Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial
Aprilia Elisabet
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Karangasem
Topik: KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Tanggal (kasus) : 15 01 2016
No. RM: 177419/16
Nama
Umur
JK
Tgl Masuk RS
: An. AZ
: 2 tahun
: Perempuan
: 15 01 2016
Tanggal presentasi :
Pendamping:
dr. Ni Nengah Artini
dr. Ni Made Supatriasih
Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan
Diagnostik
Keterampilan
Manajemen
Neonatus
Anak
Bayi
Penyegaran
Masalah
Remaja
Dewasa
Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Audit
bahasan:
Cara
Pos
membahas:
pustaka
Diskusi
No.Registrasi: 177419/16
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan fisik:
-
Pasien tampak sakit ringan, Suhu 37,00 C, Nadi, 80 x/menit, Nafas 20 x/menit. Mata :
Visus OD 6/6, Injeksi Konjungtiva (+), Sklera Anikterik, Kornea jernih, Iris kripta (+)
sekret (+), telinga dan hidung tidak ada kelainan. Terdapat bunyi jantung I-II normal,
bising dan irama derap tidak ada. Paru bronkovesikuler, ronchi dan mengi tidak ada.
Perut supel,hati dan limpa tidak teraba. Bising usus normal. Ekstremitas pucat (-), edema
ekstremitas (-).
Daftar Pustaka
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
5. www.eyepathologisyt.com/disease
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html
7. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
8.
1. Subyektif:
Keluhan utama : mata kanan membengkak
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien diantarkan orang tuanya ke rumah sakit dengan keluhan mata kanan membengkak dan
merah sejak 6 hari yang lalu. Pasien juga merasakan adanya rasa gatal dan mata mengeluarkan
kotoran sehingga mata terasa lengket. Terdapat kemerahan di sekitar kelopak mata atas berair
dan mengeluarkan kotoran terus menerus. Mata kanan pasien dirasakan sangat sensitif jika
terkena cahaya dan terasa perih.
2. Obyektif:
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 37,0 C
BB
: 15 kg
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk
: bulat, simetris
Mata
: status oftalmologis
Hidung
Telingan
Mulut
Thoraks
Jantung
Paru
Abdomen
Hepar
Lien
Ekstrimitas
: oedem (-)
Status Oftalmologis
OCCULAR DEXTRA
OCCULAR SINISTRA
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Odema (+), hiperemis (+)
Hiperemis
Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (+), sekret
VISUS
KOREKSI
SKIASKOPI
SENSUS KOLORIS
BULBUS OKULI
SUPERSILIA
PARESE/PARALISIS
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
KONJUNGTIVA PALPEBRA
KONJUNGTIVA FORNICES
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
mukopurulen (+)
Injeksi konjungtiva (+), sekret
KONJUNGTIVA BULBI
Tenang
SKLERA
KORNEA
KAMERA OKULI ANTERIOR
IRIS
PUPIL
LENSA
FUNDUS REFLEKS
CORPUS VITREUS
TENSIO OCCULI
SISTEM CANALIS LACRIMALIS
Anikterik
Jernih
Dalam
Kripta +
Reflek cahaya (+)
Jernih
mukopurulen (+)
Anikterik
Jernih
Dalam
Kripta +
Reflek cahaya (+)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal (Palpasi)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal (Palpasi)
Tidak dilakukan
Resume
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan mata kanan nyeri. Keluhan disebabkan karena mata
kanan pasien terkena pecahan batu saat bekerja 6 hari yang lalu. Saat itu juga pasien ke
puskesmas untuk mendapatkan pertolongan pertama. Pasien diperban mata kanannya dan
diberikan obat-obatan. 4 hari yang lalu pasien masuk ke rumah sakit untuk memeriksakan
penglihatan gelap pada mata kanannya.
Status Oftalmologis OD
Visus OD
: 6/6
Konjungtiva
: Injeksi (+)
Sklera
: Anikterik
Kornea
: Jernih
5
Iris
: kripta (+)
Pemeriksaan Anjuran
Kultur bakteri
Diagnosis Banding
Konjungtivitis bakterial
Konjungtivitis viral
Konjungtivitis alergika
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis bakterial OD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan
lapisan dalam
C. Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis virus
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Trakoma
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia
D. Gambaran klinik Konjungtivitis
a. Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas, gatal, kadang kabur, lengket
waktu pagi.
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran
berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea
dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
Injeksi Konjungtival
Melebarnya arteri konjungtiva posterior yang dapat terjadi akibat pengaruh
mekanis, alergi, ataupuninfeksi pada jaringan konjungtiva. Injeksi konjungtival
mempunyai sifat:
Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva
posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah lepas
dari dasarnya sklera.
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian,
perifer
karena
Injeksi siliar
Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksiperikornea
terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea,
glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
Injeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda:
Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival
Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel eratdengan
jaringan perikornea.
Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks
Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.
Hanya lakrimasi
Terdapat fotofobia
Sakit tekan di sekitar kornea
Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh
konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat
berupa
endapan
secret,
sehingga
mudah
diangkat,
dan
disebut
Definisi : inflamasi
aureus
Papila konjungtiva
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Konjungtiva injeksi
Pemeriksaan penunjang :
o Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat
diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari
selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah
belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan
o Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis
dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak
diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva
dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan
meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh
sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.
o Pencegahan
Konjungtivitis
mudah
menular,
karena
itu
sebelum
dan
sesudah
Faringokonjungtival
ditandai
oleh
demam
38,3-40
C,
sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler
sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring.
