempitnya lahan jika mengutip pendapat Prof. sumarno, idealnya untuk satu orang

penduduk tersedia 1.000 meter lahan pertanian. Menurut data dari BPS tahun 2011, produktivitas
tanaman padi di Indonesia adalah sebesar 51.19 kuintal per hektar.Hal ini seharusnya menjadi
perhatian khusus bagi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dengan membuka lahan
baru pertanian.

Lima Masalah Pembangunan Pertanian

Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang
dihadapi:
1. Masalah pertama yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan
pertanian.Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita sudah mengalami
degradasi yang luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari pemakaian pupuk anorganik. Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,
untuk produksi komoditi padi mengalami penurunan produksi Gabah Kering Giling
(GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 persen dibandingkan tahun
2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering atau 5,99 persen lebih rendah tahun
2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau 4,08 persen lebih rendah
dibandingkan 2010, sedangkan kebutuhan pangan selalu meningkat seiring pertambahan
jumlah penduduk Indonesia.
Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami
degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu kecil
dari 2 persen.
Padahal, untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C-organik lebih
dari 2,5 persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen. Berdasarkan
kandungan C-organik tanah/lahan pertanian tersebut menunjukkan lahan sawah intensif
di Jawa dan di luar Jawa tidak sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk
hayati, bahkan pada lahan kering yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di daerah
dataran tinggi di berbagai daerah. Sementara itu, dari sisi kuantitasnya konfeksi lahan di
daerah Jawa memiliki kultur dimana orang tua akan memberikan pembagian lahan

kepada anaknya turun temurun, sehingga terus terjadi penciutan luas lahan pertanian yang
beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan industri.
2. Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur
penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan
pengembangan waduk.
Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11
persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari
non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena
tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi
nasional.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat
ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau.Sepuluh
waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal.Selain itu masih
rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk
mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur
pertanian menjadi buruk.
3. Masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi.Ciri utama
pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang
terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara.
Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan,
perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan
kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi
tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar.
Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi
bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan
begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbedabeda.
Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru
diterapkan ke dalam sistem pertanian kita.Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah
penting, baik dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani
maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk

menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan
penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian.
4. Masalah keempat, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha terutama di
permodalan.Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga
produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat
keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap
sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan
beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah
berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak
serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya
diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20 Triliun untuk
bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit
Bidang Pangan dan Energi.
5. Masalah kelima adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga
menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah
mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.Pada dasarnya komoditas pertanian
itu memiliki beberapa sifat khusus, baik untuk hasil pertanian itu sendiri, untuk sifat dari
konsumen dan juga untuk sifat dari kegiatan usaha tani tersebut. Sehingga dalam
melakukan kegiatan usaha tani diharapkan dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien
mungkin, dengan memanfaatkan lembaga pemasaran baik untuk pengelolaan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahannya. Terlepas dari masalah-masalah tersebut,
tentu saja sektor pertanian masih saja menjadi tumpuan harapan, tidak hanya dalam
upaya menjaga ketahanan pangan nasional tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan masyarakat dan penyumbang devisa bagi Negara.

Peran Pertanian Bagi Perekonomian Indonesia

Sektor pertanian merupakan sektor yang tetap memiliki peranan yang penting dalam struktur
perekonomian nasional. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia:

a.
b.
c.
d.

Potensi sumber daya alam yang besar dan beragam.


Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar.
Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Menjadi basis pertumbuhan ekonomi di pedesaan.

Sumodiningrat (2000) menyatakan peran-peran sektor pertanian dalam pembangunan


perekonomian nasional dapat dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut :
a. Pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk.
b. Komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur pertanian.
c. Komoditas pertanian sebagai penentu sstabilitas harga karena harga produk-produk
pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen.
d. keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar
sektor yang lebih efektif.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Permasalahan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan untuk


memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik
untuk sementara waktu dalam jangka panjang.Ada dua jenis permasalahan pangan, yaitu
yang bersifat kronis dan bersifat sementara.

Masalah pembangunan pertanian Indonesia: Masalah Pertama yaitu penurunan kualitas dan
kuantitas sumber daya lahan pertanian.
Masalah Kedua yaitu terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian.
Masalah ketiga yaitu adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi.Masalah keempat yaitu
muncul dari terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan. Masalah kelima yaitu
masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian.

