Anda di halaman 1dari 7

MIND SETTING YANG SALAH

pokoknya kamu harus masuk pondok pesantren terus belajar yang bener disana.
Tapi Fatih nggak mau pa, Fatih nggak bebas kalau disana.
Perdebatan itu pun terulang lagi untuk yang kesekian kalinya. Aku dan ayahku memang
selalu berdebat tentang mau kemana aku nanti melanjutkan sekolah setelah lulus dari madrasah
ibtidaiyah negri di desaku ini. Ayahku selalu menyuruhku untuk melanjutkan ke pondok
pesantren agar aku mengikuti jejak kakak perempuanku yang telah mendahului ku masuk ke
pondok pesantren, tapi aku selalu menolaknya karena dari dulu tidak pernah terbesit di benakku
ingin melanjutkan sekolah ke pondok pesantren yang menurut ku isinya hanyalah orang-orang
yang setiap saat kegiatannya hanyalah membaca kitab kuning yang sudah kusam dan berdebu.
Aku juga pernah mendengar temanku mengatakan bahwa isi kitab kuning itu hanyalah tulisan
arab yang tidak di beri harokat sama sekali, lalu bagaimana aku bisa membacanya jika tulisannya
tidak di beri harokat. Ada juga temanku yang mengatakan bahwa anak-anak di pondok pesantren
itu jorok-jorok dan penyakitan semua, terutama penyakit kulit yang sangat gatal dan menjijikkan.
Setelah mendengar semua itu aku semakin tidak mau sekolah di pondok pesantren dan lebih
memilih sekolah didekat rumah agar bisa bebas main kemana saja seperti yang sering kulakukan
saat ini.
Setelah berkali-kali berdebat dengan ayahku, akhirnya aku pun mengalah untuk sekolah
di pondok pesantren karena ayahku sempat mengancamku akan tidak menyekolahkan ku apabila
aku tidak masuk ke pondok pesantren. Hari ini kami sekeluarga akan berangkat untuk mendaftar
di pondok pesantren yang terletak di daerah sumatera selatan tepatnya di desa sakatiga
kecamatan indralaya kabupaten ogan ilir. Ayahku mendapat informasi dari temannya bahwa ada
pondok pesantren yang bagus di sana. Sekitar enam jam menempuh perjalanan darat akhirnya
kami pun sampai di tempat tujuan yaitu pondok pesantren al-itifaqiyah yang berada di pinggir
jalan lintas timur. Kami langsung disambut oleh panitia penerimaan tamu yang terdapat di depan
gedung administrasi pondok pesantren al-itifaqiyah ini. Ayahku langsung berbincang-bincang
dengan seseorang yang tidak ku kenal, dan ternyata orang itu tak lain pamanku sendiri yang
memang belum kukenal dari dulu.
Gimana Fatih? Mau nggak sekolah disini?
Belum tau paman, mau keliling-keliling dulu.
Ohh, ya sudah paman antar keliling dulu kalau gitu.
Akhirnya aku diantar berkeliling oleh pamanku yang baru kukenal beberapa menit yang lalu.
Aku diantar berkeliling mulai dari kamar tidur, kamar mandi, kelas, masjid dan tempat-tempat
lain yang ada di pondok pesantren al-itifaqiyah.
Gimana sekarang, jadi masuk pondok apa nggak fat?

Fatih enggak mau masuk pondok pesantren pa.


Lho kenapa? Kan bagus ini tempatnya?
Bagus apanya pa, kegiatannya membosankan semua kan kayak yang fatih bilang
kemarin-kemarin.

