Anda di halaman 1dari 8

1

PENERAPAN KONSEP TRIGONOMETRI SEGITIGA BOLA TERHADAP


PENENTUAN ARAH QIBLAT
Wahyuni Hunowu, Drs. Abas Kaluku, M.Si, Hj. Novianita Achmad, M.Si
Jurusan Pendidikan Matematika
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email:whunowu@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep trigonometri segitiga bola dan
penerapannya dalam menentukan arah Qiblat. Penelitian ini merupakan penelitian terapan
(Applied Research) yang digunakan untuk mengaplikasikan teori yang sudah ada dan
dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Data dalam penelitian ini letak geografis berupa garis lintang() dan garis bujur()
dari lokasi-lokasi yang akan ditentukan arah Qiblatnya. Untuk mendapatkan data letak
geografisnya bisa dengan melihat website-website yang mendukung seperti google earth,
google maps, ataupun Qiblalocator yang disediakan oleh badan RHI (Rukyatul Hilal
Indonesia). Dengan menggunakan konsep trigonometri segitiga bola, diperoleh besar sudut
arah Qiblat dari masing-masing mesjid yang menjadi subjeknya. Dari hasil penelitian, terlihat
bahwa perbedaan besar sudut dari masing-masing mesjid hanya terletak pada besar detiknya
saja. Hal ini disebabkan oleh letak geografis yang saling berdekatan antara mesjid yang satu
dengan mesjid yang lainnya.

Kata Kunci : Trigonometri Segitiga Bola dan Penentuan Arah Qiblat

I.

PENDAHULUAN
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa matematika hanyalah ilmu yang abstrak,

bersifat teoritis, dan hanya berbicara tentang rumus-rumus saja. Padahal matematika
merupakan suatu ilmu yang sangat dekat dengan realita kehidupan. Artinya, banyak sekali
penerapan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja matematika bisa
digunakan untuk menentukan Arah Qiblat dari suatu lokasi tertentu.
Seiring perkembangan ilmu matematika, ternyata kajian trigonometri tidak hanya dapat
diterapkan dalam bidang datar saja, akan tetapi dapat diterapkan dalam bangun ruang seperti
bola. Konsep trigonometri pada bola disebut Trigonometri Segitiga Bola atau sering disebut
segitiga bola. Segitiga bola merupakan sebuah segitiga pada permukaan bola yang dibentuk
dari 3 sisi yang merupakan bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010). Dimana
lingkaran besar merupakan sebuah irisan permukaan bola yang melewati pusat bola
sementara lingkaran kecil adalah irisan bola yang tidak melewati pusat bola (Koesdiono :
2002).

Berbeda dengan segitiga pada bidang datar, segitiga bola memiliki tiga sudut dalam
satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi panjang seperti meter atau
centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya hanya dalam satuan derajat busur,
karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk busur atau lengkungan bagian dari bola langit
atau bola bumi (Toyyib : 2009).
Konsep trigonometri segitiga bola ini sangat bermanfaat sekali, misalnya dalam bidang
astronomi atau dalam hal perbintangan. Konsep ini dapat menghitung jarak ke bintangbintang yang lebih dekat. Disamping itu juga sangat bermanfaat dalam Ilmu Falaq, misalnya
dalam menentukan awal waktu Shalat, awal tahun Hijriah, dan dapat membantu dalam
penentuan arah Qiblat dari berbagai penjuru dunia yang jauh dari Kabah termasuk juga kota
Gorontalo.
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani trigonon yang berarti tiga sudut dan metro
artinya mengukur. Oleh karena itu trigonometri adalah cabang dari ilmu matematika yang
berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan
tangen. Sedangkan definisi dari trigonometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah ilmu ukur mengenai sudut dan sepadan dengan segitiga (digunakan dalam astronomi).
(Susheri:2012)
Konsep dasar dari trigonometri tidak pernah lepas dari bangun datar segitiga siku-siku.
Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang memiliki satu sudut siku-siku dan dua
sudut lancip pelengkap. Sisi dihadapan sudut siku-siku merupakan sisi terpanjang yang
disebut dengan sisi miring (hipotenusa), sedangkan sisi-sisi di hadapan sudut lancip disebut
kaki (leg) segitiga itu.(E-book Algebra 2 &Trigonometri)
Menurut Izzudin dalam Susheri (2012) geometri bola menunjukkan bentuk geometri
pada permukaan sebuah bola, yaitu sebuah geometri dua dimensi. Geometri sebuah bola
terdiri dari lingkaran besar (great circle), lingkaran kecil (small circle), dan busur
dipermukaan. Dimana lingkaran besar merupakan sebuah irisan permukaan bola yang
melewati pusat bola sementara lingkaran kecil yang tidak melewati pusat bola (Koesdiono :
2002). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat perbedaan dari lingkaran besar dan lingkaran kecil
pada gambar anatomi bangun ruang bola di bawah ini.

