: 14.01.016.010
Motivasi
Usaha Kecil
Entrepreneur
Teknopreneur
-Sumber hidup
-Motivasi mendominasi
-Pola pikir
-Tingkat keamanan
revolusioner
-Bekerja sendiri
-Eksploitasi
-Ide khusus
kesempatan
-sukses dengan
-Personaliti pemilik
-Akumulasi kekayaan
teknologi baru
-Finansial, nama
Kepemilikan
-Pendiri/rekan bisnis
-saham pengendali
harum
-Penguasaan pasar
-Maksimalisasi
keuntungan
besar
-Nilai perusahaan
Gaya
-Mengikuti pengalaman
terus bertambah
-Pengalaman terbatas
Manajerial
-Lebih personal
-Profesionalisme
-Fleksibel
-Orientasi local
-Resiko pada
-Menghindari resiko
menejeman
-Inovasi produk
-Otoritas tinggi
berkelanjutan
Perjuangan kolektif
-Hubungan baik
-Kekuatan lobi
-Dengan contoh
-Imbalan untuk
visioner
-Kolaborasi
kontribusi
-Membagi kemajuan
-Kemenangan kecil
-manajemen baru
bisnis
Kepemimpinan
-Menghargai
kontribusi dan
R&D dan
-Mempertahankan
pencapaian
-Memimpin dalan riset
Inovasi
bisnis
kesulitas mendapatkan
global
jawab
-Mengandalkan
-Akses ke sumber
franchise, lisensi
teknologi
lama
-Akumulasi
-Kecepatan
teknologi sangat
peluncuran produk ke
Outsourcing
kecil
-Sederhana
pasar
-Pengembangan
dan Jaringan
mendapatkan tenaga
bersama tim
ahli
outsourcing
-Kemampuan umum
-Banyak penawaran
-Science and
technology park
-Pasar berubah dengan
buhan
teknologi baru
proteksi, monopoli,
mempertahankan
-Lokal
ologopoli
-Penguasaan pasar
pertumbuhan
-Pasar global sejak
Kompetisi dengan
nasional
awal
produk di pasar
-Penetrasi pasar
-jaringan science
-Penekanan biaya
andtech.park
-penekanan time to
pelanggan baru
Kerja
Target Pasar
-Stabil
postsale.
-Mendidik konsumen
teknologi baru
Sumber : Amir Sambodo,Makalah Seminar Pengembangan Teknopreneurship
Jakarta, 10 Agustus 2006
Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di
Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. Negara kita kaya kayu,
mengapa kita mengimpor kayu lapis ujarnya. Saya itu pioner, katanya. Di saat orang
lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama
perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama,
1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama
Eropa,Inggris,dan Timur Tengah.
Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya, ungkapnya.
Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu
sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit
secara besar-besaran.
Setelah itu baru kita bikin Indorayon, tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang
bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu
memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat
ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba
tercemar
berat
oleh
limbah
pulp.
Akibatnya,
IIU
sempat
ditutup.
Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di
Riau, ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik
pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru
jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto
membuat program community development untuk penduduk setempat. Saya tidak kasih
ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan, tuturnya. Antara lain, program
community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. Mimpi
saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang, katanya
lagi.
Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan
keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan
nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun
Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke
luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development
Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta
pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar
PT Riau Pulp).
Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil
kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di
arena global,minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, Bagaimana kita bisa
memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.
Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi
krisis. Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu
survive, pada First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu
melewati krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim,
ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari
bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil, tuturnya.
Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru, katanya lagi.
Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang bisnis maupun
nonbisnis. Setiap saya pergi, saya bawa buku, katanya. Kalau naik travel, kalau tidak
tidur, ya, baca, katanya lagi. Manfaatnya, menurut dia, selain untuk update pengetahuan,
juga membantu sekali dalam binis dan kegiatan sosial sehari-hari. Satu lagi, pria yang
menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris, ini senang belajar. Ia pernah mengikuti
kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan
Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang mengambil cuti untuk
mengikuti kursus pendek. Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi, katanya. Duatiga minggu ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk
meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program,
Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.
Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat, katanya.
Kedua, kalau saya tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan
kegagalan saya, ujarnya lagi.
Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan
sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan
terhadap pentingnya suatu action. Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur, ujar
pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. Tidak ada proteksi.
Bisnis,ya,bisnis,katanya.
Baginya bisnis adalah mengembangkan sumberdaya yang ada, responsif terhadap sesuatu
hal, konsisten dan bertanggung jawab untuk kehidupan yang lebih baik. Prinsip dan nilai
yang ia junjung kuat antara lain "Continous Improvement", dimana harus terus berinovasi
dan berimprovisasi dalam mengembangkan produktivitas, dengan. Waktu yang lebih
cepat, kualitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Ada beberapa hal lain yang ia
pegang teguh, juga yakni "Hand on/down to earh" dimana sikap adalah tindakan nyata
kita. "Janganlah menghabiskan waktu sia-sia, lakukan dengan selalu mendengarkan serta
terlibat di dalamnya", ujarnya pada Tionghoanews.con. Integrity, yaitu menjungjung
tinggi nilai kejujuran dan accountability. Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim
yang saling melengkapi untuk ke arah kemajuan bersama sesuai dengan tujuan awal.
Selanjutnya adalah memaknai people, planet, profit, yakni apapun usaha yang dilakukan,
pertama adalah untuk memakmurkan masyarakat, untuk kelestarian dunia dan juga tidak
terlepas pada laba yang akan diperoleh.
Hingga kini Pt. Raya Garuda Mas telah mengantongi izin Internasional dan bermarkas di
Singapore. Ia mengambarkan bahwa bisnis yang dijalankan harus yang berkaitan dengan
kehidupan, seperti pohon. Apa yang dibutuhkan pohon yakni berupa H2O dan CO2,
sebgai output-nya O2. Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata
telah memberikan pelajaran yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius
kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil
yang diskriminatif terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk
mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada
di garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun
secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari krisis
yang terjadi di Indonesia.
Catatan kekayaan Sukanto Tanoto bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS
dengan menduduki peringkat 5 sebagai orang terkaya di Indonesia dan menduduki
peringkat 418 sebagai orang terkaya di Dunia versi majalah Forbes tahun 2012 yang lalu.
Pria yang kini bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar
AS. Suaknto Tanoto Menikah dengan Tinah Bingei Tanoto dan memiliki empat orang
anak. Ia suka mendengarkan musik klasik yang ringan.