Anda di halaman 1dari 5

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

BEHAVIORAL FACTORS OF CAPITAL BUDGETING

OLEH:
KELOMPOK 1
NI PUTU EVA FERDAYANI
NI PUTU BUDIADNYANI
NI KETUT KARTIKA AMANDA ASTITI
DEWA AYU MAS PUTRIARI NUSANTARI
NI PUTU DESY RATNA DEWI

1591661006
1591661013
1591661020
1591661034
1591661044

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ASPEK KEPERILAKUAN DALAM PENGANGGARAN
Ada dua aspek penting yang akan dijelaskan dalam aspek keperilakuan dalam penganggaran.
Pertama,mengenai organizational slack dan yang kedua adalah budgetary slack. Aspek
keperilakuan dalam penganggaran dapat dibedakan atas unit analisis yang ada. Satu sebagai unit
organisasi dan yang lainnya adalah dalam unit individual. Menurut Belkaoui (1989), slack atau
senjangan adalah kecenderungan dari organisasi atau individu untuk tidak mengoptimalkan
sumber daya yang tersedia dan kecenderungan untuk tidak melakukan efisiensi. Organizational
slack secara mendasar mengacu pada kapasitas yang tidak digunakan, sedangkan budgetary

slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan
menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan.
A. Budgetary Slack
Anggaran merupakan bagian penting dalam perusahaan atau organisasi sektor publik.
Umum sudah mengetahui bahwa anggaran adalah alat pengendalian. Penting dan urgennya
fungsi anggaran sebagai perencana dan pengendali perusahaan menjadikan penganggaran
sebagai area penting bagi keberhasilan perusahaan. Anggaran diharapkan menjadi rerangka
kerja untuk menentukan prestasi dan kinerja karyawan. Anggaran dapat mencerminkan
kesuksesan karyawan pada tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, anggaran dapat
menjadi suatu pertimbangan, melalui perbandingan antara prestasi yang sebenarnya atau
yang ditetapkan dalam anggaran. Anggaran sektor publik, berupa APBD misalnya merupakan
representasi dari tujuan pemerintah sendiri dan dibahas bersama DPRD. APBD merupakan
roh dari manajemen pemerintah daerah.
Seringkali perusahaan menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja
manajemen, karena itu yang tersedia. Penekanan anggaran seperti ini dapat menimbulkan
slack. Penilaian kinerja berdasarkan terapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong
bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi ke
depannya.
Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran
terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan. Manajer menciptakan slack dengan
mengestimasi pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi.
Anggaran secara luas telah menjadi focus bagi aktivitas perencanaan dalam jangka
pendek (biasanya dalam satu tahun) dan menjadi dasar bagi system pengendalian
manajemen. Aggaran keuangan adalah ringkasan dari proyeksi laporan keuangan untuk satu
tahun ke depan dalam bahasa kuantitatif yang terukur. Anggaran mencerminkan tujuan detail
perusahaan dan perencanaan untuk mencapainya dengan sumber daya yang terbatas. Sebagai
basis dalam system pengendalian organisasi, anggaran mencerminkan prinsip manajemen by
exception. Prinsip ini mengakui kognitif inheren dan keterbatasan rasional dari manajer
dalam tugas dan aktivitas mereka. Karena keterbatasan itulah maka dibuat anggaran.
Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul
dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia

mencoba untuk hidup dengan anggaran. Hal tersebut mengacu pada kegelisahan karena
mengetahui batas pengeluaran tidak akan dinaikkan tahun ini atau dengan kata lain anggaran
mengandung unsur keketatan, ketakutan untuk mengatakan kepada staf bahwa tahun ini tidak
akan ada bonus, dan rasa curiga yang bisa berkembang ketika kepala departemen lain menerima
kenaikan anggaran.
Anggaran dan proses penganggaran memiliki dampak langsung dan menentukan yang
mempengaruhi perilaku manusia. Anggaran membatasi tindakan diskresi manajemen sekaligus
mengukur kinerja manajemen. Kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan
efisiensi pelaksanaan anggaran, meskipun pada organisasi sektor publik misalnya pemerintah,
efisiensi mempunyai makna yang berbeda dengan sektor korporat. Pada organisasi pemerintahan
penyerapan anggaran yang tinggi justru baik, asalkan sasarannya benar (efektivitas). Penyerapan
anggaran akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Era digitalisasi dan teknologi informasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat
cepat dan menyebabkan adanya pergeseran mind set yang kompleks di segala bidang. Untuk itu
perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif agar dapat memenangkan persaingan. Dalam
rangka memberikan pelayanan publik yang lebih perform kepada masyarakat, maka karyawan
dituntut dapat meningkatkan kinerjanya. Kinerja dan prestasi karyawan akan meningkat apabila
mereka terlibat secara aktif dalam proses penyusunan anggaran pada unit organisasi dimana
mereka bekerja. Dengan adanya partisispasi, akan meningkatkan kesadaran karyawan akan tugas
dan tanggung jawabyang dibebankan kepadanya. Dalam proses penyusunan anggaran partisipasi
karyawan akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Ini sudah normatif. Dengan melibatkan
karyawan dalam proses penganggaran, hal ini akan menimbulkan komitmen organisasional pada
karywan bahwa anggaran yang ada juga merupakan tujuannya. Pada pemerintah daerah ada
mekanisme yang disebut MUSRENBANG.
Komitmen juga berarti tujuan pribadi sama dengan tujuan perusahaan. Anggaran
merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan perusahaan. Anggaran juga
merupakan proses pengendalian manajemen yang melibatkan komunikasi, koordinasi, sinergi,
dan interaksi formal di kalangan manajer dan karyawan dan pada tahun berjalan. Program atau
perencaan strategik yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam
mempersiapkan anggaran. Anggaran merupakan terjemahan dari program dengan menggunakan