Gambar 1.1 Anatomi bangun ruang bola


Untuk memahami permasalahan perhitungan arah Qiblat, maka diperlukan pemahaman
dasar mengenai konsep Trigonometri Segitiga Bola atau sering disebut Segitiga Bola.
Segitiga bola merupakan sebuah segitiga pada permukaan bola yang sisi-sisinya merupakan
bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010). Lingkaran besar ditentukan oleh dua titik
pada bola, misalkan titik A dan titik B yang titik pusatnya adalah P. Dan terdiri dari dua
busur, yakni busur AB dan busur BA. Busur terpendek AB (besarnya kurang dari 180)
dinamakan jarak sferis antara A dan B (Koesdiono : 2002) seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 1.2 Jarak sferis antara A dan B


Jarak-jarak sferis inilah yang nantinya akan membentuk segitiga bola. Jarak sferis
dari setiap titik pada lingkaran besar ke kutubnya semuanya sama, yakni sebesar 90 atau
(Koesdiono : 2002). Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Jarak sferis A dan B


Berbeda dengan segitiga pada bangun datar, segitiga bola memiliki tiga sudut dalam
satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi panjang seperti meter atau

centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya hanya dalam satuan derajat busur,
karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk busur atau lengkungan bagian dari bola langit
atau bola bumi (Toyyib : 2009). Lihat gambar berikut:

Gambar 1.4 Sisi dan sudut pada segitiga bangun datar dan segitiga bola
Suatu tempat yang berada pada permukaan bumi dapat digambarkan dengan titik-titik.
Titik tersebut didefinisikan oleh dua koordinat yaitu bujur dan lintang. Semua titik yang
memiliki bujur nol terletak pada garis meridian Greenwich (setengah lingkaran besar yang
menghubungkan kutub utara dan selatan dan melewati Greenwich). Sementara itu semua titik
yang memiliki lintang nol terletak pada garis ekuator (khatulistiwa). Persoalan arah Qiblat
erat kaitannya dengan garis lintang () dan garis bujur () tempat yang akan diukur. (Jamil :
2009)
Lintang tempat () diukur dari garis khatulistiwa ke arah kutub bumi (dari khatulistiwa
sampai ke suatu tempat). Lintang yang berada disebelah utara khatulistiwa disebut Lintang
Utara diberi tanda positif (+), sedang yang berada di sebelah selatan disebut Lintang Selatan
dan diberi tanda negative (-). Bujur tempat () biasanya diukur dari meridian Greenwich di
Inggris sebagai titik pusat garis bujur. Garis bujur dari kota Greenwich ke arah barat disebut
Bujur Barat dan bertanda positif (+) dari 0 sampa 180. Sebaliknya garis bujur dari dari kota
Greenwich ke arah timur disebut Bujur Timur yang diberi tanda negative (-). Jadi garis bujur
diukur dari 0 sampa 180, baik ke arah barat maupun ke arah timur. (Jamil : 2009).
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini disajikan gambar segitiga bola dimana titik A
merupakan titik kota Mekah, titik B adalah lokasi yang akan ditentukan arah Qiblatnya, dan
titik C adalah titik utara sejati (Kutub Utara).