Ternyata semua yang dikatakan teman-temanku di rumah adalah sebuah kebenaran yang
membuatku semakin enggan untuk masuk ke pondok pesantren dimanapun itu. Tapi orang tuaku
masih saja memaksaku untuk masuk pondok pesantren. Akhirnya pamanku yang mendengar
keluhanku itu memberiku satu pilihan pondok pesantren yang lainnya yang terletak tak begitu
jauh dari pondok pesantren al-itifaqiyah. Pondok pesantren yang menurut pamanku cucu dari
pondok pesantren Darussalam gontor di ponorogo yang sangat terkenal itu.
Fatih, ada pondok pesantren lagi di daerah sini, pesantren yang kata orang-orang
cabangnya cabang dari gontor Darussalam kalau Fatih mau paman bisa antar kesana.
bagus nggak pesantrennya paman?
paman kurang tau juga, makanya kita lihat kesana dulu biar tau.
Akhirnya kami berangkat menuju pondok pesantren yang dikatakan oleh pamanku tadi.
Aku juga baru ingat bahwa aku sudah berjanji kepada orang tuaku untuk masuk ke pondok
pesantren, ya jadi mau tak mau aku harus menepati janjiku karena aku adalah tipe orang yang
sangat memegang janji. Perjalanan menuju pesantren ini hanya memakan waktu sekitar 20 menit
dari pesantren sebelumnya. Begitu mandekati area pesantren ini kami sudah disuguhi oleh
pemandangan yang cukup menakjubkan dengan gerbang yang cukup besar dan ukiran kaligrafi
yang indah bertuliskan mahad raudhatul ulum yang dalam terkaanku adalah nama dari
pesantren ini.

selamat datang di pondok pesantren raudhatul ulum, mau mendaftar atau menjenguk
anak pak?
kami mau mendaftar di mts pak.
oh, kantor aministrasi mts raudhatul ulum ada di dalam pak. Nanti bapak lurus terus
ada pertigaan belok kanan ya pak.
baik pak terima kasih.
Seorang satpam yang mengenakan name tag bertuliskan Charles. Sebuah nama yang
berasal dari Negara asing tapi memiliki tampang asli jawa. Kamipun langsung menuju kantor
administrasi tempat mendaftar di mts raudhatul ulum(selanjutnya di singkat RU) yang akan

menjadi tempat sekolahku kelak. Setelah sampai di tempat yang di tunjukkan oleh satpam tadi,
ayah dan ibuku pun masuk kedalam untuk mendaftar dan aku menunggu diluar sambil melihatlihat keadaan sekitar. pemandangan yang tidak jauh berbeda dari presepsiku diawal bahwa
kegiatan yang selalu sama di setiap pondok pesantren dimana saja pasti membosankan. Terlihat
beberapa anak lewat di depanku dengan membawa buku yang bertuliskan tulisan arab kesana
kemari terburu-buru seperti di kejar waktu. Akhirnya ibuku sudah keluar dari kantor administrasi
dengan membawa sebuah brosur di tangannya.
Fat, ini mama dikasih brosur sama panitia didalem, coba dibaca dulu.
kalo menurut mama, pesantren ini gimana? Bagus nggak?
kalo menurut mama, pesantren ini kayaknya lebih mendingan dari yang tadi nak.
tapi Fatih masih belum tertarik lho ma.
ya makanya coba kamu baca dulu brosurnya.
Akupun membaca brosur yang diberikan mamaku. Brosur yang tidak terlalu menarik dengan
gambar-gambar kegiatan yang membosankan dan prestasi yang biasa-biasa saja. Tapi ada sesuatu
yang dapat menarik perhatianku di brosur ini, yaitu sebuah gambar pasukan pengibar bendera
pusaka yang sedang mengibarkan sang saka merah putih. Padahal diluar juga aku bisa
menemukan pasukan seperti itu, tapi entah mengapa aku lebih tertarik kepada pasukan pengibar
bendara yang ada disini. Saat kutanyakan kepada seorang anak yang lewat, ternyata itu adalah
pasukan pengibar bendera dari smp islam terpadu yang masih satu yayasan dengan mts RU.
ma, Fatih mau masuk smp yang ada disini aja.
nggak usah aneh-aneh lah Fat, mana ada smp di dalem pesantren.
tapi Fatih nanya sama anak yang lewat tadi katanya ada smp disini tapi smp islam
terpadu ma.
yang bener Fat?
bener ma, coba deh mama tanya sama orang yang ada di dalem kantor itu pasti
jawabannya sama kayak Fatih.
yaudah tunggu bentar ya.
Mamaku masuk kedalam kantor dan tak lama kemudian ia keluar bersama seorang perempuan
yang mengenakan pakaian yang sangat islami. Ternyata perempuan itu ingin menunjukkan jalan
ke smp islam terpadu yang ada di dalam area pesantren ini. Setelah diberitahu oleh perempuan
tadi, kamipun langsung menuju kantor administrasi smp islam terpadu itu. Dari mts ke smp
hanya memakan waktu beberapa menit. Setelah sampai di kantor smp IT, ayahku langsung