10
Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit
kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler
(tidak nyeri tekan).
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan
kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa
dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini
dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody
penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari.
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada
satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien
merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti
dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel
bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah
khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase
akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat
membentuk
pseudomembran
dan
mungkin
diikuti
parut
datar
atau
pembentukan symblepharon.
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan11
tes
netralisasi.
erokan
mata, terutama
kornea sehingga
harus
dihindari. Agen
12
menyatu membentuk
ulkus
satu
atau
ulkus-ulkus
epithelial
yang
kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas
terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun
jika
pseudomembran,
reaksinya
terutama
polimorfonuklear
akibat
jika
dipakai
fiksasi
Bouin
dan
pulasan
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea
mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus
dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam.
Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu
13
bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam
sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula
diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir
oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10
Penggunaan
kortikosteroid
dikontraindikasikan,
karena
hari.
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.
ke
bawah.
Kebanyaka
pasien
mengalami
limfadenopati
14
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
2. Konjungtivitis Virus Menahun
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior,
dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang
yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik,
yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi..
b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas
sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika
adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah
ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian
berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal
penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah
sekuele.
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel
raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada
varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat
diperoleh dari biakan jaringan sel sel embrio manusia.
15
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan
menghambat penyakit.
c). Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari
sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif
dengan secret
mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada
konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus.
Pada
pasien
imunokompeten,
keratokonjungtivitis
campak
hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien
kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai infeksi
HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza, dan
organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang
disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes
dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan
penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang.
3. Konjungtivitis Alergi
1)
jaringan
sekitarnya.
Terdapat
sedikit
akut sering
Konjungtivitis Vernalis
Definisi : suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan
dianggap sebagai suatu alergi. Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari
sistem kekebalan (mast sel) yang melepaskan senyawa kimia (mediator)
dalam
merespon
debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang mungkin
sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat mata
merah alergi.
Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan
Gejal danTanda :
sekunder
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan
sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin,
emestadine), vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell
stabilizer (cromolin sodium 4% alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide),
antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen
modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer bias diberikan
sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin 5%, atau skopolamin
0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.
3) Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat
papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti
pada
penyakit
setelah
eksaserbasi
konjungtivitis
terjadi
Bayi baru lahir yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dari matanya
dalam waktu 1 hari sampai 2 minggu setelah dia lahir. Kelopak matanya
membengkak, merah dan nyeri bila ditekan. Gonore bisa menyebabkan
perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang
lebih dalam. Gejala lainnya adalah: - riwayat penyakit menular seksual pada
ibu - dari mata keluar kotoran encer dan berdarah (serosanguinosa) atau
kotoran kental seperti nanah (purulen).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk
mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap kotoran
mata.
Terapi
Antibiotik dalam bentuk topikal (salep dan tetes mata), per-oral (melalui
mulut) maupun intravena (melalui pembuluh darah), semua bisa digunakan
tergantung kepada beratnya infeksi dan organisme penyebabnya. Kadang
antibiotik oral dan topikal digunakan secara bersamaan. Irigasi mata dengan
larutan garam normal dilakukan untuk membuang kotoran purulen yang
terkumpul.
Pencegahan
Konjungtivitis neonatorum bisa dicegah dengan cara:
1. Mengobati penyakit menular seksual pada ibu hamil
2. Memberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik (misalnya
eritromisin) kepada setiap bayi yang baru lahir.
5. Trakoma
Definisi
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah suatu
infeksi konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis.
Penyebab
Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Masa
20
inkubasi berlangsung selama 5-12 hari dan berawal sebagai kemerahan pada
mata, yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti kronis dan menyebabkan
pembentukan jaringan parut.Trakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di
daerah pedesaan di negara- negara berkembang.Sering menyerang anak-anak.
Trakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui:
- kontak tangan dengan mata
- sejenis lalat
-benda-benda yang terkontaminasi (misalnya handuk atau saputangan).
Gejala
Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami iritasi
serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis). Pada stadium lanjut, konjungtiva
dan kornea membentuk jaringan parut sehingga bulu mata melipat ke dalam dan
terjadi gangguan penglihatan. Gejala lainnya adalah:
- pembengkakan kelopak mata
- pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata
- kornea tampak keruh.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Apusan mata diperiksa untuk mengetahui organisme penyebabnya.
Terapi
Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin dan
erythromycin selama 4-6 minggu. Selain itu, antibiotik tersebut juga bisa
diberikan dalam bentuk tablet. Jika terjadi kelainan bentuk kelopak mata,
kornea
maupun
memperbaikinya.
atau
yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
21
konjungtiva
sering
mengandung
sel-sel
epitel
berkeratin,
dan
berbagai
asam
dan
alkali.
Di
daerah
tertentu,asbut
besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh
darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat
diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau
larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan
secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik
umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine
1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis
bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin
memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada
kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan
prognosisnya lebih baik.
Rencana Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Bed rest
Jaga hygiene mata
Therapy antibiotik Gentamisin 0,3% ED 6 gtt 1 / jam OD
Analgetik : Paracetamol 3x1 cth
Sekret dibersihkan
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
23
Peserta
Pendamping
24