THT Prebiaskusis
THT Prebiaskusis
Aprilia Elisabet
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Karangasem
Topik: PRESBIAKUSIS
Tanggal (kasus) : 20 02 2016
No. RM: 095412/16
Nama
TL
JK
Tgl Masuk RS
Ny. M
: 01-07-1964
: Perempuan
: 20-02-2016
Tanggal presentasi :
Pendamping:
dr. Ni Nengah Artini
dr. Ni Made Supatriasih
Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan
Diagnostik
Keterampilan
Manajemen
Neonatus
Anak
Bayi
Penyegaran
Masalah
Remaja
Dewasa
Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Audit
bahasan:
Cara
Pos
membahas:
Data Pasien:
Nama klinik
pustaka
Diskusi
Nama: Ny. M
RSUD Karangasem
No.Registrasi: 095412/16
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan fisik:
-
Pasien tampak sakit ringan, badan 48 kg,TB 150 cm, Suhu 36,50 C,TD 130/80 mmHg,
Nadi, 80 x/menit, Nafas 20 x/menit. Mata : conjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-),
mulut basah, bibir kering (-) , stomatitis -, lidah tidak kotor, tremor (-), faring hiperemis
(-), pembesaran tonsil T1-T1 tenang, udem pada peritonsil (-), hidung tidak terdapat
sekret putih dan tidak terdapat septum deviasi,telinga tidak ada kelainan. Terdapat Bunyi
jantung I-II normal, bising dan irama derap tidak ada. Paru bronkovesikuler, ronchi dan
mengi tidak ada. Perut supel,hati dan limpa tidak teraba. Bising usus normal. Ekstremitas
pucat (-), kulit terdapat bercak merah seluruh badan,edema ekstremitas (-).
Daftar Pustaka
Adam, Boies, Higler. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta 1997.
Ballanger, John Jacob. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, jilid
satu, Binarupa Aksara, Jakarta,1994.
Herawati, Sri, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. EGC, Jakarta
2004.
Shohet J. A, Talavera F, PharmD, Gianoli G, Slack, dkk. inner ear, presbycusis. 2005.
Soepardi, Efiaty Arsyad dan Nurbaiti Iskandar (ed.). 2003. Buku Ajar Telinga Tenggorok
Kepala Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3
Soepardi, Efiaty Arsad, dkk (Ed.) 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga
Hidung Tenggorok Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suhu
: 36,50 C
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Napas
: 20 x/menit
STATUS GENERALIS
-
Kepala
Mata
Mulut
Leher
Dada
o Akral : hangat
o RCT : < 2 detik
o Edema : (-/-)
STATUS THT
A. TELINGA
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Auriculum
: tidak ada kelainan D/S
Meat.Eks
: tidak ada kelainan D/S
Sekret
: -/Mem.timpani : intak +/+
Pre/retro auricula : tidak ada kelainan D/S
Suara bisik
: tidak dilakukan D/S
Garputala
: tidak dilakukan D/S
Audiogram
: AD: mild NHL (35dB), AS: moderate-severe NHL (53,33dB)
Tympanogram : tidak dilakukan D/S
Vestibulogram : tidak dilakukan D/S
B.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
HIDUNG
Ekesternal : tidak ada kelainan
Sekret : -/Conc.inf : tidak ada kelainan
Conc.med : tidak ada kelainan
Mead n med : tidak ada kelainan
Septum nasi : tidak ada deviasi
Sinus para nasal : tidak ada kelainan
Nasopharynx : tidak ada kelainan
Fossa rosen : tidak ada kelainan
Mulleri : tidak ada kelainan
Ost.tubae : tidak ada kelainan
Mucosa : tidak ada kelainan
Adneoid : tidak ada kelainan
C.
o
o
o
o
OROPHARYNX
Dinding dorsal : hiperemis (-)
Arc.Ant/post : hiperemis (-)
Palatum molle : hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1 tenang
D. LARYNX
o Hypo phar : tidak diperiksa
o Epiglotis : tidak diperiksa
5
o
o
o
o
o
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telinga
1. Anatomi Telinga
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah (kavum timpani) dan telinga dalam
(labirin). Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus (MAE).