mendaftarkan namaku sebagai salah satu calon peserta. Sekolah ini terlihat sepi karena ternyata
siswa dan siswi smp IT sedang mengadakan acara tahunan study tour yang mereka sebut Rihlah
Tarbawi. Keesokan harinya aku melaksanakan tes tertulis beberapa mata pelajaran dilanjutkan
dengan esoknya lagi yaitu tes psikolog dan wawancara. Setelah menjalankan beberapa tes yang
cukup sulit menurutku, kamipun pulang kembali ke lampung. Setelah menunggu cukup lama
kabar dari pihak sekolah, akhirnya hasil tes kemarin diumumkan dan aku lolos sebagai peringkat
ketiga teratas. Ayah dan ibuku sangat senang mendengar kabar itu, tapi aku tetap biasa saja
karena aku memang sering mendapatkan peringakat yang baik saat di kelas.
Akhirnya tibalah hari dimana aku pergi meninggalkan rumah untuk waktu yang lama.
Biasanya aku meninggalkan rumah dalam waktu yang lama untuk bermain dirumah teman tapi
kali ini aku meninggalkan rumah untuk kepentingan masa depan.
gimana Fatih, barang-barangnya udah disiapin belum belum?
udah siap semua kok ma.
yaudah kalo gitu panggil papa dibelakang terus kita berangkat.
baiklah ma.
Setelah semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah siap, kamipun berangkat. Setelah sampai di
RU, aku melihat banyak sekali mobil dengan plat nomor yang berasal dari luar Sumatra selatan.
Kami langsung menuju asrama putra smp IT yang terletak di area yang disebut kampus B.
ini ya ma tempat Fatih nanti Tinggal?
iya, Fatih nanti tidur disini bareng teman-teman baru dari berbagai daerah.
yaudah, jadi mama sama papa langsung pulang skarang?
iyalah nak, nanti takutnya mama sama papa kemalaman sampi rumahnya.
oh, iya deh kalo gitu hati-hati dijalan ya mama.
iya nak, fatih juga hati-hati disini, jaga kesehatan ya nak.
Kulihat mobil yang sangat kukenal menjauh dan menghilang di kejauhan. Inilah saat
dimulainya kehidupanku yang baru yang akan merubah kehidupanku untuk selamanya.
halo perkenalkan namaku Fatih, nama kamu siapa?
hai, nama saya andre ramadhan. Asal kamu dari mana?
saya dari lampung, kalo kamu?
saya dari Palembang.

Teng-teng-teng tiba-tiba terdengar suara lonceng yang entah dari mana asalnya mengagetkan aku
dan teman baruku yang sedang asik bertukar identitas.
Fat, kita makan yok.
tadi itu lonceng waktu makan ya?
iya, tadi itu lonceng waktu makan.
yaudah ayok kita makan.
ayok.
Kami pun mengambil makan di sebuah rumah yang kata kakak kelas adalah dapur sementara
karena dapur di kampus B sedang dalam proses pembangunan. Makanan yang disediakan cukup
enak tidak seperti yang dikatakan teman-temanku dulu. Mereka mengatakan bahwa makanan di
pondok pesantren tidak ada yang enak, tapi disini makanannya enak-enak saja. Setelah makan,
aku dan Andre kembali ke kamar untuk siap-siap mandi dan sebagainya sebelum berangkat ke
masjid. Pukul 17.30 aku dan teman-teman yang lainnya berangkat ke masjid mengikuti kakak
kelas yang juga berangkat ke masjid.
Pulang dari masjid, anak-anak baru dikumpulkan di depan kamar kakak kelas oleh para
guru yang disebut ustadz. Setelah kami berkumpul semua, beberapa kakak kelas maju kedepan
dan memperkenalkan diri serta jabatan mereka di OSIS.
jadi maksud kalian di kumpulkan disini adalah agar kalian mengenal para pengurus
osis yang ada di smp IT RU. Kata seorang kakak kelas yang ternyata adalah ketua osis di sini.
kakak harap kalian semua dapat saling mengenal dengan baik dan tidak ada masalah
antara kakak kelas dan adik kelas. Sambung seseorang lagi yang ternyata wakil ketua osis.
Sekitar satu setengah jam kami berkumpul, akhirnya kami kami kembali ke kamar an langsung
tidur di kasur masing-masing. Saat semua orang dikamar ku sudah tertidur pulas, aku masih
belum bisa tidur karena masih teringat suasana dirumah yang biasanya sebelum tidur aku selalu
bermain gitar sambil bernyanyi. namun disini, itu semua tidak mungkin kulakukan karena disini
tidak diperkenankan membawa gitar dan membuat kebisingan di malam hari. Aku baru bisa
tertidur sekitar pukul 01.30.
Pagi ini adalah hari pertamaku masuk kelas baru, bertemu teman baru, guru baru,
pelajaran baru dan hal-hal baru yang lainnya yang tidak akan kudapatkan bila berada dirumah.
Fatih, berangkat yok. Seru seseorang dari belakangku.
oh Andre, kukira siapa tadi. Yaudah ayo kita berangkat.
ayo.

