Anda di halaman 1dari 17

PAPER

JARINGAN SARAF

Oleh

Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ni Luh Sri Sundari Rahayu


Firdy Rahmanda I
Afrizal Choirul Umam
I Wayan Dwika P.P.
Angga Andika Putera
I Gede Adi Susila W.
Komang Gita Permana
Made Evayana

( 1109005009 )
( 1109005010 )
( 1109005011 )
( 1109005012 )
( 1109005013 )
( 1109005014 )
(1109005015 )
( 1109005016 )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Jaringan Saraf .
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan bantuannya kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga paper ini bermanfaat untuk semua pihak dan segala saran serta kritik sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan paper ini.

Denpasar, September 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1.
1.2.

Latar

Belakang ............................................................................ 1
Tujuan ....................................
1.3.

..................................................... 2
Metode

Penyusunan .....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
2.1. Bentuk dan Fungsi Jaringan Saraf .......................................................3
2.2. Organisasi Jaringan Saraf ....................................................................4
2.3. Morfologi Jaringan Saraf ....................................................................4
2.3.1. Klasifikasi Neuron .........................................................

2.3.2. Morfologi Sel Saraf ..............................................................

2.3.3. Transfer Informasi .........................................................


BAB III SIMPULAN dan SARAN .......................................................................

13

3.1. Simpulan ........................................................................


3.2. Saran ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Lakar Belakang


Jaringan saraf yang merupakan jenis ke empat dari jaringan dasar terdapat hampir
di seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya,
jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang
tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat
akan memberikan jawaban atas rangsang tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat
terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang
panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls
sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf
demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung
antara sistem saraf dan sistem endokrin.
Jaringan saraf juga merupakan jaringan yang disusun oleh sel-sel saraf yang
disebut neuron. Jaringan ini berperan mengirimkan sinyal-sinyal ke seluruh tubuh. Sel
pembentuk jaringan saraf memiliki ciri-ciri khusus, yaitu mempunyai sitoplasma yang
menjulur panjang. Neuron terdiri atas dua bagian utama yaitu badan sel atau perikarion
dan prosesus yang terdiri dari dendrite dan akson. Sel saraf juga mempunyai kemampuan
irritabilitas dan konduktivitas. Irritabilitas merupakan kemampuan sel saraf untuk
bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan konduktivitas merupakan kemampuan
jaringan saraf membawa impuls-impuls saraf atau pesan.
Pada paper ini penulis akan menjelaskan mengenai jaringan saraf. Mulai dari
bentuk dan fungsi jaringan saraf, organisasi jaringan saraf, dan morfologi jaringan saraf.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan paper ini adalah untuk mengetahui lebih dekat dan lebih paham
mengenai materi dari jaringan saraf. Mulai dari bentuk dan fungsi jaringan saraf,
organisasi jaringan saraf, hingga morfologi jaringan saraf.
1.3 Metode Penyusunan
Penyusunan paper ini menggunakan metode kepustakaan dengan cara mengambil
informasi baik informasi dari internet yang berupa artikel maupun dari buku-buku
penunjang yang terkait dengan materi jaringan saraf.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk dan Fungsi Jaringan Saraf


Jaringan saraf tersebar diseluruh soma dan memiliki hubungan erat dengan
sebagian besar jaringan dan organ tubuh. Unit anatomik jaringan saraf adalah neuron.
Meskiput terdapat banyak tipe neuron, fungsi utamanya adalah menerima stimulasi dari
dalam lingkungan ( interosepsi ) dan dari luar (exterosepsi ). Transmisi signal ke tubuh
ataupun transmisi informasi spesifik ke organ efektor tubuh juga merupakan bagian integral
fungsi neuron. Kemampuan irritabilitas dan konduktivitas yang tinggi, dari sitoplasmanya
merupakan pendukung utama fungsi neuron. Disamping itu neuron kaya akan processi sel
sehingga kontak dengan bagian-bagian seluruh tubuh dapat terselenggara dengan baik.
Processi sel ini merupakan dasar anatomik untuk transmisi informasi keseluruh tubuh.
Kontak antara neuron dengan processi sel terjadi melalui bangunan sinapses
(histologi.blogspot.com/2006).
Neuron memiliki hubungan erat dengan tipe sel lain disebut neuroglia. Sel ini
penting untuk proteksi, nutrisi dan integritas struktural jaringan saraf. Neuron dapat juga
memiliki hubungan erat dengan sel-sel lain dari jaringan dasar. Meskipun unsur jaringan saraf
hanya sedikit, tetapi banyaknya modifikasi neuron dan hubungan struktural antar mereka
mengakibatkan timbulnya berbagai macam susunan organisasi jaringan saraf.
Jaringan saraf mempunyai fungsi utama yaitu, sebagai alat komunikasi di
dalam tubuh. Fungsi ini terlihat dari kemampuan jaringan saraf dalam menerima, merubah
rangsangan ( stimulus ) menjadi impuls dan selanjutnya menyalurkan keseluruh saraf dan
berakhir pada saraf pusat. Selain fungsi tersebut jaringan saraf juga berfungsi sebagai alat
koordinasi yaitu, semua aktivitas saraf yang dimiliki ini diperlukan adanya koordinasi yang
dilakukan oleh jaringan saraf itu sendiri. Kedua fungsi ini sangat erat hubungannya dalam
menjalankan keselarasan fungsional untuk segala kegiatan hidup sehari-hari, sehingga
individu tersebut dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya
(jaringan saraf,2006).