Alasan pentingnya pertanian di Indonesia: (a) potensi sumber daya alam yang besar dan
beragam (b) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar (c) besarnya penduduk yang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (d) menjadi basis pertumbuhan ekonomi di
pedesaan.

Peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia : (a) pertanian merupakan penghasil
makanan pokok penduduk (b) komoditas pertanian merupakan bahan baku industri
manufaktur pertanian (c) komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga (d) keterkaitan
sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar sektor yang lebih
efektif.

Saran
Permintaan pangan khususnya beras terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk,
akan tetapi hal ini tidak diiringi dengan peningkatan produksi khususnya pada bidang pertanian.
Akibatnya kapasitas dan kualitas produksi pertanian mengalami penurunan. Disisi lain,
melemahnya ketahanan pangan di Indonesia akibat pengalihan fungsi lahan yang menjadi
kawasan pemukiman dan komersial. Perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi
menyebabkan banjir dan kekeringan.Pangan merupakan kebutuhan mendasar umat manusia,
untuk itu masalah ketahanan pangan juga harus diperhatikan oleh seluruh umat manusia dan
melalui kebijakan pemerintah seyogyanya berpihak kepada masyarakatpula.Kebijakan
pemerintah yang selalu mengedepankan impor pangan kususnya beras bukanlah kebijakan yang
dianggap strategis melainkan kebijakan yang dianggap melemahkan ketahanan pangan secara
domestik.Krisis ketahanan pangan hingga saat ini telah menjadi isu global yang harus melibatkan
semua actor. Tidak hanya Negara maju, akan tetapi Negara berkembang harus mencari jalan
keluar agar krisis pangan yang sementara terjadi ini secepatnya dapat teratasi. Dalam
mengantisipasi krisis pangan ini sebaiknya hal yang perlu di lakukan adalah:

Lahan : undang-undang Agraria yang ada (yang dikeluarkan pada awal tahun 1960an),
setelah direvisi sesuai perkembangan sejak 1960-an hingga saat ini, harus dijalankan dengan
tegas; proses sertifikasi lahan pertanian harus dipercepat atau dipermudah; rencana tata ruang
harus melindungi lahan pertanian yang produktif dan subur; dan pembelian lahan petani

secara paksa atau untuk tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak terlalu perlu (seperti lapangan

golf, apartemen mahal, pertokoan mewah) harus dihentikan.


Infrastruktur : pembangunan infrastruktur di perdesaan diseluruh pelosok tanah air harus
lebih digiatkan, terutama di daerah-daerah sentra pertanian, termasuk irigasi dan waduk

ditambah dan yang rusak segera diperbaiki.


Teknologi dan SDM: petani harus diberdayakan lewat pelatihan, penyuluhan, dan bantuan
teknis secara intensif. Disini, peran perguruan tinggi dan lembaga litbang (R&D) setempat

sangat krusial.
Energi: dalam melaksanakan kebijakan kenaikan harga energi/pemotongan subsidi energi
akibat harga BBM yang terus naik, subsidi energi terhadap petani dan sektor-sektor yang
mendukung pertanian seperti pabrik pupuk dan transportasi harus dipertahankan atau
diadakan. Ini bisa dalam bentuk antara lain harga energi yang murah bagi petani atau dana

khusus yang diberikan langsung ke petani.


Dana: perbankan perlu diberikan semacam insentif untuk memperluas akses petani ke kredit

perbankan, atau dengan cara pengadaan dana khusus.


Ketersediaan input lainnya: kelangkahan pupuk yang disebabkan oleh praktek-praketk
penimbunan atau kemacetan produksi harus dicegah untuk tidak terulang lagi. Mewujudkan
distribusi pangan efektif dan efesien sehingga harga pangan tidak melampau harga normal
dan masyarakat dapat menjangkau harga pangan khususnya beras tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarno, Prof. Dr. Ir. MS. 2012.Ketahanan Pangan Food


Security.http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/kompendium-ketahanan-pangan.
ppt.Diakses pada tanggal 02 November 2013.
Nugrayasa, Oktavio. 2012. 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian diIndonesia.
www.setkab.go.id diakses pada tanggal 02 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai