Kesehatan Jiwa PDF
Kesehatan Jiwa PDF
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan
semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar
terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang
secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum
dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang
melatar belakangi timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang
cukup dapat membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut.
Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah
penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia
sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.
Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di
sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab
permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin
dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan
teman (Noviana, 2010).
Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks
sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat
kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan
fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau
2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia
Sekolah
Faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
menurut Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:
a. Guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim
atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan guru dalam
mengajar
dan
mendidik,
khususnya
dapat
membantu
perkembangan
kepribadian anak.
b. Teman sebaya
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah.
Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam dunia dewasa,
yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar
rumah anak dalam dunia usia sebaya, yang penuh dengan kebebasan.
c. Kondisi fisik sekolah
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,
perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan.
Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.
d. Kurikulum
Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat
penting. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28
Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya
kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus
setempat dalam bentuk muatan lokal.
e. Proses pembelajaran
Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan
iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata
tertib
yang
berlaku
di
sekolah.
Sekolah
terasa
nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun
bergairah dalam mengajar.
f. Keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang
pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah
marah, selalu mengatakan tidak, selalu melarang, sering memukul, akan
sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak.
5. Model Komunikasi
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila
pasien tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan
merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu: pra interaksi, orientasi, kerja, dan
terminasi.
6. Model Perilaku
Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori
ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan
afektif.
7. Model Medical
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan sistem
saraf pusat. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh
transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia.
Faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagi faktor pencetus.
8. Model Keperawatan
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada
respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial
dengan
model
pendekatan
berdasarkan
teori
sistem,
teori
dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota
keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap
anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
3. Pengelola keperawatan
untuk menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang dipaksakan oleh orang
dewasa selain orang tua dan yang memiliki tanggung jawab terhadap banyak anak
secara konstan mengawasi anak per individu. Anak ingin pergi ke sekolah dan
biasanya menyesuaikan diri terhadap kondisi yang baru dengan sedikit kesulitan.
Penyesuaian yang berhasil secara langsung berhubungan dengan kematangan fisik
dan emosional anak, dan kesiapan orangtua dalam menerima perpisahan karena
anak sudah masuk sekolah. Selain itu sebagian besar anak telah memiliki
pengalaman dari perawatan sehari-hari, pengalaman prasekolah (mis, playgroup
dan taman kanak-kanak).
Guru dalam hal ini memfasilitasi transisi dari rumah ke sekolah, guru
harus memiliki karakteristik kepribadian yang memungkinkan mereka memenuhi
kebutuhan anak yang lebih kecil. Guru seperti halnya orangtua, memperhatikan
kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Walaupun fungsi guru dan orangtua
berbeda, keduanya memberikan batasan perilaku dan keduanya berada pada posisi
untuk menguatkan standar perilaku. Namun, tanggung jawab utama guru adalah
menstimulasi dan membimbing perkembangan intelektual anak, dan bukan
memberikan kesejahteraan fisik anak diluar lingkungan sekolah. Guru bersamasama orangtua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru
yang membuat pernyataan pendukung yang meyakinkan atau memuji anak
menggunakan pernyataan yang dapt diterima dan jelas yang membantu anak
memperhalus ide dan perasaanya, serta memberikan bimbingan yang membantu
anak mecahkan masalahnya sendiri untuk memperluas dan mengembangkan
konsep diri positif pada anak usia sekolah (Wong, 2008).
Orangtua
sama-sama
bertanggung
jawab
untuk
membantu
anak
Karakteristik- karakteristik ini diperjelas lagi oleh beberapa teori dari ahli
psikologi, dimana para ahli memandang anak dari beberapa sudut pandang dan
dalam bahasan ini akan peneliti uraikan dari aspek psikososial saja karena
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
(1985,
dalam
Woolfolk,
2009)
mengidentifikasi
tahapan
perkembangan intelektual yang dilalui anak pada usia sekolah adalah tahap
operasional kongkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih
sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis,
tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit dan mampu melakukan penilaian
terhadap sesuatu hal yang kongkrit, atau dengan kata lain prinsip bahwa jumlah
atau banyaknya sesuatu tetap sama meskipun penataan atau penampilannya
diubah, selama tidak ada yang ditambahkan atau diambil. Operasi penting lain
yang dikuasai pada tahap ini adalah pengelompokan. Pengelompokan bergantung
pada kemampuan anak untuk memfokuskan perhatiannya pada salah satu
karakteristik objek diantara sejumlah karakteristik (misalnya,warna) yang ada dan
mengelompokkan objek-objek menurut karakteristik itu. Anak pada tahap ini juga
memiliki kemampuan mengurutkan, artinya membuat anak mampu melakukan
penataan urut mulai dari besar sampai kecil atau sebaliknya. Pemahaman tentang
ini memungkinkan anak untuk mengonstruksikan rangkaian-rangkaian logis yang
A < B < C (A lebih kecil daripada B lebih kecil daripada C).
Kemampuan yang dimiliki anak untuk menangani operasi-operasi seperti
penilaian, pengelompokan dan pengurutan pada tahap operasional kongkrit dapat
mengembangkan sistem berpikir yang lengkap dan sangat logis. Akan tetapi
sistem berpikir ini masih dikaitkan dengan realitas fisik. Logikanya didasarkan
pada situasi-situasi kongkrit yang dapat diorganisasikan, dikelompokkan atau
dimanipulasi.
Perkembangan afektif utama selama tahap operasional kongkrit adalah
penilaian perasaan. Perkembangan tersebut merupakan peningkatan cara berpikir
efektif. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penyusunan konsep pada anak
muncul dari suatu penilaian terhadap kondisi yang memungkinkan anak untuk
meyakini bahwa motif akan mampu membuat keputusan moral.
Bertitik tolak pada perkembangan psikososial dan kognitif anak usia
sekolah tersebut, menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri,
dimana proses berpikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau halhal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah masih
berpijak pada prinsip yang sama dimana mereka tidak dapat dipisahkan dari halhal yang diamati. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar
mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah
diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di lingkungan masyarakat.
Seperti dikatakan Darmodjo (1992, dalam Djamarah, 2008) anak usia
sekolah adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan
intelektual,
emosional
maupun
pertumbuhan
fisik,
dimana
kecepatan