2.2 Organisasi Jaringan Saraf

Unit struktural jaringan saraf yang merupakan bentuk satu kesatuan yang
disebut neuron. Unit kesatuan itu dapat berupa unit genetik, unit morfologik, dan unit tropik
sistem saraf. Bentuk kesatuan tersebut (neuron) terdiri dari badan sel (cyton/soma) dan
penjuluran sitoplasma. Penjuluran sitoplasma ini sering disebut neurit (axon) dan dendrit,
sedangkan perikaryon merupakan bagian badan sel disekeliling nukleus. Selanjutnya neuron
bersama-sama dengan neuroglia yang bertindak sebagai sel-sel penunjang berbentuk jaringan
saraf. Hubungan antara neuron sebagai pengantar impuls terjadi melalui sinapsis. Jadi
sinapsis merupakan tempat hubungan neuron degan neuron yang lainnya. Neuron
menghantarkan impuls hanya kesatu arah saja yang dikenal dengan istilah polarisasi dinamik.

2.3 Morfologi Jaringan Saraf


Neuron mempunyai banyak tipe namun demikian mempunyai fungsi utama
sama yakni menerima stimuli dari dalam lingkungan (interosepsi) dan menerima stimuli dari
luar (exterosepsi). Kemampuan irritabilitas dan konduktivitas yang tinggi dari sitoplasmanya
merupakan pendukung utama fungsi neuron tapi kemampuan regenerasi sangat kecil.
Sel yang erat hubungannya dengan kelangsungan hidup atau fungsional
jaringan saraf adalah sel neuroglia. Sel neuroglia memegang peranan untuk proteksi, nutrisi,
dan integritas struktural jaringan saraf.

2.3.1 Klasifikasi Neuron


Neuron memiliki berbagai variasi ukuran, bentuk, jumlah prosesus sel, dan
panjang prosesus sel. Morfologik neuron yang bermacam-macam ini menggambarkan adanya
adaptasi terhadap perubahan fungsional yang terjadi sangat bervariasi.
Neuron dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, neuron transmisi dan neuron
sekretorik.

A. Neuron Transmisi

Merupakan bagian terbesar dari neuron. Sel neuron ini memiliki dendrit, badan sel,
dan sebuah axon. Berdasarkan atas banyaknya penjuluran neuron transmisi ada
beberapa tipe antara lain :
a. Neuron Unipoler Sejati, neuron ini hanya memiliki sebuah axon, tipe ini
terdapat terbatas pada sistem saraf yang sedang berkembang. Selain itu juga
ada yang tampak penjuluran yang keluar dari badan sel dan baru terjadi
pemisahan antara neurit dan dendrit. Apabila penjuluran tersebut pendek dan
segera terpisah disebut neuron pseudo-unipolar. Tipe neuron ini umumnya
bersifat sensoris. Axon dan dendritnya bersatu dekat dengan badan selnya,
tapi dibadan sel masih terlihat sedikit terpisah sebelum penjuluran itu
menyatu. Pada retina mata terdapat sel amacrin yang tidak memiliki axon,
sehingga neuron ini juga disebut neuron-anaxonik.
b. Neuron Bipoler, neuron ini memiliki sebuah dendrit utama dan sebuah axon
yang terletak pada kutub badan sel yang berlawanan. Disini jelas terlihat dua
penjuluran yang terpisah jelas keluar dari badan selnya, dimana yang satu
sebagai neurit (axon) dan satunya lagi sebagai dendrit. Contoh: neuron tipe
ini terdapat pada retina mata, ganglion vestibulare, ganglion spinale, dan sel
olfaktorius.
c. Neuron Multipolar, neuron ini mempunyai banyak penjuluran, tapi yang
jelas terlihat hanya satu akan berfungsi sebagai axon dan selebihnya sebagai
dendrit. Tipe ini paling banyak ditemukan. Pada susunan saraf pusat terbatas
dijumpai pada, neuron piramidal, sel purkinje, dan neuron motoris dari
cornua ventralis tulang belakang.