Gambar 1.5 Segitiga bola


Dari Gambar di atas, segitiga bola ABC menghubungkan titik A (kota Mekah), titik B(lokasi)
dan titik C (Kutub Utara). Titik A memiliki koordinat bujur A dan lintang A. Titik B
memiliki koordinat bujur B dan lintang B. Titik C memiliki lintang 90. Busur a adalah
panjang busur yang menghubungkan titik B dan C. Busur b adalah panjang busur yang
menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah panjang busur yang menghubungkan titik A
dan B. Sudut C (sudut ACB) tidak lain adalah selisih antara bujur A dan bujur B. Jadi
sudut C = A B. Jadi arah kiblat dari titik B dapat diketahui dengan menentukan besar
sudut B (sudut CBA).
Selanjutnya, jari-jari bumi dianggap sama dengan 1. Sudut yang menghubungkan titik di
khatulistiwa, pusat bumi dan kutub utara adalah 90 derajat. Karena lintang titik A adalah La,
maka busur b sama dengan 90 La. Karena lintang titik B adalah Lb, maka busur a sama
dengan 90 Lb.Untuk menentukan rumus yang akan digunakan, dilihat dari data-data apa
saja yang tersedia. Jika data-data yang tersedia berupa lintang utara (LU) maka rumus yang
akan digunakan adalah

1. cot B

cos(B) tan(A) sin(B) cos(B A)


sin(B A)

sedangkan jika data-data yang tersedia berupa lintang selatan (LS) maka rumus yang
digunakan adalah

2. cotB

II.

cos(B)tan(A) sin(B)cos() A)
sin(B A)

METODE PENULISAN
Adapun tahap-tahap penelitian dimulai dari pengamatan yang terjadi di lingkungan

sekitar mengenai arah Qiblat, kemudian merumuskan masalah yang didapat dan mencari

solusi dari masalah yang ada sehingga tujuan dari penelitianpun menjadi jelas. Jika
menemukan solusi dari permasalahannya maka selanjutnya mengamati apakah Konsep
Trigonometri Segitiga Bola dapat diterapkan untuk memecahkan masalah.

Setelah itu

melakukan studi literatur. Pada tahap ini peneliti melakukan studi pustaka dari buku, jurnal,
dan artikel di internet untuk penelitian yang berhubungan dengan metode penentuan arah
Qiblat maupun Trigonometri Segitiga Bola.
Tahap berikutnya yaitu mengambil data yang diperlukan dari Qiblalocator.com
terbitan badan RHI (Rukyatul Hilal Indonesia) berupa garis Lintang dan garis Bujur dari
subyek penelitian. Kemudian mengolah dan menganalisa data yang didapat menggunakan
Konsep Trigonometri Segitiga Bola. Setelah itu menyimpulkan hasil penelitian arah Qiblat
dari subjek penelitian.
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah mendapatkan data dari Qiblalocator.com berupa garis lintang () dan garis

bujur () dari masing-masing lokasi yang menjadi subjeknya maka langkah selanjutnya
adalah menghitung besar sudut arah Qiblat dengan menggunakan rumus pertama dari
masing-masing Mesjid yang menjadi subjek penelitian. Untuk membantu proses perhitungan
peneliti menggunakan kalkulator casio tipe fx-991ES PLUS dan untuk proses perhitungan
dilakukan secara analitik sementara untuk hasilnya merupakan hasil yang aproksimasi.
3.1 Mesjid Sabilurrasyad
Dari Qiblalocator.com dapat dilihat bahwa letak geografis mesjid Sabilurrasyad adalah
033'11'' LU (B) dan 12303'42'' BT (B) dan letak geografis kota Mekah adalah 2125
LU (A) 3950 BT (A). Langkah selanjutnya adalah menghitung besar sudut arah Qiblat
dengan menggunakan rumus pertama, dimana
cos(B) tan(A) sin(B) cos(B A)
sin(B A)
cos(033'11" ) tan(2125' ) sin(033'11" ) cos(12303'42"3950' )

sin(12303'42"3950' )
(0,9999)(0,3922) (0,0096)(0,1179)

0,9930
0,3938

cot B

cot B 21,4956
atau 2129'44,24" ( B U )

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa besar sudut arah Qiblat Mesjid Sabilurrasyad
adalah 212944,24 dari Barat ke Utara dan untuk besar sudut dari arah berlawanan (dari
Utara ke Barat) adalah

