Anda di halaman 1dari 3

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/ graminae yang

mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada
beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun
jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada
bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung
merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan,
dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu.Secara umum jagung mempunyai
pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah
daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam
tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan
vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling
dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang
terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak
fisiologis (Subekti et. al.,)
Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika
(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L

Bagian-bagian tanaman jagung yang di gunakan untuk pakan ternak antaralain:


1. Tebon jagung sendiri adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung
muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 65 hari (Soeharsono dan Sudaryanto,
2006) ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan jagung muda ke dalamnya.
Tebon jagung ini dapat dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak ruminansia.
2. Biji Jagung dapat digunakan untuk pakan ternak unggas khususnya untuk pembuatan ransum
ayam broiler atau yam petelur.
PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Limbah tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan untuk pakan, tetapi hanya untuk
ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat. Jerami jagung merupakan bahan pakan
penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh, terutama pada musim kemarau. Jerami
jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan hay dan disimpan oleh
petani untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau. Dengan berkembangnya usaha
penggemukan sapi impor atau berkembangnya industri sapi perah, seluruh tanaman jagung
dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Jagung ditanam secara khusus untuk menggantikan
rumput. Tanaman jagung pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh,
mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi. Menurut Hartadi et al., (1997), bahwa
tanaman Jagung dapat menggantikan rumput potong pada masa istirahat sesudah defoliasi
sehingga kontinuitas pakan terjaga. Komposisi kimia hijauan jagung untuk pakan berturutturut TDN, PK, Ca, P adalah 58%; 8,8%; 0,28% dan 0,14%.
PAKAN TERNAK UNGGAS
Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan istilah energi
metabolis. Walaupun jagung mengandung protein sebesar 8,5%, tetapi pertimbangan
penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk energi. Apabila energi yang terdapat pada
jagung masih kurang, misalnya untuk pakan ayam broiler, biasanya ditambahkan minyak agar
energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya
yang mudah dicerna. Jagung juga mengandung 3,5% lemak, terutama terdapat di bagian
lembaga biji. Kadar asam lemak linoleat dalam lemak jagung sangat tinggi, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan ayam, terutama ayam petelur. Jagung mempunyai kandungan Ca dan P
yang relatif rendah dan sebagian besar P terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia
seluruhnya untuk ternak berperut tunggal.
Dalam ransum unggas, baik ayam broiler maupun petelur, jagung menyumbang lebih
dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Tingginya kandungan energi jagung berkaitan
dengan tingginya kandungan pati (>60%) biji jagung. Di samping itu, jagung mempunyai
kandungan serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Kadar protein
jagung (8,5%) jauh lebih rendah dibanding kebutuhan ayam broiler yang mencapai >22%
atau ayam petelur > 17%. Sebenarnya, ayam memerlukan asam amino yang terdapat dalam
protein. Karena itu, untuk menilai kandungan gizi jagung perlu memperhatikan kandungan
asam aminonya. Kandungan lisin, metionin, dan triptofan jagung relatif rendah sehingga
untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan sumber protein yang tinggi seperti bungkil
kedelai. Untuk melengkapi kandungan asam amino dalam ransum pakan ayam dapat
ditambahkan asam amino sintetis seperti L Lisin, DL Metionin atau L Treonin.(Tangendjaja
dan Wina).
Sumber:
Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak
Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Subekti N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. Maros Morfologi Tanaman dan Fase
Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Tangendjaja B. dan E. Wina. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan.
Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press, Yogyakarta
Soeharsono & B. Sudaryanto. 2006. Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak strategis di
lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring

Pengembangan Sistem Integrasi Jagung Sapi. Pontianak, 9-10 Agustus 2006. Puslitbang
Peternakan, Bogor. Hal: 36-141.

Anda mungkin juga menyukai