(gambar 1.1 sel neuron transmisi)


Bila dilihat dari panjang pendeknya penjuluran, banyak sedikit tipe percabangannya neuron
multipolar dapat dibedakan lagi menjadi:
a. Neuron Golgi tipe 1
Tipe ini juga disebut dengan tipe deiter. Tipe ini memiliki banyak dendrit dan sebuah
axon yang panjang yang berakhir membentuk percabangan yang komplek disebut
axon terminal atau telodendron. Dijumpai pada saraf perifir yakni neuron
preganglionik simpatik dan parasimpatik, neuron postganglionik simpatik.
b. Neuron Golgi tipe 2
Neuron ini mempunyai banyak dendrit dan sebuah axon yang pendek dan berakhir
tidak jauh dari badan selnya. Umumnya terdapat pada substansi grisea dan tidak
sampai memasuki daerah substansi alba. Axonterminalnya disetbut juga neuropodia.

Contohnya terdapat pada, neuron di daerah kortek serebri, kortek serebelli, dan retina
mata.

B. Neuron Neurosekretorik
Adalah sel-sel saraf spesifik yang mempunyai kemampuan mensintese, dan kemudian
mentransport benda herring melalui axonnya yang selanjutnya membebaskan berbagai
zat (hormon) ke dalam darah. Hubungan antara sel ini dengan vasa darah disebut
organ neurohemal. Beberapa sel neurohemal neuropypophyse (hypopise pars
postorior) menghasilkan oxytocin dan anti diuretik hormon (ADH). Selain itu ada
juga sel neurohemal yang terdapat pada hypothalamus yang menghasilkan releasing
factors (releasing hormon).

(gambar 1.2 sel neuron neurosekretorik)

2.3.2 Morfologi Sel Saraf


Bentuk sel saraf (perikaryon) umumnya bulat, dapat juga polihidral dengan
diameter berkisar antara 4-150 mikron. Intinya bulat dan besar, kromatin relatif sedikit
terletak di daerah eksentris sehingga nukleus terlihat sedikit pucat. Anak inti (nukleolus)
umumnya satu mengandung RNA dan protein dasar, sehingga nukleolus bisa bersifat basofil
atau asidopil tergantung jenis pengecatan yang dipakai.
Perikaryon atau badan sel saraf, mempunyai sitoplasma disebut neuroplasma,
sedangkan pada axon atau dendrit disebut aksoplasma. Di dalam plasma terdapat organel-