informasi terkini. Sebuah anggaran operasi biasanya dalam satu tahun dan menyatakan rencana
pendapatan biaya untuk tahun yang bersangkutan.
Anggaran dapat dikatakan sebagai wahana dalam mengoperasikan tujuan yang akan
dicapai dalam jangka pendek. Target ini secara langsung dapat membantu kegiatan organisasi
dan perusahaan; mengidentifikasi masalah; membantu memotivasi karyawan; dan menjelaskan
hubungan aktivitas yang berlangsung dengan kebijaksanaan masa yang akan datang, termasuk di
dalamnya adalah dalam hal manajemen operasional.
Para manajer bawah atau staf pada perusahaan dan organisasi sektor publik sebenernya
memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan yang dimiliki manajer atas. Pada sebagaian
besar organisasi, para manajer tingkat menengah ke bawah lebih banyak memiliki informasi
yang akurat dibandingkan dengan atasannya, karena mereka bersentuhan langsung dengan
operasional. Sementara di sisi lain, manajer tingkat atas yang lebih dominan dan powerful dalam
posisinya akan merasa lebih mampu menyusun anggaran, karena adanya perbedaan status ini
memunculkan kendala partisipasi. Jadi, partisipasi dalam penganggaran bukanlaj yang mudah.
Partisipasi juga merupakan masalah keprilakuan.
Untuk menghilangkan atau mengeliminasi terjadinya perbedaan persepsi pada kedua
tingkatan manajer ini, serta memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif, maka manajer
tingkat bawah di tingkatm organisasi harus diberik kesempatan untuk memberikan pendapat
dalam proses penyusuanan anggaran dengen mengungkapkan informasi yang dimiliki terkait
pekerjaan sebagai kontribusi dalam penetapan jumlah anggaran. Manajer bawah harus aktif dan
proaktif dalam memberikan informasi kepada pihak atasan guna menghindari terjadinya
pseudopartisipation atay partisipasi pura-pura.
B. Konsekuensi Disfungsional
Menurut Gudono (1993) penyusunan anggaran dapat menimbulkan dampak psikologis
langsung pada karyawan. Tidak sedikit manajer departemen tertentu mengalami keresahan jika
prestasinya tidaklah bagus setelah dibandingkan dengan anggaran yang harus dicapai.
Sebaliknya, banyak juga manajer yang justru mempunyai motivasi semakain besar setelah ada
anggaran.
Tidak sedikit pimpinan departemen yang sengaja menyusun target atau rencana yang
mudah dicapai. Target yang terlalu rendah ini akan menimbulkan apa yang disebut budgetary
slack atau kesenjangan anggaran. Bila partisipasi anggaran tidak dilaksanakan dengan baik dapat

mendorong pelaksana anggaran melakukan senjangan anggaran. Hal ini mempunyai implikasi
negative seperti kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja bawahan
terhadap unit pertanggungjawaban mereka. Senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam
kondisi informasi asimetri karena informasi asimetri mendorong bawahan membuat senjangan
anggaran. Secara teoritis, informasi asimetri dapat dikurangi dengan memperkuat monitoring dan
meningkatkan kualitas pengungkapan.
Dengan demikian, ada konsekuensi disfungsional dari proses penggangaran:
1. Rasa tidak percaya: dalam kenyataannya anggaran dapat disesuaikan, tetapi akan menjadi
suatu sumber tekanan dapat menimbulkan rasa tidak percaya.
2. Resistensi: anggaran bisa jadi menimbulkan penolakan, karena orang mempunyai status
quo masing-masing, terbiasa dengan cara-cara lama, dan dirugikan secara pribadi.
Resistensi muncul karena adanya prerequisite yang tidak proporsional. Prerequisite yang
dimaksud adalah kenikmatan-kenikmatan yang diperoleh karena memangku jabatan.
3. Konflik internal: konflik internal akan muncul mana kala anggaran sebagai pusat
koordinasi tidak berjalan. Masing-masing menjalankan ego sendiri-sendiri. Seharusnya
anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi sehingga dapat memitigasi konflik internal.
Namun, kadang-kadang susah dilakukan karena desentralisasi tanpa disertai dengan
pemahaman mengenai kongruensi tujuan yang jelas. Meskipun punya banyak segmen,
organisasi atau perusahaan tetap dianggap sebagai suatu entitas yang tunggal.

Anda mungkin juga menyukai