Kami berjalan bersama menuju kelas sambil bersenda gurau dengan teman-teman yang lainnya.
Dikelas, kami saling menceritakan daerah asal kami masing-masing yang disambut gelak tawa
teman-teman yang lainnya. Seseorang masuk kedalam kelas dan secara reflex semua anak
kembali duduk ditempatnya masing-masing termasuk aku.
asslamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh. Jawab kami secara serentak.
sobahul khoir?. Ujar sang ustadz.
Semua anak terdiam mendengar perkataan usdatz itu. Mungkin karena tidak ada yang mengerti.
Lalu sang ustadz tersenyum sambil berkata
selamat pagi semuanya.
Barulah kami mengerti ternyata arti kata sobahul khoir adalah selamat pagi.
pagi ustadz.
Hari ini kami belum memulai proses belajar mengajar melaikan hanya saling memperkenalkan
diri satu-persatu dan membahas tentang istilah-istilah yang dipakai sehari-hari disini. Begitulah
kegiatanku yang baru di lingkungan yang baru setiap harinya.
Awalnya aku betah-betah saja di sini, setelah dua tahun berada disini, mendadak aku ingin keluar
dari pesantren ini saat aku terkena penyakit tifus.
Aku terbaring lemah selama tiga hari dirumah sakit dengan selang infus selalu menempel
ditangan kiriku. Ayah dan ibuku selalu berada disampingku saat aku dirawat dirumah sakit.
Mulai timbul rasa ingin keluar dari tempat yang telah membuatku terbaring lemah tak bisa apaapa.
mama, papa Fatih mau keluar dari pondok terus sekolah di deket rumah aja.
jangan nak, sayang kalo kamu keluar. Soalnya udah hampir setahun kamu disini dan
udah banyak uang yang di keluarin untuk biaya kamu disini.
tapi Fatih jadi sakit parah gini ma, gara-gara Fatih sekolah di pesantren.
nak kamu sakit bukan gara-gara sekolah di pesantren, tapi kamu sakit itu cobaan dari
Allah nak.
nggak mungkin Allah ngasih Fatih sakit parah kayak gini ma.
astaghfirullah Fatih, nggak boleh ngomong gitu nak.
ya Fatih udah nggak betah di pesantren ma!

yasudah nak, kalo kamu emang udah nggak betah lagi di pesantren, nanti kamu mama
keluarin dari pesantren terus mama sekolahin di deket rumah. Tapi tunggu sampai kamu kelas
dua dulu biar enak masuk sekolah yang baru.
bener ya? Mama janji kan?
iya.
Setelah itu aku kembali sehat seperti biasa lagi dan kembali masuk ke asrama, aku
menjalankan aktivitas seperti biasa. Setelah beberapa lama aku menjalani aktivitasku seperti
biasanya, aku mulai merasakan suatu hal yang sangat berharga disini, yaitu suatu kebersamaan
yang mungkin diluar sana tidak akan mungkin aku dapatkan, aku pun mulai semangat lagi untuk
menuntut ilmu disini dan aku berjanji akan berprestasi disini.
Setelah pengambilan raport kelulusan, ternyata aku mendapatkan juara satu umum dan
disitu orang tuaku sangat bangga sekali padaku. Dan lagi-lagi, perdebatan panjang pun terjadi
lagi, papaku menyuruhku untuk melanjutkan study ku ke SMA, padahal aku sudah merasa betah
sekolah di pondok.
Okelah lanjut,

Anda mungkin juga menyukai