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal pars petrosa yang
dilapisi membran mukosa berisi tulang-tuolang pendengaran. Telinga dalam berisi
labirin tulang (festibulum, kanalis semisirkularis dan koklea) dan labirin
membranasea (utrikulus, dan sakulus didalam festibulum, tiga duktus semisirkulus di
dalam kanalis semisirkularis dan duktus koklearis di dalam koklea), sesuai dengan
gambar berikut.
secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga ke
daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat
dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian presbikusis diduga
mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, metabolisme, aterosklerosis,
bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.
3. Patogenesis
a. Degenerais koklea
Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria
vaskularis (tersering). Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami
degenerasi, tetapi kemudian meluas ke regio koklea bagian tengah dengan
bertambahnya usia. Degenerasi hanya terjadi sebagian tidak seluruhnya.
Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria vaskularis terjadi secara
sistemik, serta terjadi kehilangan Na+, K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini,
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia. Prevalensi terjadinya
presbikusis metabolik (strial presbyacusis) cukup tinggi. Stria vaskularis yang
banyak mengandung vaskularisasi, pada penelitian histopatologi tikus kecil yang
mengalami penuaan terdapat keterlibatan vaskuler antara faktor usia dengan
terjadinya kurang pendengaran. Analisis dinding lateral dengan kontras pada
pembuluh darah
vaskular terjadi berupa lesi fokal yang kecil pada bagian apikal dan bawah basal
yang meluas pada regio ujung koklea. Area stria yang tersisa memiliki hubungan
yang kuat dengan mikrovaskular normal dan potensial endokolear. Analisis
ultrastructural menunjukkan ketebalan membran basal yang signifikan, diikuti
dengan penambahan deposit laminin dan akumulasi imunoglobulin yang abnormal
pada pemeriksaan histokimia. Pemeriksaan histopatologis pada hewan dan manusia
menunjukkan hubungan antara usia dengan degenerasi stria vaskularis. Degenerasi
stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial endolimfe yang berfungsi
sebagai amplifikasi koklea. Potensial endolimfatik yang berkurang secara
signifikan akan berpengaruh pada amplifikasi koklea. Nilai potensial endolimfatik
yang menurun menjadi 20mV atau lebih, maka amplifikasi koklea dianggap
kekurangan voltage dengan penurunan maksimum. Penambahan 20 dB di apeks
koklea akan terjadi peningkatan potensial sekitar 60 dB didaerah basis. Degenerasi
stria yang melebihi 50%, maka nilai potensial endolimfe akan menurun drastis.
Gambaran khas degenerasi stria pada hewan yang mengalami penuaan ; terdapat
8
frekuensi 4kHz (4000 Hz). Faktor lain seperti genetik, usia, ototoksis dapat
memperberat penurunan pendengaran. Perubahan usia yang akan mempercepat proses
kurang pendengaran dapat dicegah apabila paparan bising dapat dicegah. Goycoolea
dkk, menemukan kurang pendengaran ringan pada kelompok penduduk yang tinggal di
daerah sepi (Easter Island) lebih sedikit jika dibandingkan kelompok penduduk yang
tinggal di tempat ramai dalam jangka waktu 3 5 tahun. Kesulitan mengontrol efek
bising pada manusia yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan mamalia,
Mills dkk, menyatakan bahwa terdapat kurang pendengaran lebih banyak akibat usia
pada kelompok hewan yang tinggal di tempat bising. Interaksi efek bising dan usia
belum dapat dimengerti sepenuhnya, oleh karena kedua faktor awalnya mempengaruhi
frekuensi tinggi pada koklea. Bagaimanapun, kerusakan akibat bising ditandai
kenaikan ambang suara pada frekuensi 3-6 kHz, walaupun awalnya dimulai pada
frekuensi tinggi (biasanya 8 kHz).
5. Klasifikasi Presbiakusis
Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : Sensori (outer hair-cell),
neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the
basilar membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed dan indeterminate,
terdapat 25% kasus, dimana terjadi akibat
macam. Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis
lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%.
1) Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan
menjalar ke daerah apeks. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang
frekuensi tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi
dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea dan proses
berjalan dengan lambat. Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat
akumulasi dari granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis
ini adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi
(slooping). Gambaran konfigurasi menurut Schuknecht, jenis sensori adalah tipe
noise-induced hearing loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat
bising.
2) Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat. Atrofi
terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena
dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan
10
dan
atrofi
dari
ligamentum
spiralis.
Berhubungan
dengan
13
Pendamping
14