90 2129'44,24" = 6830'15,76" (U B)
Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang akan terjadi maka pada perhitungan
di atas peneliti memgambil 10 digit dibelakang koma tapi hanya menuliskan 4 digit saja.
Selanjutnya perhitungan arah Qiblat untuk mesjid-mesjid yang lain sama dengan
perhitungan di atas, dan pada besar sudutnya hanya berbeda pada besar detiknya saja. Hal ini
disebabkan oleh letak geografis dari mesjid yang menjadi subyeknya saling berdekatan.
IV.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa rumus trigonometri segitiga bola dapat

digunakan untuk menentukan arah Qiblat dari lokasi tertentu. Penentuan arah Qiblat
sebenarnya adalah menentukan besar sudut yang terbentuk dari garis bujur yang
menghubungkan titik utara sejati (kutub utara) dan titik lokasi serta garis bujur yang
menghubungkan titik lokasi dengan titik Mekah. Dari perhitungan didapatkan bahwa besar
sudut arah Qiblat dari Mesjid Sabilurrasyad sebesar 212944,24.
Berdasarkan temuan, pembahasan, dan simpulan penelitian maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Objek kajian trigonometri segitiga bola tidak hanya terbatas pada penentuan arah Qiblat
saja, akan tetapi bisa diterapkan untuk menentukan awal waktu shalat, penentuan awal tahun
bulan Qamariah dan pembuatan kalender Hijriah.
2. Teori penentuan arah Qiblat tidak hanya bisa menggunakan konsep trigonometri segitiga
bola, akan tetapi bisa menggunakan teori Geodesi maupun Navigasi.
Atas dasar ini peneliti berharap agar para pembaca bisa melakukakan penelitian lebih
lanjut mengenai hal-hal yang belum dikaji oleh peneliti.

Daftar Pustaka
Aksin, Nur, Miyanto dan Nurul Azizah. 2010. PR Matematika Untuk SMA/MA Kelas X.
Klaten: Intan Pariwara
Anonim. 2010. Arah Qiblat. (online) tersedia di http//www.blog.am3n.net di akses tanggal 31
maret 2013
Arkanuddin, Mutoha. 2010. Tekhnik Penentuan Arah Qiblat (Teori dan Aplikasi). Diterbitkan
oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falaq (LP2IF) Rukyatul Hilal
Indonesia (RHI)
E-book. Algebra 2 and Trigonometry. (online) tersedia di http//www.amscopub.com di akses
tanggal 21 April 2013
Jamil, Ahmad. 2009. Ilmu Falaq (Teori dan Aplikasi). Jakarta: AMZAH
Johanes, Kastolan dan Sulasim. 2006. Matematika SMA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta: Yudhistira
Katili, Syafrudin dan Asna Usman Dilo. 2012. Standar Sudut Kemiringan Minimal Arah
Qiblat Masjid Kota Gorontalo. Jurnal ilmu Syariah dan Hukum Vol. 46 No. 1.
Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo
Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falaq Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka
Koesdiono. 2002. Ilmu ukur Segitiga Bola. Bandung: ITB
Nihayaturrahmah. 2010. Astronomi Bola (Rumus-Rumus Segitiga Bola/Trigonometri).
(online) tersedia di http//www.nihayaturrahmah.blogspot.com di akses tanggal 18
Maret 2013
Nurwendaya, Cecep. 2010. Aplikasi Segitiga Bola dalam Rumus-Rumus Hisab Rukyat.
Diseminarkan pada Kegiatan

Pembinaan dan Orientasi Hisab dan Rukyat di

Lingkungan PA/MA Direktorat Pranata dan Tata laksana Perkara Perdata agama
Ditjen Badilag Mahkamah Agung RI Tanggal 25-27 Mei 2010 di Hotel Sahid
Manado, Jl. Baba Palar No. 1 Manado, Sulawesi Utara
Sudibyo, Marufin. 2011. Arah Qibat dan Pengukurannya. Disampaikan pada Diklat
Astronomi Islam MGMP MIPA-PAI Assalaam, Kamis, 20 Oktober 2011
Susheri. 2012. Analisis Rumus Trigonometri Dalam Penentuan Arah Qiblat. Jurusan Ilmu
Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah, Institut agama Islam Negeri wali Songo,
Semarang. Skripsi dipublikasikan (Online)
Toyyib. 2009. Menghitung Arah Qiblat Dengan Rumus Segitiga Bola. Jurnal Pengajaran
Sains Vol. 1. Bekasi: MAN Cikarang

Anda mungkin juga menyukai