Anda di halaman 1dari 7

1.

PERBEDAAN ENTREPRENEUR DAN TEKNOPRENEUR


Nama : Ikhwanulmuslimin
Nim

: 14.01.016.010

Motivasi

Usaha Kecil

Entrepreneur

Teknopreneur

-Sumber hidup

-Motivasi mendominasi

-Pola pikir

-Tingkat keamanan

-Ide dan konsep

revolusioner

-Bekerja sendiri

-Eksploitasi

-Kompetisi dan resiko

-Ide khusus

kesempatan

-sukses dengan

-Personaliti pemilik

-Akumulasi kekayaan

teknologi baru
-Finansial, nama

Kepemilikan

-Pendiri/rekan bisnis

-saham pengendali

harum
-Penguasaan pasar

-Maksimalisasi

-Saham kecil dari kue

keuntungan

besar
-Nilai perusahaan

Gaya

-Trial dan error

-Mengikuti pengalaman

terus bertambah
-Pengalaman terbatas

Manajerial

-Lebih personal

-Profesionalisme

-Fleksibel

-Orientasi local

-Resiko pada

-Target strategi global

-Menghindari resiko

menejeman

-Inovasi produk

-Arus kas stabil


-Jalan hidup

-Otoritas tinggi

berkelanjutan
Perjuangan kolektif

-Hubungan baik

-Kekuatan lobi

-Sukses masa depan

-Dengan contoh

-Imbalan untuk

visioner

-Kolaborasi

kontribusi

-Membagi kemajuan

-Kemenangan kecil

-manajemen baru

bisnis

Kepemimpinan

-Menghargai
kontribusi dan
R&D dan

-Mempertahankan

-Bukan prioritas utama,

pencapaian
-Memimpin dalan riset

Inovasi

bisnis

kesulitas mendapatkan

dan inovasi, IT, biotek

-Pemilik bertanggung penelitian

global

jawab

-Mengandalkan

-Akses ke sumber

-Siklus waktu yang

franchise, lisensi

teknologi

lama

-Bakat sangat tinggi

-Akumulasi

-Kecepatan

teknologi sangat

peluncuran produk ke

Outsourcing

kecil
-Sederhana

-Penting tapi sulit

pasar
-Pengembangan

dan Jaringan

-Lobi bisnis langsung

mendapatkan tenaga

bersama tim

ahli

outsourcing

-Kemampuan umum

-Banyak penawaran

-Tidak selalu tersedia

-Science and

PotensialPertum -Siklus ekonomi

pada tingkat global


-Penetrasi nasional

technology park
-Pasar berubah dengan

buhan

cepat, global lambat

teknologi baru

-Pemimpin pasar dalam

-Akuisi teknologi baru

waktu singkat dengan

-Aliansi global untuk

proteksi, monopoli,

mempertahankan

-Lokal

ologopoli
-Penguasaan pasar

pertumbuhan
-Pasar global sejak

Kompetisi dengan

nasional

awal

produk di pasar

-Penetrasi pasar

-jaringan science

-Penekanan biaya

mamakan waktu lama

andtech.park

-Produk baru untuk

-penekanan time to

pelanggan baru

market, presale dan

Kerja

Target Pasar

-Stabil

postsale.
-Mendidik konsumen
teknologi baru
Sumber : Amir Sambodo,Makalah Seminar Pengembangan Teknopreneurship
Jakarta, 10 Agustus 2006

2. PENGUSAHA SUKSES DI INDONESIA


Sukanto Tanoto yang terlahir dengan nama Tan Kang Hoo merupakan seorang pengusaha
atau konglomerat sukses asal Indonesia yang pada tahun 2006 di tasbihkan oleh majalah

Forbes sebagai orang terkaya di Indonesia, ia memimpin perusahaan yang bernama PT


Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura yang usahanya di berbagai sektor terutama
disektor kertas dan kelapa sawit sehingga Sukanto Tanoto dijuluki sebagai Si Raja Kertas
dan Kelapa Sawit. Ia merupakan salah satu pengusaha yang berhasil berinvestasi di lebih
dari sepuluh negara di Dunia. Sukanto Tanoto dilahirkan di Belawan, Sumatera Utara, 25
Desember 1949. Ia mengenyam pendidikan SD di Belawan pada tahun 1960 dan
kemudian Masuk SMP di medan pada tahun 1963. Pada usia 12 tahun Sukanto Tanoto
sudah gemar membaca apa saja, termasuk buku tentang revolusi Amerika dan Perang
Dunia
Sukanto Tanoto mengaku sosoknya mirip ibunya yaitu tegas dan keras. Pernah suatu
ketika Sukanto kecil ngeluyur pergi ke tepi laut. Waktu pulang, ditanya oleh ibunya,
jawabnya mengarang-ngarang, Sukanto kecil dipukuli pakai rotan. Saya paling banyak
makan rotan, kenangnya tentang sosok sang ibu. Tapi, dengan sifat keras dan tegas,
termasuk dalam hal berbisnis, ia bisa menjadi salah seorang pengusaha papan atas
Indonesia, memimpin sejumlah perusahaan di bawah grup Raja Garuda Mas
Internasional. Sukanto Tanoto bercita-cita jadi dokter. Kalau dulu saya meneruskan ke
fakultas kedokteran, saya jadi dokter, ujarnya. Karena obsesi itulah, sampai 1973-1974,
ia masih senang pakai nama dokter Sukanto. Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin
Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab
keluarga: meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil.
Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu
orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo pertama
kali belajar keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak menyerah dalam
keadaan apapun serta mencari solusi.
Pindah dari kota kelahirannya, Belawan, Sumatra Utara, ke Medan, ia juga berdagang
onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor & supplier. Suatu
ketika, datang Sjam, seorang pejabat Pertamina dari Aceh. Waktu itu saya tidak tahu
kalau dia pejabat, kenang Sukanto. Ditawari kerja sama pekerjaan kontraktor, Ya, maumau saja, wong saya masih muda, ujarnya. Tak disia-diakan kesempatan itu, di
Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto membangun rumah, memasang AC, pipa,
traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat. Itulah technical school saya, katanya.
Untuk mencari bahan bangunan, ia sampai pergi Sumbawa,lampung pada usia 20 tahun

Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di
Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. Negara kita kaya kayu,
mengapa kita mengimpor kayu lapis ujarnya. Saya itu pioner, katanya. Di saat orang
lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama
perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama,
1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama
Eropa,Inggris,dan Timur Tengah.
Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya, ungkapnya.
Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu
sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit
secara besar-besaran.
Setelah itu baru kita bikin Indorayon, tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang
bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu
memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat
ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba
tercemar

berat

oleh

limbah

pulp.

Akibatnya,

IIU

sempat

ditutup.

Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di
Riau, ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik
pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru
jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto
membuat program community development untuk penduduk setempat. Saya tidak kasih
ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan, tuturnya. Antara lain, program
community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. Mimpi
saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang, katanya
lagi.
Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan
keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan
nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun

Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke
luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development
Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta
pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar

PT Riau Pulp).

Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil
kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di
arena global,minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, Bagaimana kita bisa
memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.
Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi
krisis. Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu
survive, pada First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu
melewati krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim,
ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari
bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil, tuturnya.
Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru, katanya lagi.
Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang bisnis maupun
nonbisnis. Setiap saya pergi, saya bawa buku, katanya. Kalau naik travel, kalau tidak
tidur, ya, baca, katanya lagi. Manfaatnya, menurut dia, selain untuk update pengetahuan,
juga membantu sekali dalam binis dan kegiatan sosial sehari-hari. Satu lagi, pria yang
menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris, ini senang belajar. Ia pernah mengikuti
kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan
Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang mengambil cuti untuk
mengikuti kursus pendek. Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi, katanya. Duatiga minggu ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk
meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program,
Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.
Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat, katanya.
Kedua, kalau saya tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan
kegagalan saya, ujarnya lagi.
Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan
sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan
terhadap pentingnya suatu action. Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur, ujar

pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. Tidak ada proteksi.
Bisnis,ya,bisnis,katanya.
Baginya bisnis adalah mengembangkan sumberdaya yang ada, responsif terhadap sesuatu
hal, konsisten dan bertanggung jawab untuk kehidupan yang lebih baik. Prinsip dan nilai
yang ia junjung kuat antara lain "Continous Improvement", dimana harus terus berinovasi
dan berimprovisasi dalam mengembangkan produktivitas, dengan. Waktu yang lebih
cepat, kualitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Ada beberapa hal lain yang ia
pegang teguh, juga yakni "Hand on/down to earh" dimana sikap adalah tindakan nyata
kita. "Janganlah menghabiskan waktu sia-sia, lakukan dengan selalu mendengarkan serta
terlibat di dalamnya", ujarnya pada Tionghoanews.con. Integrity, yaitu menjungjung
tinggi nilai kejujuran dan accountability. Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim
yang saling melengkapi untuk ke arah kemajuan bersama sesuai dengan tujuan awal.
Selanjutnya adalah memaknai people, planet, profit, yakni apapun usaha yang dilakukan,
pertama adalah untuk memakmurkan masyarakat, untuk kelestarian dunia dan juga tidak
terlepas pada laba yang akan diperoleh.
Hingga kini Pt. Raya Garuda Mas telah mengantongi izin Internasional dan bermarkas di
Singapore. Ia mengambarkan bahwa bisnis yang dijalankan harus yang berkaitan dengan
kehidupan, seperti pohon. Apa yang dibutuhkan pohon yakni berupa H2O dan CO2,
sebgai output-nya O2. Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata
telah memberikan pelajaran yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius
kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil
yang diskriminatif terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk
mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada
di garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun
secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari krisis
yang terjadi di Indonesia.
Catatan kekayaan Sukanto Tanoto bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS
dengan menduduki peringkat 5 sebagai orang terkaya di Indonesia dan menduduki
peringkat 418 sebagai orang terkaya di Dunia versi majalah Forbes tahun 2012 yang lalu.
Pria yang kini bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar

AS. Suaknto Tanoto Menikah dengan Tinah Bingei Tanoto dan memiliki empat orang
anak. Ia suka mendengarkan musik klasik yang ringan.

Anda mungkin juga menyukai