organel sel seperti aparatus golgi, mitokondria, sentriola, paraplasma (pigmen atau lemak),
dan neurofibril. Selain itu juga terdapat butiran-butiran di dalamnya mengandung zat sejenis
protein atau hormon yang disebut juga benda nissl yang terletak pada perbatasan badan sel
dengan dendrit atau axon namun tidak dijumpai pada axon. Penelitian lebih lanjut dilaporkan
bahwa benda nissl tidak lain adalah endoplasmik retikulum dengan butir RNA. Benda nissl
jumlahnya pada badan sel sangat bervariasi tergantung aktivitas sel saraf tersebut, misalnya
pada keadaan lelah jumlahnya sedikit atau istirahat jumlahnya sangat banyak dantidak
dijumpai dalam keadaan patologik. Peristiwa hilangnya atau berkurangnya benda nissl ini
disebut khromatolisis. Khromatolisis ini bersifat reversibel. Bervariasinya benda nissl
merupakan ciri utama berbagai tipe neuron. Granul-granul tersebut (benda-benda nissl)
sebenarnya merupakan kelompok RER, ribosom bebas dan polysoma. Sehubungan
kebanyakan neuron tidak menghasilkan protein untuk transport ekstraseluler. Maka dengan
adaanya benda nissl yang jumlahnya berubah-ubah adalah cukup membingungkan. Hasil
penelitian menyatakan bahwa dalam satu hari neuron dan memperbaiki 1/3 dari jumlah
proteinnya dan benda nissl diperkirakan berperan dalam proses pembentukan protein. Proses
kromatolisis dibarengi dengan bertambahnya ribosom, RER, dan polysoma maka proses
kromatolisis juga dapat dianggap sebagai proses restorasi neuron itu sendiri. Pada pangkal
axon di daerah perikaryon terlihat terang karena kepadatan elektron rendah, daerah ini
disebut axon-hillock.
Berdasarkan klasifikasi bodian secara fungsional neuron dapat dibagi dalam 3
zona :
a. Zona Dendritik, adalah daerah neuron yang merupakan subjek dari stimulus eksitasi
dan inhibisi. Termasuk dalam zona ini adalah dendrit, badan sel, dan segmen
permukaan axon. Impuls yang datang ke zona ini dapat menimbulkan atau tidak
menimbulkan adanya aksi potensial dan respon bersifat bertingkat.
b. Zona Axonik, adalah meliputi segmen arborisasi ujung saraf. Daerah ini merupakan
bagian konduksi yang bersifat all or none.
c. Zona Telodendritik, adalah meliputi modifikasi terminal yang memungkinkan
terjadinya transfer secara listrik atau kimia ke neuron berikutnya atau ke organ
efektor. Respon bersifat bertingkat.

(gambar 1.3 morfologi sel saraf)


Dendrit
Dendrit berfungsi untuk memperluas permukaan neuron, mirip dengan cabang-cabang
pohon. Dendrit biasanya lebih pendek dibandingkan dengan axon, bercabang-cabang
secara kontinyu hingga terkecil. Permukaan dendrit maupun badan sel tertutup oleh
spina atau gemmula yang merupakan hubungan synaps dengan axon terminal dari sel
saraf lainnya. Isi sitoplasma sama dengan sitoplasma badan sel. Benda nissl hanya
terbatas pada bagian proximal dendrit.
Axson
Axon atau axis silinder timbul dari axon hillock di perikarion. Prosesus yang tunggal
ini permukaannya licin dan diameter ukurannya konstan. Sebelum berakhir pada
efektor terlebih dahulu bercabang-cabang membentuk telodendron. Membran plasma
axon disebut juga axolemma. Segmen permulaan tempat munculnya dari badan sel
merupakan tempat permulaan myelinisasi, selain itu di tempat ini mempunyai ambang
exitasi yang lebih rendah dibandingkan pada dendrit dan badan sel. Nodus renvier
terdapat pada beberapa tempat disepanjang axon bermyelin dan merupakan tempat
diskontinyu dari selubung myelin. Pada tempat tersebut axon diselubungi oleh
prosesus sitoplasmik sel glia. Pada nodus renvier axon menebal. Secara fungsional
nodus renvier merupakan konduksi sal tatorik impuls yaitu tempat meloncatnya
gelombang depolarisasi dari satu nodus ke nodus berikutnya. Organel seperti
mitokondria, neurotubulus, neurofilamen, Ser, dan benda nissl tidak dijumpai pada
axon hillock maupun pada axon. Karena panjangnya prosesus maka akan terjadi

masalah transfortasi impuls maupun zat-zat lainnya. Aliran material ada 2 macam
yaitu, material yang mengalir dari badan sel disebut somatopugal (retrograde) dan
aliran material ke badan sel disebut somatopetal (anterograde).
Aliran somatopugal ada 2 macam yaitu, aliran axoplasmik lambat dan aliran
axoplasmik cepat. Sebagian besar material dalam axoplasma bergerak dengan
kecepatan 0,5-5 mm/hari, hal ini diperlukan dalam mengangkut material yang besar
untuk pemeliharaan, penggantian organel yang sudah tua atau untuk reparasi axon.
Namun ada juga material yang mengalir dengan kecepatan 10-200mm/hari yang
merupakan aliran cepat. Aliran cepat ini menggunakan bantuan organel neurotubulus
sebagai alat transport. Material yang diangkut dengan cepat ini digunakan untuk
keperluan berlangsungnya fungsi synaps axon. Sehubungan sifat badan sel yang
tanggap terhadap perubahan axon terjadi juga aliran somatopetal (anterograde).
2.3.3 Transfer Informasi
Neuron mengalami modifikasi untuk menimbulkan dan
mengkonduksikan informasi keseluruh tubuh dalam bentuk pesan elektrik. Hal yang
sama pentingnya yaitu kemampuan neuron untuk mentransfer informasi ke organ
efektor dan atau neuron.

(ga
mbar 1.4 transfer
informasi)

Transfer informasi
terjadi dengan 2 cara
mekanisme :
1. Mekanisme
transfer
transmisi elektronik
2. Mekanisme transfer elektrokimia
1. Mekanisme Tranfer Transmisi Elektronik
Transmisi elektronik pada jaringan saraf terjadi pada tempat spesifik disebut efapses
elektronic junctions atau disebut juga sinapses elektronik. Pada jaringan lain misal
nexi disebut Gap junctions. Ruang yang terbentuk sangat sempit sehingga tidak ada
perbedaan konsentrasi ion antara kedua sel tersebut. Stimulus yang melalui efapses
tidak perlu mengalami polarisasi untuk mengalirkan materi dari satu sel ke sel yang
lainnya, sehingga aliran listrik dapat berjalan dengan cepat.

2. Mekanisme Transfer Elektrokimia


Sinapses merupakan tempat transmisi elektrokimia terjadi dan bersifat lebih umum
dibandingkan dengan efapses. Aktivitas listrik pada membran sel saraf presinantik
menyebabkan dibebaskannya substansi neurotransmiter yang melintasi ruang
interseluler dan menghubungkan sisi reseptor pada membran sel post sinaptik.
Persatuan antara sel neuro transmiter dengan sisi reseptor akan mengakibatkan
perubahan yang dapat bersifat exitasi ataupun inhibisi. Proses pembebasan baik
secara difusi maupun persatuan substansi transmiter pada sisi reseptor mengakibatkan
waktu transmisi terhambat. Hambatan ini disebut hambatan sinapses.

Ujung axon merupakan elemen membran presinaptik, sedangkan organ efektor


merupakan membran postsinaptik. Kedua membran ini dipisahkan oleh ruang
interseluler (celah sinaptik/synaptic cleft) yang lebarnya 6-20 nm dan mengandung
material yang padat elektron dan filamen halus. Pada bidang membran postsinaptik
terdapat penebalan yang disebabkan karena adanya filamen, dan penebalan ini disebut
subsynaptik web. Pada ujung presinaptik terdapat mitokondria, neurofilamen,
neurotubulus, dan vesikula sinaptik. Sitoplasma yang padat dapat ditemukan pada
membran presinaptik maupun postsinaptik, kadang dapat dijumpai hanya pada salah
satunya. Tidak seperti pada efapses maka sinapses kimia bersifat polar (aliran satu
arah) yaitu selalu dari membran presinaptik ke membran postsinaptik.
Bagian presinaptik axis silinder meluas membentuk bentukan seperti bola lampu atau
seperti kancing baju. Perluasan pada ujung axon disebut boutons terminauuk
sedangkan perluasan sepanjang axis silinder disebut boutons passage. Kedua macam
perluasan ini dapat dijumpai pada axon dari serabut saraf tak bermyelin atau pada
nodus renvier dari serabut saraf bermyelin.

BAB III
SIMPULAN dan SARAN

3.1 SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa dalam materi mengenai
jaringan sel saraf, benang merahnya yang utama adalah kita harus dapat mengerti dan
memahami lebih dalam mengenai sub materi apa saja yang terdapat di dalam materi jaringan
saraf tersebut. Maka selanjutnya kita akan dapat mengimplementasikannya pada kehidupan

sehari-hari, bahkan kita juga akan dapat menyimpan ilmu tersebut dalam ingatan kita dalam
waktu yang lama.
3.2 SARAN
Bahwa sebaiknya kita sebagai generasi muda dalam menggunakan sains dan teknologi
diharapkan mampu untuk mencari, memproses dan memahami materi mengenai jaringan sel
saraf agar dapat mengimplementasikannya di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Serta
kita sebagai pelajar dapat mengerti dan memahami akan pentingnya memiliki pemahaman
terhadap materi yang didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://isfanl.blogspot.com/2011/06/jaringan-saraf-organ-dan-sistem-organ.html

Anda mungkin juga menyukai